Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

GENETIKA DASAR
“PROSES PERSILANGAN SEMANGKA 2N (DIPLOID) DENGAN
SEMANGKA 4N (TETRAPLOID) UNTUK MENGHASILKAN
SEMANGKA TANPA BIJI 3N (TRIPLOID)”

Kelompok 2 :
AA SIRLI SAKOTI (4122.1.16.11.0001)
FIRMAN AGUNG NUGRAHA (4122.1.16.11.0035)
KARIMA NUR MAULIDA (4122.1.16.11.0011)
RICKY HASRAT DIRMAWAN (4122.1.16.11.0015)
WINA NURAENI (4122.1.16.11.0019)

FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS WINAYA MUKTI
SUMEDANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca, dan untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi dari makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalh ini.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Tujuan...................................................................................................... 2
1.3 Manfaat dan kegunaan............................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 3


2.1 Klasifikasi Semangka.............................................................................. 3
2.2 Morfologi dan Fisiologi.......................................................................... 3
2.3 Syarat Pertumbuhan................................................................................ 4
2.4 Penggandaan Kromosom dan Mutasi...................................................... 5
2.5 Kolkisin .................................................................................................. 6
2.6 Metode Aplikasi...................................................................................... 7
2.7 Membuat Semangka Tetraploid.............................................................. 8

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 9


3.1 Semangka Tanpa Biji (Triploid).............................................................. 9
3.2 Morfologi Semangka Tanpa Biji............................................................. 10

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN............................................................ 12


4.1 Kesimpulan............................................................................................. 12
4.2 Saran........................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 13
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... 14

2
3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Semangka merupakan tanaman buah berupa herba yang tumbuh merambat.
Berasal dari daerah kering tropis dan subtropis Afrika, kemudian berkembang
dengan pesat ke berbagai negara seperti: Afrika Selatan, Cina, Jepang, dan
Indonesia. Semangka termasuk dalam keluarga buah labu-labuan (Cucurbitaceae)
pada daerah asalnya sangat disukai oleh manusia/binatang yang ada di benua
tersebut, karena banyak mengandung air, sehingga penyebarannya menjadi cepat
(Prihatman, 2000).
Buah semangka memiliki daya tarik khusus, terutama kandungan nutrisinya
yang menyehatkan. Daging buah semangka rendah kalori dan mengandung air
sebanyak 93,4%, protein 0,5%, karbohidrat 5,3%, lemak 0,1%, serat 0,2%, abu
0,5%, dan vitamin (A, B, dan C) dengan kandungan vitamin C sebesar 6 mg per
100 g bahan. Selain itu juga mengandung asam amino sitrulin (C6H13N3O3),
asam aminoasetat, asam malat, asam fosfat, arginin, betain, likopen (C4OH56),
karoten, bromin, natrium, kalium, silvit, lisin, fruktosa, dekstrosa, dan sukrosa.
Tanaman semangka merupakan salah satu tanaman prioritas utama yang perlu
mendapatkan perhatian diantara tanaman-tanaman hortikultura lainya. Buah
semangka sangat banyak diminati oleh masyarakat karena banyak mengandung air
dan cocok untuk dikonsumsi pada saat musim kemarau. Buah semangka
mempunyai harga yang relatif lebih tinggi dan stabil dibanding tanaman
hortikultura pada umumnya. Hal ini memberi banyak keuntungan kepada petani
atau pengusaha pertanian tanaman semangka, dan ini memungkinkan adanya
perbaikan tata perekonomian Indonesia, khususnya dari bidang pertanian. Apalagi
buah semangka tanpa biji, buah ini banyak disukai orang karena menambah
kenyamanan saat menyantapnya. Saat ini semangka hibrida (berbiji dan tidak
berbiji) juga makin diminati para petani karena memiliki beberapa keunggulan,
seperti produksi tinggi, rasa yang lebih manis, tahan hama dan penyakit, serta
disukai banyak konsumen (Cahyono, 1996).

