Anda di halaman 1dari 42

Daftar Isi

KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

1. PENDAHULUAN...........................................................................................
11
11. Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................ 2
2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 3
2.1 Kepribadian Konsumen ........................................................................ 3
2.2 Teori Kepribadian Konsumen ............................................................... 4
2.3 Faktor yang Mempemgaruhi Kepribadian ............................................. 6
2.3 Faktor yang Mempemgaruhi Kepribadian ............................................. 6
2.3 Faktor yang Mempemgaruhi Kepribadian ............................................. 6
3. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................... 10
3.1 Kesimpulan............................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 11

i
1. PENDAHULUAN

11. Latar Belakang

Kebutuhan pangan merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh


setiap manusia. Bagi mayarakat Indonesia kebutuhan pangan selalu
diindektikkan dengan kebutuhan beras, dimana beras merupakan bahan pangan
pokok selain sagu dan umbi-umbian. Menurut data BPS tahun 2020 kebutuhan
beras Indonesia mencapai 78.487 kg/kap/tahun angka ini mengalami
peningkatan dari tahun 2019 sebesar 78.429 kg/kap/tahun (Kementrian
Pertanian 2021). Peningkatan konsumsi beras di Indonesia tidak dibarengi
dengan peningkatan produksi beras di Indonesia yang mengalami penurunan
dari total produksi sebesar 54,604 ribu ton pada tahun 2019 menjadi sebesar
55,161 ribu ton pada tahun 2020 (Kementrian Pertanian 2021). Perlu dilakukan
studi untuk menemukan sebuah metode yang tepat untuk memastikan ketahanan
pangan Indonesia serta meningkatkan produksi beras di Indonesia, yang
bertujuan untuk mencukupi konsumsi beras dalam negeri maupun
meningkatkan kesejahtraan petani.
Menurut Ihsan et al (2016) metode peningkatan produksi pertanian dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu melalui ekstensifikasi dan intensifkasi
pertanian. Metode ekstensifikasi pertanian berfokus pada proses penambahan
dan perluasan lahan baru yang dapat ditanami oleh tanaman produksi. Namun,
metode ini memiliki hambatan diantaranya keterbatasan lahan, konversi lahan
pertanian menjadi penggunaan lain serta kesulitan dalam menemukan areal
mempunyai potensi untuk dijadikan lahan pertanian (Mulyani and Agus 2017).
Metode peningkatan produksi pertanian lainnya berupa intesifikasi pertanian,
metode ini berfokus pada pengoptimalan lahan eksisting dan pengembangan
pada teknologi pertanian melalui implemantasi dari panca usaha tani
(Parasmatiwi et al, 2012).
Salah satu teknik budidaya padi yang bertujuan untuk meningkatkan
produksi padi adalah SRI (System Rice Intensification). Teknik budidaya padi
SRI pertama sekali dikembangkan oleh Hendri de Lauine pada tahun 1983.
Menurut Stoop (2002) terdapat empat komponen penting dalam penerapan
metode SRI diantaranya perubahan cara tanam dengan melakukan seleksi benih

2
serta penanaman bibit muda pada usia 7-15 hari, pengoptimalan penggunan air
dengan kondisi persawahan dalam kondisi tidak tergenang, pengoptimalan
tenaga kerja melalui penggunaan alat, penyiangaan gulma serta penambahan
bahan organik. Menurut (Nalwida 2018), teknik budidaya padi SRI memiliki
kelebihan berupa dapat meningkatkan hasil panen hingga mencapai 50-200%,
lebih hemat air, pengunaan bibit yang lebih sedikit, serta lebih ramah
lingkungan disebabkan pemilihan pupuk organik dalam aplikasinya.

1.2 RumusanMasalah
1. Bagaimana evaluasi Program System of Rice Intensification (SRI) di daerah
penelitian?
2. Bagaimana evaluasi pelaksanaan Program System of Rice Intensification
(SRI) yang dilakukan petani didaerah penelitian ?
3. Bagaimana hasil pelaksanaan Program System of Rice Intensification (SRI)
yang dirasakan petani di daerah penelitian ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui evaluasi Program System of Rice Intensification (SRI) di


daerah penelitian

2. Untuk mengetahui evaluasi pelaksanaan dari Program System of Rice


Intensification (SRI) di daerah penelitian

3. Untuk mengetahui evaluasi hasil Program System of Rice Intensification


(SRI) yang dirasakan petani di daerah penelitian

3
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Padi

Tanaman Padi atau yang bernama latin Oryza sativa L dapat diklasifikan
dalam ordo Poales yang memiliki ciri batang berongga, berdaun tunggul dan
memiliki pelepah. Selain itu tanaman padi juga memiliki ciri batang dengan
rongga, anakan tumbuh pada buku-buku batang. Dari setiap anakan akan
tumbuh bunga atau yang disebut malai. Tanaman Padi termasuk dalam
golong tanaman akar serabut, dimana sangat efektif dalam menyerap
kandungan hara namun peka terhadap kekeringan. Akar padi berada pada
kedalaman 10−20 cm dari permukaan tanah. Padi dapat beradaptasi pada
lingkungan tergenang (anaerob), disebabkan adanya saluran aerenchyma pada
akar padi. Saluran ini berfungsi sebagai penyedia oksigen pada bahagian akar
tanaman (Tjitrosoepomo 1985).

