Anda di halaman 1dari 2

Gerakan Transformasi Ki Hadjar Dewantara dalam Perkembangan Pendidikan

Sebelum dan Sesudah Kemerdekaan


Devi Pratiwi Sudrajat

Kemajuan dunia pendidikan saat ini, tidak dapat dilepaskan dari peran tokoh tokoh
pendidikan sebagai aktor utamanya. Menurut Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan
sendiri dapat disebut sebagai usaha untuk menuntun segenap kekuatan kodrati atau dasar
yang ada pada anak sebagai induvidu maupun sebagai anggota masyarakat. Berikut
merupakan transformasi pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam perkembangan pendidikan
sebelum dan sesudah kemerdekaan.
Pada tahun 1913 Ki Hajar Dewantara di asingkan ke Belanda pengasingan tersebut
ternyata KHD aktif di dalam sebuah organisasi yaitu Indische vereeniging atau Perhimpunan
Hindia yang isinya adalah pelajar yang berasal dari Indonesia. Pada tahun yang sama ia
mendirikan sebuah kantor berita yaitu Indonesiach pers bureau atau yang dikenal sebagai
Kantor Berita Indonesia. Alhasil, sejumlah pemikirannya dipengaruhi tokoh pendidikan
Barat, diantaranya adalah Montessori dan Froebel, hingga dapat mengembangkan sistem
pendidikannya sendiri.
Setelah kembalinya ke Indonesia, pada bulan September tahun 1919. KHD bergabung
di dalam sekolah binaan dari saudaranya sendiri. Setelah memiliki pengalaman mengajar,
KHD mulai mengembangkan konsep mengajar untuk sekolah yang didirikannya pada 3 Juli
1922, yang diberi nama National Onderwijs Institut atau Taman Siswa atau yang lebih
dikenal sebagai Perguruan Nasional Taman siswa. Selama mencurahkan perhatian dalam
dunia pendidikan di Taman Siswa, KHD juga tetap rajin menulis. Namun tema tulisannya
beralih dari nuansa politik ke pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Melalui
tulisan-tulisan itulah dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa
Indonesia.
Pergerakan Ki Hajar Dewantara setelah kemerdekaan, KHD ditunjuk untuk menjadi
salah seorang pimpinan bersama Ir. Soekarno, Drs. Muhammad Hatta dan K.H. Mas Mansur.
Setelah kemerdekaan Indonesia berhasil direbut dari tangan penjajah dan stabilitas
pemerintahan sudah terbentuk. KHD dipercaya oleh presiden Soekarno untuk menjadi
Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. Melalui jabatannya ini,
KHD semakin leluasa untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Pada tahun
1957, mendapatkan gelar Doktor Honori Klausa dari Universitas Gajah Mada. Ajarannya
yakni tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan), ing madya mangun karsa (di
tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa), ing ngarsa sungtulada (di depan memberi
teladan) akan selalu menjadi dasar pendidikan di Indonesia. Untuk mengenang jasa-jasa Ki
Hajar Dewantara pihak penerus perguruan Taman Siswa mendirikan Museum Dewantara
Kirti Griya, Yogyakarta, untuk melestarikan nilai-nilai semangat perjuangan Ki Hajar
Dewantara.
Dari berbagai perjuangan dan pergerakannya dapat disimpulak bahwa Ki Hajar
Dewantara menurunkan pemikiran kritis seperti berikut 1) Pertama, pendidikan yang
menekankan kemandirian anak didik. 2) Kedua, pendidikan yang menekankan kemerdekaan
lahir dan batin. 3) Ketiga, pendidikan yang menekankan keterlibatan subyek berkesadaran
akan pentingnya pengetahuan teoritis dan praksis untuk diaplikasikan dalam kehidupan
bersama demi membangun kehidupan sosial yang beradab.
Sumber :
Artanayasa. 2019. “Filsafat Pendidikan Ki Hajar Dewantara (Tokoh Timur)”. Jurnal Filsafat
Indonesia
Bowo Hadi Kuswono. 2020. “Kesimpulan dan Refleksi Pemikiranpemikiran Ki Hajar
Dewantara”.https://ayoguruberb agi.kemdikbud.go.id/artikel/kesimpulan -dan- refleksi-pemikiran-
pemikiran-kihajar
Eka Yanuarti. 2017. “Pemikiran Pendidikan Ki Hajar Dewantara dan Relevansinya dengan
Kurikulum 13”. Jurnal Penelitian
https://kelasimpian.com/profil-ki-hajar-dewantara/

Anda mungkin juga menyukai