Anda di halaman 1dari 31

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI....................................................................................................................i
I. PENDAHULUAN......................................................................................................1
1.1. Latar Belakang...................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................8
1.3. Tujuan Penelitian................................................................................................9
1.4. Manfaat Penelitian..............................................................................................9
II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................10
2.1. Pengertian Hidroponik.....................................................................................10
2.2. Metode Bercocok Tanam Hidroponik..............................................................13
2.3. Nutrisi Hidroponik...........................................................................................14
2.4. Profil Usaha......................................................................................................17
2.5. Analisa Usaha...................................................................................................18
2.6. Penelitian Relevan............................................................................................20
2.7. Kerangka Pemikiran..............................................................................................22
III. METODE PENELITIAN...................................................................................21
3.1. Tempat Penelitian.............................................................................................21
3.2. Waktu Penelitian..............................................................................................21
3.3. Metode Penelitian.............................................................................................22
3.4. Teknik Pengumpulan Data...............................................................................23
3.5. Teknik Analisis Data........................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................27

i
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Agribisnis adalah salah satu peluang usaha yang potensial

menghasilkan keuntungan. Mengacu pada aspek komersialisasi penuh yang

menjadi ciri usaha agribisnis, keberhasilannya dapat dicapai jika perhatian

manajemen tidak terfokus hanya pada sisi produksi, tetapi juga pada sisi

pemasaran (Noni dan Sri, 2016). Agribisnis merupakan usaha di sektor

pertanian dengan menggunakan strategi yang dapat meningkatkan pendapatan

dan kesejahteraan masyarakat.

Sektor pertanian merupakan sektor paling penting dan harus

ditangani secara sungguh-sungguh untuk memantapkan swasembada dan

meningkatkan pendapatan masyarakat. Indonesia sebagai negara agraris

memiliki potensi yang cukup besar untuk pengembangan produk-produk

pertanian mencakup usaha tani tanaman pangan, holtikultura, perkebunan,

peternakan, perikanan, dan kehutanan untuk mewujudkan swasembada

ketahanan pangan.

Dari sekian banyak jenis usaha tani yang berkembang di Indonesia,

jenis pertanian hortikultura yang berkembang sangat pesat. Berdasarkan

(Bappenas, 2004) komoditas holtikultura terdiri dari buah-buahan, sayuran,

tanaman hias, dan tanaman obat yang mempunyai potensi besar untuk

dikembangkan sebagai usaha agribisnis.


2

Jenis holtikultura yang dijadikan kebutuhan sehari-hari salah satunya

sayuran. Sayuran merupakan pendamping makanan utama yang menjadi

sangat dibutuhkan saat ini karena pada saat ini semakin banyak orang yang

sadar dan menjaga kesehatannya secara teratur salah satunya dengan

mengkonsumsi sayur alami secara teratur.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas terlihat bahwa

sektor pertanian merupakan sektor yang menjanjikan dan digalakkan oleh

pemerintah dalam rangka memenuhi kehidupan pangan dan gizi mayarakat.

Namun yang menjadi permasalahan saat ini, tidak semua orang memiliki

waktu, tenaga, lahan dan ilmu pertanian dalam rangka mendukung program

pemerintah yang berkaitan dengan swasembada pangan.

Akan tetapi, dari pengamatan penulis di lingkungan masyarakat

meskipun mereka memiliki keterbatasan waktu, lahan, dan ilmu pertanian,

tetapi mereka tetap dapat melakukan kegiatan bertani atau bercocok tanam.

Cara yang mereka lakukan untuk menyiasati segala keterbatasan yang dimiliki

yakni dengan melakukan bercocok tanam dengan cara atau trent terbaru. Trent

terbaru yang dimaksud adalah metode hidroponik. Belakangan ini bercocok

tanam dengan metode hidroponik semakin digalakkan dan dilirik oleh banyak

orang, terutama untuk berkebun di sekitar rumah.

Bertanam sayur dengan metode hidroponik memang cocok untuk

manusia modern yang hidup dengan segala keterbatasan. Digemarinya metode

bercocok tanam dengan cara hidroponik ini dilatarbelakangi oleh banyak hal.

Penulis dapat melihat latar belakang orang melakukan kegiatan bercocok


3

tanam dengan metode hidroponik dari dua perspektif yakni dari perspektif

kebutuhan emosional seseorang dan perspektif ekonomi. Dari perspektif

kebutuhan emosional metode bercocok tanam dengan hidroponik ini digemari

masyarakat belakang ini karena: (1) sebagai salah satu cara untuk

menghilangkan kejenuhan di tengah padatnya rutinitas kehidupan, (2) dapat

menyegarkan pikiran di tengah banyaknya permasalahan hidup, (3) sebagai

salah satu kegiatan untuk menyalurkan nilai seni yang dimiliki seseorang, dan

(4) menyalurkan kreativitas seseorang dalam bidang pertanian di tengah

sempitnya waktu yang dimiliki.

Dari perspektif ekonomi kegiatan bercocok tanam hidroponik

memiliki banyak manfaat yakni: (1) menghemat lahan, (2) memberikan

pasokan sayur yang berkualitas, (3) menghemat pengeluaran, (4) menjadikan

rumah jadi sejuk, (5) membuat lingkungan rumah jadi asri, dan (6)

menyejukkan mata (Wulansari 2015).

Dari penjelasan tersebut di atas terjawab bahwa keterbatasan waktu,

tenaga, lahan yang dimiliki seseorang untuk bercocok tanam dapat diatasi

dengan melakukan kegiatan bercocok tangan dengan metode hidroponik.