1
Semangka tanpa biji merupakan salah satu tanaman hibrida. Hal ini
berdampak terhadap benih pada semangka tanpa biji tidak bisa ditumbuhkan,
sehingga perlu adanya benih semangka tanpa biji dalam jumlah banyak. Selain itu,
industri benih semangka kebanyakan disuplai dari industri luar negeri. Apabila
suplai benih semangka tanpa biji bisa diproduksi dalam negeri bisa diperbanyak,
maka akan berdampak positif terhadap pemasaran di Indonesia. Selain itu,
keilmuan akan pembuatan benih hibrida akan berkembang. Dengan demikian
untuk mengetahui proses terbentuknya semangka tanpa biji penting diketahui.
Apalagi prospek pasar terhadap produksi semangka semakin melejit.

1.2. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu:
1. Untuk mempelajari teknik dan proses menghasilkan buah semangka tanpa
biji (Triploid/3N).
2. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Genetika Dasar.

1.3. Manfaat dan Kegunaan


Manfaat dari budidaya semangka tanpa biji yaitu untuk meningkatkan kualitas
dan kuantitas semangka tanpa biji. Kegunaannya yaitu untuk memenuhi
permintaan pasar baik dalam bentuk buah segar ataupun benih semangka tanpa
biji dan untuk meningkatkan pendapatan petani.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Semangka


Semangka memiliki klasifikasi ilmiah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Cucurbitales
Famili : Cucurbitaceae
Genus : Citrullus
Spesies : C. lanatus

2.2 Morfologi dan Fisiologi


Semangka (Citrullus vulgaris L) diperkirakan berasal dari daerah kering tropis
dan sub tropis Afrika. Karena termasuk tanaman tropis, maka sinar matahari
mutlak diperlukan dalam budidaya semangka agar produksi optimal. Semangka
termasuk ke dalam keluarga Cucurbitaceae, satu keluarga dengan melon,
mentimun, dan labu. Semangka merupakan tanaman semusim, tumbuh merambat
hingga panjangnya mencapai 3-5 meter (Cahyono, 1996).

Gambar 1. Buah Semangka.


Tanaman semangka (Gambar 1) bersifat menjalar, dengan batang membulat,
kecil, panjang, dan seluruh permukaan tubuhnya tertutup bulu-bulu halus.
Daunnya lebar menjari dengan tepi daun berlekuk-lekuk. Bunga berumah satu

3
(monoceous), tetapi berkelamin satu (unisekual) berwarna kuning, kecil (diameter
3cm). Bunga jantan berbentuk terompet dan bunga betina mempunyai bakal buah
yang bulat sebesar kelereng di bagian bawah mahkotanya. Jumlah bunga jantan
lebih banyak dari bunga betina, biasanya dengan perbandingan 1 banding 5.
Penyerbukan bunga alami terjadi secara silang (crossing) oleh lebah madu, lalat
hijau, atau serangga perantara lainnya. Biasanya tanaman berbunga 45-60 hari
setelah tanam (Sunarjono, 1998). Buah semangka memiliki kulit yang keras,
berwarna hijau pekat atau hijau muda dengan larik-larik hijau tua. Tergantung
kultivarnya, daging buahnya yang berair berwarna merah atau kuning. Tanaman
ini cukup tahan akan kekeringan terutama apabila telah memasuki masa
pembentukan buah (Wikipedia, 2017).
Ukuran buah didasarkan kepada beratnya, buah berukuran besar bila beratnya
lebih dari 4 kg, buah berukuran sedang bila beratnya antara 2-4 kg, dan buah
dikatakan kecil bila beratnya kurang dari 2 kg. Bentuk buah semangka terdiri dari
bulat, oblong, dan oval. Warna daging buah terdiri dari merah tua, jingga, merah
jambu, kuning, dan putih tergantung varietasnya.

2.3 Syarat Pertumbuhan


Syarat tumbuh tanaman semangka yaitu curah hujan 40-50 mm/bulan.
Tanaman semangka perlu sinar matahari sejak terbit sampai tenggelam.
Kekurangan sinar matahari menyebabkan terjadinya kemunduran waktu panen.
Tanaman semangka akan dapat tumbuh berkembang serta berbuah dengan optimal
pada suhu ± 25 derajat C (siang hari). Suhu udara yang ideal bagi pertumbuhan
tanaman semangka adalah suhu harian rata-rata yang berkisar 20–30 mm.
Kelembaban udara cenderung rendah bila sinar matahari menyinari areal
penanaman, berarti udara kering yang miskin uap air. Kondisi demikian cocok
untuk pertumbuhan tanaman semangka, sebab di daerah asalnya tanaman
semangka hidup di lingkungan padang pasir yang berhawa kering. Sebaliknya,
kelembaban yang terlalu tinggi akan mendorong tumbuhnya jamur perusak
tanaman (Prihatman, 2000).

