Anda di halaman 1dari 34

TUGAS TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN

HORTIKULTURA II

JAMUR TIRAM

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 2

NAMA : ALDI SAPUTRA (194110217)

M. BILLY HABIBI (194110125)

NUR AFIFAH (194110174)

KELAS : AGROTEKNOLOGI 5 A

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya berupa
kesehatan dan kesempatan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan tepat pada waktunya. Tanpa pertolongan-Nya saya tidak akan
bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Makalah ini memuat tentang tanaman jamur tiram. Jamur tiram sering di
jumpai di pasar tradisional ataupun supermarket dan dalam makalah ini akan
membantu kita untuk mengenal lebih dalam tentang jamur tiram.

Secara khusus kami menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada


Raisa Baharuddin SP.,M.Si sebagai dosen pengampu yang telah memberikan
bimbingan, saran, serta masukan yang bermanfaat dalam proses penyusunan
makalah ini. Rasa terima kasih kami ucapkan pula kepada rekan-rekan mahasiswa
yang telah memberikan konstribusi secara langsung maupun tidak langsung.

Saya selaku penulis makalah ini menyadari dalam makalah yang saya
susun ini masih banyak kesalahan serta kekurangan, sehingga saya mengharapkan
saran serta masukan yang bersifat mendukung dari semua pihak demi terciptanya
makalah yang lebih baik.

01 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. Deskripsi dan Klasifikasi Tanaman Jamur Tiram........................................3
B. Morfologi Tanaman Jamur Tiram.................................................................4
C. Syarat Tumbuh Jamur...................................................................................6
D. Teknik Budidaya Jamur Tiram.....................................................................8
D. Hama Dan Penyakit....................................................................................16
E. Panen dan Pasca Panen...............................................................................19
F. Prospek Pengembangan Tanaman Jamur Tiram di Riau............................23
G. Pengolahan Jamur Tiram............................................................................24
BAB III..................................................................................................................29
PENUTUP..............................................................................................................29
A. Kesimpulan.................................................................................................29
B. Saran...........................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................31

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jamur tiram (Pleurotus sp.) sudah cukup dikenal di masyarakat luas, baik
di Indonesia maupun di berbagai Negara. Menurut catatan sejarah, jamur tiram
sudah dibudidayakan di Cina sejak 1.000 tahun silam. Sementara itu, di Indonesia,
jamur tiram mulai dibudidayakan pada tahun 1980 di Wonosobo. Varietas yang
umum digunakan adalah jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus), meskipun
varietas jamur tiram yang lain ada, pembudidayaannya kurang populer (Rahmat &
Nurhidayat, 2011).

Jamur tiram putih adalah salah satu jenis jamur kayu yang banyak di
konsumsi oleh masyarakat dengan gizi yang baik, di dalamnya terkandung 9 asam
amino esensial dengan kadar protein 19-35%. Secara alami, jamur ini banyak
ditemukan tumbuh di batang-batang kayu lunak, seperti pohon kapuk, sengon,
damar, dan karet yang telah lapuk atau mati. Idealnya jamur tiram dapat tumbuh
di dataran rendah sampai ketinggian sekitar 600 meter dari permukaan laut di
lokasi yang memiliki kadar air sekitar 60% dan derajat keasaman atau pH 6-7.
(Redaksi Agromedia, 2009). Jamur tiram merupakan salah satu produk komersial
dan dapat dikembangkan dengan teknik yang sederhana. Harga jamur tiram hasil
budidaya relatif mahal, sedangkan bahan baku yang dibutuhkan tergolong bahan
yang murah dan mudah diperoleh, seperti serbuk gergaji, dedak dan kapur,
sementara proses budidaya sendiri tidak membutuhkan berbagai pestisida atau
bahan kimia lainnya. Selain itu, budidaya tidak kenal musim, sehingga setiap saat
dapat menghasilkan hasil produksi. Jamur tiram cukup toleran terhadap
lingkungan dan tidak memerlukan persyaratan khusus dalam budidayanya,
sehingga dapat dijadikan sebagai pekerjaan pokok maupun pekerjaan sampingan.
Diversifikasi produk jamur tiram cukup banyak dapat berbentuk segar,