Biji padi mengandung dua kandungan pati utama yaitu amilosa dan
amilopektin yang terletak didalam endosperm. Dari rasio perbandingan
kandungan kedua pati tersebeut akan mempengaruhi mutu dan rasa produk
akhir yang dihasilkan (pulen, pera, atau ketan). Tanaman padi dapat tumbuh
pada iklim tropis maupun subtropis. Namun tanaman padi dapat tumbu
dengan subur pada daerah berhawa panas dengan kandungan uap air yang
tinggi. Tanaman padi membutuhkan kondisi curah hujan berada pada rata-
rata 1500 - 2000 mm dengan distribusi selama 4 bulan. Suhu yang diinginkan
dalam pertumbuhan tanaman padi berada pada230C, dengan ketinggian areal
tanam dari permukaan laut berkisar antara 0 - 1500 m dpl (Nalwida 2018).

Tanaman padi dapat tumbuh pada tanah dengan komposisi fraksi pasir,
debu dan lempung dalam perbandingan tertentu. Tanaman padi dapat utmbuh
pada kondisi pH tanah berkisar antara 4-7. Tanaman memerlukan air dalam
jumlah yang cukup, dengan ketebalan lapisan atasnya berkisar antara 18-22
cm (Loebenstein dan Thottappilly 2007). Catatan sejarah mengenai tanaman

4
padi menyebutkan, budidaya tanaman padi tertua ditemukan pada 3.000 SM
(Purwono 2007).

Pada penelitian ini akan dipelajari mengenai teknik budidaya padi


menggunakan metode SRI, menurut (Nalwida 2018) terdapat beberapa
keunggulan metode SRI antara lain:

1. Penggunaan air selama proses penanaman lebih efisien, dimana selama


masa pertumbuhan hingga proses panen penggunaan air maksimum pada
ketebalan 2 cm. Tebal lapisan air paling efisien berada sekitar 5 mm atau
dalam kondisi macak-macak, proses ini diikuti dengan pengeringan hingga
tanah retak (irigasi terputus).
2. Lebih efisein dalam biaya tanam, kebutuhan benih hanya berkisar 5 kg/ha
tidak dibutuhkan biaya pencabutan bibit dan biaya pindah bibit.
Penggunaan bibit dan frekuensi tenaga tanam yang lebih sedikit akan
menghemat biaya pada proses penanaman.
3. Efisien dalam waktu tanam, pada proses SRI bibit muda ditanam pada
waktu 5-12 hari setelah proses semai. Proses tanam dengan bibit muda
akan mempersingkat waktu tanam dan lebih cepat panen.
4. Peningkatan produktivitas hingga mencapai 11 ton/ha.
5. Lebih ramah lingkungan, peralihan dalam penggunaan pupuk kimia (urea,
SP36, KCI) dengan focus pada penggunaan pupuk organik (kompos,
kandang dan MOL). Hal yang sama dilakukan pada pestisida yang
menekankan pada penggunaan pestisida organik dan pencegahan (Nalwida
2018).
2.2 Penyuluhan Pertanian

Menurut (Ashari et al, 2016), penyuluhan pertanian dapat didefenisikan


sebagai sebuah kegiatan pemberdayaan petani, keluarga serta masyarakat yang
terlibat dalam kegiatan agribisnis melalui sistem pendidikan non formal di bidang
pertanian. Kegiatan ini bertujuan untk meningkatkan pengetahuan petani, keluarga
maupun pelaku agribisnis, sehingga terjadi peningkatan kesejahteraan masyarakat
pertanian. Pada proses penyuluhan petani harus ikut serta dalam proses
pembelajaran mengenai pemeliharaan dan pemanfaatan sumberdaya serta potensi

5
yang ada di lokasi pertanian untuk meningkatkan kesejahteraan secara
berkelanjutan. Program ini harus disusun secara sistematis, partisipatif, dan
tertulis dilakukan pada tiap tahunnya (Purwono 2007).

Dalam arti yang lebih luas program penyuluhan pertanian dapat didefenisikan
sebagai sebuah rencana kegiatan penyuluhan pertanian yang didasari oleh aspirasi
petani, nelayan serta masyarakat pertanian. Program ini bertujuan untuk
mengoptimalkan potensi wilayah pertanian yang selaras pada program
pembangunan pertanian pada daerah tersebut. Program ini harus dapat
menggambarkan keadaan yang terjadi pada masa sekarang, tujuan yang akan
dicapai, masalah-masalah beserta solusi, serta cara untuk mencapai tujuan.
Program ini harus disusun secara sistematis, partisipatif, dan tertulis dilakukan
pada tiap tahunnya (Purwono 2007).

2.3 Sistem SRI (System Of Rice Intensification)


SRI (System Of Rice Intensification) merupakan salah satu teknik budidaya
padi yang berfokus pada pengelolaan tanah, tanaman dan air melalui konsolidasi
petani serta pemanfaatan potensi daerah lokasi yang didasarkan pada kegiatan
ramah lingkungan. Program SRI sangat mendukung terhadap pengmbalian unsur
hara tanah serta kesehatan pada pengguna produk akhir (Nalwida 2018).
Terdapat 6 tahapan utama dalam metode SRI, yaitu :
1. Seleksi Benih
a) Proses seleksi benih dengan perendaman dalam air dengan waktu 24 jam
b) Proses penyemaian dapat dilakuka dalam media tanah maupun terpal
menggunakan pupuk organik
2. Pengolahan Tanah
a) Pengolahan lahan dilakukan 2 minggu sebelum proses tanam, pengolahan
dapat dilakukan dengan menggunakan traktor maupun traktor tangan.
b) Perataan pada permukaan tanah yang bertujuan untuk memudahkan dalam
kontrol sistem pengairan.
3. Penanaman
a) Dilakukan proses penanaman pada benih muda yang sudah disemai berumur
7-14 hari.

6
b) Pada proses tanam harus diberi jarak tanam 30 cm x 30 cm antar tanaman.
4. Pemupukan
a) Pada proses pemupukan difokuskan pada penggunaan pupuk organik,
kebutuhan pupuk rata-rata berkisar 5-7 ton/Ha
b) Proses pemupukan dilakukan pada tahap pengolahan tanah kedua, hal ini
bertujuan agar pupuk bisa meresap dengan tanah
5. Pemeliharaan
Dalam pencegahan hama dan penyakit, proses SRI tidak menggunakan bahan
atau pestisida kimia. Proses pemeliharaan dengan berfokus pada proses
pencegahan dengan melakukan proses penyiangan secara lebih awal. Pada proses
penanggulangan hama/penyakit dilakukan dengan pestisida nabati maupun
pengendalian secara fisik dan mekanik.
2.4 Landasan Teori
2.4.1 Model Evaluasi CIPP
Menurut Stufflebeam, (1993 : 118) dalam (Widoyoko dan Qudsy 2009)
mengungkapkan bahwa, konsep pendekatan model CIPP memiliki pandangan
dimana tujuan penting dalam suatu kegiatan evaluasi bukan untuk membuktikan,
akan tetapi dilakukan untuk memperbaiki. Dalam model evaluasi CIPP terdapat
dimensi-dimensi yang digunakan sebagai indikator ukur pada kegiata evaluasi,
adapun dimensi dalam model evaluasi CIPP yakni :

1. Evaluasi Konteks (Context Evaluation)


Stufflebeam (1983 : 128) dalam Hamid (2001) evaluasi konteks bertujuan utuk
mengetahui kekuatan serta kelemahan yang dimilki evaluan. Pengetahuan akan
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki akan memudahkan dalam menentukan arah
perbaikan maupun keputusan yang akan diambil.
2. Evaluasi Masukan (Input Evaluation)
Menurut Widoyoko dan Qudsy, (2009) evaluasi masukan bertujuan dalam
penentuan keputusan, potensi yang dimiliki, alternatif solusi, rencana dan strategi
yang dilakukan untuk mencapai tujuan, serta sistem kerja. Komponen evaluasi
masukan meliputi : SDM, sarana dan prasarana, kekuatan finansial, serta regulasi
dan aturan yang dibutuhkan.
3. Evaluasi Proses (Process Evaluation)

7
Worthen & Sanders (1981 : 137) dalam Widoyoko dan Qudsy (2009)
menjelaskan bahwa, pada evaluasi proses memiliki tiga tujuan utama : Evaluasi
proses diguanakan sebagai prediktor dalam rancangan prosedur maupun
rancangan implementasi, sebagai penyedia informasi dalam pengambilan
keputusan dan sebagai pencatat dan penyimpan prosedur yang telah dilakukan.
1. Evaluasi Produk/Hasil (Product Evaluation)
Sax (1980 : 598) dalam Widoyoko dan Qudsy (2009) memberikan pengertian
evaluasi produk/hasil sebagai guiding atau pembantu pimpinan dalam pembuatan
keputusan yang berhubungan dengan jalannya kegiatan yang sedang berjalan,
tujuan akhir, maupun modifikasi program. Evaluasi produk merupakan kegiatan
penilaian yang bertujuan melihat ketercapaian/ keberhasilan suatu program.
Ketercapaian program akan dibandingkan dengan tujuan yang telah ditentukan

8
3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Evaluasi Program Penyuluhan Sistem SRI

Evaluasi program dapat didefenisikan sebagai suatu bentuk kegiatan penilaian


dan pengukuran mengenai keberhargaan atau manfaat suatu program secara
sistematis. Defenisi yang lebih luas adalah evaluasi program merupakan kegiatan
yang bertujuan untuk mengetahui wilayah-wilayah keputusan, sumber informasi
yang sesuai, untuk kemudian menganalisis informasi tersebut dalam bentuk data
yang bermanfaat bagi pengambil keputusan. Dengan demikian evaluasi program
SRI dapat diartikan sebagai sebuah proses penilaian keberhasilan program SRI
yang telah dijalankan, berdasarkan standar objektif yang telah ditetapkan
kemudian diambil keputusan atas objek yang dievaluasi. Standar objektif tersebut
disajikan dalam sebuah indikator kinerja yang dibangun berdasarkan model
evaluasi CIPP.

Tabel 5.1 Penilaian Program Sistem SRI di Daerah Penelitian


Nilai yang Nilai yang Keterca-
No Indikator Kinerja
diharapkan diperoleh paian (%)

Penyusunan program penyuluhan


1 Sistem SRI didasarkan pada 4 3,4 85
kebutuhan petani.
Program penyuluhan Sistem SRI
2 dilakukan untuk meningkatkan 4 3,2 82
pengetahuan dan keterampilan
petani.
Tujuan akhir dari program
3 penyuluhan Sistem SRI berupa 4 3,4 85
peningkatan hasil produksi dan
pendapatan petani.
4 Program disusun untuk 4 3,6 89
menyediakan sarana dan
prasarana pendukung
sesuai dengan
kebutuhan petani.

9
Jumlah 16 13,7 85,3
Keterlibatan petani dalam
1 perencanaan penyuluhan 4 3,3 84
pertanian sistem SRI.
2 Komunikasi antara kelompok tani 4 3,4 84
dan penyuluh.
3 Penyuluhan dan pelatihan oleh 4 3,4 86
PPL kepada petani.
Kesiapan petani dalam
4 4 3,3 82
menerapkan Sistem SRI
Interaksi dan komunikasi antara
5 4 3,4 86
petani dan penyuluh
Jumlah 20 16,9 84,5

1 Keterlaksanaan program 4 3,4 86


penyuluhan Sistem SRI.
2 Frekuensi penyuluhan Sistem 4 3,4 84
SRI.
3 Frekuensi pelaksanaan 4 3,2 79
pengawasan oleh
penyuluh.
Penyuluh dapat memenuhi
4 keinginan yang sesuai dengan 4 3,6 90
kebutuhan petani
Jumlah 16 13,6 84,9
Peningkatan kemampuan dan
1 keterampilan petani dalam 4 3,4 86
mengatur jadwal dan pola tanam
Peningkatan kemampuan dan
keterampilan petani dalam
2 4 3,3 84
pengendalian OPT pada tanaman
padi
Pengurangan tingkat kegagalan
3 4 3,2 80
panen dan serangan hama
4 Peningkatan produksi 4 4,0 99
5 Peningkatan produktivitas 4 4,0 100
6 Peningkatan penerimaan 4 3,9 98
7 Peningkatan pendapatan 4 3,9 97
8 Peningkatan kerjasama dalam 4 3,6 89
berusahatani

10
Jumlah 32 29,3 89,8
Total 84 73,48 87,48
Sumber: Pengolahan Data 2021
Berdasarkan Tabel 5.1 indikator tersebut didapatlah hasil yang kemudian

ditransformasikan secara bertahap. Yang pertama melalui indikator Context

(konteks) program SRI di daerah penelitian yang dapat dilihat pada Tabel 5.2

berikut ini.

Tabel 5.2 Hasil Transformasi Penilaian Program Pada


Indikator Context

Indikator Kinerja Penilaian Skor Responden


No
(Context) A % B % C % D %
1 Penyusunan program
penyuluhan Sistem SRI
17 58,6 12 41,4 0 0 0 0
didasarkan pada
kebutuhan petani.
2 Program penyuluhan
Sistem SRI dilakukan
untuk meningkatkan 21 72,4 8 27,6 0 0 0 0
pengetahuan dan
keterampilan petani.
3 Tujuan akhir dari
program penyuluhan
Sistem SRI berupa
17 58,6 12 41,4 0 0 0 0
peningkatan hasil
produksi dan
pendapatan petani.
4 Program disusun untuk
menyediakan sarana
dan prasarana
pendukung sesuai 13 44,8 16 55,2 0 0 0 0
dengan kebutuhan
petani.
Rataan 17 58,6 12 41,4 0 0 0 0
Sumber: Lampiran 2 (diolah), 2021

Berdasarkan Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa pada indikator Context (konteks)

11
dalam program sistem SRI di daerah penelitian berjalan dengan baik, dimana

responden menjawab A sebanyak 17 dengan persentase rataan 58,6%, sebanyak

12 menjawab B dengan persentase rataan 41,4%. Tidak ada yang menjawab C

(Tidak Berhasil) dan D (Sangat Tidak Berhasil). Dari rata-rata jawaban tersebut

maka dari komponen konteks dapat dikatakan program SRI berhasil.

Kemudian yang kedua adalah melalui indikator Input (masukan) program

SRI di daerah penelitian yang dapat dilihat pada Tabel 5.3 berikut ini.

Tabel 5.3 Hasil Transformasi Penelitian Program


Pada Indikator Input (Masukan)
Indikator Kinerja Penilaian Skor Responden
No
Input A % B % C % D %
1 Keterlibatan petani
dalam perencanaan
penyuluhan 19 65,5 10 34,5 0 0 0 0
pertanian sistem
SRI.
2 Komunikasi antara
kelompok tani dan 18 62,1 11 37,9 0 0 0 0
penyuluh.
3 Penyuluhan dan
pelatihan oleh PPL 16 55,2 13 44,8 0 0 0 0
kepada petani.
4 Kesiapan petani
dalam menerapkan 21 72,4 8 27,6 0 0 0 0
Sistem SRI.
5 Interaksi antara
penyuluh dan petani 16 55,2 13 44,8 0 0 0 0
Rataan 18 62,08 11 37,9 0 0 0 0
Sumber: Lampiran 3 (diolah), 2021

Berdasarkan Tabel 5.3 dapat dilihat Input (masukan) yang terdiri atas,

partisipasi petani, kesiapan kelompok tani, penyuluhan oleh penyuluh, kesiapan

petani, dan komunikasi yang terjalin adalah sangat berhasil. Karena sebanyak

12
62,08% menjawab A, kemudian 37,92% menjawab B, serta tidak

ada yang menjawab C dan D.

Selanjutnya yang ketiga adalah indikator Process (proses) dimana untuk

melihat bagaimana proses penyampaian program kepada petani yang dapat dilihat

pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4 Hasil Transformasi Penilaian Program Pada


Indikator Process

Penilaian Skor Responden


Indikator Proses
No (Process)
A % B % C % D %
Terlaksananya program
1 16 55,2 13 44,8 0 0 0 0
penyuluhan SRI
Frekuensi penyuluhan
2 18 62,1 11 37,9 0 0 0 0
SRI
Frekuensi pelaksanaan
3 pengawasan oleh 24 82,8 5 17,2 0 0 0 0
penyuluh

Proses penyampaian
4 12 41,4 17 58,6 0 0 0 0
informasi oleh penyuluh
Rataan 17,5 60,4 11,5 39,6 0 0 0 0
Sumber: Lampiran 3 (diolah), 2021

Berdasarkan Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa proses penyampaian program

oleh penyuluh berjalan dengan baik dimana persentase penilaian petani

responden rata-rata adalah menjawab A sebanyak 60,4%, menjawab B sebanyak

39,6%, menjawab C dan D sebanyak 0%.

Terakhir adalah indikator Product (produk), untuk mengetahui hasil

setelah program disampaikan dan ditetapkan untuk menjadi acuan dalam

perbaikan program selanjutnya. Dapat dilihat pada Tabel 5.5.

13
Tabel 5.5 Hasil Transformasi Penilaian Program Pada
Indikator Produk

Penilaian Skor Responden


Indikator Kinerja
No Produk
A % B % C % D %
Peningkatan
kemampuan dan
1 keterampilan petani 16 55,2 13 44,8 0 0 0 0
dalam mengatur jadwal
dan pola tanam

Peningkatan
kemampuan dan
2 keterampilan petani 19 65,5 10 34,5 0 0 0 0
dalam pengendalian
OPT pada tanaman padi

Pengurangan tingkat
3 kegagalan panen dan 23 79,3 6 20,7 0 0 0 0
serangan hama

4 Peningkatan produksi 28 96,4 1 3,6 0 0 0 0


Peningkatan
5 29 100 0 0 0 0 0 0
produktivitas
6 Peningkatan penerimaan 27 93,1 2 6,9 0 0 0 0
7 Peningkatan pendapatan 26 89,7 3 10,3 0 0 0 0
Peningkatan kerjasama
8 16 55,2 13 44,8 0 0 0 0
dalam berusahatani
Rataan 24,5 84,5 4,5 15,5 0 0 0 0
Sumber: Lampiran 3 (diolah), 2021

Berdasarkan Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa hasil penyampaian dan

penerapan program oleh petani terhadap usahataninya berjalan dengan baik,

dimana persentase rata-rata petani responden menjawab A sebanyak 84,5%, B

sebanyak 4,5%, C dan D sebanyak 0%. Kedelapan indikator penilaian yang telah

diuraikan di atas, kemudian secara keseluruhan indikator tersebut dapat

14
ditransformasikan dalam Tabel 5.6 hasil transformasi penilaian program SRI di

bawah ini.

Tabel 5.6 Hasil Penilaian Program Sistem SRI


Nilai yang Nilai yang %
No Indikator
diharapkan diperoleh Ketercapaian

1 Context (Konteks) 16 13,7 85,3


2 Input (Masukan) 20 16,9 84,5
3 Process (Proses) 16 13,6 84,9
4 Product (Produk) 32 29,3 89,8
Jumlah 84 73,48 87,48
Sumber: Lampiran 2, 3, 4, 5 (diolah), 2021

Berdasarkan Tabel 5.6 tersebut dapat diketahui bahwa setiap indikator nilai

yang diharapkan adalah berada pada range 4-32, dan 73,48 adalah nilai yang

berada pada range 71-84 yang artinya adalah Program Sangat Berhasil.

Indikator Context (konteks), sebesar 13,7 dengan persen ketercapaian

85,3%, hal ini menjelaskan pada indikator ini penyusunan program penyuluhan

sistem SRI dikatakan sangat berhasil atau berjalan sangat baik karena program

dibuat untuk meningkatkan hasil produksi petani, dibuat untuk meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan petani, dan dibuat berdasarkan kebutuhan petani.

Indikator Input (masukan) nilai yang diperoleh sebesar 16,9 dengan persentase

ketercapaian adalah 8,5%, hasil ini menjelaskan indikator penyusunan program

sistem SRI dikatakan sangat berhasil, dan berjalan dengan baik. Dalam hal ini

partisipasi petani dalam program penyuluhan SRI sangat terlibat, kesiapan

kelompok tani dalam program penyuluhan SRI sangat terlibat, penyuluhan dan

15
pelatihan yang diberikan oleh petugas PPL kepada petani sangat berhasil,

kesiapan petani dalam menerapkan SRI sangat berhasil, dan komunikasi yang

terjadi antara kelompok tani dan penyuluh sangat berhasil.

3.2 Hasil Evaluasi Pelaksanaan Program SRI

Dari hasil observasi didapatkan pembajakan lahan dilakukan petani selam

3-4 minggu sebelum musim tanam. Seluruh petani pada lokasi penelitian sudah

menggunakan pengolahan tanah menggunakan traktor tangan dengan kedalaman

rata-rata 10-30 cm. Setelah dilakukan tahapan pembajakan, tahapan berikutnya

dilakukan penggenangan air sampai terbentuk perlumpuran, kemudian dibuat

saluran diseliling dan ditengah sawah. Petani juga melakukan perataan pada

permukaan tanah agar dapat dengan mudah mengontrol air.

Tabel 5.7 Hasil Evaluasi Pelakanaan Program SRI Pada Petani

Persentase
Nilai yang Nilai yang
No Komponen Ketercapaian
diharapkan diperoleh
(%)
1 Pengolahan tanah 20 13,34 83,41
2 Pemilihan benih 8 7,55 94,40
3 Penanaman 16 13,08 81,73
4 Pemupukan* 8 - -
5 Pengendalian hama 16 12,86 80,39
6 Panen 12 11,69 97,41
7 Pasca panen 12 11,34 94,54
Jumlah 84 73,48 88,65
*Tidak dilakukan evaluasi

16
Pada komponen pemilihan benih didapatkan nilai 94,40%, dimana petani sudah

melaksanakan program SRI sesuai anjuran yang dilakukan penyuluh pertanian. Dari hasil

observasi didapatkan proses persemaian yang dilakukan meliputi proses seleksi benih dan

penyemaian langsung di areal persawahan maupun pada wadah plastik. Proses seleksi dilakukan

dengan cara perendaman dan yang terapung dibuang. Kemudian benih direndam selama 2x24 dan

diperam selama 2x24 hingga radikula keluar. Pada penggunaann bibit unggul rata-rata petani

sudah menggunakan benih bersertifikat dengan jenis Impari 32, pandan wangi dan mekongga.

Pada komponen pemupukan tidak dilakukan proses evaluasi karena seluruh petani di Desa

Pematang Setrak sudah menggunakan pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan.

Berdasarkan hasil observasi dilapangan keseluruhan petani yang tergabung dalam kelompok tani

FAJAR di lokasi penelitian sudah menggunakan pupuk organik secara keseluruhan pada proses

penanaman. Pupuk organik/kompos diihasilkan dari kotoran ternak yang dimiliki oleh petani, pada

gambar 5.1 dapat dilihat proses pembuatan pupuk kompos di area lokasi penelitan. Proses

pembuatan pupuk dari kotoran ternak dimulai dari proses pengeringan kotoran ternak, dilanjutkan

dengan proses penghalusan dengan mesin yang, kemudian proses pelapukan dengan decomposer

stardec. Proses pembuatan pupuk kompos memakan waktu kurang lebih 2-3 minggu.

Pada hasil evaluasi komponen panen didapatkan nilai sebesar 97,41%, mengindikasikan

seluruh petani sudah melakukan anjuran penyuluh pertanian dalam proses panen. Dari hasil

observasi didapatkan pada proses panen petani menggunakan arit maupun mesin babat. Panen

dilakukan petani setelah 90% daun menguning. Perontokan dilakukan dengan mesin thresser. Pada

proses panen rata- rata petani menggunakan sistem borongan untuk penggunaan tenaga kerja. Rata-

rata hasil panen yang didapatkan sekitar 7000-7500 kg/ha.

Pada hasil evaluasi komponen pasca panen didapatkan nilai sebesar 94,54%, hal ini

mengindikasikan evaluasi komponen panen didapatkan nilai sebesar 97,41%, mengindikasikan

17
seluruh petani sudah melakukan anjuran penyuluh pertanian dalam proses pasca panen.

Berdasarkan hasil observasi didapatkan, proses pengeringan gabah dilakukan selama ±3 hari. Pada

observasi kelompok tani FAJAR di desa PEMATANG SETRAK sudah memiliki mesin kilang

padi sendiri dan pengemasan padi dilaukan dalam karung plastik.

Dari hasil evaluasi secara keseluruhan didapatkan nilai persentase ketercapaian sebesar

88,65%. Dari nilai tersebut dapat disimpulkan petani padi sawah di Desa Pematang Setrak sudah

menerapkan proses penanaman padi dengan metode SRI sesuai dengan anjuran penyuluh

pertanian.

3.3 Evaluasi Hasil Program SRI

Evaluasi hasil program SRI bertujuan untuk mengetahui keberhasilan program SRI pada

masing-masing komponen berupa peningkatan produksi, peningkatan produktivitas, penurunan

hama dan penyakit, peningkatan pengetahuan serta terkoordinirnya pengetahuan. Keseluruhan skor

didapatkan dari hasil wawancara dengan petani. Dari tabel 5.8 dapat dilihat hasil pelaksanaan

programa SRI yang dirasakan oleh petani padi sawah di Desa Pematang Setrak.

Tabel 5.8 Hasil Evaluasi Keberhasilan Program SRI

Persentase
Nilai yang Nilai yang
No Komponen Keberhasilan
diharapkan diperoleh
(%)
1 Peningkatan Produksi 4 3,31 82,76
2 Peningkatan Produksi 4 3,21 80,17
3 Penurunan Hama 4 3,17 79,31
4 Peningkatan Pengetahuan 4 3,45 86,21
5 Terkordinirnya Tanaman 4 3,24 81,03
Jumlah 20 16,38 81,90

18
Dari komponen peningkatan produksi dan produktivitas panen didapatkan nilai sebesar

82,76% dan 80,17%. Dimana rata-rata petani menjawab sangat berhasil dan berhasil, tidak ada

petani yang menyatakan program SRI dari komponen peningkatan produksi dan produktivitas

tidak berhasil dan sangat tidak berhasil. Dari nilai tersebut didapatkan keberhasilan penerapan

program SRI sangat dirasakan oleh petani dengan menigkatnya hasil panen dari yang sebelum

mengikuti program SRI didapatkan hasil panen rata-rata sebesar 6250 kg/ha menjadi 7000 kg/ha.

Peningkatan hasil panen akan meningkatkan pendapatan petani dan kesehjahtraan petani di Desa

Pematang Setrak.

Pada evaluasi hasil program SRI berdasarkan komponen peningkatan

pengetahuan petani dan terkordinirnya tanaman didapatkan persentase

keberhasilan sebesar 86,21% dan 81,03%. Hasil tersebut menunjukkan program

SRI berhasil meningkatkan pengetahuan petani dan tanaman dapat lebih mudah

dikordinir. Berdasarkan hasil wawancara petani dengan penerapan metode SRI

petani merasakan manfaat dengan pengaturan jarak tanam yang ideal bagi

pertumbuhan padi sawah. Jarak tanam ideal. Pemberian jarak tanam yang sesuai

akan memudahkan tanaman dalam berfotosintesis dan tanaman dapat tumbuh

dengan subur.

Dari evaluasi keberhasilan program SRI yang didaptkan petani, didapatkan

total nilai persentase keberhasilan sebesar 81,90%. Hasil ini menunjukkan petani

merasakan dampak positif dari penerapan metode budidaya padi SRI di Desa

Pematang Setrak.

19
1
Jumlah
Penyetaan
70.764.767
66.787.382
Aktiva Tetap:

Peralatan kantor
14.741.258
39.611.258
Gedung
24.021.625
24.021.625
Ak.penyusutan
gedung
(14.376.978)
(11.980.815)
Ak.penyusutan
peralatan kantor
2
(10.311.881)
(33.850.214)
Total Aktiva
Tetap
14.074.024
17.801.854
TOTAL AKTIVA
1.489.596.082
1.298.648.944

PASIVA

Utang Lancar:

Tab.anggota
289.921.551
275.288.544
Utang Uang
34.762.100
3
40.000
Utang pajak
19.604.838
14.043.673
Dana-dana
56.291.098
46.132.421
Total Utang
lancar
400.579.587
335.504.638
Modal:

Simpanan:

Simpanan pokok
5.960.000
5.710.000
Simpanan Wajib
678.379.018
613.016.831

4
Simpanan Wajib
Khusus
59.424.166
56.525.786
Simpanan Tetap
Anggota
78.759.161
66.660.550
Donasi
23.231.450
23.231.450
Cadangan
101.039.069
90.265.667
SHU
142.223.631
107.734.022
Jumlah Modal
1.089.016.495
963.144.306
Jumlah

5
Kewaiban dan
Modal
1.489.596.082
1.298.648.944
Jumlah
Penyetaan
70.764.767
66.787.382
Aktiva Tetap:

Peralatan kantor
14.741.258
39.611.258
Gedung
24.021.625
24.021.625
Ak.penyusutan
gedung