4
Kondisi tanah yang cocok untuk tanaman semangka adalah tanah yang cukup
gembur, kaya bahan organik, bukan tanah asam dan tanah kebun/persawahan yang
telah dikeringkan. Keasaman tanah (pH) yang diperlukan antara 6-6,7. Jika pH <
5,5 (tanah asam) maka diadakan pengapuran dengan dosis disesuaikan dengan
tingkat keasaman tanah tersebut. Tanah yang cocok untuk tanaman semangka
adalah tanah porous (sarang) sehingga mudah membuang kelebihan air, tetapi
tanah yang terlalu mudah membuang air kurang baik untuk ditanami semangka.
Ketinggian tempat yang ideal untuk areal penanaman semangka adalah: 100-300
mdpl. Kenyataannya semangka dapat ditanam di daerah dekat pantai yang
mempunyai ketinggian di bawah 100 m dpl dan di atas perbukitan dengan
ketinggian lebih dari 300 m dpl (Prihatman, 2000).

2.4 Penggandaan Kromosom dan Mutasi


Brewbaker (1983) menyatakan, evolusi tanaman tingkat tinggi berlangsung
dengan bertambahnya jumlah kromosom sebagai hasil poliploidi, hal tersebut
merata terdapat pada golongan lumut, paku-pakuan, dan tanaman berbunga. Salah
satu sumber keragaman dalam pemuliaan tanaman adalah dari perubahan jumlah
kromosom. Suatu organisme yang memiliki lebih dari dua set kromosom atau
genom dalam sel-sel somatiknya biasa disebut poliploidi (Poespodarsono, 1998).
Poliploidi adalah perubahan satu set kromosom lengkap. Tanaman pada umumnya
memiliki jumlah kromosom 2x, namun karena beberapa sebab ada pula tanaman
yang memiliki jumlah kromosom haploid (x) atau triploid (3x), tetraploid (4x),
dan seterusnya.
Terdapat beberapa cara untuk menggandakan jumlah kromosom (poliploidi)
sebagai sumber keragaman genetik. Salah satu caranya melalui mutasi. Mutasi
adalah perubahan dalam struktur gen baik terjadi secara spontan atau buatan
menggunakan agensia fisik atau kimia. Mutasi alami berlangsung dalam jangka
waktu yang lama (Brewbaker, 1983). Mutagen kimia terdiri dari agen alkilasi
yang merupakan bahan kimia yang sangat kuat dan banyak digunakan dalam
pemuliaan dengan cara mutasi, serta ada bahan lain seperti basa Nitzchia,
peroksida, dan alkaloid tertentu seperti kolkisin yang memiliki sifat-sifat

5
mutagenik. Metode penggandaan kromosom ini sangat penting dalam ilmu
pemuliaan tanaman.

2.5 Kolkisin
Salah satu alkaloid yang sering dijumpai adalah kolkisin. Kolkisin adalah suatu
senyawa yang diekstrak dari umbi dan biji tanaman krokus (Colchicum
autumnale). Rumus kimia kolkisin adalah C22H25O6N dan struktur kimia
kolkisin adalah:

Gambar 2. Struktur Molekul Kolkisin Murni.