Terlebih lagi untuk kota Pekanbaru yang dikenal dengan nama kota Seribu

Ruko. Berbeda dengan kota-kota lainnya yang kadang mudah menemukan

hamparan hijau, sawah, dan sederet palawija atau jejeran sayuran, di

Pekanbaru agak sulit menemukan hal-hal yang berbau “tanah dan tanaman”.

Jika pun ada, maka lahan-lahan pertanian itu sudah masuk ke perbatasan

kabupaten lain, bukan di Pekanbaru, salah satu alternatif di kota Pekanbaru


4

untuk memenuhi kebutuhan sayur-sayuran adalah menggunakan media

hidroponik.

Berbicara tentang bercocok tanam hidroponik di kota Pekanbaru

cukup banyak. Akan tetapi, setelah dilakukan observasi awal ke tempat-

tempat hidroponik tersebut ternyata yang dilakukan lebih banyak untuk

sekadar menyalurkan hobi dan mengisi waktu luang. Artinya, yang mereka

lakukan tidak mengacu ke arah bisnis. Di samping itu, dari survey awal yang

juga penulis lakukan banyak nama-nama hidroponik atau green farm yang

ditemukan melalui google di kota Pekanbaru, tetapi mereka justru menjual

segala kebutuhan untuk bercocok tanam hidroponik, tidak menanam sayuran

hidroponik. Di antara nama-nama hidroponik yang ada di kota Pekanbaru

adalah Green Farm Pekanbaru, Sidomulyo Hidroponik, Ladang Hidroponik,

HD Store Hidroponik, Hidroponik 78, Hidroponik Melati, Dapur Hidroponik,

Hidroponik Bilqis Pekanbaru, Kaza Herbal dan Hidoponik Store, Moms

Dream Hidroponik Farm, Green Farm Saudara.

Setelah diobservasi ke tempat tersebut ternyata banyak yang hanya

menjual bibit sayuran hidroponik, alat-alat perlengkapan usaha hidroponik,

dan ada juga usaha kuliner yang semua sayur dan buah-buahannnya berasal

dari tanaman hidroponik. Ada juga hidroponik yang benar-benar melakukan

bercocok tanam dan dijadikan lahan bisnis, tetapi mereka tidak konsisten

melakukan usaha tersebut. Ini berarti usaha hidroponik yang dilakukan tidak

berkelanjutan tetapi sifatnya musiman. Hal ini berarti bahwa usaha-usaha


5

hidroponik yang ada di kota Pekanbaru tidak semuanya cocok dijadikan

sebagai tempat penelitian.

Dari beberapa hidroponik yang ada dikota Pekanbaru dan teah penulis

kemukakan di atas, penulis menetapkan usaha hidroponik Green Farm

Saudara sebagai tempat penelitian dengan alasan:

(1) Paling konsisten dalam menjalankan usaha hidroponik. Artinya, usaha ini

senantiasa berkelanjutan mulai dari dibukanya usaha sampai saat ini tidak

pernah putus dalam bercocok tanam sayuran melalui sistem hidroponik.

Dari observasi awal yang penulis lakukan di usaha hidroponik Saudara

diperoleh data bahwa pemiliknya kontiniu melakukan kegiatan bercocok

tanam. Dalam satu tahun, pemilik hidroponik Saudara melakukan kegiatan

bercocok tanam bergantung kepada jenis sayuran yang ditanam.

Dari hasil wawancara penulis dengan pemilik Green Farm Saudara bahwa

lubang tanamnya yakni 1800 lubang dengan kalkulasi hasil per lima

lubang menghasilkan 200-250 gram sayuran. Jadi 1800 lubang

menghasilkan 360 ikat sayuran. Berat satu ikat sayuran 250 gram dengan

harga jual rata-rata Rp.12000 perikat. Dengan demikian, hasil yang

diperoleh oleh pemilik Green Farm Saudara per satu priode masa tanam

adalah 360 ikat x 12000 = Rp. 4.320.000. Dalam satu tahun dilakukan 5

kali priode tanam. Jadi, hasil yang diperoleh Green Farm Saudara

pertahun adalah 4.320.000 x 5 = Rp. 21.600.000


6

Tabel 1.1 Jumlah Hasil Tani Green Farm Saudara Tahun 2015-2020

tahu Luas Jumla Jumlah Jumlah Jumlah


n lahan/jumla h supermark sayur/ika uang
h lubang tenaga et tempat t dalam
tanam menjual rupiah
2015 270 m/1800 2 1622 19.464.00
lubang orang 3 0
tanam
2016 270 m/1800 2 3 1830 21.960.00
lubang orang
tanam 0

2017 390 m/ 3 5 2587 31.044.00


2574
lubang orang 0
tanam
2018 390 m/ 3 5 2642 31.704.00
2574
lubang orang 0
tanam
2019 390 m/ 4 6 3056 36.672.00
2574
lubang orang 0
tanam
2020 390m/ 2574 4 6 3123 37.476.00
lubang
tanam orang 0

Berdasarkan data yang tertera pada tabel 1.1 terlihat bahwa terjadi

penambahan jumlah lahan sebanyak 1 kali yakni pada tahun ke tiga yakni

pada tahun 2017 sampai tahun 2020 tetap bertahan 390 meter. Akan tetapi,

pada tahun 2019 dan 2020 dengan jumlah luas lahan yang sama dilakukan

6 x masa tanam. Perubahan yang juga dilakukan yakni menambah jumlah

pekerja dan menambah jumlah supermarket untuk menjual hasil panen

(untuk hasil lebih lanjut dan detail akan dipaparkan pada bab IV).
7

(2) Memakai semua peralatan untuk bercocok tanam hidroponik seperti:

Modul Hidroponik, pH meter, TDS/EC meter, Gelas ukur/gelas

takar/spuit, pH up dan pH down, Hole saw, Netpot, Cairan Kalibrasi TDS

meter dan pH meter, Media tanam, pompa air dan green house.

