Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR AGRONOMI

JERUK KASTURI (CITROFORTUNELLA MICROCARPA)

Disusun Oleh:

Rangga Hizri
(21542748)

DOSEN PENGAMPU:

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................i
I. PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Ruang lingkup materi praktik......................................................................................1
B. Tujuan Praktikum........................................................................................................2
C. Manfaat Praktikum......................................................................................................2
II. TEORI TENTANG TANAMAN JERUK KASTURI (CITROFORTUNELLA
MICROCARPA)...............................................................................................................3
A. Karakteristik Tanaman Jeruk Kasturi (Citrofortunella Microcarpa)..........................3
B. Morfologi Tanaman Jeruk Kasturi..............................................................................4
C. Kultur Jaringan Jeruk Kasturi.....................................................................................4
D. Zat Pengatur Tumbuh Jeruk Kasturi...........................................................................4
1. Sinokinin...............................................................................................................5
2. Auksin...................................................................................................................6
III. METODE DAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM.......................................................8
A. Zat Pengatur Tumbuh Jeruk Kasturi.............................................................................8
1. Alat dan Bahan......................................................................................................8
2. Metode Praktikum.................................................................................................8
B. Pelaksanaan Praktikum Jeruk Kasturi.........................................................................9
1. Sterilisasi Alat.......................................................................................................9
2. Sterilisasi Lingkungan Kerja.................................................................................9
3. Pembuatan Media Tanam......................................................................................9
4. Penanaman............................................................................................................9
5. Pemeliharaan.......................................................................................................10
6. Pengamatan.........................................................................................................10
IV. KESIMPULAN...............................................................................................................11
V. DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................12

i
I. PENDAHULUAN

A. Ruang lingkup materi praktik


Sektor pertanian merupakan sektor utama dalam perekonomian bangsa Indonesia.
Hampir semua sektor yang ada di Indonesia tidak lepas dari sektor pertanian. Potensi
alam yang dimiliki Indonesia menjadikan Negara Indonesia menjadi negara yang subur
dengan beraneka ragam flora dan fauna yang dapat tumbuh dan berkembang. Sebagai
negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia, menjadikan sektor pertanian sebagai
sumber penghidupan (Sudaryanto dan Syafa’at, 2002).
Kebijaksanaan pengembangan Agribisnis ditujukan dalam rangka menempatkan
sektor pertanian dengan wawasan agribisnis sebagai poros penggerak perekonomian
nasional. Sistem agribisnis adalah rangkaian berbagai subsistem, mulai dari subsistem
penyediaan prasarana dan sarana produksi termasuk industri perbenihan yang tangguh,
subsistem budidaya yang menghasilkan produksi pertanian, subsistem pengolahan atau
agroindustri, subsistem pemasaran dan distribusi, serta subsistem jasa-jasa
pendukungnya. Nilai tambah terbesar dari suatu rangkaian usaha-usaha pertanian
tersebut, tercipta pada subsistem pengolahan atau agroindustri (Prakosa, 2002).
Pengolahan hasil pertanian merupakan komponen kedua dalam kegiatan
agrobisnis setelah komponen produksi pertanian. Banyak pula dijumpai petani yang tidak
melaksanakan pengolahan hasil yang disebabkan oleh berbagai sebab, padahal disadari
bahwa kegiatan pengolahan ini dianggap penting karena dianggap dapat meningkatkan
nilai tambah (Soekartawi, 1991).
Tanaman jeruk adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia. Cina
dipercaya sebagai tempat pertama kali budidaya jeruk. Sejak ratusan tahun yang lalu,
jeruk sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami atau dibudidayakan. Jeruk asam
sering digunakan sebagai bumbu masakan, terdapat berbagai jenis jeruk asam yang sering
dibudidayakan di Indonesia antara lain jeruk nipis (Citrus aurantifolia), jeruk purut
(Citrus hystrix), jeruk kasturi (Citrus mitis) dan jeruk sambal (Citrus hystix ABC) (Syofia
dkk., 2017). Manfaat atau kegunaan jeruk kasturi antara lain mencegah penyakit
pernafasan, penguat tulang, dan memperlancar sirkulasi darah (Sihotang, 2013). Jeruk
kasturi termasuk dalam famili rutaceae dan memiliki karakteristik pertumbuhan yang
tergolong cukup lama dengan perkembangangnnya secara generatif memiliki masa
produktif setelah 5-6 tahun, sementara secara vegetatif berkisar 3-4 tahun (Abdullah dkk.,

