Disusun Oleh:
Rangga Hizri
(21542748)
DOSEN PENGAMPU:
DAFTAR ISI..............................................................................................................................i
I. PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Ruang lingkup materi praktik......................................................................................1
B. Tujuan Praktikum........................................................................................................2
C. Manfaat Praktikum......................................................................................................2
II. TEORI TENTANG TANAMAN JERUK KASTURI (CITROFORTUNELLA
MICROCARPA)...............................................................................................................3
A. Karakteristik Tanaman Jeruk Kasturi (Citrofortunella Microcarpa)..........................3
B. Morfologi Tanaman Jeruk Kasturi..............................................................................4
C. Kultur Jaringan Jeruk Kasturi.....................................................................................4
D. Zat Pengatur Tumbuh Jeruk Kasturi...........................................................................4
1. Sinokinin...............................................................................................................5
2. Auksin...................................................................................................................6
III. METODE DAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM.......................................................8
A. Zat Pengatur Tumbuh Jeruk Kasturi.............................................................................8
1. Alat dan Bahan......................................................................................................8
2. Metode Praktikum.................................................................................................8
B. Pelaksanaan Praktikum Jeruk Kasturi.........................................................................9
1. Sterilisasi Alat.......................................................................................................9
2. Sterilisasi Lingkungan Kerja.................................................................................9
3. Pembuatan Media Tanam......................................................................................9
4. Penanaman............................................................................................................9
5. Pemeliharaan.......................................................................................................10
6. Pengamatan.........................................................................................................10
IV. KESIMPULAN...............................................................................................................11
V. DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................12
i
I. PENDAHULUAN
1
2012). Selain itu, produksi jeruk ini masih terbatas pada tanaman pekarangan. Hal ini
menyebabkan ketersediaan produksi jeruk dalam jumlah yang tidak memadai.
Dalam upaya pengembangbiakan tanaman jeruk, pengadaan bibit unggul dan
bermutu memegang peranan penting, apalagi mengingat tanaman ini bersifat tahunan.
Metode kultur jaringan merupakan salah satu cara untuk mengatasi ketersediaan bibit
yang berkualitas. Kultur jaringan merupakan suatu teknik memilih galur tanaman dan
menghasilkan individu baru yang bersih dari hama dan penyakit, dengan jumlah yang
banyak dengan waktu singkat (Gunawan, 1988). Metode kultur jaringan dapat memberi
keuntungan dalam mengatasi masalah kelangkaan bibit suatu tanaman. Selain itu, akan
diperoleh bahan tanaman yang unggul dalam jumlah banyak dan seragam, serta biakan
steril (motherstock) sehingga dapat digunakan sebagai bahan untuk perbanyakan
selanjutnya (Lestari, 2011).
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum dasar Agronomi tentang Jeruk Kasturi ini yaitu:
1. Untuk melihat dan mendapatkan konsentrasi Kinetin yang tepat terhadap
pertumbuhan jeruk kasturi.
2. Untuk melihat dan mendapatkan konsentrasi NAA yang tepat pada pertumbuhan
jeruk kasturi.
3. Untuk melihat dan mendapatkan interaksi konsentrasi Kinetin dan NAA yang tepat
pada pertumbuhan jeruk kasturi.
C. Manfaat Praktikum
Dengan adanya praktik ini diharapkan memberikan manfaat terhadap banyak
orang tentang bagaimana proses pembuatan media tanam, penanaman, pemeliharaan,
tempe dari kedelai agar dapat menilai dan mengetahui seperti hasil yang dicapai. Selain
itu juga diharapkan agar dapat memberikan informasi mengenai kultur eksplan tunas
tanaman jeruk kasturi (Citrus microcarpa Bunge) dengan pemberian Kinetin dan NAA
secara kultur in-vitro.
Manfaat lain juga diharapkan mahasiswa dapat mengaplikasikan materi tentang
Jeruk Kasturi sehingga dapat membimbing masyarakat menengah kebawah dalam
membudidaya Jeruk Kasturi.