(3) Pemilik hidroponik Saudara pernah mengikuti pelatihan teori bercocok

tanam secara hidroponik. Menurut data yang dituturkan oleh pemilik

hidroponik Saudara bahwa pernah mengikuti tiga kali pelatihan yang

diselenggarakan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau

tahun 2015. Pelatihan kedua yang juga pernah diikutinya adalah pelatihan

program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Rukun Warga (PMB RW)

tahun 2018. Pelatihan berikutnya yang diikuti pemilik usaha hidroponik

Saudara adalah pelatihan yang digelar oleh LPPM UNRI pada tahun 2020

yang diadakan di kelurahan Tangkerang Labuai Pekanbaru.

(4) Mau berbagai ilmu pembuatan sistem farm. Pemilik usaha hidroponik

Saudara juga memfasilitasi konsultasi kepada para pemula yang ingin

membuat usaha hidroponik. Hal ini berarti bahwa pemilik usaha

hidroponik Saudara mau berbagi ilmu dan pengalamannya kepada orang

lain.

Pada latar belakang ini penulis perlu memaparkan profil singkat usaha

hidroponik Green Farm Saudara yang penulis jadikan tempat penelitian ini.

Usaha hidroponik Green Farm Saudara dimulai pada tahun 2015. Pada

awalnya usaha ini dibuat hanya sekadar sebagai penyaluran hobi oleh

pemiliknya, tetapi lambat laun usaha ini berkembang menjadi usaha berbasis
8

bisnis. Pada saat memulai usaha, pemilik usaha menggunakan dua orang

karyawan untuk membantu mengembangkan usaha tersebut.

Adapun luas tanah yang dipakai oleh usaha hidroponik Green Farm

Saudara pada saat berdiri hanya 270 meter (18 x 15 m). Jumlah lubang tanam

1800 lubang. Jenis tanaman yang dibudidayakan secara hidroponik pada

usaha Green Farm Saudara ini adalah jenis sayur-sayuran. Adapun sayuran

yang ditanam adalah: kangkung, bayam, salada, sawi hijau, dan sawi pakchoy.

Penulis juga ingin mengetahui apakah petani hidroponik ini

mempunyai tujuan lain yang berkaitan dengan penambahan pendapatan atau

keuntungan dari berbagai sayuran yang mereka budidayakan tersebut.

Artinya, para petani hidroponik ini tidak hanya sekadar menyalurkan

kegemaran mereka bercocok tanam, tetapi lebih jauh mereka juga menjadikan

kegemaran mereka tersebut menjadi sumber penghasilan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah

dalam bentuk pertanyaan penelitian. Rumusan masalah dalam penelitian ini

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah deskripsi usaha sayuran hidroponik Green Farm Saudara di

kota Pekanbaru?

2. Berapakah pendapatan dan keuntungan usaha sayuran hidroponik Green

Farm Saudara di kota Pekanbaru?


9

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan adalah:

1. Mendeskripsikan profil usaha sayuran hidroponik Green Farm Saudara di

Kota Pekanbaru.

2. Menganalisis pendapatan dan keuntungan usaha sayuran hidroponik

Green Farm Saudara di Kota Pekanbaru.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Sebagai salah satu syarat bagi peneliti untuk meraih gelar Serjana

Pertanian pada program studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Ekasakti.

2. Bagi pemilik usaha penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

informasi dan saran yang bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam

pengambilan keputusan dan pengembangan usaha di masa yang akan

datang.

3. Bagi pemerintah dapat dijadikan sebagai informasi dalam membuat

kebijakan dan pembinaan usaha kecil maupun menengah di Kota

Pekanbaru.

4. Bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan referensi yang ingin mempelajari

lebih lanjut tentang analisis usaha sayuran hidroponik.


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Hidroponik

Di zaman yang serba modern ini bertanam tidak lagi harus

menggunakan tanah. Berbagai macam metode dapat dilakukan. Salah satunya

adalah bertanam secara hidroponik. Hidroponik berasal dari bahasa Yunani,

Hydroponic, yang artinya hydro berarti air dan ponous berarti kerja. Sesuai

dengan arti tersebut, bertanam secara hidroponik merupakan teknologi

bercocok tanam yang menggunakan air, nutrisi dan oksigen (Tim Karya

Mandiri, 2010).

Hidroponik adalah lahan budidaya pertanian tanpa menggunakan

media tanah, sehingga hidroponik merupakan aktivitas pertanian yang

dijalankan dengan menggunakan air sebagai medium untuk menggantikan

tanah. Sehingga sistem bercocok tanam secara hidroponik dapat

memanfaatkan lahan yang sempit. Pertanian dengan menggunakan sistem

hidroponik memang tidak memerlukan lahan yang luas dalam

pelaksanaannya, tetapi dalam bisnis pertanian hidroponik hanya layak

dipertimbangkan mengingat dapat dilakukan di pekarangan rumah, atap

rumah maupun lahan lainnya (Syamsu, 2014).

Sistem hidroponik dapat memberikan suatu lingkungan pertumbuhan

yang lebih terkontrol. Dengan pengembangan teknologi, kombinasi sistem

hidroponik dengan membran mampu mendayagunakan air, nutrisi,

pestisida secara nyata lebih efisien (minimalys system) dibandingkan


11

dengan kultur tanah, terutama untuk tanaman berumur pendek.

