Anda di halaman 1dari 4

ARGUMENTASI KRITIS TENTANG “GERAKAN TRANSFORMASI KI HADJAR

DEWANTARA DALAM PERKEMBANGAN PENDIDIKAN SEBELUM DAN SESUDAH


KEMERDEKAAN”

Nama : Eliya
Prodi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Dosen Pengammpu : Dr. Muhamad Ramli, M.Pd
Mata Kuliah : Filosofi Pendidikan

Setelah saya membaca materi tulisan Ki Hadjar Dewantara serta menonton videonya
Sejarah bangsa bisa dilihat dari Pendidikan yang ditempuh ranya bangsa tersebut. Ki Hadjar
Dewantara dengan pidatonya menyatakan bahwa Pendidikan adalah tempat persemaian segala
benih- benih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat kebangsaan. Bermaksud agar
semua aspek-aspek dan unsur-unsur pradaban dan kebudayaan dapat tumbuh dengan menjadi
semakin baik dari masa ke masa.
Pendidikan pada zaman colonial belanda pada saat itu dibatasi kekuasaan dan diskriminasi.
Masyarakat Indonesia tidak semua bisa menempuh Pendidikan, hanya rakyat keturunan
bangsawan yang bisa menempuh pendidikan. Tentu saja Pendidikan anak Indonesia tidak
diabaikan begitu saja. Beberapa Bupati daerah mendirikan sekolah di Kabupaten dengan maksud
melatih beberapa orang untuk perusahaan belanda. Pada tahun yang sama lahirlah sekolah bumi
putera pada saat itu hanya ada tiga kelas dan pembelajaran yang diterima oleh masyarakat hanya
membaca, menulis serta berhitung. Namun pada dasarnya pendidikan zaman colonial Belanda
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan bangsa Belanda.
Pendidikan Ki Hadjar Dewantara menciptakan 3 semboyan “ing ngarso sung tuladha”, “ing
madya mangun karso”,“tut wuri handayani” yang bermakna didepan memberi Teladan, di Tengah
membangun semangat dan dibelakang memberi dorongan, sampai sekarang pedoman ki Hajar
Dewantara tetap digunakan walau system pendidikan telah melalui banyak sekali perubahan.
Tujuan Pendidikan bagi bangsa adalah untuk kepentingan bangsa Indonesia sendiri,
Sosok yang kita kenal sebagai Ki Hajar Dewantara merupakan seseorang yang memiliki nama asli
Raden Mas Suwardi Suryaningrat yang mana berubah menjadi Suwardi Suryailingrat dan kini kita
kenal sebagai bapak pelopor pendidikan nasional (Suastika, Ratna, & Ardhana, 2002, p. 379).
Ki Hadjar Dewantara dengan prinsipnya yang kita kenal Tut Wuri Handayani yang menjadi
landasan perihal pengajaran dan pendidikan. Sungguh perjuangan yang tidak mudah sampai di
titik dapat membangun taman siswa yang merupakan gerbang menuju kemerdekaan baik aspek
pendidikan maupun aspek kebudayaan yang tentunya amat sangat terkait dengan aspek politik
sebagai pagar atau pondasi utama untuk menjaga pembangunan pendidikan ini. Gerakan
transpormasi Ki Hadjar Dewantara merupakan Gerakan untuk membebaskan diri dari jeratan
penjajah dengan meluaskan pendidikan kepada generasi muda juga generasi penerus bangsa. Pada
zaman colonial kala itu dengan didirikannya taman siswa di Yogyakarta bertujuan agar bangsa dan
anak-anak Indonesia serta rakyat dapat terbebas dari kebodohan dan menemukan kemerdekaannya
sendiri.
Yogyakarta merupakan tempat pertama diselenggarakannya pendidikan nasional yaitu
perguruan taman siswa yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara pada tanggal 3 Juli 1922. Sejak
didirikan perguruan tersebut, nama Ki Hadjar Dewantara disebut sebagai Bapak taman siswa,
Bapak pendidikan nasional. Usaha Ki Hadjar Dewantara menyelenggarakan perguruan nasional
merupakan perjuangan yang sangat berani, karena pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah Belanda adalah pendidikan kolonial (Setiono, 2012, p. 2).
Taman Siswa yang didirikan pada tahun 1922 itu tidak dimaksudkan untuk mendidik
golongan tertentu, tetapi masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Tujuan pokok yang hendak
dicapai adalah terlaksananya pendidikan dan pengajaran secaramerata, sekaligus menanamkan
nilai-nilai persatuan di atas perbedaan (bhinnelea tunggal ilea). Salah satu alasan mengapaTaman
Siswa didirikan adalah kenyataan bahwa pemerintah kolonial sangat kikir dan sama sekali
mengabaikan bidang pendidikan (Suastika, Ratna, & Ardhana, 2002, p. 379).
Berawal dari perjuangan Gerakan transformasi dalam perkembangan pendidikan sebelum
kemerdekaan terlebih dahulu berjuang dalam aspek politik yakni terlibat dalam Indisce Partij yang
didalamnya terdaapat Ki Hadjar Dewantara, Dr Cipto dan Dr Douwes Dekker. Lalu pada tahun
1912 mulai pergerakan dalam tujuan pendidikan yakni mendirikan bumi putera dimana sekolah
yang didirikan pada bupati tetapi hanya untuk calon-calon pegawai saja yang di didik disana. Lalu
kemudian prinsip mengenai ingin meluaskannya pendidikan mulai semakin diperjuangan yakni
Tanggal 3 Juli 1922 babak baru perjuangan Ki Hadjar Dewantara dalam bidang pendidikan di
mulai yaitu dengan mendirikan Taman Siswa yang mula-mula bernama "National Onderwijs
Instituut Taman Siswa" yang pertama di Jogjakarta, sekolah ini kelak di ubah menjadi Perguruan
Kebangsaan Taman Siswa" sekolah ini awalnya di peruntukan hanya untuk taman anak dan kursus
guru (Zuriatin, Nurhasanah, & Nurlaila, 2021, p. 52).
Konsep dan prinsip dari Bapak Pendidikan Nasional ini dengan tujuan meluaskan
pendidikan dan keluar dari hal kebodohan untuk dapat memerdekan bangsa, pendidikan dan
memerdekakan kebudayannya tentunya selalu dan akan tetap menjadi acuan perkembangan
pendidikan di Indonesia ini sesuai dengan contoh nyatanya yang Bapak Menteri Pendidikan
cetuskan yakni merdeka belajar. Harapannya semoga dengan menerapkan prinsip leluhur menjadi
bagian integral dalam pendidikan agar mengingat perjuangan akan Namanya pendidikan di bangsa
Indonesia ini.
Daftar Pustaka
Setiono, T. H. (2012). Ki Hadjar Dewantara Perannya Dalam Memperjuangkan Pendidikan
Nasional Tahun 1922-1959 . -, 2.
Suastika, M., Ratna, K., & Ardhana, K. (2002). Ki Hadjar Dewantara Pelopor Pendidikan
Nasional Cakrawala Pendidikan, 379.
Zuriatin, Nurhasanah, & Nurlaila. (2021). Pandangan dan Perjuangan Ki Hadjar Dewantara
Dalam Memajukan Pendidikan Nasional. Jurnal Pendidikan IPS, 50.
"Argumentasi Kritis Perjalanan Pendidikan Nasional Persfektif Ki Hadjar Dewantara",
https://www.kompasiana.com/futri86272/63ab03217bda0256e14bd0b2/argumentasi-
kritis-perjalanan-pendidikan-nasional-persfektif-ki-hadjar-dewantara?page=all

Anda mungkin juga menyukai