Pemberian kolkisin mengakibatkan tidak terbentuknya benang pengikat
kromosom yang akan menarik kromosom ke kutub sel pada proses pembelahan
sel. Sehingga sel tidak membelah dan menimbulkan poliploidi. Kolkisin memiliki
kemampuan untuk melipat gandakan jumlah kromosom. Larutan kolkisin yang
diberikan pada titik tumbuh kecambah tanaman akan menyebabkan kromosom
mengganda. Sebab, pemberian kolkisin terhadap sel yang sedang membelah
mengakibatkan kegagalan pembentukan dinding sel baru. Akibatnya, kromosom
yang mengganda pada proses pembelahan sel tetap berada di sel induk karena sel
anaknya tidak terbentuk.
Kolkisin mempunyai pengaruh yang istimewa dalam menghentikan aktivitas
benang-benang pengikat kromosom (spindle), sehingga kromosom yang sudah
membelah tidak memisahkan diri dalam anafase dari pembelahan sel hewan
maupun tanaman. Senyawa ini juga ampuh dalam menyembuhkan penyakit gout.
Dengan terhentinya proses pemisahan dalam metafase, maka pemberian kolkisin
ini menyebabkan jumlah kromosom di dalam sel menjadi dobel. Penggunaan
kolkisin untuk membentuk poliploidi telah diterapkan pada ratusan spesies
tanaman dan beberapa spesies hewan (Brewbaker, 1983).

6
Kolkisin akan efektif apabila diteteskan atau direndam pada saat sel membelah.
Sebab, kolkisin akan diserap oleh sel dan mempengaruhi pembelahan sel yang
sedang berlangsung. Penetesan ini sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari.
Yaitu pada saat suhu udara rendah dan kelembaban tinggi. Hal ini dilakukan
karena sifat kolkisin yang mudah menguap (Kalie, 1993).
Perendaman dengan air sebelum perlakuan perendaman dengan larutan
kolkisin akan lebih mengefektifkan pemberian kolkisin, sebab sel-sel benih sudah
berimbibisi terlebih dahulu. Dengan demikian, benih lebih mudah menerima
pengaruh kolkisin. Benih semangka yang akan digandakan sebaiknya juga
direndam dahulu dalam larutan fungisida agar tidak terkontaminasi penyakit
(Priadi et al., 2005).

2.6 Metode Aplikasi


Ada beberapa cara penerapan perlakuan kolkisin, tergantung pada tujuan
penelitian, peralatan, dan jenis tanaman. Diantaranya adalah metode imersi biji
(seed immersion), metode tetes pada jaringan meristem ujung, metode imersi stek,
metode in vitro, dan metode penyuntikan (injection). Penerapan kolkisin pada
semangka ialah dengan metode imersi biji, yaitu suatu metode perendaman benih
dalam suatu cawan petri yang telah dilapisi tissue atau kapas. Biji diusahakan
tidak terendam seluruhnya agar biji dapat memperoleh oksigen dengan baik.
Teknik perakitan semangka tanpa biji menggunakan kolkisin dalam proses
pembentukannya. Caranya adalah benih yang menjadi tetua betina semangka
diploid harus digandakan terlebih dahulu dengan merendam benih di dalam
larutan kolkisin agar menjadi tetraploid. Persilangan antara semangka tetraploid
sebagai induk betina dengan semangka diploid akan menghasilkan benih
semangka triploid (Kalie, 2004).
Benih semangka triploid ini bila ditanam akan menghasilkan semangka tanpa
biji. Proses ini harus diulang setiap kali akan menghasilkan semangka tanpa biji.
Karena, semangka tanpa biji (triploid) tidak mempunyai benih yang fertil untuk
ditanam kembali. Tingkat keberhasilan pengaruh kolkisin untuk menghasilkan
tanaman semangka tetraploid umumnya berkisar 10-20% (Prajnanta, 2003).