Penggunaan sistem hidroponik tidak mengenal musim dan tidak

memerlukan lahan yang luas dibandingkan dengan kultur tanah untuk

menghasilkan satuan produktivitas yang sama.

Bertanam secara hidroponik memiliki berbagai keunggulan

dibandingkan dengan budidaya tanaman menggunakan media tanah.

Kelebihan hidroponik antara lain : (Hanum, 2008)

1. Keberhasilan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi lebih terjamin

2. Dapat dilakukan dimana saja tidak tergantung sifat fisik dan kimia

tanah, dan dapat dilakukan pada lahan yang sempit ataupun gersang.

3. Produktivitas tanaman lebih tinggi serta lebih kontinu

4. Perawatan terhadap gangguan hama dan penyakit lebih terkontrol

serta lebih praktis.

5. Pertumbuhan tanaman lebih cepat

6. Kualitas hasil lebih baik (bersih & tidak rusak)

7. Penggunaan pupuk lebih hemat (efisien)

8. Efisiensi tenaga kasar (misalnya mencangkol, membajak, dan lain-lain)

9. Beberapa jenis tanaman dapat ditanam diluar musimnya

10. Tidak ada risiko kebanjiran, erosi, kekeringan atau ketergantungan

pada kondisi alam

11. Harga jual relatif lebih tinggi


12

Di samping manfaat yang diperoleh dari bercocok tanam dengan

metode hidroponik ini, ada juga beberapa keunggulan atau kelebihan

bercocok tanam dengan cara hidroponik yakni: (1) penggunaan lahan lebih

efisien, (2) tidak membutuhkan banyak air, (3) mudah dalam penggali nutrisi,

(4) relatif tidak menghasilkan polusi nutrisi ke lingkungan, (5) memberikan

hasil yang lebih banyak, (6) mudah dalam memanen hasil, (7) kuantitas dan

kualitas produksi lebih tinggi dan lebih bersi, (8) bebas dari tunbuhan

pengganggu atau gulma, (9) kandungan gizi tznzmzn hidrionik lebih tinggi

(Wibowo dan Asriyanti, 2013).

Wibowo dan Asriyanti, dalam (Riko Masda Putra, 2018) Hidroponik

adalah suatu teknologi budidaya tanaman dalam larutan nutrisi dengan atau

tanpa media buatan (pasir, kerikil, rockwool, perlite, peatmoss, coir, atau

sawdust) untuk penunjang mekanik. Selain untuk meminimalisasi dampak

karena keterbatasan iklim, hidroponik juga dapat mengatasi luas tanah yang

sempit, kondisi tanah kritis, hama dan penyakit yang tak terkendali,

keterbatasan jumlah air irigasi, bisa ditanggulangi dengan sistem hidroponik.

Keunggulan hidroponik antara lain ramah lingkungan, produk yang

dihasilkan higienis, pertu mbuhan tanaman lebih cepat, kualitas hasil

tanaman dapat terjaga, dan kuantitas dapat lebih meningkat.

Dari berbagai keunggulan tersebut, hidroponik sangatlah ramah

lingkungan, produktivitas tanamannya hasil hidroponik pun tinggi, serta

kualitas dari hasil lebih baik, efesiensi waktu dan tenaga, serta tanaman
13

hidroponik tidak rentan terkena hama dan penyakit, sehingga sangat baik

untuk dikembangkan.

2.2. Metode Bercocok Tanam Hidroponik

Metoda bercocok tanam hidroponik dapat dibagi menjadi 5 (lima)

katagori berdasarkan media tempat tumbuh tanaman,yaitu:

1) Metoda Nutrient FilmTechnique (NFT)

Nutrient Film Technique (NFT) merupakan salah satu tipe spesial

dalam hidroponik. Konsep dasar NFT ini adalah salah satu metode budidaya

tanaman dengan akar tanaman tumbuh pada lapisan nutrisi yang dangkal

dan tersikulasi sehingga tanaman dapat memperoleh cukup air, nutrisi, dan

oksigen. Umumnya metode ini digunakan untuk sayuran berumur pendek

(misalnya: pakchoy, caysim, lettuce, kailan, bayam dan kangkung).

2) Metoda Substrat

Metode Substrat yaitu menumbuhkan tanaman dalam media padat

(bukan tanah), umunya digunakan untuk mengusahakan sayuran atau buah

yang bernilai tinggi. Media padat antara lain dapat arang (kayu, sekam padi),

pasir, perlit, zeolit, gambut, kerikil, potongan sabut kelapa, pakis, pecahan

genteng/batu bata, batu apung, dan sebagainya. Larutan nutrisi diberikan

dengan cara disiram / dialirkan lewat sistem irigasi. Sistem irigasi yang

biasa dipakai pada Hidroponik Substrat yaitu sistem air mengalir ataupun

irigasi tetes (drip irigation).

3) Metoda Wick System


14

Sistem wick dikenal dengan sistem sumbu merupakan metode

dalam bertanam hidroponik secara sederhan. Teknik ini memanfaatkan gaya

kapilaritas pada sumbu untuk mengantarkan air dan nutrisi ke akar tanaman

sehingga akar dapat menyerap unsur - unsur hara yang disediakan.

4) Metoda Aeroponik

Prinsip aeroponik cukup sederhana, yaitu menyediakan nutrisi

sekaligus memberikan air yang kaya akan oksigen ke tanaman dengan

menyemprotkan air yang mengandung nutrisi tersebut.