1
2012). Selain itu, produksi jeruk ini masih terbatas pada tanaman pekarangan. Hal ini
menyebabkan ketersediaan produksi jeruk dalam jumlah yang tidak memadai.
Dalam upaya pengembangbiakan tanaman jeruk, pengadaan bibit unggul dan
bermutu memegang peranan penting, apalagi mengingat tanaman ini bersifat tahunan.
Metode kultur jaringan merupakan salah satu cara untuk mengatasi ketersediaan bibit
yang berkualitas. Kultur jaringan merupakan suatu teknik memilih galur tanaman dan
menghasilkan individu baru yang bersih dari hama dan penyakit, dengan jumlah yang
banyak dengan waktu singkat (Gunawan, 1988). Metode kultur jaringan dapat memberi
keuntungan dalam mengatasi masalah kelangkaan bibit suatu tanaman. Selain itu, akan
diperoleh bahan tanaman yang unggul dalam jumlah banyak dan seragam, serta biakan
steril (motherstock) sehingga dapat digunakan sebagai bahan untuk perbanyakan
selanjutnya (Lestari, 2011).

B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum dasar Agronomi tentang Jeruk Kasturi ini yaitu:
1. Untuk melihat dan mendapatkan konsentrasi Kinetin yang tepat terhadap
pertumbuhan jeruk kasturi.
2. Untuk melihat dan mendapatkan konsentrasi NAA yang tepat pada pertumbuhan
jeruk kasturi.
3. Untuk melihat dan mendapatkan interaksi konsentrasi Kinetin dan NAA yang tepat
pada pertumbuhan jeruk kasturi.

C. Manfaat Praktikum
Dengan adanya praktik ini diharapkan memberikan manfaat terhadap banyak
orang tentang bagaimana proses pembuatan media tanam, penanaman, pemeliharaan,
tempe dari kedelai agar dapat menilai dan mengetahui seperti hasil yang dicapai. Selain
itu juga diharapkan agar dapat memberikan informasi mengenai kultur eksplan tunas
tanaman jeruk kasturi (Citrus microcarpa Bunge) dengan pemberian Kinetin dan NAA
secara kultur in-vitro.
Manfaat lain juga diharapkan mahasiswa dapat mengaplikasikan materi tentang
Jeruk Kasturi sehingga dapat membimbing masyarakat menengah kebawah dalam
membudidaya Jeruk Kasturi.

2
II. TEORI TENTANG TANAMAN JERUK KASTURI
(CITROFORTUNELLA MICROCARPA)

A. Karakteristik Tanaman Jeruk Kasturi (Citrofortunella Microcarpa)


Jeruk kasturi (Citrus microcarpa) umumnya disebut jeruk peras dengan bentuk
buah nya yang kecil, namun memberikan manfaat yang berguna untuk industri obat-
obatan farmasi, dan kosmetik. Selain itu jenis jeruk kasturi juga banyak dipakai sebagai
pembersih bau amis pada ikan, sehingga banyak digunakan dalam urusan dapur atau
untuk masakan. Jeruk kasturi (Citrus microcarpa) mudah ditanam di segala tempat, baik
di dataran rendah maupun di daerah pegunungan. Umumnya diperbanyak dengan biji,
walau dengan cangkokan maupun okulasi juga bisa. Tanaman jeruk kasturi sangat
menarik, sebab kalau berbuah bisa lebat dan banyak (Sarwono, B. 1995).
Secara botanis tanaman jeruk kasturi (Gambar 1) memiliki susunan tatanama
dengan Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Sub-Divisi: Angiospermae, Class:
Dicotyledonae, Ordo: Rutales, Family: Rutaceae, Genus: Citrus, Spesies: Citrus
microcarpa Bunge (Sarwono, 1995).