2
II. TEORI TENTANG TANAMAN JERUK KASTURI
(CITROFORTUNELLA MICROCARPA)
3
B. Morfologi Tanaman Jeruk Kasturi
Setiap tanaman memiliki morfologi yang berbeda-beda. Jeruk kasturi merupakan
pohon rendah (2-4 m), berdaun tunggal, letaknya berpasangan dan bentuknya agak kecil
dengan warna hijau tua, berbunga menjemuk, terletak di ketiak daun atau ujung cabang,
bunganya kecil, harum dan berwarna putih (Nasoetion, 1996). Bakal buah berbentuk
bola, pangkal dan ujung buah datar, berwarna hijau dan berwarna kuning saat matang,
buah berbentuk kecil bertangkai pendek, memiliki diameter 3-5 cm dengan kulit buah
yang tipis, dan dapat memproduksi buah per tahun antara 2000 - 2.150 buah (Sihotang,
2013).
4
tumbuh mempengaruhi hasil pertumbuhan tanaman. Salah satu zat pengatur tumbuh yang
sering digunakan adalah auksin dan sitokinin (Zulkarnain, 2009).
Penggunaan auksin dan sitokinin pada konsentrasi yang tepat dapat memacu
pertumbuhan eksplan, terutama pembentukan daun, tunas dan ruas (Samudin, 2009).
Konsentrasi auksin yang relatif tinggi daripada sitokinin menyebabkan diferensiasi
mengarah pada pertumbuhan akar. Sedangkan, jika sitokinin lebih tinggi daripada auksin,
maka diferensiasi akan mengarah pada pertumbuhan tunas (Rahmi dkk., 2010).
1. Sinokinin
Sitokinin merupakan ZPT yang mendorong pembelahan (sitokinesis),
pertumbuhan dan perkembangan kulkur sel tanaman. Beberapa jenis sitokinin
termasuk sitokinin alami dan sebagian yang lain termasuk sitokinin sintetik.
Pemberian sitokinin ke dalam medium kultur jaringan penting untuk menginduksi
perkembangan dan pertumbuhan eksplan (Lawalata, 2011). Menurut George dan
Sherrington (1984), apabila ketersediaan sitokinin di dalam medium kultur sangat
terbatas maka pembelahan sel pada jaringan yang di kulturkan akan terhambat. Akan
tetapi, apabila jaringan tersebut disubkulturkan pada medium dengan kandungan
sitokinin yang memadai maka pembelahan sel akan berlangsung secara sinkron.
Pada tumbuhan, efek sitokinin sering dipengaruhi oleh keberadaan auksin,
misalnya jumlah akar yang banyak akan menghasilkan sitokinin dalam jumlah
banyak. Peningkatan konsentrasi sitokinin akan menyebabkan sistem tunas
membentuk cabang dalam jumlah yang lebih banyak (Lawalata, 2011). Sitokinin
sangat diperlukan untuk memacu multipikasi tunas tanaman. Penggandaan tunas pada
tanaman berkayu seperti belimbing, sukun, jeruk (Mahadi, 2013). Golongan sitokinin
yang sering ditambahkan adalah kinetin, zeatin dan Benzil Amino Purin (BAP).
Kinetin dan BAP bersifat tahan terhadap degradasi dan harganya lebih murah. Kinetin
merupakan hormon golongan sitokinin sintetik yang pertama kali ditemukan dan jenis
sitokinin alami yang dihasilkan pada jaringan yang tumbuh aktif terutama pada akar,
embrio dan buah. Kinetin berfungsi untuk pengaturan pembelahan sel dan
morfogenesis (Wetherell, 1982). Kinetin mempunyai berat molekul 215,21 g/mol
dengan rumus molekul (6-furfurylaminopurine).
