Anda di halaman 1dari 2

Nama : Ana Wahyuni

Mata Kuliah : Filosofi Pendidikan Indonesia (FPI)

Gerakan Transformasi Ki Hadjar Dewantara dalam Perkembangan


Pendidikan Sebelum dan Sesudah Kemerdekaan

A. Pendidikan Sebelum Kemerdekaan

Pendidikan sebelum kemerdekaan sangat tidak memanusiakan manusia. Pasalnya, sekolah


didirikan bukan untuk kepentingan rakyat tetapi untuk kepentingan penjajah. Pendidikan sebelum
kemerdekaan dengan sekolah bumiputera yang hanya tiga kelas tersebut tidak memerdekakan rakyat
Indonesia karena Hanya bertujuan untuk mendidik rakyat agar menjadi pekerja dan untuk membantu
perusahaan perusahaan demi keuntungan penjajah bukan untuk mencerdaskan bangsa. Hal ini didukung
oleh pendapat Jumaisa (2022), menyatakan bahwa pendidikan di masa kolonial dipengaruhi oleh
kepentingan penjajah. Konteks pendidikan yang direncanakan oleh Belanda merupakan bentuk
pengukuhan kekuasaannya, untuk menciptakan alat-alat birokrasinya. Pembelajaran yang diberikan
hanya membaca, menulis, dan menghitung. Hanya sekedar mengenal angka dan huruf. Masyarakat
Indonesia tidak mendapatkan pendidikan lebih lanjut karena penjajah takut masyarakat Indonesia
menjadi lebih pandai.
Pada abad 20 munculnya kebangkitan nasional, cita cita baru bangkit dari kesadaran kultural dan
kebangkitan politik, serta keinginan untuk merdeka. Maka dari itu, Pada tanggal 3 Juli tahun 1922 Ki
Hadjar Dewantara mendirikan sekolah bernama "Taman Siswa". Hafidz (2023) menyatakan tidak hanya
dengan mendirikan taman siswa, tetapi Ki Hajar Dewantara juga berjuang dengan melanjutkan menulis
artikel di berbagai surat kabar. Beberapa tulisan tersebut berisi konsep-konsep berkebudayaan dan
kependidikan yang luas juga dengan berwawasan kebangsaan.
Ki Hadjar Dewantara menegaskan bahwa pendidikan yang ada pada masa kolonial tidak
mencerdaskan, melainkan mendidik manusia untuk tergantung pada nasib, bersikap pasif, dan bahkan
tidak membebaskan Indonesia untuk mengenalkan budaya Indonesia karena dianggap membahayakan
negara sekutu. Sedangkan Ki Hadjar Dewantara mempunyai cita-cita ingin memerdekakan peserta didik
yang tidak mengekor pada peraturan dan kebudayaan bangsa lain. Merdeka disini berarti membebaskan
peserta didik mengembangkan potensi sesuai minat dan bakat serta kodratnya. Tujuan didirikannya
sekolah taman siswa tersebut untuk melepas belenggu pendidikan zaman kolonial dan melawan sistem
pendidikan kolonial yang saat itu tidak sesuai dengan semangat bangsa Indonesia. Pergerakan itu
dilakukan untuk mencapai cita-cita membangun manusia Indonesia yang berkarakter. Pendidikan
menurut Ki Hadjar Dewantara yaitu daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti dan
budaya. Dalam pemahaman Ki Hajar Dewantara, ‘budi’ berarti pikiran, perasaan dan kemauan,
‘pekerti’ berarti tenaga. Pendidikan budi pekerti mengupayakan bersatunya pikiran, perasaan dan
kemauan manusia yang mendorong kekuatan yang dapat melahirkan penciptaan dan perbuatan yang
baik, benar dan indah (Yudi, 2020). Metode pembelajaran di Taman Siswa mengacu pada konsep
"Sistem Among" yang menempatkan guru sebagai penuntun untuk membantu anak menemukan arah
perkembangannya.
B. Pendidikan Setelah Kemerdekaan

Setelah Indonesia merdeka, Ki Hajar Dewantara tetap berjuang membangun pendidikan Indonesia.
Pada masa awal kemerdekaan Indonesia, Ki Hajar Dewantara turut serta dalam membangun negara
yang merdeka. Ki Hajar Dewantara diangkat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam
Kabinet Presiden Soekarno tahun 1945. Hal ini juga dikemukakan oleh Hafidz (2023), di zaman
kemerdekaan indonesia Ki Hajar Dewantara diangkat menjadi mentri pendidikan, pengajaran dan
kebudayaan pertama. Ada beberapa kebijakan yang dikeluarkan, salah satunya penghapusan sistem
pemisahan siswa berdasarkan suku, agama, dan ras.
Ki hajar Dewantara pantas meneriman gelar sebagai pahlawan nasional berkat perjuangannya
untuk membangun pendidikan di Indonesia. Hari lahir bapak pendidikan ini pun dijadikan sebagai hari
pendidikan nasional (2 Mei), sebagai bentuk penghormatan atas segala pemikiran dan tindakannya yang
membawa Indonesia ke dalam gerbang kemerdekaan.

Daftar Pustaka

Hafidz Muftisany. 2023. Inspirasi Pahlawan Indonesia: Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan
Indonesia. Bandung: Elementa Media.

Jumaisa. 2022. Sejarah Pendidikan. Makassar: Cendekia Publisher.

Yudi Latif. 2020. Pendidikan yang Berkebudayaan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai