Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRATIKUM II

AGROFORESTRI

PERKECAMBAHAN BENIH

Oleh:

MARLIANA MALSI
M1A120019
KELAS A
KELOMPOK IV

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERISTAS HALUOLEO
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................. i


DAFTAR TABEL .......................................................................................... ii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. iii
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 3
1.3 Tujuan dan Manfaat .............................................................................. 3
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Tanaman ................................................................................ 4
2.2 Perkecambahan Benih ........................................................................... 5
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkecambahan .............................. 6
III METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat ................................................................................ 7
3.2 Alat dan Bahan ...................................................................................... 7
3.3 Prosedur Praktikum ............................................................................... 7
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil...................................................................................................... 11
4.2 Pembahasan .......................................................................................... 13
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 15
5.2 Saran ..................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 16
LAMPIRAN .................................................................................................. 17
DAFTAR TABEL

4.1 Persentase perkecambahan benih semangka (Citrullus vulgaris)................. 18


DAFTAR LAMPIRAN

1. Prosedur perkecambahan benih semangka (Citrullus vulgaris).................... 17


I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semangka (Citrullus vulgaris) merupakan tanaman semusim, yang

buahnya banyak digemari karena memberikan rasa segar terutama jika dimakan

pada waktu cuaca panas. Penanaman semangka umumnya dilakukan di lahan

sawah setelah padi dengan memanfaatkan air irigasi, namun tidak menutup

kemungkinan bila dibudidayakan di lahan kering yang memiliki sumber air kecil

pada musim kemarau dengan memanfaatkan teknologi tandon air atau embung.

Pengelolaan air dari tandon air/embung memungkinkan diperoleh keuntungan

yang lebih tinggi jika dimanfaatkan untuk berusahatani semangka dibandingkan

dengan tanaman lain seperti jagung dan kacang tanah (Alridiwirsah, 2014).

Tanaman semangka (Citrullus vulgaris, golongan ketimun atau

Cucurbitaceae) adalah tanaman merambat yang berasal dari daerah setengah

gurun di Afrika bagian selatan. Buah semangka merupakan salah satu komoditas

buah unggulan di Indonesia. Kebutuhan akan buah semangka akan semakin

meningkat sejalan dengan perubahan musim. Musim kemarau merupakan musim

yang paling tepat untuk menghasilkan produksi optimal karena pada musim ini

dapat menghasilkan buah semangka dengan rasa yang manis dan lebih berkualitas.

Masa panen semangka yaitu 58-60 hari setelah tanam atau hanya dua bulan

(Handayani et al., 2017). Proses budidaya semangka perlu dilakukan

perkecambahan benih.

Perkecambahan benih merupakan tahap awal perkembangan suatu

tanaman khususnya tanaman berbiji. Tahap perkecambahan, embrio di dalam biji


yang semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan

fisiologis yang menyebabkan embrio berkembang menjadi tumbuhan muda yang

dikenal dengan kecambah (Amartani, 2019). Benih dikecambahkan pada empat

macam substrat perkecambahan, yaitu substrat kertas merang, substrat kertas CD,

substrat pasir (metode penanaman top of sand), dan substrat arang sekam dan 2

substrat sebagai kontrol, yaitu substrat kertas saring dan substrat pasir

(metode penanaman in sand). Pada perlakuan yang menggunakan substrat pasir

atau arang sekam, dilakukan perlakuan pendahuluan berupa penyaringan

substrat.-Substrat pasir disaring menggunakan saringan dengan ukuran 1 mm dan

arang sekam dengan ukuran 2 mm (Rahayu dan Suharsi, 2015).

Budidaya tanaman semangka di Indonesia, masih terbatas untuk

memenuhi kebutuhan dalam negeri. Banyak varietas unggul yang dikembangkan

oleh petani, tetapi umumnya benih semangka masih diimpor dari luar negeri,

seperti Jepang, Taiwan dan Eropa (Sari et al., 2020). Dengan terbatasnya

budidaya semangka maka pada praktikum ini diterapkan pola agroforestri yaitu

pola agrosilvikultur. Pola Agrosilvikultur merupakan sistem agroforestri yang

mengkombinasikan tanaman kehutanan dengan tanaman pertanian.

Agrosilvikultur merupakan pola penggunaan lahan yang terdiri atas kombinasi

tanaman pertanian (pangan) dengan tanaman kehutanan dalam ruang dan waktu

yang sama. Penerapan agrosilvikultur yang dilakukan ini yaitu kombinsi antara

tanaman semangka dengan tanaman kehutanan (Mataputung, et al., 2019).


1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari praktikum ini adalah bagaimana pertumbuhan

kecambah semangka pada media perkecambahan?

1.3 Tujuan Dan Manfaat

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan

kecambah semangka pada media perkecambahan. Sedangkan, manfaat dari

praktikum ini adalah dapat mengetahui pertumbuhan kecambah semangka pada

media perkecambahan.
II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Tanaman Semangka

Semangka (Citrullus vulgaris Schard L.) merupakan salah satu buah yang

sangat digemari masyarakat Indonesia karena rasanya yang manis, renyah dan

kandungan airnya yang banyak. Menurut asal usulnya, tanaman semangka berasal

dari gurun Kalahari di Afrika, kemudian menyebar ke segala penjuru dunia,

terutama di daerah tropis dan sub-tropis mulai dari Jepang, Cina, Taiwan,

Thailand, India, Jerman, Belanda, bahkan ke Amerika. Hal ini menyebabkan pasar

benih semangka hibrida di Indonesia didominasi oleh benih-benih impor

(Sunarlim et al., 2012).

Diviso : Spermatophyta

Class : Dicotyledoneae

Ordo : Cucurbitales

Family : Cucurbitaceae

Genus : Citrullus

Spesies : Citrullus vulgaris Schard (Steffano, 2017).

Proses perkecambahan benih semangka berbiji memerlukan suhu antara

250C sampai 350C, sedangkan semangka non biji antara 280C sampai 300C.

Pertumbuhan dan perkembangan semangka di lapangan memerlukan suhu

optimum 250C serta pengisian air ini mutlak terutama pada awal pertumbuhan

tanaman. Suhu siang hari untuk pembesaran buah semangka 300C, sedangkan

suhu malam hari sebaiknya 220C. Suhu yang tinggi pada siang hari akan

meningkatkan laju fotosintesis (pembentukan makanan). Semangka utamanya


dikonsumsi dalam keadaan segar sehingga harus segera dipasarkan setelah

dipanen. Selain itu, tanaman ini memerlukan input yang tinggi dalam

pengembangan teknik budidaya (Munthe, 2016).

Tanaman semangka berasal dari Afrika dan saat ini telah menyebar di

seluruh dunia. Semangka tergolong tanaman labu-labuan seperti melon, blewah,

dan timun. Kulit buahnya tebal dan berdaging, licin, warna hijau tua, kuning agak

putih, atau hijau muda bergaris-garis putih. Daging buah semangka mengandung

air sebanyak 93.4%, protein 0.5%, karbohidrat 5.3%, lemak 0.1%, serat 0.2%, dan

berbagai macam vitamin (A, B, dan C). Semangka juga mengandung antioksidan

seperti asam amino (citrulline dan arginine), asam asetat, asam malat, asam folat,

likopen, karoten, bromin, kalium, silvit, lisin, fruktosa, dekstrosa, dan sukrosa

(Shanti dan Zuraida, 2016).

Kulit semangka mengandung asam amino citrulline sebanyak 2 – 20 mg/gr

berat kering. Bagian kulit semangka lebih banyak mengandung serat dan kalium

tetapi mengandung lebih sedikit gula dibanding daging buahnya (Mawarni, dan

Fithriyah, 2015). Kandungan kalium pada semangka mampu menurunkan efek

natrium sehingga tekanan darah menurun. Kalium atau pottasium berfungsi untuk

menjaga kekentalan dan menstabilkan darah agar tetap stabil. Hubungan terbalik

antara kalium dan natrium inilah yang menjelaskan penurunan tekanan darah baik

sistolik maupun diastolik. Kalium dapat menurunkan tekanan darah secara

signifikan karena mampu menyebabkan vasodilatasi yang dapat melebarkan

pembuluh darah sehingga darah dapat mengalir lebih lancar dan terjadi penurunan

resistensi perifer (Manurung dan Wibowo, 2016).


2.2 Perkecambahan Benih

Perkecambahan benih merupakan suatu gejala pertumbuhan akibat proses

fisiologis dan biokimia yang terjadi di dalam benih dan merupakan suatu awal

yang penting untuk kehidupan tumbuhan tersebut. Proses fisiologis dan biokimia

yang terjadi pada benih dipengaruhi oleh kualitas benih itu sendiri dan kondisi

lingkungan perkecambahan. Untuk mengetahui kemampuan tumbuh benih guna

menghindari kegagalan pertumbuhannya di lapangan, karena kondisi di lapangan

begitu heterogen tidak seperti kondisi di laboratorium yang terkontrol, perlu

dilakukan pengujian benih sebelum ditanam di lapangan (Rini, et al.,2005). Pada

saat benih berkecambah, benih hanya memiliki sedikit kandungan nutrisi

essensial. Pada saat benih berkecambah, hifa cendawan endofit mengkolonisasi

jaringan tanaman dan membentuk struktur yang disebut pelotons. Struktur

tersebut digunakan cendawan endoft untuk melakukan pertukaran nutrisi,

sedangkan benih mendapatkan suplai gula substansi anorganik (nitrogen dan

fosfor) yang berguna bagi pertumbuhan tanaman muda (Saragih, 2019).

Perkecambahan benih sangat dipengaruhi keadaan tanah sebagai tempat

tumbuhnya. Dalamnya penetrasi akar berkorelasi kuat dengan tingkat

kepadatan tanah. Makin tinggi tingkat kepadatan tanah makin sulit tingkat

penetrasi akar. Makin tinggi tingkat kepadatan tanah maka makin berkurang

persentase pori makro dan resistensi terhadap penetrasi akar makin meningkat.

Penembusan tanah oleh akar dan batang kecambah dipengaruhi oleh sifat

penetrabilitas tanah (Haridjaja, 2010). Perkecambahan benih harus mampu

menyediakan kondisi yang baik untuk perkecambahan yaitu tersedia kelembaban


tanah yang cukup, aerasi yang baik dan temperatur yang sesuai, serta mampu

menyediakan unsur hara untuk pertumbuhan tanaman selanjutnya. Media tanam

dapat diperbaiki dengan pemberian bahan organik seperti kompos, pupuk kandang

atau bahan organik lain seperti arang sekam sekam (Taryana dan Sugiarti, 2020).

Perkecambahan adalah peningkatan kembali aktifitas metabolisme dan

pertumbuhan jaringan benih yang meliputi rehidrasi, penggunaan nutrisi cadangan

makanan dan perkembangan bertahap dari system sintesis yang memampukannya

untuk tumbuh sebagai organisme autotroph (Widyawati et al., 2009). Kecambah

normal umumnya memiliki sistem perakaran yang baik terutama akar,

perkembangan hipokotil yang baik dan sempurna dengan daun hijau dan

tumbuh baik dan memiliki satu kotiledon untuk berkecambah. Salah

satu metode perkecambahan dengan asam sulfat dikombinasikan dengan lama

perendaman akan mempengaruhi banyaknya larutan H2SO4 yang terserap kedalam

benih (Girsang, 2019).

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkecambahan

Faktor-faktor yang terpenting pada umumnya mempengaruhi

perkecambahan biji-biji adalah air, aerasi, temperatur, dan cahaya. Kandungan air

dalam biji relatif rendah, dengan demikian biji memerlukan pengambilan jumlah

air yang besar untuk pertumbuhan biji sebelum perkecambahan dapat terjadi

(Subantoro, 2014). Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dipengaruhi oleh

tanah (media), iklim dan sifat dari tumbuhan itu sendiri. Faktor–faktor tersebut

saling terkait antara satu dengan lainnya. Dari ketiga faktor tersebut, ada yang

dapat dikontrol oleh manusia, ada yang sedikit dan ada yang sama sekali tidak
dapat dikontrol, contohnya faktor iklim hanya sedikit saja yang dapat dikontrol

oleh manusia (Sahromi, 2013).

Perkecambahan biji dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan

faktor-faktor eksternal. Faktor-faktor internal meliputi tingkat kemasakan biji,

ukuran biji, dormansi, dan penghambat perkecambahan. Sedangkan faktor-faktor

eksternal yang mempengaruhi perkecambahan biji meliputi air, temperatur,

oksigen, dan cahaya. Sifat kulit biji dan jumlah air yang tersedia pada lingkungan

sekitarnya mempengaruhi penyerapan air oleh biji (Maria, 2010). Salah satu

faktor yang mempengaruhi ketidakberhasilan perbanyakan tanaman secara

generatif melalui biji adalah rendahnya kemampuan biji untuk berkecambah.

Rendahnya kemampuan biji untuk berkecambah dapat disebabkan oleh beberapa

faktor yaitu tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi, penghambat

perkecambahan, air, temperatur, oksigen, dan cahaya (Polhaupessy, 2014).

Faktor internal maupun eksternal yang biasanya mempengaruhi proses

perkecambahan pada benih seperti halnya kematangan sebagian benih yang

belum matang fisiologis, ukuran benih yang tidak seragam, faktor genetik,

kekurangan air, suhu tidak optimal serta media tanam yang tidak steril (Tanjung

dan Lahay, 2017). Selain itu, perkecambahan dipengaruhi oleh peningkatan

konsentrasi garam akan menghambat penyerapan air oleh akar tanaman, dimana

air sangat diperlukan tanaman untuk proses fotosintesis, penyerapan unsur hara

dan proses metabolisme lainnya pada tanaman sehingga peningkatan konsentrasi

garam akan menghambat pertumbuhan tanaman (Yamika et al., 2016).


III METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini di laksanakan pada bulan September 2022 di Greenity Jalan

Bunga Seroja II Nomor 38. Kec. Kendari Barat, Kota Kendari, Sulawesi

Tenggara.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah bak kecambah dan polibag

sebagai media tanam. Bahan yang digunakan pada pratikum ini adalah benih

tanaman semangka, air, tanah, pasir, arang sekam dan pupuk kandang dengan

perbandingan (1:1:1:1).

3.3 Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum agroforestry adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan benih dan alat-alat yang digunakan dalam pembibitan benih

dengan bak kecambah.

2. Merendam benih semangka dengan air hangat selama 8 jam.

3. Memindahkan ke bak kecambah yang telah diisi tanah, pasir, pupuk kandang

dan arang sekam.

4. Mengamati pertumbuhan benih setelah beberapa minggu. Dokumentasi

prosedur kerja disajikan pada lampiran 1.


IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan praktikum perkecambahan benih yang dilakukan, diperoleh

hasil perkecambahan yang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Persentase perkecambahan benih semangka (Citrullus vulgaris)


Jenis Tanaman Bak Jumlah Jumlah Benih Persentase
Kecambah Benih yang Tumbuh Kecambah

Semangka 1 30 30 100%
(Citrullus vulgaris)

Hasil perkecambahan yang dilakukan terdapat 1 bak kecambah yang di

gunakan. Jumlah benih yang dikecambahkan yaitu 30 benih dengan jumlah benih

yang tumbuh yaitu 30 benih. Persentase kecambah yang tumbuh sangat baik

dengan tingkat pertumbuhan 100%. Persentase perkecambahan (%) dihitung

dengan rumus, (Jumlah benih yang berkecambah/total benih yang dikecambahkan

x 100%).

4.2 Pembahasan

Perkecambahan benih merupakan tahap awal dari suatu perkembangan

suatu tanaman yang berbiji. Pada tahap ini embrio yang dalam kondisi dormain

mengalami sejumlah perubahan fisiologis sehingga menjadi kecambah. Suatu

benih dikatakan berkecambah apabila plumula dan radikel tumbuh secara normal

dalam jangka waktu yang sesuai dengan ketentuan. Perkecambahan benih harus

mampu menyediakan kondisi yang baik untuk perkecambahan yaitu tersedia


kelembaban tanah yang cukup, aerasi yang baik dan temperatur yang sesuai, serta

mampu menyediakan unsur hara untuk pertumbuhan tanaman selanjutnya. Media

tanam dapat diperbaiki dengan pemberian bahan organik seperti kompos, pupuk

kandang atau bahan organik lain seperti arang sekam (Ajar, 2015).

Pertumbuhan perkecambahan benih semangka (Citrullus vulgaris)

dipengaruhi oleh tanah (media), iklim dan sifat dari tumbuhan itu sendiri. Faktor–

faktor tersebut saling terkait antara satu dengan lainnya. Dari ketiga faktor

tersebut, ada yang dapat dikontrol oleh manusia, ada yang sedikit dan ada yang

sama sekali tidak dapat dikontrol, contohnya faktor iklim hanya sedikit saja yang

dapat dikontrol oleh manusia (Solle et al., 2019).

Perkecambahan yang dilakukan pada benih semangka menggunakan 1 bak

kecambah dengan jumlah benih yang dikecambahkan yaitu 30 benih dan jumlah

benih yang tumbuh yaitu 30 benih. Persentase kecambah yang tumbuh sangat baik

dengan tingkat pertumbuhan 100%. Keberhasilan perkecambahan pada tanaman

ini karena ketersediaan unsur hara yang cukup pada tanah dan kebutuhan airnya

tercukupi. Syarat tumbuh tanaman semangka yaitu tanah yang subur, gembur,

kaya kandungan bahan organik, terutama jenis tanah geluh pasir yang aerasi dan

draenasenya baik.
V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan pada praktikum ini yaitu Persentase kecambah yang tumbuh

sangat baik dengan tingkat pertumbuhan 100%. Keberhasilan perkecambahan

pada tanaman ini karena ketersediaan unsur hara yang cukup pada tanah dan

kebutuhan airnya tercukupi. Syarat tumbuh tanaman semangka yaitu tanah yang

subur, gembur, kaya kandungan bahan organik, terutama jenis tanah geluh pasir

yang aerasi dan draenasenya baik.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat saya ajukan, yaitu praktikan harus lebih aktif dan

teliti lagi dalam melakukan pratikum, agar praktikan tidak keliru dalam

mengerjakan laporan.
DAFTAR PUSTAKA

Ajar, S. 2015. Pengaruh konsentrasi air kelapa dan lama perendaman terhadap
perkecambahan benih padi (Oryza sativa L.) Kadaluarsa (Doctoral
dissertation, Universitas Teuku Umar Meulaboh).
Alridiwirsah, A. 2014. Respon Pertumbuhan Dan Produksi Semangka Terhadap
Pupuk Kandang Dan Mulsa Cangkang Telur. AGRIUM: Jurnal Ilmu
Pertanian. 16(2):61-70.
Amartani, K. 2019. Respon perkecambahan benih jagung (Zea mays. L) pada
kondisi cekaman garam: Respon perkecambahan benih jagung (Zea mays.
L) pada kondisi cekaman garam. Agrosainstek. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Pertanian. 3(1):9-14.
Girsang, R. 2019. Peningkatan perkecambahan benih bawang merah (Allium
ascalonicum L.) akibat interval perendaman H2SO4 dan beberapa media
tanam. Jasa padi. 4(1):24-28.
Handayani, M., T. Taufiq dan S. Soegiarto. 2017. Sistem Pakar Diagnosa
Penyakit Tanaman Semangka Menggunakan Metode Dempster Shafer
Berbasis Web. Progresif: Jurnal Ilmiah Komputer. 12(1):1243-1250.
Haridjaja, O., Y. Hidayat dan L. S. Maryamah. 2010. Pengaruh bobot isi tanah
terhadap sifat fisik tanah dan perkecambahan benih kacang tanah dan
kedelai (Effect of soil bulk density on soil physical properties and seed
germinations of peanut and soybean). Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia,1(3)
:147-152.
Manurung, W. P., A. Wibowo. 2016. Pengaruh konsumsi semangka (Citrullus
vulgaris) untuk menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi. Jurnal Majority. 5(5):102-107.
Maria, N. S. 2010. Peranan air dalam perkecambahan biji. Jurnal Ilmiah Sains.
10(2):190-195.
Mataputung, S. M., W. Nurmawan dan M. Y. A. Sumakud. 2019. Inventarisasi
pola agroforestri Di Desa Tonsea Lama Kecamatan Tondano Utara
Kabupaten Minahasa. Eugenia. 25(2):46-53.
Mawarni, A. N., dan N. H. Fithriyah. 2015. Pengaruh konsentrasi starter terhadap
kadar asam laktat dalam pembuatan fruitghurt dari kulit buah
semangka. Prosiding Semnastek. Universitas Muhammadiyah. Jakarta.
Munthe, H. A. 2016. Respon pertumbuhan dan produksi dua varietas semangka
terhadap pemberian pupuk organik cair (Doctoral dissertation).
Polhaupessy, S., dan H. Sinay. 2014. Pengaruh konsentrasi giberelin dan lama