Gambar 1 Jeruk Kasturi


Jeruk kasturi memiliki nama asing di berbagai negara, seperti kalamansi
(Filipina), calamondin, chinese orange, golden lime (Inggris), limau chuit (Malaysia)
(Jamal dkk., 2000).

3
B. Morfologi Tanaman Jeruk Kasturi
Setiap tanaman memiliki morfologi yang berbeda-beda. Jeruk kasturi merupakan
pohon rendah (2-4 m), berdaun tunggal, letaknya berpasangan dan bentuknya agak kecil
dengan warna hijau tua, berbunga menjemuk, terletak di ketiak daun atau ujung cabang,
bunganya kecil, harum dan berwarna putih (Nasoetion, 1996). Bakal buah berbentuk
bola, pangkal dan ujung buah datar, berwarna hijau dan berwarna kuning saat matang,
buah berbentuk kecil bertangkai pendek, memiliki diameter 3-5 cm dengan kulit buah
yang tipis, dan dapat memproduksi buah per tahun antara 2000 - 2.150 buah (Sihotang,
2013).

C. Kultur Jaringan Jeruk Kasturi


Kultur jaringan merupakan suatu teknik membudidayakan suatu jaringan tanaman
maupun bagian tanaman yang meliputi batang, akar, daun, bunga, kalus, sel, protoplas
maupun embrio menjadi tanaman kecil yang memiliki sifat sama seperti induknya.
Bagian tumbuhan yang digunakan disebut eksplan, diisolasi dari kondisi in vitro,
kemudian dikulturkan pada media steril sehingga dapat beregenerari dan berdiferensiasi
menjadi tanaman lengkap (Aini, 2015).
Metode kultur jaringan dapat memberi keuntungan dalam mengatasi masalah
kelangkaan bibit suatu tanaman. Selain itu, akan diperoleh bahan tanaman yang unggul
dalam jumlah banyak dan seragam, serta biakan steril (motherstock) sehingga dapat
digunakan sebagai bahan untuk perbanyakan selanjutnya (Lestari, 2011).
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan kultur jaringan adalah medium, zat
pengatur tumbuh, eksplan dan faktor lingkungan. Medium dasar yang umum digunakan
untuk kultur jaringan adalah medium Murashige-Skoog, karena medium ini mengandung
jumlah hara organik yang cukup untuk memenuhi kebutuhan banyak jenis sel tanaman
dari banyak jenis tanaman dengan eksplan yang berbeda (Deli dkk., 2015).

D. Zat Pengatur Tumbuh Jeruk Kasturi


Zat pengatur tumbuh tanaman adalah senyawa organik yang bukan hara, yang
dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat dan merubah proses fisiologis
tumbuhan. Zat perngatur tuumbuh adalah salah satu faktor pendukung yang menunjang
pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Zat pengatur tumbuh digunakan sesuai
target pertumbuhan tanaman yang diinginkan, sebab perbedaan konsentrasi zat pengatur

4
tumbuh mempengaruhi hasil pertumbuhan tanaman. Salah satu zat pengatur tumbuh yang
sering digunakan adalah auksin dan sitokinin (Zulkarnain, 2009).
Penggunaan auksin dan sitokinin pada konsentrasi yang tepat dapat memacu
pertumbuhan eksplan, terutama pembentukan daun, tunas dan ruas (Samudin, 2009).
Konsentrasi auksin yang relatif tinggi daripada sitokinin menyebabkan diferensiasi
mengarah pada pertumbuhan akar. Sedangkan, jika sitokinin lebih tinggi daripada auksin,
maka diferensiasi akan mengarah pada pertumbuhan tunas (Rahmi dkk., 2010).