5) Metoda Floating Hydroponic

Floating Hydroponics System (FHS) merupakan suatu budidaya

tanaman (khususnya sayuran) dengan cara menanamkan atau menancapkan

tanaman pada lubang sterofom yang mengapung di atas permukaan larutan

nutrisi dalam suatu bak penampung atau kolam sehingga akar tanaman

terapung atau terendam dalam larutan nutrisi. Metode ini dikembangkan

pertama kali oleh Jensen tahun 1980 di Arizona dan Massantini (1976) di

Italia (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

2.3. Nutrisi Hidroponik

Nutrisi hidroponik adalah pupuk hidroponik lengkap yang

mengandung semua unsur hara makro dan mikro yang diperlukan tanaman

hidroponik. Pupuk tersebut di formulasikan secara khusus, sesuai jenis dan

fase pertumbuhan tanaman. Nutrisi hidroponik terdiri atas unsur makro dan
15

mikro yang berbentuk garam- garam mineral yang larut 100% pada air

(Herwibowo dan Budiana, 2014).

Larutan nutrisi digunakan sebagai sumber pasokan air dan mineral

nutrisi merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan kualitas hasil

tanaman hidroponik, sehingga harus tepat dari segi jumlah komposisi ion

nutrisi dan suhu. Larutan nutrisi ini dibagi dua, yaitu unsur makro (C, H, O,

N, S, P, K, Ca, dan Mg) dan unsur mikro (B, Cl, Cu, Fe, Mn, Mo dan Zn).

Pada umumnya kualitas larutan nutrisi ini diketahui dengan mengukur

electrical conductivity (EC) larutan tersebut. Konduktivitas atau electrical

conductivity (EC) merupakan kemampuan suatu larutan dalam

menghantarkan arus listrik. Beberapa langkah atau cara dalam penanaman

sayuran hidroponik adalah sebagai berikut:

1. Pembibitan

Pilihlah bibit yang berkualitas, supaya mutu buah atau sayur yang

dihasilkan cukup optimal. Beberapa kriteria untuk seleksi benih adalah

seperti berikut ini: (Tim Karya Tani Mandiri, 2010)

a. Utuh, artinya benih tidak memilki cacat ataupun luka. Benih yang

cacat atau luka biasanya sulit untuk tumbuh.

b. Sehat, artinya benih harus benar - benar terbebas dari hama penyakit

c. Bersih dari kotoran, artinya benih tidak terkontaminasi oleh benda-

benda asing, misalnya pasir, tanah, atau benih-benih tanaman lain


16

d. Memilki daya tumbuh yang baik. Kemampuan berkecambah lebih

dari 85%

e. Tidak berkerut atau berkeriput

2. Penyemaian

Sistem hidroponik bisa menggunakan bak dari kayu atau plastik. Bak

tersebut berisi campuran pasir yang sudah diayak halus, sekam bakar,

kompos dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1:1. Semua bahan

tersebut dicampur rata dan dimasukkan ke dalam bak dengan ketinggian

sekitar 7 cm. Masukkan biji tanaman dengan jarak 1x 1,5 cm. Tutup

dengan tisu/ karung/ kain yang telah dibasahi supaya kondisi tetap lembab.

Kemudian lakukan penyiraman hanya pada saat media tanam mulai

kelihatan kering. Setelah itu buka penutup setelah biji berubah menjadi

kecambah. Kemudian pindahkan ke tempat penanaman yang lebih besar

bila pada bibit telah tumbuh minimal 2 lembar daun (Syamsu, 2014)

3. Persiapan Media Tanam

Syarat media tanam untuk hidroponik adalah mampu menyerap dan

menghantarkan air, tidak mudah busuk, tidak mempengaruhi pH, steril, dan

lain-lain. Media tanam yang bias digunakan dapat berupa gambut, sabut

kelapa, sekam bakar, rockwool (serabut bebatuan). Kemudian isi kantung

plastik, polybag, pot plastik, atau bantalan plastic dengan media tanam

yang sudah disiapkan (Syamsu, 2014)

4. Pembuatan Green House


17

Bercocok tanam secara hidroponik mutlak membutuhkan green house.

Green house bisa dibuat dari rangka besi, rangka bamboo, atau rangka

kayu. Green house ini bias digunakan untuk menyimpan tanaman pada saat

tahap persemaian ataupun pada saat sudah dipindah ke media tanam yang

lebih besar.

5. Pupuk.

Media tanam pada system hidroponik hanya berfungsi sebagai pegangan

akar dan perantara larutan nutrisi, untuk mencukupi kebutuhan unsur hara

makro dan mikro perlu pemupukan dalam bentuk larutan yang

disiramkan ke media tanam. Kebutuhan pupuk pada system hidroponik

sama dengan kebutuhan pupuk pada penanaman sistem konvensional.

6. Perawatan Tanaman.

Perawatan padasistem hidroponik pada dasarnya tidak berbeda jauh

dengan perawatan padapenanaman system konvensional seperti

pemangkasan, pembersihan gulma,penyemprotan pupuk dan daun serta

lain -lain.

2.4. Profil Usaha

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Profil adalah pandangan dari

samping tentang wajah orang, lukisan gambar orang dari samping, grafik atau

ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan

pengertian “usaha” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kegiatan

dengan mengerahkan tenaga, pikiran.


18

Profil usaha dapat diartikan sebagai gambaran atau pandangan

mengenai kegiatan-kegiatan usaha yang dilakukan oleh seorang wirausaha

atau pengusaha. Kegiatan usaha dalam hal ini lebih mengarah pada kegiatan

dibidang perdagangan maupun jasa dengan maksud mencari keuntungan.