7
2.7 Membuat Semangka Tetraploid
Sebelum disemaikan, rendam biji semangka diploid (2n) dalam larutan
kolkisin 0.02% selama 24 jam. Setelah biji berkecambah, teteskan bagian titik
tumbuhnya dengan larutan kolkisin 0,2% untuk mencegah terbentuknya dinding
sel baru. Lakukan penetesan ini dalam beberapa tahapan perlakuan hingga
akhirnya diperoleh semangka tetraploid (4n).
Larutan kolkisin 0,2 % dibuat dengan cara melarutkan 2 g kolkisin dalam 1
liter aquades. Apabila kolkisin yang akan diperlukan hanya sebanyak 20 mg,
larutkan dengan 3 cc alkohol, kemudian campurkan dengan 10 g lanolin dan 100
cc aquades. Bila benih sudah berkecambah dan daun pertama mulai tumbuh
larutan kolkisin 0,2 % mulai diberikan.
Lakukan penetesan sebanyak 6 kali selama 4 hari berturut-turut. Teteskan
kolkisin tepat pada titik tumbuh semangka, cukup sebanyak 1-2 tetes. Kolkisin 0,2
% selama 4 hari ini dapat diatur sebagai berikut;
1. Pada hari pertama, teteskan kolkisin 0,2 % pada sore hari pukul 17.00.
2. Pada hari kedua, lakukan 2 kali penetesan yaitu pada pagi hari pukul 07.00
dan sore hari 17.00.
3. Pada hari ketiga, lakukan 2 kali penetesan seperti pada hari kedua.
4. Pada hari keempat, teteskan kolkisin 1 kali pada pagi hari sekitar pukul
07.00.
Bibit yang telah berumur 2 minggu dipersemaian dapat dipindahkan ke lahan
pertanaman. Berdasarkan penelitian, tingkat keberhasilan terbentuknya semangka
tetraploid hanya 10-20% dari seluruh jumlah benih yang diperlakukan dengan
kolkisin. Perbedaan antara semangka tetraploid dan semangka diploid adalah
semangka tetraploid memiliki keadaan fisik yang lebih besar. Misalnya, daun dan
bunga lebih besar dan tebal. Selanjutnya biji-biji semangka tetraploid (4n) ini
ditanam sebagai benih induk (Samadi, 1996).

8
9
BAB III
HASIL & PEMBAHASAN

3.1 Semangka Tanpa Biji (Triploid)

Gambar 3. Semangka tanpa biji.

Semangka hibrida triploid (tanpa biji), dihasilkan dari persilangan antara induk
betina tetraploid (4x) dengan induk jantan diploid (2x) yang normal. Induk betina
tetraploid dihasilkan dengan perlakuan kolkisin terlebih dahulu. Setelah itu benih
akan mengalami poliploidi (tetraploid). Persilangan antara tanaman tetraploid
(betina) dan diploid/normal (jantan) akan menghasilkan keturunan triploid.
Tanaman triploid tersebut adalah tanaman yang menghasilkan semangka tanpa
biji/seedless (Cahyono, 1996).
Biji buah semangka tripoid inilah yang digunakan sebagai benih semangka
tanpa biji. Kultivar benih tanpa biji yang beredar yaitu produksi Know You Seed,
Taiwan. Tanaman semangka triploid memiliki bunga jantan dengan tepung sari
steril (mandul). Oleh karena itu, membududayakan semangka triploid harus
menanam pula semangka diploid untuk keperluan penyerbukan buatan. Bunga
betina semangka triploid diserbuki dengan semangka diploid sehingga terjadi
pembentukan buah tanpa biji (Samadi 1996).

10
Gambar 4. Skema tahap pembuatan semangka tanpa biji.

Teknik menghasilkan semangka tanpa biji dengan larutan kolkisin di atas


merupakan salah satu cara mutasi buatan yang menginduksi poliploidi secara
kimia. Cara lain menginduksi poliploidi adalah dengan pemberian panas. Teknik
ini memiliki tingkat keberhasilan lebih rendah dibandingkan mutasi menggunakan
perlakuan perendaman kolkisin (Brewbaker, 1983). Selain itu, waktu yang
dibutuhkan lebih singkat pada kolkisin. Sehingga dalam tahap menghasilkan
semangka tanpa biji, digunakan kolkisin untuk menginduksi poliploidi.

3.2 Morfologi Semangka Tanpa Biji


Parameter pengamatan semangka triploid, sebagai berikut;
1. Akar
Tanaman semangka tanpa biji memiliki akar serabut yang menyebar tidak
jauh dari permukaan tanah.
2. Batang
Memiliki batang yang lunak berbentuk bulat, dan berwarna hijau. Batang
utama dapat membentuk beberapa cabang primer yang sangat produktif
menghasilkan buah. Pada setiap batang biasanya dipelihara 1 buah, tetapi
pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa tanaman hanya mampu
menghasilkan 1-2 buah dari tiga cabang yang dipelihara secara baik.
3. Bunga
Bunga semangka tanpa biji tergolong uniseksualis artinya dalam satu
bunga hanya terdapat putik atau benang sari saja.