1. Sinokinin
Sitokinin merupakan ZPT yang mendorong pembelahan (sitokinesis),
pertumbuhan dan perkembangan kulkur sel tanaman. Beberapa jenis sitokinin
termasuk sitokinin alami dan sebagian yang lain termasuk sitokinin sintetik.
Pemberian sitokinin ke dalam medium kultur jaringan penting untuk menginduksi
perkembangan dan pertumbuhan eksplan (Lawalata, 2011). Menurut George dan
Sherrington (1984), apabila ketersediaan sitokinin di dalam medium kultur sangat
terbatas maka pembelahan sel pada jaringan yang di kulturkan akan terhambat. Akan
tetapi, apabila jaringan tersebut disubkulturkan pada medium dengan kandungan
sitokinin yang memadai maka pembelahan sel akan berlangsung secara sinkron.
Pada tumbuhan, efek sitokinin sering dipengaruhi oleh keberadaan auksin,
misalnya jumlah akar yang banyak akan menghasilkan sitokinin dalam jumlah
banyak. Peningkatan konsentrasi sitokinin akan menyebabkan sistem tunas
membentuk cabang dalam jumlah yang lebih banyak (Lawalata, 2011). Sitokinin
sangat diperlukan untuk memacu multipikasi tunas tanaman. Penggandaan tunas pada
tanaman berkayu seperti belimbing, sukun, jeruk (Mahadi, 2013). Golongan sitokinin
yang sering ditambahkan adalah kinetin, zeatin dan Benzil Amino Purin (BAP).
Kinetin dan BAP bersifat tahan terhadap degradasi dan harganya lebih murah. Kinetin
merupakan hormon golongan sitokinin sintetik yang pertama kali ditemukan dan jenis
sitokinin alami yang dihasilkan pada jaringan yang tumbuh aktif terutama pada akar,
embrio dan buah. Kinetin berfungsi untuk pengaturan pembelahan sel dan
morfogenesis (Wetherell, 1982). Kinetin mempunyai berat molekul 215,21 g/mol
dengan rumus molekul (6-furfurylaminopurine).
Kinetin adalah salah satu jenis ZPT sitokinin yang banyak digunakan untuk
perbanyakan tunas karena mempunyai kemampuan untuk merangsang terbentuknya
tunas dengan konsentrasi tinggi (lebih dari 1 ppm) tidak mudah rusak pada saat media

5
disterilisasi (Dewi dan Dyah, 2010). Kinetin telah banyak digunakan sebagai zat
pengatur tumbuh untuk merangsang terbentunya tunas. Dewi dan Dyah (2010) telah
menggunakan Kinetin untuk melihat pengaruhnya terhadap inisiasi dan pertumbuhan
tunas pada perbanyakan tanaman jarak pagar. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa pemberian kinetin lebih dari 1,00 ppm dapat meningkatkan pertumbuhan
tunas, terutama pada konsentrasi 2,00 ppm. Mahadi dkk (2015) mendapatkan
pertumbuhan tunas terbanyak pada eksplan biji jeruk kasturi yaitu pada konsentrasi
3,00 ppm. Secara tunggal kinetin berpengaruh nyata pada terhadap umur muncul
tunas, persentase tumbuh tunas, umur muncul akar (hari) dengan perlakuan terbaik
Kinetin 1,00 ppm, tinggi tunas pada perlakuan kinetin 10,00 ppm (Wahyudi dkk,
2013). Penambahan kinetin 6 ppm memberikan respon terbaik untuk multipikasi tunas
baru pada tanaman pisang (Hasanah, 2009).