1
kering, serta menjadi bahan olahan seperti tumis, pepes, keripik jamur tiram dan
untuk campuran sayur. Dengan pertimbangan tersebut maka budidaya jamur tiram
menjadi peluang usaha yang menjanjikan dan menguntungkan sehingga perlu
dikembangkan. Jika dilihat di pasar swalayan maupun pasar tradisional khususnya
di Pekanbaru, belum banyak diperjualbelikan jamur tiram. Hal ini disebabkan
bukan karena tidak laku di pasaran melainkan masih minimnya pengusaha atau
petani jamur tiram yang berminat untuk membudidayakannya. Kurangnya minat
para petani disebabkan rendahnya pengetahuan tentang teknik budidaya dan
sampai sejauh mana keuntungan yang diperoleh jika dibandingkan dengan
bercocok tanam pada beberapa komoditas pertanian lainnya (Sutarja, 2010)

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana deskripsi dan klasifikasi tanaman jamur tiram ?


2. Bagaimana morfologi tanaman jamur tiram ?
3. Bagaimana syarat tumbuh tanaman jamur tiram ?
4. Bagaimana teknik budidaya pada jamur tiram ?
5. Bagaimana hama penyakit pada jamur tiram ?
6. Bagaimana proses panen dan pascapanen jamur tiram?
7. Bagaimana prospek pengembangan tanaman jamur tiram di Riau ?
8. Bagaimana produk olahan pada jamur tiram ?

C. Tujuan

1. Menjelaskan tentang deskripsi dan klasifikasi tanaman jamur tiram


2. Menjelaskan tentang morfologi tanaman jamur tiram
3. Menjelaskan tentang syarat tumbuh tanaman jamur tiram
4. Menjelaskan tentang teknik budidaya pada jamur tiram
5. Menjelaskan tentang hama penyakit pada jamur tiram
6. Menjelaskan tentang proses panen dan pascapanen jamur tiram
7. Menjelaskan tentang prospek pengembangan tanaman jamur tiram di Riau
8. Menjelaskan tentang produk olahan pada jamur tiram

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Deskripsi dan Klasifikasi Tanaman Jamur Tiram

Jamur tiram merupakan jamur pangan yang berasal dari kelompok


Basidiomicytes, disebut jamur tiram karena tudungnya berbentuk lingkaran
seperti cangkang tiram. Warna tudung beragam mulai dari putih, putih
kekuningan, kuning, abu-abu, abu kecoklatan, bahkan ada yang berwarna merah
dan biru. Permukaan tudungnya sedikit licin namun tidak lengket, berdiameter
antara 3 sampai 15 cm. Sebagian jamur ini memiliki tangkai yang bercabang,
tubuh atau batangnya berwarna putih, pendek dan menyamping (Meinanda, 2013).

Tubuh buah memiliki batang yang berada di pinggir (bahasa latin


“pleurotus”) dan bentuknya seperti tiram (ostreatus) sehingga jamur tiram
mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus. Jamur tiram masih satu kerabat
dengan Pleurotus eryngii atau King oyster mushroom Beberapa jenis jamur tiram
yang biasa dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia yaitu jamur tiram putih
(P.ostreatus), jamur tiram merah muda P.flabellatus), jamur tiram abu-abu (P.
sajor caju), dan jamur tiram abalone (P.cystidiosus) (Maulana, 2011).

Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur kayu yang tumbuh berderet
menyamping pada batang kayu lapuk dan memiliki tubuh buah yang tumbuh
menyerupai kulit kerang (tiram) (Djarijah, 2001).

Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu bahan makanan


non kolesterol yang bergizi tinggi dan saat ini banyak diminati oleh masyarakat
dari berbagai kelas (Triono, 2013). Kandungan gizi pada 100 gram berat kering
jamur tiram putih terdiri dari karbohidrat 57,6-81,8 gram, protein 7,8-17,72 gram,
lemak 1-2,3 gram, serat kasar 5,6-8,7 gram, Ca 21 mg, Fe 32 mg, thiamin 0,21
mg, riboflavin 7,09 gram, dan jumlah energi sebesar 328-367 kal (Widyastuti, dan
Istini, 2004).

