Anda di halaman 1dari 12

FILOSOFI PENDIDIKAN

Topik 1 Ruang Kolaborasi

OLEH
1. Muthmainah Istiqadimah Lova
2. Medysa Gevri Rahmah
3. Resty Rahmadana
4. Siti Fatimah

Dosen Pengampu: Rery Novio, M.Pd


Apa praktik Pendidikan saat ini yang ‘membelenggu’
01 kemerdekaan peserta didik dalam belajar dengan melihat
Perjalanan Pendidikan Nasional sebelum kemerdekaan dan

Ruang Kolaborasi sesudah kemerdekaaan?

Topik 1 02 Adakah model-model Pendidikan saat ini yang Anda lihat


dapat melepaskan ‘belenggu’ yang belum memerdekakan
peserta didik?

Apa yang Anda tawarkan sebagai model Pendidikan yang


03 dapat melepaskan belenggu dan memerdekakan peserta
didik?
1
Praktik Pendidikan saat ini yang ‘membelenggu’ kemerdekaan peserta didik dalam belajar dengan melihat
Perjalanan Pendidikan Nasional sebelum kemerdekaan dan sesudah kemerdekaaan

Sistem pendidikan berorientasi Permasalahan di sekolah yang


pada kepentingan dan bukan paling utama adalah berganti-
untuk kepentingan anak didik, gantinya kurikulum. Kurikulum
pasar dan pengguna jasa adalah tiang penopang dari
pendidikan atau masyarakat semua kegiatan belajar mengajar
di sekolah.

Mata pelajaran yang harus


Kemerdekaan dalam pendidikan
diikuti oleh siswa selain
seharusnya membebaskan anak
dirasakan terlalu padat juga
untuk mempelajari apa yang
tidak berkesinambungan.
menjadi keinginan mereka
2
Model-model Pendidikan Saat Ini Yang Anda Lihat Dapat Melepaskan ‘Belenggu’
Yang Belum Memerdekakan Peserta Didik

Model pendidikan terintegrasi Model Pembelajaran Blended Learning


Dilakukan dengan mengintegasikan nilai- Dengan pelaksanaan blended learning ini,
nilai karakter pada kompetensi-kompetensi pembelajaran berlangsung lebih
mata pelajaran. Implementasinya melalui bermakna karena keragaman sumber
kegiatan pembelajaran, pengembangan belajar yang mungkin diperoleh
budaya sekolah, dan ekstra kurikuler.

Model-model Pendidikan Akan tetapi kedua model


saat ini masih dikatakan yang telah diterapkan saat
belum sepenuhnya dapat ini dapat dijadikan salah
satu acuan model
melepas belenggu atau
pendidikan yang mampu
belum memerdekakan memerdekakan peserta didik
peserta didik
3
model Pendidikan yang dapat melepaskan belenggu dan
memerdekakan peserta didik

pembelajaran yang mengintegrasikan


pembelajaran tradisonal tatap muka dan
Model pembelajaran jarak jauh yang menggunakan
Pembelajaran sumber belajar online (terutama yang
berbasis web) dan beragam pilihan
Blended Learning komunikasi yang dapat digunakan oleh guru
dan siswa sehingga dapat menjadi salah
satu model pendidikan yang membuat siswa
menjadi lebih mandiri dan bebas dalam
berpikir untuk melaksanakan proses
pembelajaran.
THANK YOU
LAPORAN FILOSOFI PENDIDIKAN

Topik 1 Ruang Kolaborasi

OLEH

1. Muthmainah Istiqadimah Lova


2. Medysa Gevri Rahmah
3. Resty Rahmadana
4. Siti Fatimah

Dosen Pengampu:
Dr. Ernawati, M.Si
Rery Novio, M.Pd

PPG PRAJABATAN ANGKATAN 1


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
Ruang Kolaborasi Topik 1
1. Apa praktik Pendidikan saat ini yang ‘membelenggu’ kemerdekaan peserta didik
dalam belajar dengan melihat Perjalanan Pendidikan Nasional sebelum kemerdekaan
dan sesudah kemerdekaaan?

Sistem pendidikan berorientasi pada kepentingan dan bukan untuk kepentingan anak
didik, pasar dan pengguna jasa pendidikan atau masyarakat dengan dalih bahwa strategi
pendidikan nasional adalah untuk membekali generasi muda agar mampu membawa bangsa dan
negeri ini cepat sejajar dengan bangsa dan Negara lain yang lebih maju. Namun dalam implikasi
perkembangannya tidak diperoleh sesuai dengan apa yang dicita-citakan. Keahlian dan
penguasaan IPTEK yang diperoleh sesuai menamatkan studinya berada dalam posisi dimiliki
secara individual dan siap dijual melalui kontrak kerja demi uang, dan bukan menjadikan diri
sebagai ilmuwan yang dipeduli dengan nilai-nilai kemanusiaan, bangsa, dan Negara.

