0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
114 tayangan1 halaman
Ki Hadjar Dewantara memainkan peran penting dalam mereformasi pendidikan Indonesia sebelum dan sesudah kemerdekaan. Ia mendirikan sekolah Taman Siswa pada tahun 1922 untuk memberikan pendidikan yang lebih berfokus pada budaya daripada hanya intelektualitas seperti pada zaman kolonial. Pendidikan sesudah kemerdekaan bertujuan untuk mencerdaskan bangsa dan memberikan kebebasan belajar sesuai karakteristik peserta didik, sejalan
Ki Hadjar Dewantara memainkan peran penting dalam mereformasi pendidikan Indonesia sebelum dan sesudah kemerdekaan. Ia mendirikan sekolah Taman Siswa pada tahun 1922 untuk memberikan pendidikan yang lebih berfokus pada budaya daripada hanya intelektualitas seperti pada zaman kolonial. Pendidikan sesudah kemerdekaan bertujuan untuk mencerdaskan bangsa dan memberikan kebebasan belajar sesuai karakteristik peserta didik, sejalan
Ki Hadjar Dewantara memainkan peran penting dalam mereformasi pendidikan Indonesia sebelum dan sesudah kemerdekaan. Ia mendirikan sekolah Taman Siswa pada tahun 1922 untuk memberikan pendidikan yang lebih berfokus pada budaya daripada hanya intelektualitas seperti pada zaman kolonial. Pendidikan sesudah kemerdekaan bertujuan untuk mencerdaskan bangsa dan memberikan kebebasan belajar sesuai karakteristik peserta didik, sejalan
GERAKAN TRANSFORMASI KI HADJAR DEWANTARA DALAM PENDIDIKAN
SEBELUM DAN SESUDAH KEMERDEKAAN
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara ”. Pendidikan juga merupakan sumber dari segala potensi seperti yang sejalan dengan pendapat Ki Hadjar Dewantara “Pendidikan adalah tempat persemaian segala benih-benih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat kebangsaan. Dengan maksud agar segala unsur peradaban dan kebudayaan tadi dapat tumbuh dengan sebaik-baiknya. Dan dapat kita teruskan kepada anak cucu kita yang akan datang”. Kondisi pendidikan Indonesia pada masa pra kemerdekaan atau zaman Hindia Belanda sama sekali tidak memperhatikan terkait pendidikan kebudayaan. Melainkan hanya berfokus terhadap pengajaran, intelektualitas, dan materialistis. Hal demikian diterapkan pendidikan bertujuan mendidik kaum untuk dipersiapkan sebagai pegawai yang kemudian dimanfaatkan dalam memajukan perusahaan milik Belanda. Sebagaimana dalam sejarah tahun 1854, para bupati menginisiasi berdirinya sekolah-sekolah bertujuan untuk kepentingan kolonial. Di tahun itu pula, tahun 1854 didirikan sekolah yang dibernama sekolah Bumi Putra yang terdiri dari 3 kelas saja. Pendidikan hanya menerapakan pengajaran membaca, menulis dan berhitung sehingga yang lahir hanya pembantu dalam beberapa usahanya. Melalui kejadia tersebut dapat diketahui bahwa pendidikan pada zaman kolonial bukanlah bertujuan dengan harapan manusia merdeka. Kemudian beberapa tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1920 lahirlah cita-cita perubahan secara radikal pada pendidikan dan pengajaran, dan berdirilah sekolah bernama “Taman Siswa” pada tahun 1922 oleh Ki Hadjar Dewantara yang berguna sebagai gerbang emas kemerdekaan dan kebebasan kebudayaan bangsa. Berdirinya sebuah taman siswa menunjukkan bahwa pendidikan dapat berjalan semestinya. Pendidikan Taman siswa menjunjung asas keluarga yang berarti sebagai lingkungan dengan melindungi keselamatan dan kebahagiaan anak-anak dalam hidup berbudaya. Pendidikan usai kemerdekaan tentu berbeda dengan pendidikan zaman kolonial atau Hindia Belanda. Pendidikan pasca kemerdekaan yaitu pendidikan bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu, pendidikan pasca kemerdekaan dapat memberikan hak istimewa terhadap peserta didik untuk belajar secara merdeka, berarti belajar sesuai karakteristik atau kebutuhan peserta didik. Hal ini sejalan dengan konsep pemikiran Ki Hadjar Dewantara bahwa “Mendidik dan mengajar merupakan proses memanusiakan manusia sehingga memerdekakan manusia dari segala aspek kehidupan baik secara fisik, mental jasmani maupun rohani”.