Kinetin adalah salah satu jenis ZPT sitokinin yang banyak digunakan untuk
perbanyakan tunas karena mempunyai kemampuan untuk merangsang terbentuknya
tunas dengan konsentrasi tinggi (lebih dari 1 ppm) tidak mudah rusak pada saat media
5
disterilisasi (Dewi dan Dyah, 2010). Kinetin telah banyak digunakan sebagai zat
pengatur tumbuh untuk merangsang terbentunya tunas. Dewi dan Dyah (2010) telah
menggunakan Kinetin untuk melihat pengaruhnya terhadap inisiasi dan pertumbuhan
tunas pada perbanyakan tanaman jarak pagar. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa pemberian kinetin lebih dari 1,00 ppm dapat meningkatkan pertumbuhan
tunas, terutama pada konsentrasi 2,00 ppm. Mahadi dkk (2015) mendapatkan
pertumbuhan tunas terbanyak pada eksplan biji jeruk kasturi yaitu pada konsentrasi
3,00 ppm. Secara tunggal kinetin berpengaruh nyata pada terhadap umur muncul
tunas, persentase tumbuh tunas, umur muncul akar (hari) dengan perlakuan terbaik
Kinetin 1,00 ppm, tinggi tunas pada perlakuan kinetin 10,00 ppm (Wahyudi dkk,
2013). Penambahan kinetin 6 ppm memberikan respon terbaik untuk multipikasi tunas
baru pada tanaman pisang (Hasanah, 2009).
2. Auksin
Auksin merupakan salah satu hormon yang dapat berpengaruh terhadap
pembentukan akar, perkembangan tunas, kegiatan sel-sel maristem, pembentukan
bunga, pembentukan buah dan berpengaruh terhadap gugurnya daun dan buah (Patma
dkk., 2013). Bentuk-bentuk auksin yang biasa ditambahkan ke dalam media kultur
adalah 2,4 Diclorophenoxy Asetic Acid (2,4-D), Indole Butyric Acid (IBA),
Naphthalene Asetic Acid (NAA) dan Indole-3-Acetic Acid (IAA). Auksin yang
secara alami terdapat dalam tumbuhan adalah IAA (Melisa, 2011).
Menurut Wattimenaet.al (1988), setelah ditemukan IAA sebagai salah satu
fitohormon yang penting, maka disintesis senyawa-senyawa serupa dan diuji
keaktifan biologis dari senyawa-senyawa tersebut. NAA banyak digunakan sebagai
hormon akar dan selang konsentrasi yang mendorong pembesaran sel-sel pada akar
adalah sangat rendah. NAA merupakan IAA sintetik yang sering digunakan karena
memiliki sifat yang lebih tahan, tidak terdegradasi dan lebih murah. Naphtyl Acetic
Acid (NAA) memiliki berat molekul 186,21 dengan rumus molekul C12H10O2.
Auksin juga berpengaruh pada terhambatnya pembentukan tunas aksilar,
namun keberadaan auksin tetap dibutuhkan untuk meningkatkan suspensi sel.
Penggunaan konsentrasi auksin yang tinggi akan merangsang pembentukan kalus.
Sedangkan, apabila konsentrasi auksin rendah akan meningkatkan pembentukan akar
adventif (Wahyudi dkk, 2013).
6
Pada multipikasi embrio aren (Arenga pinnata), secara tunggal NAA
berpengaruh nyata terhadap umur muncul tunas dan tinggi tunas dengan perlakuan
terbaik NAA 1,0 ppm dan umur muncul akar dengan perlakuan terbaik NAA 0 ppm
(Wahyudi dkk, 2013). Pemberian NAA 1 mg/l pada pembentukan tunas Nepenthes
mirabilis terbaik (Yudhanto dan Wiendi, 2015). Pemberian NAA 1 ppm memberikan
respon terbaik untuk multipikasi tunas baru tanaman pisang (Hasanah, 2009). Respon
pemberian NAA 2 mg/l dapat memberikan jumlah tunas terbanyak pada jeruk kasturi
(Mahadi dkk, 2015).