Mata pelajaran yang harus diikuti oleh siswa selain dirasakan terlalu padat juga tidak
berkesinambungan, tidak konsisten, juga tidak sesuai dengan minat dan kebutuhan anak didik
dan bahkan tidak cocok dengan kebutuhan pasar. Sulitnya mencari pekerjaan seringkali
disebabkan bukan karena tidak ada pekerjaan atau sempitnya kesempatan berusaha, tetapi
disebabkan karena tidak adanya kecocokan antara kemampuan yang diperoleh melalui sekolah
dengan tuntutan atau syarat kerja.

Permasalahan di sekolah yang paling utama adalah berganti-gantinya kurikulum.


Kurikulum adalah tiang penopang dari semua kegiatan belajar mengajar di sekolah. Jika hasil
belajar tidak bagus, maka pemerintah serta merta mengganti kurikulumnya. Sujanto (2007)
dalam bukunya mengkritisi pergantian kurikulum tersebut, Beliau menuliskan: “Apakah memang
benar kurikulum yang menjadi penyebab rendahnya mutu pendidikan nasional, atau kah
sebenarnya ada faktor lain di luar kurikulum. Pencermatan ini penting, jangan sampai ada kesan
yang salah dalam mendiagnosis pendidikan nasional kita, kurikulum yang terus dikotak-katik,
padahal „penyakitnya‟ ada di komponen lain.”

Pada tahun 1994, pemerintah menetapkan kurikulum 1994 yang disinggung oleh salah
satu pencetusnya, yaitu Drost (2005) sebagai kurikulum yang diadopsi dari kurikulum Belanda,
Jerman, dan Inggris. Kurikulum tersebut bermaksud untuk menyetarakan pendidikan Indonesia
setara dengan pendidikan kualitas terbaik di tiga negara tersebut. Hasilnya, kurikulum 1994
tersebut hanya dapat diikuti paling banyak 30 persen dari populasi SMU. Maka, timbullah SMU
unggul yang hanya menerima pelajar yang pandai. Sisanya, yaitu sekitar 70% murid seolah tidak
dianggap, karena akses mereka untuk meneruskan sekolah seperti dibatasi. Oleh karenanya,
kurikulum 1994 pun diganti menjadi Kurikulum Berbasis Kompetensi atau biasa disingkat KBK.

Jadi praktik Pendidikan saat ini yang „membelenggu‟ kemerdekaan peserta didik dalam belajar
adalah perubahan kurikulum yang dilakukan terus menerus yang membuat peserta didik
kebingungan menjalankannya dan juga sistem pendidikan yang berorientasi pada kepentingan
dan bukan untuk kepentingan peserta didik.

Menurut Ki hajar Dewantara “Pendidikan sebagai tuntunan yaitu tuntunan dalam hidup
tumbuhnya murid “. Maka mendidik adalah menuntun segala kodrat yang ada pada murid untuk
mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Maka dari itu guru tidak dapat
menentukan dan berkehendak akan hidup tumbuhnya murid. Kemerdekaan dalam pendidikan
seharusnya membebaskan anak untuk mempelajari apa yang menjadi keinginan mereka.

2. Adakah model-model Pendidikan saat ini yang Anda lihat dapat melepaskan ‘belenggu’
yang belum memerdekakan peserta didik?

Berikut adalah model- model Pendidikan saat ini yang sudah diterapkan di Indonesia
diantaranya:

a. Model Pembelajaran Blended Learning, Pustekkom, 2019 disebutkan menurut Garner


&Oke (2015), pembelajaran blended learning merupakan sebuah lingkungan pembelajaran
yang dirancang dengan menyatukan pembelajaran tatap muka (face to face/F2F) dengan
pembelajaran online yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Sementara
menurut Harding, Kaczynski dan Wood (2005), blended learning merupakan pendekatan
pembelajaran yang mengintegrasikan pembelajaran tradisonal tatap muka dan pembelajaran
jarak jauh yang menggunakan sumber belajar online (terutama yang berbasis web) dan
beragam pilihan komunikasi yang dapat digunakan oleh guru dan siswa. Dengan
pelaksanaan blended learning ini, pembelajaran berlangsung lebih bermakna karena
keragaman sumber belajar yang mungkin diperoleh. Sedangkan Driscoll (2002)
menyebutkan empat konsep mengenai pembelajaran blended learning yaitu:
a) Blended learning merupakan pembelajaran yang mengkombinasikan atau
menggabungkan berbagai teknologi berbasis web, untuk mencapai tujuan pendidikan.
b) Blended learning merupakan kombinasi dari berbagai pendekatan pembelajaran (seperti
behaviorisme, konstruktivisme, kognitivisme) untuk menghasilkan suatu pencapaian
pembelajaran yang optimal dengan atau tanpa teknologi pembelajaran.
c) Blended learning juga merupakan kombinasi banyak format teknologi pembelajaran,
seperti video tape, CD-ROM, webbased training, film) dengan pembelajaran tatap
muka.
d) Blended learning menggabungkan teknologi pembelajaran dengan perintah tugas kerja
aktual untuk menciptakan pengaruh yang baik pada pembelajaran dan tugas.

b. Pembelajaran Jarak Jauh Dalam Jaringan (PJJ Daring)


Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) saat ini menjadi sebuah pilihan di tengah pandemi
Covid-19. Pola pelaksanaan pendidikan tatap muka tidak bisa dilaksanakan sementara
waktu karena aturan pembatasan sosial yang diterapkan pemerintah.
PJJ merupakan sistem pendidikan yang paling sesuai dengan mengacu Protokol
Kesehatan Covid-19 yang berlaku yaitu adanya pembatasan fisik (physical distancing)
untuk mencegah penularan Covid-19. Melalui PJJ, proses belajar mengajar tetap
berlangsung tanpa perlu tatap muka secara langsung.

c. Model pendidikan terintegrasi


Dilakukan dengan mengintegasikan nilai-nilai karakter pada kompetensi-
kompetensi mata pelajaran. Implementasinya melalui kegiatan pembelajaran,
pengembangan budaya sekolah, dan ekstra kurikuler. Misalnya: (1) Kegiatan
Pembelajaran/Belajar Mengajar (KBM). Untuk menumbuhkan nilai karakter rasa ingin
tahu melalui kegiatan observasi, meningkatkan keterampilan berkomunikasi yang efektif
dengan kegiatan diskusi dan presentasi, mengembangkan berfikir kritis dengan kegiatan
penelitian sederhana, dsb. (2) Budaya Sekolah. Untuk menumbuhkan karakter keimanan
melalui doa awal dan akhir pelajaran, dan/atau sholat berjamaah, meningkatkan sikap dan
perilaku rasa hormat/respek dengan membiasakan berjabatan tangan dan mengucap salam
secara santun, untuk karakter peduli lingkungan dengan membiasakan menjaga
kebersihan kelas dan membuang sampah di tempatnya, dsb (3) Kegaiatan Ekstra
Kurikuler: Pramuka, Olah raga, Karya Ilmiah, Seni, PMR, dsb. Untuk mengembangkan
kecakapan kerjasama dan jiwa sportif melalui bermain olah raga, mengembangkan rasa
percaya diri melalui PENSI, peduli kemanusiaan dengan PMR donor darah, peduli sosial
dengan bahti sosial-bantuan bencana, dsb.

Model-model Pendidikan saat ini masih dikatakan belum sepenuhnya dapat


melepas belenggu atau belum memerdekakan peserta didik, tapi semua pihak yang
terkait dalam bidang pendidikan seperti; pemerintah, instansi sekolah, kepala sekolah
guru dan masyarakat terus berusaha untuk meningkatkan model pendidikan yang dapat
memerdekaka peserta didik, secara teoritis model- model pendidikan di Indonesia sudah
sangat baik hanya saja implementasi nya belum diterapkan secara merata, sehingga masih
perlu banyak perhatian untuk meningkatkan pemerataa serta sosialisasi ke sekolah-
sekolah agar penerapan model pendidikan dapat berjalan sesuai dengan tujuan.

3. Apa yang Anda tawarkan sebagai model Pendidikan yang dapat melepaskan belenggu dan
memerdekakan peserta didik?

Dalam kesempatan kali ini saya ingin menawarkan model pendidikan yang menggunakan
metode problem based learning. Model ini diperuntukkan khusus bagi materi yang bisa ditelaah
secara mendalam oleh peserta didik serta memiliki suatu permasalahan yang bisa diselesaikan
dengan berbagai cara oleh setiap peserta didik. Peserta didik diarahkan untuk membaca materi
terlebih dahulu sebagai upaya pemahaman terhadap konsep di dalam materi. Selanjutnya guru
meminta peserta didik mencari tahu kejadian terkini yang sedang terjadi di Indonesia dan dunia.
Hal ini bertujuan agar peserta didik peka terhadap keadaan lingkungannya dan ikut berperan
dalam mencari solusi terhadap berbagai permasalahan sesuai dengan materi pelajaran. Model ini
juga diharapkan mampu mendorong peserta didik menjadi insan yang berwawasan global,
berpikir kritis, kreatif, dan mandiri. Kesadaran peserta didik akan lingkungannya menjadikan
mereka sebagai manusia yang bertanggung jawab.

Peserta didik tidak diharuskan untuk memikirkan solusi dari pikiran mereka sendiri saja,
tetapi juga dapat melakukan kolaborasi dengan teman sebaya maupun dengan mencari tahu
solusi melalui pengalaman-pengalaman orang lain di lingkungan sekitar maupun di internet. Ada
banyak solusi yang ditawarkan yang berasal dari banyak pandangan dan pemikiran. Ini dapat
merangsang peserta didik untuk menambah wawasan serta berpikir kritis dan terbuka, sehingga.

Sumber:

Fitri, Siti Fadia Nurul. 2021. Problematika Kualitas Pendidikan Indonesia. Jurnal Pendidikan,
Vol.5 No.1

Megawanti, P. (2012). Meretas Permasalahan Pendidikan di Indonesia. Jurnal formatif, vol.2.


No.3. Tersedia:
https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/Formatif/article/download/10 5/101

Anda mungkin juga menyukai