6
(14.376.978)
(11.980.815)
Ak.penyusutan
peralatan kantor
(10.311.881)
(33.850.214)
Total Aktiva
Tetap
14.074.024
17.801.854
TOTAL AKTIVA
1.489.596.082
1.298.648.944

PASIVA

Utang Lancar:

7
Tab.anggota
289.921.551
275.288.544
Utang Uang
34.762.100
40.000
Utang pajak
19.604.838
14.043.673
Dana-dana
56.291.098
46.132.421
Total Utang
lancar
400.579.587
335.504.638
Modal:

Simpanan:

Simpanan pokok

8
5.960.000
5.710.000
Simpanan Wajib
678.379.018
613.016.831
Simpanan Wajib
Khusus
59.424.166
56.525.786
Simpanan Tetap
Anggota
78.759.161
66.660.550
Donasi
23.231.450
23.231.450
Cadangan
101.039.069
90.265.667
SHU
142.223.631

9
107.734.022
Jumlah Modal
1.089.016.495
963.144.306
Jumlah
Kewaiban dan
Modal
1.489.596.082
1.298.648.944
Jumlah
Penyetaan
70.764.767
66.787.382
Aktiva Tetap:

Peralatan kantor
14.741.258
39.611.258
Gedung

10
24.021.625
24.021.625
Ak.penyusutan
gedung
(14.376.978)
(11.980.815)
Ak.penyusutan
peralatan kantor
(10.311.881)
(33.850.214)
Total Aktiva
Tetap
14.074.024
17.801.854
TOTAL AKTIVA
1.489.596.082
1.298.648.944

11
PASIVA

Utang Lancar:

Tab.anggota
289.921.551
275.288.544
Utang Uang
34.762.100
40.000
Utang pajak
19.604.838
14.043.673
Dana-dana
56.291.098
46.132.421
Total Utang
lancar
400.579.587
335.504.638
Modal:
12
Simpanan:

Simpanan pokok
5.960.000
5.710.000
Simpanan Wajib
678.379.018
613.016.831
Simpanan Wajib
Khusus
59.424.166
56.525.786
Simpanan Tetap
Anggota
78.759.161
66.660.550
Donasi
23.231.450
23.231.450
Cadangan

13
101.039.069
90.265.667
SHU
142.223.631
107.734.022
Jumlah Modal
1.089.016.495
963.144.306
Jumlah
Kewaiban dan
Modal
1.489.596.082
1.298.648.944
Jumlah
Penyetaan
70.764.767
66.787.382
Aktiva Tetap:

Peralatan kantor

14
14.741.258
39.611.258
Gedung
24.021.625
24.021.625
Ak.penyusutan
gedung
(14.376.978)
(11.980.815)
Ak.penyusutan
peralatan kantor
(10.311.881)
(33.850.214)
Total Aktiva
Tetap
14.074.024
17.801.854

15
TOTAL AKTIVA
1.489.596.082
1.298.648.944

PASIVA

Utang Lancar:

Tab.anggota
289.921.551
275.288.544
Utang Uang
34.762.100
40.000
Utang pajak
19.604.838
14.043.673
Dana-dana
56.291.098
46.132.421

16
Total Utang
lancar
400.579.587
335.504.638
Modal:

Simpanan:

Simpanan pokok
5.960.000
5.710.000
Simpanan Wajib
678.379.018
613.016.831
Simpanan Wajib
Khusus
59.424.166
56.525.786
Simpanan Tetap
Anggota
78.759.161

17
66.660.550
Donasi
23.231.450
23.231.450
Cadangan
101.039.069
90.265.667
SHU
142.223.631
107.734.022
Jumlah Modal
1.089.016.495
963.144.306
Jumlah
Kewaiban dan
Modal
1.489.596.082
1.298.648.
Aktiva
Kas
313.565.251
18
237.806.629
Bank
41.126.215
46.150.329
Piutang Uang
831.441.532
712.323.372
Piutang Barang
212.858.288
212.738.153
Persediaan
barang
5.766.005
5.041.225
Total Aktiva
lancer
1.404.757.291
19
1.214.059.708
Penyertaan:

PKPRI
67.804.767
63.827.382
IKPRI
210.000
210.000
SPBU
1.000.000
1.000.000
Koperasi 3 S
1.750.000
1.750.000
2011
2010

20
Aktiva L
Kas
313.565.251
237.806.629
Bank
41.126.215
46.150.329
Piutang Uang
831.441.532
712.323.372
Piutang Barang
212.858.288
212.738.153
Persediaan
barang
5.766.005
5.041.225
21
Total Aktiva
lancer
1.404.757.291
1.214.059.708
Penyertaan:

PKPRI
67.804.767
63.827.382
IKPRI
210.000
210.000
SPBU
1.000.000
1.000.000
Koperasi 3 S
1.750.000

22
1.7http://
fadhilasildano.blogspot.com/
2021/01/makalah-kepribadian-dan-
gaya-hidup.htmlhttp://
fadhilasildano.blogspot.com/
2021/01/makalah-kepribadian-dan-
gaya-hidup.html

23

Anda mungkin juga menyukai