3
Klasifikasi Tanaman Jamur Tiram

 Kingdom :  Myceteae
 Divisi : amastigomycota
 Kelas : Basidiomycetes
 Seb Kelas : Holobasidiomycetidae
 Ordo : Agaricales
 Famili : Tricholomataceae
 Genus : Pleurotus sp.
 Spesies : Pleurotus ostreatu

B. Morfologi Tanaman Jamur Tiram

Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan
yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah.

1. Tudung/ Pileus

4
Disebut jamur tiram karena bentuk tudung bulat agak lonjong dan
melengkung menyerupai cangkang tiram, serta letak tangkai tudung
asimetris. Jamur tiram banyak tumbuh pada kayu lapuk. Keunggulan
jamur tiram adalah ukuran badan buah lebih besar dibanding jamur
lainnya, diameter tudung 9 -15 cm, dan daging buah lebih tebal .
2. Stipe / tangkai buah

tangkainya dapat pendek atau panjang (2 cm – 6 cm) tergantung pada


kondisi lingkungan dan iklim yang mempengaruhi pertumbuhannya.
Tangkai ini menyangga tudung agak lateral di bagian tepi atau eksentris
(agak ke tengah)
3. Lamella / gills

5
Pada permukaan bawah tudung dari tubuh buah muda terdapat
bilah-bilah (lamela). Lamela tubuh menurun dan melekat pada
tangkai. Pada lamela terdapat sel-sel pembentuk spora (basidium),
yang berisi basidiospora. Basidiospora biasanya dibentuk pada saat
tubuh buah dewasa mengalami kematangan. Selama tepi tudung
masih berlipat-lipat, tubuh buah dikatakan belum dewasa. Pada
saat tepi tudung meregang penuh tubuh buah mencapai fase
dewasa dan dapat dipanen. Tubuh buah yang matang biasanya
rapuh dan spora-spora dapat dilepaskan

C. Syarat Tumbuh Jamur

Adapun syarat hidup untuk jamur secara umum adalah sebagai berikut:

1. Lingkungan yang ideal


Di lingkungan asalnya, jamur tiram tumbuh di pohon berkayu yang
melapuk atau mati. Lingkungan lembab dan basah sangat disukai. Kondisi
itu diperoleh di daratan menengah hingga ketinggian sekitar 800 m dpl
(diatas permukaan laut) (Trubus, 2014).
2. Suhu
Suhu merupakan faktor penting dalam keberhasilan jamur tiram. Pengaruh
suhu sangat vital dalam pertumbuhan miselium (masa inkubasi)
(Meinanda, 2013: 19). Kebanyakan jamur tumbuh antara temperatur 0-
35ºC dengan suhu optimum untuk spesies saprofit 22-30°C (Draski, 2013).
3. Kelembaban