7
III.METODE DAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM
2. Metode Praktikum
Rancangan percobaan yang digunakan adalan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) Faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama adalah Kinetin (0 mg/l; 1
mg/l; 2 mg/l; 3 mg/l dan 4 mg/l) dan faktor kedua adalah NAA (0 mg/l, 0,5 mg/l, 1
mg/l, dan 1,5 mg/l) diberikan pada masing-masing media MS yang terdiri dari 20
kombinasi perlakuan dengan 10 ulangan, sehingga total kultur yang diamati adalah
200 satuan percobaan pada tabel dibawah. Setiap unit percobaan terdiri dari satu unit
tanaman.
8
B. Pelaksanaan Praktikum Jeruk Kasturi
1. Sterilisasi Alat
Alat-alat yang digunakan untuk pembuatan media tanam adalah spatula, gelas
piala, panci, magnetic stirrer. Proses sterilisasi dilakukan dengan mencuci alat-alat
dengan sabun dan dibilas dibawah air mengalir. Sedangkan alat yang digunakan
untuk menanam, seperti pinset, scalpel, cawan petri, botol kultur dan gunting
disterilkan dengan cara dibungkus menggunakan kertas kemudian di autoclave
selama kurang lebih 20 menit dengan suhu 121°C (Aini, 2015).
4. Penanaman
Penanaman dilakukan di Laminar Air Flow Cabinet (LAFC) yang sudah
disterilkan. Eksplan yang digunakan yaitu tunas lateral jeruk kasturi steril. Eksplan
9
dikeluarkan dan diletakkan kedalam cawan petri, dipotong pada bagian tunas
lateralnya menggunakan gunting danscalpel. Selanjutnya potongan tunas tersebut
ditanam pada media kultur yang telah dipersiapkan. Setelah itu, media tumbuh dibuka
tutupnya dengan hati-hati supaya bagian dalam tidak rusak dan terkontaminasi. Mulut
botol dibakar dengan bunsen untuk mencegah mikroba masuk kedalam media.
Masukkan eksplan ke dalam botol dengan menggunakan pinset steril. Sebelum botol
ditutup kembali, bakar bagian mulut botol secara perlahan dan ikat kencang dengan
karet gelang. Kemudian, susun botol tersebut ke dalam rak kultur.
5. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan
kultur, pemisahan media yang terkontaminasi dari bakteri maupun jamur,
penyemprotan dengan alkohol 70% pada ruang dan botol kultur setiap hari (Aini,
2015).
6. Pengamatan
Pengamatan dilakukan selama 8 minggu setelah tanam. Parameter yang
diamati adalah:
a. Waktu Muncul Tunas Baru (HST)
Waktu muncul tunas baru jeruk kasturi (Citrus microcarpa Bunge) dihitung dari 1
HST sampai akhir pengamatan yaitu 8 MST dengan mengamati waktu
kemunculan tunas setiap botol percobaan.
b. Jumlah Tunas Baru (Tunas)
Jumlah tunas baru jeruk kasturi (Citrus microcarpa Bunge) dihitung sejak 1 MST
sampai akhir pengamatan yaitu 8 MST. Jumlah tunas baru diamati setiap hari
untuk melihat kapan tunas baru muncul dan mempermudah peneliti menghitung
jumlah tunas baru selama 8 MST.
c. Waktu Muncul Akar (HST)
Eksplan yang membentuk akar ditandai dengan telah munculnya akar yang
panjangnya besar atau sama dengan 0,2 cm (Rahmi dkk., 2010). Waktu muncul
akar baru dihitung dari 1 MST sampai akhir pengamatan yaitu 8 MST dengan
mengamati waktu kemunculan akar setiap botol percobaan.
d. Persentase Terbentuknya Kalus (%)
Pengamatan ini dilakukan setiap hari untuk melihat munculnya kalus.
10
IV. KESIMPULAN
11
V. DAFTAR PUSTAKA
Aini, Q. A. 2015. Pengaruh Variasi Konsentrasi Hormon NAA terhadap Induksi Kalus
Gaharu (Gyrinops versteegii (Gilg) Domke) Melalui Teknik In Vitro dan
Pemanfaatannya Sebagai Karya Ilmiah Populer. Skripsi. Jember. Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember.