2. Auksin
Auksin merupakan salah satu hormon yang dapat berpengaruh terhadap
pembentukan akar, perkembangan tunas, kegiatan sel-sel maristem, pembentukan
bunga, pembentukan buah dan berpengaruh terhadap gugurnya daun dan buah (Patma
dkk., 2013). Bentuk-bentuk auksin yang biasa ditambahkan ke dalam media kultur
adalah 2,4 Diclorophenoxy Asetic Acid (2,4-D), Indole Butyric Acid (IBA),
Naphthalene Asetic Acid (NAA) dan Indole-3-Acetic Acid (IAA). Auksin yang
secara alami terdapat dalam tumbuhan adalah IAA (Melisa, 2011).
Menurut Wattimenaet.al (1988), setelah ditemukan IAA sebagai salah satu
fitohormon yang penting, maka disintesis senyawa-senyawa serupa dan diuji
keaktifan biologis dari senyawa-senyawa tersebut. NAA banyak digunakan sebagai
hormon akar dan selang konsentrasi yang mendorong pembesaran sel-sel pada akar
adalah sangat rendah. NAA merupakan IAA sintetik yang sering digunakan karena
memiliki sifat yang lebih tahan, tidak terdegradasi dan lebih murah. Naphtyl Acetic
Acid (NAA) memiliki berat molekul 186,21 dengan rumus molekul C12H10O2.
Auksin juga berpengaruh pada terhambatnya pembentukan tunas aksilar,
namun keberadaan auksin tetap dibutuhkan untuk meningkatkan suspensi sel.
Penggunaan konsentrasi auksin yang tinggi akan merangsang pembentukan kalus.
Sedangkan, apabila konsentrasi auksin rendah akan meningkatkan pembentukan akar
adventif (Wahyudi dkk, 2013).

6
Pada multipikasi embrio aren (Arenga pinnata), secara tunggal NAA
berpengaruh nyata terhadap umur muncul tunas dan tinggi tunas dengan perlakuan
terbaik NAA 1,0 ppm dan umur muncul akar dengan perlakuan terbaik NAA 0 ppm
(Wahyudi dkk, 2013). Pemberian NAA 1 mg/l pada pembentukan tunas Nepenthes
mirabilis terbaik (Yudhanto dan Wiendi, 2015). Pemberian NAA 1 ppm memberikan
respon terbaik untuk multipikasi tunas baru tanaman pisang (Hasanah, 2009). Respon
pemberian NAA 2 mg/l dapat memberikan jumlah tunas terbanyak pada jeruk kasturi
(Mahadi dkk, 2015).

7
III.METODE DAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. Zat Pengatur Tumbuh Jeruk Kasturi


1. Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah Kinetin, NAA, aquades steril,
alkohol 70 %, MS (Murashige dan Skoog), agar-agar tidak berwarna dan bersifat
netral (gelrit), gula, NaOH, HCL dan eksplan tunas jeruk kasturi diperoleh dari
penelitian yang telah dilakukan oleh Kiki Herianto mahasiswa agroteknologi UIN
SUSKA Riau setelah di multipikasi sebanyak 2 kali dan telah dihomogenkan dalam
media MS0 selama 2 bulan.
Alat yang digunakan antara lain autoklaf, lampu bunsen dan spiritus,
timbangan digital, pipet tetes, Hot Plate and magnetic stirrer, gelas kimia, pH meter,
scalple, gunting, pinset, laminar air flow, botol kultur, panci, spatula, cawan petri,
hand sprayer, plastik, karet gelang dan kertas label.

2. Metode Praktikum
Rancangan percobaan yang digunakan adalan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) Faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama adalah Kinetin (0 mg/l; 1
mg/l; 2 mg/l; 3 mg/l dan 4 mg/l) dan faktor kedua adalah NAA (0 mg/l, 0,5 mg/l, 1
mg/l, dan 1,5 mg/l) diberikan pada masing-masing media MS yang terdiri dari 20
kombinasi perlakuan dengan 10 ulangan, sehingga total kultur yang diamati adalah
200 satuan percobaan pada tabel dibawah. Setiap unit percobaan terdiri dari satu unit
tanaman.

NA 0 mg/l 0,5 mg/l 1,0 mg/l 1,5 mg/l


A Kinetin (N0) (N1) (N2) (N3)
0 mg/l (K0) N0K0 N0K1 N0K2 N0K3
1,0 mg/l (K1) N1K0 N1K1 N1K2 N1K3

2,0 mg/l (K2) N2K0 N2K1 N2K2 N2K3


3,0 mg/l (K3) N3K0 N3K1 N3K2 N3K3

4,0 mg/l (K4) N4K0 N4K1 N4K2 N4K3

8
B. Pelaksanaan Praktikum Jeruk Kasturi
1. Sterilisasi Alat
Alat-alat yang digunakan untuk pembuatan media tanam adalah spatula, gelas
piala, panci, magnetic stirrer. Proses sterilisasi dilakukan dengan mencuci alat-alat
dengan sabun dan dibilas dibawah air mengalir. Sedangkan alat yang digunakan
untuk menanam, seperti pinset, scalpel, cawan petri, botol kultur dan gunting
disterilkan dengan cara dibungkus menggunakan kertas kemudian di autoclave
selama kurang lebih 20 menit dengan suhu 121°C (Aini, 2015).