6
Kelembapan ruangan juga sangat berpengaruh dalam budidaya jamur
tiram. Kelembapan ruangan yang dibutuhkan pada saat pertumbuhan
miselium adalah 60%- 70% dan pada saat pembentukan pin head adalah
80%-90%. Kelembaban harus dijaga agar substrat dalam baglog tidak
mengering. Cara menjaga kelembaban adalah dengan melakukan
penyiraman atau pengkabutan pada pagi hari dan sore hari (Meinanda,
2013).
4. Keasaman (pH)
Media yang terlalu asam atau basa dapat menyebabkan pertumbuhan
miselium dan tubuh buah terhambat. Pertumbuhan miselium dan tumbuh
buah jamur yang ideal pada pH maksimum 4 sampai 6. Bila pH di atas 6,0
pertumbuhanya kurang baik (Sutarja, 2010).
5. Cahaya
Pertumbuhan misellium akan lebih cepat dalam keadaan gelap/tanpa sinar
matahari, tetapi sebagian jenis jamur tiram pada keberadaan sinar. Pada
masa pertumbuhan misellium sebaiknya media tanam ditempatkan dalam
ruangan yang sedikit gelap pada tempat yang terpisah dengan media tanam
pada masa pertumbuhan badan buah. Dalam pembentukan badan buah
jamur tiram memerlukan adanya rangsangan adanya sinar dan suplai udara
(O2) yang relatif lebih banyak (Maulana, 2011).
6. Kadar Air
Kandungan air dalam media pertumbuhan sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan miselium maupun perkembangan tubuh buah. Jamur tiram
memerlukan kandungan air tidak lebih dari 70% (Dinas Pertanian Jawa
Timur, 2007, dikutip oleh Sutarja, 2010).
7. Kebutuhan Nutrisi Jamur
Seperti halnya tumbuhan lain jamur tiram juga memerlukan nutrisi dalam
bentuk unsur hara seperti karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O),
Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Magnesium (Mg), Mangan (Mn),
Tembaga (Cu), Besi (Fe) dan Seng (Zn). Dalam media tanam, unsur

7
tersebut harus dipersiapkan sesuai dengan yang dibutuhkan dalam
budidaya jamur tersebut (Narwanti, 2013).

D. Teknik Budidaya Jamur Tiram

1. Pembuatan Kumbung
Kumbung adalah bangunan tempat menyimpan bag log sebagai
media tumbuhnya jamur tiram yang terbuat dari bilik bambu atau tembok
permanen. Didalamnya tersusun rak-rak tempat media tumbuh/log jamur
tiram. Ukuran kubung bervariasi tergantung dari luas lahan yang dimiliki.
Tujuannya untuk menyimpan bag log sesuai dengan persyaratan tumbuh
yang dikehendaki jamur tersebut. Baglog adalah kantong plastik
transparan berisi campuran media jamur. Rak dalam kubung disusun
sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam pemeliharan dan sirkulasi
udara terjaga. Umumnya jarak antara rak ± 75 cm. Jarak didalam rak 60
cm (4 – 5 bag log), lebar rak 50 cm, tingi rak maksimal 3 m, panjang
disesuaikan dengan kondisi ruangan. Baglog dapat disusun secara vertikal
cocok untuk daerah lebih kering. Sedangkan penyusunan secara horizontal
untuk daerah dengan kelembaban tinggi. Antara rak pertama berjarak 20
cm. Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat kubung berupa tiang
kaso/bambu, rak-rak, bilik untuk dinding dan atap berupa genteng, asbes
atau rumbia.
Jumlah dan tinggi rak tergantung pada tinggi ruang pemeliharaan
dan jumlah baglog yang akan dipelihara. Membuat rumah kumbung jamur
memerlukan persiapan bahan dan peralatan, material bahan diantaranya
menggunakan bambu, kayu, gedeg (anyaman bambu) genting (bisa
anyaman daun/asbes/genting tanah), plastik dan paku, sedangkan peralatan
yang dibutuhkan semisal gergaji, palu, tangga dll. Buatlah kerangka
terlebih dahulu dengan menanam tiang panjang dengan kuda-kuda dan
rangka atap layaknya membuat rumah, jika tiang-tiang dan rangka sudah
terbentuk berdiri dengan kokoh pasang genting sebagai atapnya. tutuplah
kerangka dengan menggunakan ayaman bambu/gedeg bila perlu dilapisi