2.5. Analisa Usaha

a) Pendapatan

Menurut Rosjidi ( 1999:128 ) ”Pendapatan adalah peningkatan

jumlah aktiva atau penurunan jumlah kewajiban perusahaan, yang timbul dari

transaksi penyerahan barang dan jasa atau aktivitas usaha lainnya dalam suatu

periode yang dapat diakui dan diukur berdasarkan Prinsip Akuntansi Berlaku

Umum”. Dalam pengertian ini pendapatan yang diperoleh dari transaksi

penyerahan barang atau jasa atau aktivitas usaha lainnya itu adalah yang

berhubungan secara langsung dengan kegiatan untuk memperoleh laba usaha

yang dapat mempengaruhi terhadap jumlah ekuitas pemilik. Dengan

demikian, tidak termasuk dalam pengertian pendapatan, adalah peningkatan

aktivitas perusahaan yang timbul dari pengadaan aktivitas, investasi oleh

pemilik, pinjaman ataupun koreksi laba rugi pada periode sebelumnya.

b) Analisis Biaya Bersama

Biaya bersama merupakan biaya untuk memproduksi dua atau

lebih produk yang terpisah dengan menggunakan fasilitas yang sama

(Mulyadi, 2009). Pada usaha sayuran hidroponik ini terdapat penggunaan

secara bersama input produksi anatara kepentingan usaha dan kepentingan


19

pribadi. Untuk menghitung biaya bersama terlebih dahulu memisahkan mana

yang kepentingan usaha dan kepentingan pribadi. Biaya bersama ini terdiri

dari biaya bibit, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik (Mulyadi,

2009).

c) Analisis Titik Impas (Break Even Point )

Usaha Analisis Break Even Poin atau titik pulang pokok adalah

keadaan suatu usaha ketika tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi.

Bila kondisi titik pulang pokok tercapai, jumlah penghasilan yang diperoleh

sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan, atau marjin kontribusi hanya

dapat menutupi biaya tetap. (Fuad dkk, 2001).

a
1) BEP (dalam unit ) =
(c−b)

a
2) BEP (dalam Rupiah Penjualan) b
(1− )
c

Dimana:

a = Total Biaya Tetap (Rp)


b = Biaya Variabel per Unit (Rp/kg)
c = Harga Jual per Unit (Rp/kg)
x = Jumlah Produk yang Dijual
Analisis RIC

RIC adalah singkatan dari revenue per cost,atau dikenal sebagai

perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya. Analisis RIC

digunakan untuk mengetahui layak atau tidak layaknya suatu komoditas


20

diusahakan, yaitu dengan melihat perbandingan antara penerimaan dengan

biaya.

RCR = RIC

Dimana:

RCR = Nilai RIC


R = Penerimaan (RpIhaImt)
C = Biaya total (RpIhaImt)
RIC > 1 artinya usahatani tersebut menguntungkan
RIC = 1 artinya usahatani tersebut tidak untung dan tidak rugi
RIC < 1 artinya usahatani tersebut mengalami kerugian (Soekartawi, 1995).
Digunakan Analisis Titik Impas dan Analisis RIC dilakukan untuk

membadingkan hasil yang didapat dari dua metode tersebut.

Keuntungan

Menurut Henry ( 2000 : 28 ) ”Laba bersih atau rugi bersih ( net income

atau net loss ) adalah perbedaan antara pendapatan dan beban. Jikalau

pendapatan melebihi beban maka hasilnya adalah laba bersih. Pendapatan akan

mendongkrak aktiva perusahaan atau entitas pemegang saham, sedangkan

beban akan mengkonsumsi aktiva perusahaan.

Menurut FASB, Stice ( 2004 : 37 ) mendefenisikan ”Laba komprehensif

merupakan perubahan dalam ekuitas bisnis selama satu periode dari transaksi,

kejadian, dan kondisi lainnya yang berasal dari sumber-sumber selain pemilik

perusahaan dalam suatu periode akuntansi yang diakui dan diukur berdasarkan

Prinsip Akuntansi Berlaku Umum”.


21

2.6. Penelitian Relevan

Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini dilakukan

oleh (Rizki, 2014) yang berjudul Perencanaan Produksi Sayuran Hidroponik

Pada Pt. Kebun Sayur Segar (Parung Farm), Bogor, Jawa Barat penelitian ini

menyimpulkan : 1) Perencanaan produksi didapat berdasarkan hasil peramalan

yang telah dilakukan dengan karakteristik masing-masing komoditi, 2)

Permintaan bayam hijau, kangkung dan romaine pada PT. Kebun Sayur Segar

(Parung Farm) untuk periode lima bulan ke depan cenderung berfluktuasi dari

hari ke hari.

kedua dilakukan oleh (Lora, Rina, Rian, 2017) yang berjudul Analisis

Usaha Tani Green_Guru Hydroponic di Kota Padang menyimpulkan Di Kota

Padang terdapat tiga tempat yang mengusahakan sayuran hidroponik, yaitu:

Hydro Garden Hydroponics, Alga Hydroponics, dan Green_Guru Hydroponics.

Namun saat ini semakin banyaknya muncul usahatani sayuran hidroponik

lainnya, meski skalanya dapat dikatakan masih kecil.