2. Sterilisasi Lingkungan Kerja


Selain sterilisasi alat, lingkungan kerja juga harus dilakukan sterilisasi. Sebab,
lingkungan kerja dapat menyebabkan kontaminasi pada tanaman yang dikulturkan.
Sterilisasi lingkungan kerja dapat dilakukan dengan menyemprot rak kultur dengan
alkohol 70% secara berkala, membatasi orang-orang yang masuk dalam ruangan
inkubasi, membersihkan ruangan inkubasi dari debu dan hewan pengganggu seperti
semut agar tidak masuk media dan merusak tanaman, menyemprot permukaan
laminar air flow dengan alkohol 70% kemudian dibersihkan dengan tisu, baik
sebelum dan setelah penggunaan.

3. Pembuatan Media Tanam


Pembuatan media tanam dilakukan dengan mencampurkan seluruh bahan
yang sudah ditimbang, yaitu MS = 1,10 gram, Agar = 1,62 gram, Gula = 7,50 gram
ke dalam 250 ml aquades kemudian letakkan magnetic stirrer didalamnya dan
dilanjutkan dengan menghomogenkan bahan dengan stirrer. Setelah homogen,
selanjutnya dilakukan pengukuran pH menggunakan pH meter untuk mencapai pH ±
5,8. Selanjutnya, dilakukan pemanasan menggunakan hot plate. Jika media yang akan
diinginkan menggunakan ZPT, maka tambahkan ZPT sesuai dengan taraf yang
diinginkan. Setelah mendidih, larutan media dituang ke dalam botol kultur sebanyak
±25 ml dan ditutup rapat dengan plastik. Kemudian disterilkan menggunakan autoklaf
selama 20 menit pada suhu 121 ºC (Aini, 2015).

4. Penanaman
Penanaman dilakukan di Laminar Air Flow Cabinet (LAFC) yang sudah
disterilkan. Eksplan yang digunakan yaitu tunas lateral jeruk kasturi steril. Eksplan
9
dikeluarkan dan diletakkan kedalam cawan petri, dipotong pada bagian tunas
lateralnya menggunakan gunting danscalpel. Selanjutnya potongan tunas tersebut
ditanam pada media kultur yang telah dipersiapkan. Setelah itu, media tumbuh dibuka
tutupnya dengan hati-hati supaya bagian dalam tidak rusak dan terkontaminasi. Mulut
botol dibakar dengan bunsen untuk mencegah mikroba masuk kedalam media.
Masukkan eksplan ke dalam botol dengan menggunakan pinset steril. Sebelum botol
ditutup kembali, bakar bagian mulut botol secara perlahan dan ikat kencang dengan
karet gelang. Kemudian, susun botol tersebut ke dalam rak kultur.

5. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan
kultur, pemisahan media yang terkontaminasi dari bakteri maupun jamur,
penyemprotan dengan alkohol 70% pada ruang dan botol kultur setiap hari (Aini,
2015).