8
dengan plastik, buatlah pintu serta jendela untuk mengatur sirkulasi udara
di dalam ruangan.
Setelah kumbung jamur jadi, selanjutnya lengkapi ruangan dengan
rak-rak dari bambu atau dapat menggunakan kayu sebagai tempat untuk
meletakkan baglog jamur. Atur jarak antar rak / antar baris kurang lebih 80
– 90 cm, dan setiap rak dapat berisi 15 baglog yang disususn secara
vertikal ( ke atas )dan 20 baglog yang disusun secara horizontal ( ke
samping ), kemudian berikan penyekat berupa kayu atau bambu pada
setiap baris ke 10 yang diatur secara menyamping dimaksudkan agar
media baglog tersusun dengan rapi dan bibit yang dibudidayakan dapat
tumbuh dengan optimal. Di dalam kumbung dilengkapi dengan rak berupa
kisi-kisi yang dibuat bertingkat. Rak tersebut berfungsi untuk menyusun
baglog. Rangka rak bisa dibuat dari bambu atau kayu. Rak diletakkan
berjajar. Antara rak satu dengan yang lain dipisahkan oleh lorong untuk
perawatan.
Ukuran ketinggian ruang antar rak sebaiknya tidak kurang dari 40
cm, rak bisa dibuat 2-3 tingkat. Lebar rak 40 cm dan panjang setiap ruas
rak 1 meter. Setiap ruas rak sebesar ini bisa memuat 70-80 baglog.
Keperluan rak disesuaikan dengan jumlah baglog yang akan
dibudidayakan.
Sebelum baglog dimasukkan kedalam kumbung, sebaiknya lakukan
persiapan terlebih dahulu. Berikut langkah-langkahnya:
 Bersihkan kumbung dan rak-rak untuk menyimpan baglog dari
kotoran.
 Lakukan pengapuran dan penyemprotan dengan fungisida di
bagian dalam kumbung. Diamkan selama 2 hari, sebelum baglog
dimasukkan ke dalam kumbung.
 Setelah bau obat hilang, masukkan baglog yang sudah siap untuk
ditumbuhkan. Seluruh permukaannya sudah tertutupi srabut putih

2. Peralatan Dalam Pembuatan Baglog

9
Baglog merupakan media tanam tempat meletakkan bibit jamur
tiram. Bahan utama baglog adalah serbuk gergaji, karena jamur tiram
termasuk jamur kayu. Baglog dibungkus plastik berbentuk silinder,
dimana salah satu ujungnya diberi lubang. Pada lubang tersebut jamur
tiram akan tumbuh menyembul keluar. Pada usaha budidaya jamur tiram
skala besar, petani jamur biasanya membuat baglog sendiri. Namun bagi
petani pemula, atau petani dengan modal terbatas biasanya baglog dibeli
dari pihak lain. Sehingga petani bisa fokus menjalankan usaha budidaya.
Saat ini, baglog jamur tiram yang berbobot sekitar 1 kg dijual dengan
harga Rp. 2.500-3.500.
Adapun bila ingin membuat sendiri silahkan baca cara membuat
baglog jamur tiram. Terdapat dua cara menyusun baglog dalam rak, yakni
diletakkan secara vertikal dimana lubang baglog menghadap ke atas. Dan
secara horizontal, lubang baglog menghadap ke samping. Kedua cara ini
memiliki kelebihan masing. Baglog yang disusun secara horizontal lebih
aman dari siraman air. Bila penyiraman berlebihan, air tidak akan masuk
ke dalam baglog.
a. Pembibitan
Bibit yang dapat digunakan adalah F3. Bibit ini dapat dibuat atau
diperoleh dari petani jamur yang s udah bisa membuat bibit bibit jamur.
Untuk membuat bibit sendiri, diperlukan alat dan bahan yang steril karena
proses ini sangat rentan terhadap kontaminasi. Sterilisasi pembuatan bibit
biasa menggunakan laminar flow atau transfer box.
b. Penyimpanan baglog
Jika kita akan menyimpan baglog di dalam bangunan, masa tanam
jamur tiram tidak tidak diatur oleh kondisi iklim dan dapat dilakukan
setiap saat. Log yang sudah ditanami bibit harus disimpan di tempat yang
menunjang pertumbuhan miselium dan tubuh buah.Bangunan untuk
menyimpan log dapat dibuat permanen untuk budidaya jamur tiram skala
besar atau di dalam bangunan semi permanen. untuk hal hal yang perlu
diperhatikan dalam perawatan Jamur.