11
Gambar 5. Bentuk bunga semangka.
4. Daun
Daun semangka tanpa biji terletak bersebrangan dan berbentuk caping
dengan tangkai yang panjang. Ukuran daun lebih besar dan tebal
dibandingkan dengan daun semangka berbiji.

5. Buah
Buah semangka tanpa biji sangat bervariasi, baik bentuk maupun tipe
permukaan kulitnya. Berdasarkan bentuknya buah semangka tanpa biji dapat
dibedakan menjadi 3 macam, yaitu buah berbentuk bulat, oval dan lonjong.
Kultivar semangka tanpa biji kebanyakan memiliki bentuk bulat. Berdasarkan
tipe kulit buahnya, buah semangka tanpa biji dibedakan menjadi 2 macam,
yaitu permukaan kulit buah bergaris dan tidak bergaris. Buah semangka tanpa
biji yang saat ini banyak beredar dipasaran sebagian besar memiliki tipe
permukaan kulit buah bergaris. Selain itu rasa daging buahnya lebiih manis
(Samadi, 1996).

Gambar 6. Bentuk buah semangka.

12
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Salah satu upaya untuk mendapatkan hibrida semangka tanpa biji dapat
dilakukan dengan perakitan semangka triploid dari kultivar unggul yang tersedia.
Hibrida triploid dapat diperoleh dari persilangan tanaman tetraploid (4x) dan
tanaman diploid (2x). Induksi ploidi dengan kolkisin yang lebih efektif ialah
melalui perendaman benih dan penetesan kolkisin pada titik tumbuh.

4.2 Saran
Pemberian kolkisin untuk menghasilkan semangka tetraploid sebaiknya tidak
kurang atau lebih dari 0.02 % untuk perendaman benih agar menghasilkan tingkat
keberhasilan yang baik. Materi tentang semangka tanpa biji untuk terjemahan
sebaiknya diperbanyak agar mempermudah dalam mencari literatur.

13
DAFTAR PUSTAKA

Brewbaker, J. L. 1983. Genetika Pertanian I. Santoso, penerjemah. Penerbit Gede


Jaya. Jakarta. (Terjemahan). 142 hal.
Cahyono B. 1996. Budidaya Semangka Hibrida. Cv Aneka. Solo.
Kalie M B. 1993. Bertanam Semangka. Edisi revisi. Penebar Swadaya. Jakarta. 75
hal.
Poespodarsono S. 1998. Dasar-dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. Pusat Antar
Universitas, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 168 hal.
Prajnanta F. 2003. Agribisnis Semangka Non Biji. Cetakan ke-5. Penebar
Swadaya. Jakarta. 184 hal.
Priadi D P, Emilia S, dan Halimi E S. 2005. Pengaruh waktu perendaman benih
dalam larutan colchicine terhadap poliploidi, pertumbuhan dan hasil
semangka (Citrullus vulgaris Schard). Tanaman Tropika 8(1):17-21.
Prihatman K. 2000. Semangka (Citrullus vulgaris). Sistim Informasi Manajemen
Pembangunan di Perdesaan [BAPPENAS]. Jakarta.
Ramadhani A. 2014. Budidaya semangka. UIN SUSKA. Riau.
Samadi B. 1996. Sari Budidaya Semangka Tanpa Biji. Yogyakarta: kanisius.
Sunarjono H. 1998. Aneka Permasalahan Semangka dan Melon beserta
Pemecahannya. Cetakan ke-3. Penebar Swadaya. 118 hal.
Wikipedia. 2017. Semangka. [Internet] Diunduh tanggal 1 juni 2017.
https://id.wikipedia.org/wiki/Semangka

14
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Buah Semangka...................................................................................3


Gambar 2. Struktur Molekul Kolkisin Murni........................................................6
Gambar 3. Semangka tanpa biji.............................................................................9
Gambar 4. Skema tahap pembuatan semangka tanpa biji.....................................10
Gambar 5. Bentuk bunga semangka......................................................................11
Gambar 6. Bentuk buah semangka........................................................................11

15

Anda mungkin juga menyukai