6. Pengamatan
Pengamatan dilakukan selama 8 minggu setelah tanam. Parameter yang
diamati adalah:
a. Waktu Muncul Tunas Baru (HST)
Waktu muncul tunas baru jeruk kasturi (Citrus microcarpa Bunge) dihitung dari 1
HST sampai akhir pengamatan yaitu 8 MST dengan mengamati waktu
kemunculan tunas setiap botol percobaan.
b. Jumlah Tunas Baru (Tunas)
Jumlah tunas baru jeruk kasturi (Citrus microcarpa Bunge) dihitung sejak 1 MST
sampai akhir pengamatan yaitu 8 MST. Jumlah tunas baru diamati setiap hari
untuk melihat kapan tunas baru muncul dan mempermudah peneliti menghitung
jumlah tunas baru selama 8 MST.
c. Waktu Muncul Akar (HST)
Eksplan yang membentuk akar ditandai dengan telah munculnya akar yang
panjangnya besar atau sama dengan 0,2 cm (Rahmi dkk., 2010). Waktu muncul
akar baru dihitung dari 1 MST sampai akhir pengamatan yaitu 8 MST dengan
mengamati waktu kemunculan akar setiap botol percobaan.
d. Persentase Terbentuknya Kalus (%)
Pengamatan ini dilakukan setiap hari untuk melihat munculnya kalus.
10
IV. KESIMPULAN

Pada kegiatan praktikum Jeruk Kasturi (Citrofortunella Microcarpa) ini dapat


disimpulkan bahwa penanaman jeruk kasturi dilakukan di Laminar Air Flow Cabinet
(LAFC) yang sudah disterilkan. Eksplan yang digunakan yaitu tunas lateral jeruk kasturi
steril. Pemeliharaan tanaman jeruk kasturi dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan
kultur, pemisahan media yang terkontaminasi dari bakteri maupun jamur, penyemprotan
dengan alkohol 70% pada ruang dan botol kultur setiap hari. Pengamatan tanaman jeruk
kasturi dilakukan selama 8 minggu setelah tanam. Parameter yang diamati adalah: Waktu
Muncul Tunas Baru (HST), Jumlah Tunas Baru (Tunas), Waktu Muncul Akar (HST), dan
Persentase Terbentuknya Kalus (%). Berdasarkan hal tersebut, diperoleh hasil praktikum
berupa:
1. Kinetin berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah tunas baru pada konsentrasi
Kinetin 3 mg/l senilai 1.67 tunas sebagai jumlah tunas terbanyak.
2. NAA tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan eksplan jeruk kasturi di semua parameter.
3. Kombinas Kinetin dan NAA tidak mempengaruhi pertumbuhan eksplan jeruk kasturi di
semua parameter..

11
V. DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. H. R. O., P. E. Ch’ng, dan N. A. Yunus. 2012. Some Physical Properties of


Musk Lime (Citrus microcarpa). International Journal of Acriculture and Biosystems
Engineering 6(12): 12-25

Aini, Q. A. 2015. Pengaruh Variasi Konsentrasi Hormon NAA terhadap Induksi Kalus
Gaharu (Gyrinops versteegii (Gilg) Domke) Melalui Teknik In Vitro dan
Pemanfaatannya Sebagai Karya Ilmiah Populer. Skripsi. Jember. Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember.

Deli, N. R., Z. A. Noli, dan Suwirmen. 2015. Respon Pertumbuhan Nodus Artemisia Vulgaris
L pada Medium Murashige-Skoog dengan Penambahan Beberapa Zat Pengatur
Tumbuh Secara In Vitro. Jurnal Biologi Universitas Andalas 4(3): 162-168.

Dewi, S., P., dan S. Dyah. 2010. Pengaruh Kinetin terhadap Inisiasi dan Pertumbuhan Tunas
pada Perbanyakan Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Secara In Vitro. Agrin
14(1): 29-36.

George, E. F., and P. D. Sherrington. 1984. Plant Propagation by Tissue Culture. Exegetics.
Ltd. England. 308 p

Gunawan, L. W. 1988. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. Pusat Antar Universitas (PAU)
Institute Pertanian Bogor. Bogor. Hal 165.

Hasanah, U. 2009. Pengaruh Konsentrasi NAA dan Kinetin terhadap Multipikasi Tunas
Pisang (Musa paradisiaca L. cv. Raja Bulu). Skripsi. Surakarta. Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

Jamal, Y., Praptiwi, dan A. Agusta. 2000. Komponen Kimia dan Efek Antibakteri Minyak
Atsiri Kulit Buah dan Daun Jeruk Kasturi (Citrus microcarpa Bunge.). Majalah
Farmasi Indonesia 11(2): 77-85.