Penelitian ketiga dilakukan oleh Mila Siti Amalia (2009) yang berjudul

Pengembangan Sistem Informasi Budidaya Sayuran Secara Hidroponik Dalam

Greenhouse Dan Sistem Pakar Pembuatan Greenhouse Beserta Sistem

Hidroponik Berbasis Web menyimpulkan Pada penelitian ini telah dibangun

sistem informasi teknologi sayuran hidroponik dalam greenhouse dan sistem

pakar pendirian greenhouse dan hidroponik. Sistem informasi teknologi sayuran

hidroponik dalam greenhouse menyajikan informasi mengenai sayuran yang


22

biasanya dibudidayakan dengan teknologi hidroponik, sistem hidroponik yang

digunakan, tipe greenhouse yang disesuaikan dengan kebutuhan serta informasi

lain yang berhubungan dengan hidroponik dan greenhouse. Informasi-informasi

tersebut disajikan dalam menu-menu pilihan yang terdapat pada bagian frame

navigasi.

Penelitian keempat dilakukan oleh Analisis Strategi Pemasaran Sayuran

Hidroponik Di Kota Medan Hasil penelitian menunjukkan bahwa posisi strategi

peningkatan pemasaran sayuran hidroponik berada pada kuadran I, yang berarti

kekuatan yang dimiliki Badan Ketahanan Pangan Kota Medan dalam pemasaran

sayuran hidroponik lebih besar dari pada kelemahan, dan memiliki peluang yang

lebih besar dari ancaman dalam upaya pengingkatan pemasaran.

Penelitian Kelima dilakukan oleh Abdul Kadir Sami (H0813001) Strategi

Pemasaran Sayuran Hidroponik hasil penelitian menyimpulkan Di Pt. Kebun

Sayur Segar Parung Farm Kabupaten Bogor Jawa Barat. Identifikasi faktor

lingkungan internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap strategi pemasaran

sayuran hidroponik PT. Kebun Sayuran Segar Parung Farm di Kabupaten Bogor

Jawa Barat yaitu : Kekuatan utama dalam pemasaran Sayuran hidroponik pada

PT. Parung Farm Sayur dengan skor tertinggi 0,610687 adalah Produksi berjalan

dengan teratur sesuai dengan permintaan konsumen.

2.7. Kerangka Pemikiran


 Luas lahan yang semakin menurun
 Sayuran yang lebih Higienis dan sehat
23

Menggunakan Sistem Hidroponik

Deskripsi Usaha Hidroponik Green Analisa Usaha


Farm Saudara di Kota Pekanbaru 1. Pendapatan
2. Keuntungan

Pengembangan Usaha Hidroponik


Green Farm Saudara di Kota
Pekanbaru
III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di kota Pekanbaru yakni pada

usaha hidoponik Green Farm Saudara. Pemilihan Green Farm Saudara sebagai

tempat penelitian karena usaha hidroponik ini konsisten dalam melakukan

usahanya. Artinya, usaha hidroponik yang dilakukan oleh pemiliknya selalu

berkelanjutan sejak dimulai sampai saat ini. Di samping itu pemilihan Green

Farm Saudara sebagai tempat penelitian karena pemiliknya sangat kooperatif

dalam memberikan data penelitian yang dibutuhkan.

3.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan sampaui selesai dengan durasi waktu 6

(enam) terhitung Januari – Juni 2021. Adapun alokasi waktu penelitian dapat

dirinci sebagai berikut:


22

Tabel 3.1.
Alokasi Waktu Penelitian
No Waktu Kegiatan

1 Minggu I dan II Januari 2021 Pengajuan judul penelitian

Minggu III Januari sampai


2 Penulisan proposal
Februari 2021

3 Minggu II Maret 2021 Seminar proposal

3 Minggu III sampai IV 2021 Revisi proposal

Pengumpulan dan Pengolahan


4 April 2021
data penelitian

5 Minggu I Mei 2021 Seminar Hasil

6 Minggu II dan III Mei 2021 Revisi hasil penelitian

7 Juni 2021 Ujian

3.3. Metode Penelitian

Sesuai dengan masalah dan fokus penelitian di atas, maka penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang

dilakukan dengan latar belakang yang wajar dan alamiah serta holistik.

Penelitian kualitatif berusaha melihat, mencermati, dan menghayati masalah


23

yang akan diteliti sebagai fenomena yang kompleks yang harus diteliti secara

holistik atau menyeluruh (PPS UNP,2004: 18).

Untuk memperoleh gambaran tentang penelitian kualitatif, ada beberapa

ciri pokok penelitian ini yakni (1) lingkungan alamiah sebagai sumber data

langsung, (2) manusia merupakan alat atau instrumen utama pengumpul data,

(3) analisis data dilakukan secara induktif, dan (4) penelitian bersifat deskriptif

analitik (Margono, 2007: 38-39).

Berdasarkan ciri-ciri yang terkandung dalam penelitian kualitatif

sebagaimana diuraikan di atas, maka peneliti akan memaparkan sesuatu yang

benar-benar terjadi di lapangan. Data yang peneliti peroleh dari hasil observasi,

wawancara, dan dokumentasi dipaparkan secara gamblang dengan didukung

oleh teori-teori yang relevan. Dalam mengumpulkan data, peneliti merupakan

instrumen utama. Di samping itu, pemaparan hasil analisis dimulai dengan

temuan-temuan umum yang pada akhirnya baru ditarik simpulan spesifik.