10
Tempat pemeliharaan jamur dibuat dengan ukuran 10 x 12 m² yang
di dalamnya terdapat 8 buah petak pemeliharaan berukuran 5,7 x 2,15 m².
jarak antara petak 40-60 cm. di dalam setiap petakan dibuat rak-rak yang
tersusun ke atas untuk menyimpan 1.300-1.400 log. Rangka bangunan
dapat dibuat dari besi, kayu atau bambu. Log disimpan di atas rak dengan
posisi tegak atau miring. Jarak penyimpanan diatur sedemikian rupa
sehingga tubuh buah yang tumbuh dari log tidak tumpang tindih dengan
tubuh buah yang lain.
Peralatan dan Pembuatan Log Antara Lain:
a. Alat Sterilisasi, bisa berupa drum, autoclave maupun boiler (steril
bak) lengkap dengan kompor.
b. Alat Pengadukan, ayakan, cangkul, sekop, ember, selang.
c. Alat inokulasi, lampu bunsen, masker, jas lab, spatula/pinset,
alkohol/spritus, hand Sprayer
d. Alat angkot, keranjang
e. Alat penyiraman
f. Alat Panen

3. Pembuatan Media Tanam


1) Pengayakan
Pengayakan adalah kegiatan memisahkan atau menyaring serbuk
kayu gergaji yang bersar dan kecil/halus sehingga didapatkan
serbuk kayu gergaji yang halus dan seragam. Tujuannya untuk
mendapatkan media tanam yang memiliki kepadatan tertentu tanpa
merusak kantong plastik ( bag log) dan mendapatkan tingkat
pertumbuhan miselia yang merata.
2) Pencampuran
Pencampuran serbuk kayu gergaji dengan dedak, kapur dan gips
sesuai takaran untuk mendapatkan komposisi media yang merata.
Tujuannya menyediakan sumber hara/nutrisi yang cukup bagi
pertumbuhan dan perkemangan jamur tiram sampai siap dipanen.

11
Media untuk pertumbuhan jamur tiram sebaiknya dibuat
menyerupai kondisi tempat tumbuhn jamur tiram di alam.
Prosedur pelaksanaanya anatar lain ;
 Serbuk gergaji 100 kg sebagai media tanam
 Dedak 15 kg sebagai sumber makanan tambahan bagi
pertumbuhan jamur
 Kapur 2kg dan gips 1 kg untuk mendapatkan pH 6-7 media
tanam sehingga memperlancar proses pertumbuhan jamur
 Serbuk gergaji yg sudah diayak dicampur dengan bekatul,
kapur dan gips. Campuran bahan diaduk merata dan
ditambahkan air bersih hingga mencapai kadar air 60-65%,
dapat ditandai bila dikepal hanya mengeluarkan satu tetes
air dan bila dibuka gumpalan serbuk kayu tidak serta merta
pecah. Bahan yang telah dicampur bisa dikomposkan 1
hari, 3 hari, 7 hari atau langsung dikantongi.

3) Pemeraman
Kegiatan menimbun campuran serbuk gergaji kemudian menutupnya
secara rapat dengan menggunakan plastik selama 1 malam.
Tujuannya menguraikan senyawa-senayawa kompleks dengan
bantuan mikroba agar diperoleh senyawasenyawa kompleks dengan
bantuan mikroba agar diperoleh senyawa-senyawa yang lebih
sederhana, sehingga lebih mudah dicerna oleh jamur dan
memungkinkan pertumbuhan jamur yang lebih baik.

4) Pengisian Media ke Kantung Palstik (Bag log)


Kegiatan memasukan campuran media ke dalam plastik polipropile
(PP) dengan kepadatan tertentu agar miselia jamur dapat tumbuh
maksimal dan menghasilkan panen yang optimal. Tujuannya
menyediakan media tanam bagi bibit jamur.