Deli, N. R., Z. A. Noli, dan Suwirmen. 2015. Respon Pertumbuhan Nodus Artemisia Vulgaris
L pada Medium Murashige-Skoog dengan Penambahan Beberapa Zat Pengatur
Tumbuh Secara In Vitro. Jurnal Biologi Universitas Andalas 4(3): 162-168.
Dewi, S., P., dan S. Dyah. 2010. Pengaruh Kinetin terhadap Inisiasi dan Pertumbuhan Tunas
pada Perbanyakan Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Secara In Vitro. Agrin
14(1): 29-36.
George, E. F., and P. D. Sherrington. 1984. Plant Propagation by Tissue Culture. Exegetics.
Ltd. England. 308 p
Gunawan, L. W. 1988. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. Pusat Antar Universitas (PAU)
Institute Pertanian Bogor. Bogor. Hal 165.
Hasanah, U. 2009. Pengaruh Konsentrasi NAA dan Kinetin terhadap Multipikasi Tunas
Pisang (Musa paradisiaca L. cv. Raja Bulu). Skripsi. Surakarta. Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
Jamal, Y., Praptiwi, dan A. Agusta. 2000. Komponen Kimia dan Efek Antibakteri Minyak
Atsiri Kulit Buah dan Daun Jeruk Kasturi (Citrus microcarpa Bunge.). Majalah
Farmasi Indonesia 11(2): 77-85.
Lestari, G. E. 2011. Peranan Zat Pengatur Tumbuh dalam Perbanyakan Tanaman Melalui
Kultur Jaringan. Jurnal AgroBiogen 7(1): 63-68.
Mahadi, I., W. Sri, dan T. Delfi. 2013. Pengaruh Pemberian NAA dan Kinetin terhadap
Pertumbuhan Eksplan Buah Naga (Hylocereus Costaricensis) Melalui Teknik Kultur
Jaringan Secara In Vitro. Jurnal Biogenesis 9(2): 14- 20.
Mahadi, I., S. Wan, dan A. Suci. 2015. Kultur Jaringan Jeruk Kasturi (Citrus microcarpa)
dengan Menggunakan Hormon Kinetin dan NAA. Jurnal Dinamika Pertanian 30(1):
37-44.
12
Melisa, O. A. 2011. Pemberian Kombinasi 2,4 –D dan Kinetin terhadap Induksi Kalus dan
Protocorm Like Bodies (PLB) Anggrek (Grammatophyllum scriptum) Secara In
Vitro. Skripsi. Surakarta. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sebelas Maret.
Rahmi, I., S, Irfan, dan B. Tamsil. 2010. Pengaruh Pemberian Beberapa Konsentrasi BAP
dan NAA terhadap Multipikasi Tunas Pucuk Kanci (Citrus sp) Secara In Vitro.
Jerami 3(3): 210-219.
Sihotang, T. M. 2013. Isolasi Minyak Atsiri dari Kulit Buah Jeruk Kasturi (Citrus microcarpa
Bunge) Segar dan Kering serta Analisis Komponennya Secara GC-MS. Skripsi.
Medan. Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Syofia I., Z. Rahmi, dan I. Muhammad. 2017. Pengaruh Tingkat Konsentrasi Ekstrak Bawang
Merah (Allium cepa L.) terhadap Pertumbuhan Stek Pucuk Beberapa Jenis Jeruk
Asam (Citrus sp.). Agrium 20(3): 177-184.
Wahyudi E., Ernita, dan Fathurrahman. 2013. Uji Konsentrasi Kinetin dan NAA terhadap
Multipikasi Embrio Aren (Arenga pinnata (W) Merr.) Secara In Vitro. Jurnal
Dinamika Pertanian 28(1): 51-62.
Wetherell, D. F. 1982. Pengantar Propagasi Tanaman secara In Vitro. Avery Pub Group Inc.
New Jersey. 3p.
Zulkarnain, H. 2009. Kultur Jaringan Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta. Hal 268.
13