perendaman terhadap perkecambahan biji sirsak (Anonna muricata
L.). Biopendix: Jurnal Biologi, Pendidikan dan Terapan. 1(1):73-79.
Rahayu, A. D., dan T. K. Suharsi. 2015. Pengamatan uji daya berkecambah dan
optimalisasi substrat perkecambahan benih kecipir (Psophocarpus
tetragonolobus L.). Buletin Agrohorti. 3(1):18-27.
Rini, D. S., M. Mustikoweni dan T. Surtiningsih. 2005. Respon perkecambahan
benih sorgum (Sorghum Bicolor L.) Terhadap perlakuan
Osmoconditioning dalam mengatasi cekaman salinitas. Berita
Biologi. 7(6):307-313.
Sahromi, S. 2013. Perkecambahan dan pertumbuhan semai Artocarpus Altissimus
Jj Smith. Botanic Gardens Bulletin. 16(1):17-26.
Saragih, M., T. Trizelia., N. Nurbailis dan Y. Yusniwati. 2019. uji potensi
cendawan endofit beauveria bassiana terhadap perkecambahan dan
pertumbuhan bibit tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.). In Unri
Conference Series. Agriculture and Food Security. 1(3):151-159.
Sari, B. O., A. Haitami dan A. Alatas. 2020. Pengaruh volume pemberian poc
bonggol pisang pada tanah PMK terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman semangka (Citrullus vulgaris. Schrad). Green Swarnadwipa.
Jurnal Pengembangan Ilmu Pertanian. 9(2):196-205.
Shanti, N. M., dan R. Zuraida. 2016. Pengaruh pemberian jus semangka terhadap
penurunan tekanan darah lansia. Jurnal Majority. 5(4):117-123.
Solle, H. R. L., M. Nitsae dan M. E. S Ledo. 2019. Pengaruh pupuk organik cair
(POC) terhadap perkecambahan cendana (Santalum album L.) secara in
vitro di Nusa Tenggara Timur. Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati.
3(3):110-115.
Steffano, D. O. 2017. Pengaruh pemberian pupuk organik kotoran bebek dan
pupuk kascing terhadap pertumbuhan dan hasil produksi tanaman
semangka (Citrullus lanatus Schard). (Doctoral dissertation).
Subantoro, R. 2014. Pengaruh cekaman kekeringan terhadap respon fisiologis
perkecambahan benih kacang tanah (Arachis hypogaea L). Mediagro.
10(2):32-44.
Sunarlim, N., S. I. Zam dan J. Purwanto. 2012. Pelukaan benih dan perendaman
dengan atonik pada perkecambahan benih dan pertumbuhan tanaman
semangka non biji (Citrullus vulgaris Schard L.). Jurnal agroteknologi.
2(2):21-24.
Tanjung, S. A., dan R. R. Lahay. 2017. Pengaruh konsentrasi dan lama
perendaman asam sulfat terhadap perkecambahan biji aren (Arenga
pinnata Merr.). Jurnal Online Agroekoteknologi. 5(2):396-408.
Taryana, Y., dan L. Sugiarti. 2020. Pengaruh media tanam terhadap
perkecambahan benih kopi arabika (Coffea arabica L). Jurnal Agrosains
dan Teknologi. 4(2):64-69.
Widyawati, N., P. Yudono dan I. Soemardi. 2009. Permeabilitas dan
perkecambahan benih aren (Arenga pinnata Merr.). Jurnal Agronomi
Indonesia (Indonesian Journal of Agronomy). 37(2):152-158.
Yamika, W. S. D., N. Aini dan A. Setiawan. 2016. Penentuan batas toleransi
salinitas beberapa tanaman (tomat, mentimiun, bawang merah dan cabai
besar) pada cekaman salinitas. In Prosiding Seminar Nasional
Pembangunan Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya.
3(1):35-40.
Lampiran 1 Prosedur perkecambahan benih semangka (Citrullus vulgaris)

(a) (b) (c)

(d) (e)

Keterangan:

a) Melakukan perlakuan pada bibit dengan merendam dengan air hangat selama
8 jam
b) Mencampurkan tanah, pupuk dan arang sekam dan diisi ke dalam bak
kecambah
c) Menyiram tanah pada bak kecambah sebelum benih di tanam
d) Menanam benih kedalam bak kecambah
e) Benih selama 4 hari kecambah

Anda mungkin juga menyukai