Lawalata, I. J. 2011. Pemberian Beberapa Kombinasi ZPT terhadap Regenerasi Tanaman


Gloxinia (Siningia speciosa) dari eksplan Batang dan Daun Secara In Vitro. J.Exp.
Life Sci. 1(2): 56- 110.

Lestari, G. E. 2011. Peranan Zat Pengatur Tumbuh dalam Perbanyakan Tanaman Melalui
Kultur Jaringan. Jurnal AgroBiogen 7(1): 63-68.

Mahadi, I., W. Sri, dan T. Delfi. 2013. Pengaruh Pemberian NAA dan Kinetin terhadap
Pertumbuhan Eksplan Buah Naga (Hylocereus Costaricensis) Melalui Teknik Kultur
Jaringan Secara In Vitro. Jurnal Biogenesis 9(2): 14- 20.

Mahadi, I., S. Wan, dan A. Suci. 2015. Kultur Jaringan Jeruk Kasturi (Citrus microcarpa)
dengan Menggunakan Hormon Kinetin dan NAA. Jurnal Dinamika Pertanian 30(1):
37-44.

12
Melisa, O. A. 2011. Pemberian Kombinasi 2,4 –D dan Kinetin terhadap Induksi Kalus dan
Protocorm Like Bodies (PLB) Anggrek (Grammatophyllum scriptum) Secara In
Vitro. Skripsi. Surakarta. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sebelas Maret.

Nasoetion, H. 1996. Pengaruh Konsentrasi Poclobutrazol, Triakontanol dan Selang


Penyiraman terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Tanaman Jeruk Kasturi (Citrus
mitis). Skripsi. Bogor. Fakultas Pertanian Institusi Pertanian Bogor.

Rahmi, I., S, Irfan, dan B. Tamsil. 2010. Pengaruh Pemberian Beberapa Konsentrasi BAP
dan NAA terhadap Multipikasi Tunas Pucuk Kanci (Citrus sp) Secara In Vitro.
Jerami 3(3): 210-219.

Sarwono, B. 1995. Jeruk dan Kerabatnya. Jakarta: Penebar Swadaya.

Sihotang, T. M. 2013. Isolasi Minyak Atsiri dari Kulit Buah Jeruk Kasturi (Citrus microcarpa
Bunge) Segar dan Kering serta Analisis Komponennya Secara GC-MS. Skripsi.
Medan. Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Soekartawi. 1991. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers.

Sudaryanto T. dan Syafa’at. N. 2002. Kebijaksanaan Pembangunan Pertanian wilayah.


Dalam Analisis Kebijakan: Paradigma Pembangunan dan Kebijaksanaan
Pengembangan Agro Industri. Monograph Series No. 22. Penyunting : T. Sudaryanto,
I.W. Rusastra, A. Syam dan M. Ariani. p: 1-8.

Syofia I., Z. Rahmi, dan I. Muhammad. 2017. Pengaruh Tingkat Konsentrasi Ekstrak Bawang
Merah (Allium cepa L.) terhadap Pertumbuhan Stek Pucuk Beberapa Jenis Jeruk
Asam (Citrus sp.). Agrium 20(3): 177-184.

Wahyudi E., Ernita, dan Fathurrahman. 2013. Uji Konsentrasi Kinetin dan NAA terhadap
Multipikasi Embrio Aren (Arenga pinnata (W) Merr.) Secara In Vitro. Jurnal
Dinamika Pertanian 28(1): 51-62.

Wetherell, D. F. 1982. Pengantar Propagasi Tanaman secara In Vitro. Avery Pub Group Inc.
New Jersey. 3p.

Yudhanto, S. A. dan A. N. M. Wiendi. 2015. Pengaruh Pemberian Auksin (NAA) dengan


sitokinin (BAP, Kinetin dan 2ip) terhadap Daya Poliferasi Tanaman Kantong Semar
(Nepenthes mirabilis) Secara In Vitro.Bul. Agrohotri 3(3): 276-284.

Zulkarnain, H. 2009. Kultur Jaringan Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta. Hal 268.

13

Anda mungkin juga menyukai