Karena penelitian kualitatif bersifat deskripsi analitik maka pemaparan hasil

temuan dan hasil analisis dengan menggunakan bahasa atau secara deskriptif.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian merupakan data primer, yaitu data yang diambil atau

dikumpulkan langsung dari sumbernya. Dalam rangka Pengumpulan data

penelitian, peneliti menggunakan tiga jenis metode yaitu: 1) pengamatan

terlibat (Perticipant observation), 2) wawancara mendalam,dan 3) studi

dokumentasi.
24

Teknik pengumpulan data adalah dengan melakukan:

1. Studi Pustaka

Studi kepustakaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mencari

dan mempedomani berbagai referensi yang berisikan teori yang terkait dengan

judul penelitian. Di samping itu juga menggunakan sumber-sumber tertulis

dalam rangka menjaring data penelitian yang valid. Sumber-sumber tertulis

yang dimaksud dalam penelitian ini adalah data-data tertulis yang terkat

dengan penelitian

2. Observasi

Sejak awal studi pendahuluan telah dilakukan observasi terutama

untuk melihat kondisi objektif lokasi penelitian. Di samping itu, observasi

dilakukan untuk memperoleh, mengamati kendala-kendala, strategi yang

dilakukan oleh pelaku usaha hidroponik di kota Pekanbaru

3. Studi dokumentasi

Untuk melengkapi penelitian yang belum diperoleh melalui

wawancara dan observasi maka ditelusuri dengan melakukan studi

dokumentasi mendesripsikan usaha sayuran hidroponik di kota Pekanbaru. Di

samping itu, penulis juga mendokumentasikan pembukuan tentang biaya-

biaya operasional yang digunakan oleh usaha bercocok tanam hidroponik

tersebut.

3.5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dan

deskriptif kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, pelaksanaan analisis dapat


25

dilakukan sepanjang penelitian itu dan terus menerus mulai dari tahap

pengumpulan data sampai akhir. Data yang diperoleh dalam penelitian ini

tidak akan memberikan makna yang berarti apabila data tidak dianalisis lebih

lanjut. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukan oleh Miles dan Huberman

(1992:20) bahwa “Hasil analisisis data kualitatif merupakan upaya berlanjut,

berulang, dan terus menerus”. Dengan demikian, analisis yang dimaksud

merupakan kegiatan lanjutan dari langkah pengumpulan data mengikuti

langkah-langkah yang meliputi:

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan langkah awal dalam menganalisis data, ini

berguna mempermudah terhadap data yang diperoleh. Adapun dalam

pelaksanaannya dengan melakukan pengelompokkan aspek-aspek berdasarkan

pemasalahan penelitian yaitu apakah termasuk unit analisis atau fokus

masalah pertama atau kedua.

2. Penyajian Data.

Setelah melakukan reduksi terhadap data yang dikumpulkan maka

peneliti menyajikan data dalam bentuk deskripsi berdasarkan aspek-aspek

yang diteliti dan disusun berturut-turut mengenai pelaksanaan proses

pembelajaran yang dilakukan oleh guru bersertifikasi dari tahap persiapan

atau perencanaan sampai pada pelaksanaannya dan evaluasi.

Kategori data, data yang akan dianalisis dan dideskripsikan,

sebelumnya dikategorikasasi terlebih dahulu berdasarkan masalah penelitian.

Dalam hal ini pelaksanaan proses pembelajaran yang meliput persiapan,


26

pelaksanaan, evaluasi dan tidak lanjut ( follow up ), Kendala-kendala serta

upaya-upaya yang dapat di lakukan.

3. Pengambilan kesimpulan

Berdasarkan kegiatan tersebut di atas langkah terakhir yang dilakukan

oleh peneliti adalah mengambil kesimpulan / verifikasi. Kesimpulan

merupakan pemaknaan terhadap data yang telah dikumpulkan di mana

kesimpulan tersebut diarahkan pada pokok permasalahan yang teliti.

Sementara untuk analisis deskriptif kuantitatif penulis berusaha

memperoleh data tentang pendapatan dan keuntungan usaha sayur hidroponik

di kota Pekanbaru. Untuk menganalisis data ini penulis menggunakan rumus:

Л = TR – TC…………………………………………………….. (1)

Keterangan:

Л = Keuntungan usaha

TR = Penerimaan total

TC = Total biaya produksi


27

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2006. Suharsimi, Dasar - Dasar Evaluasi Pendidikan. Bandung: Citra


Umbara
Badan Pusat Statistik. 2018. Hasil Sesnsus Pertanian 2018
Nomi,Sri. 2016. Analisis Strategi Pemasaran Sayuran Hidroponik Merek Papanama
Farm.
Bappenas. 2004. Komoditas holtikultura. Diakses melalui https://www.bappenas.go.
id/id/. Tanggal 9 desember 2019 pukul 22.10.
Hanum, Chairani. 2008. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta
Herwibowo,K dan Budiono, N. S. 2014. Hidroponik Sayuran Untuk Hobi dan Bisnis.
Penerbit Swadaya. Jakarta.
Indriasti, Ratna. 2013. Analisis Usaha Sayuran Hidroponik pada PT Kebun Sayur
Segar Kabupaten Bogor.61 hal.
Lora , Rina, dan Rian. 2017. Kajian Usahatani Sayuran Hidroponik di Kota Padang.
Universitas Andalas
Moh, Nazir. 2011. Metode Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia. Bogor
Mulyadi. 2009. Akuntansi Biaya Edisi 5. Yogyakarta : Unit Penerbit Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi. YKP.544 hal
Riko. 2018. Budidaya Tanaman Hidroponik Dft Pada Tiga Kondisi Nutrisi Yang
Berbeda. Universitas Bandar lampung.
Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani.UI-Press. Jakarta.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Syamsu Ida. 2014. Pemanfaatan Lahan Dengan Menggunakan Sistem Hidroponik.
Universitas Tulungagung Bonorowo Vol. 1.No.2
Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Budidaya Secara Hidroponik. CV Nuansa
Aulia.160.

Anda mungkin juga menyukai