12
Prosedur pelaksanaan pengisian media kekantong plastik (bag log)
antara lain ;
 Campuran serbuk gergaji yang sudah dikompos dimasukan
kedalam kantong plastik ukuran 18x30, 20x30, 23 x 35
tergantung selera.
 Padatkan campuran dengan menggunakan botol atau alat lain
 Ujung plastik disatukan dan dipasang cincin dari potongan
paralon/bambu pada bagian leher plastik sehingga bungkusan
akan menyerupai botol.
4. Sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu proses yang dilakukan untuk menonaktifkan
mikroba, baik bakteri, kapang, maupun khamir yang dapat menganggu
pertumbuhan jamur yang ditanam. Tujuannya mendapatkan serbuk kayu
yang steril bebas dari mikroba dan jamur lain yang tidak dikendaki.
Sterilisasi dilakukan pada suhu 70° C selama 5 – 8 jam, sedangkan
sterilisasi autoclave membutuhkan waktu selama 4 jam, pada suhu121°C,
dengan tekanan 1 atm.

5. Pendinginan
Proses pendinginan merupakan suatu upaya penurunan suhu media tanam
setelah disterilkan agar bibit yang akan dimasukkan ke dalam bag log
tidak mati. Pendinginan dilakukan 8 – 12 jam sebelum dinokulasi.
Temperatur yangdiinginkan adalah 30 - 35°C.
Prosedur pelaksanaannya antara lain :
 Keluarkan bag log dari drum yang sudah disterilisasikan
 Diamkan dialam ruangan sebelum dilakukan inokulasi (pemberian
bibit)  Pendinginan dilakukan hingga temperatur mencapai 30
-35°C

6. Inokulasi Bibit (Penanaman Bibit)

13
Inokulasi adalah proses pemindahan sejumlah kecil miselia jamur dari
biakan induk kedalam media tanaman yang telah disediakan. Tujuannya
adalah menumbuhkan miselia jamur pada media tanam hingga
menghasilkan jamur yang siap panen.
Prosedur pelaksanaan inokulasi bibit antara lain ;
 Petugas yang akan menginokulasi bibit harus bersih, mencuci
tangan dengan alkohol, dan menggunakan pakaian bersih.
 Sterilkan saptula menggunakan alkohol 70% dan dibakar.
 Buka sumbatan kapas bag log, buat sedikit lubang pada media
tanam dengan menggunakan kayu yang steril yang diruncingkan.
 Ambil sedikit bibit jamur tiram (miselia) ± 1 (satu) sendok teh dan
letakkan ke dalam bag log setelah itu sedikit ditekan.
 Selanjutnya media yang telah diisi bibit ditutup dengan kapas
kembali. Media baglog yang telah dinokulasi dibuat hingga 22 -
28º C untk mempercepat pertumbuhan miselium.

7. Inkubasi
Inkubasi adalah menyimpan atau menempatkaqn media tanam yang telah
diinokulasi pada kondisi ruang tertentu agar miselia jamur tumbuh.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan pertumbuhan miselia.
 Suhu ruang pertumbuhan miselia jamur antara 28–30 ºC utk
mempercepat pertumbuhan miselium
 Media baglog yg telah dinokulasi dipindahkan dalam ruang
inkubasi
 Inkubasi dilakukan hingga seluruh permukaan media tumbuh
dalam baglog berwarna putih merata setelah 20-30 hari.
 Tutup kubung serapat mungkin sehingga cahaya matahari minimal,
kendalikan suhu ruang kubung mencapai 25 – 33oC.

8. Pemindahan ke Tempat Budidaya

14
 Baglog yang telah putih ditumbuhi miselium dipindahkan ke
kumbung budidaya
 Baglog yang miseliumnya sudah putih dan ada penebalan dibuka
cincin bambunya agar jamur bisa tumbuh.

9. Pengaturan Suhu Ruangan


Membuka dan menutup pintu dan jendela (ventilasi) kubung dan untuk
mengatur suhu dan kelembaban agar sesuai dengan kebutuhan yang
ditentukan. Tujuanya untuk mendapatkan pertumbuhan jamur yang
optimal. Agar pertumbuhan jamur optimal diperlukan suhu ruangan dalam
kubung 28 - 30°C dan kelembaban sebesar 50 -60% pada saat inkubasi.
Sedangkan suhu pada pembentukan tubuh buah sampai panen berkisar
antara 22 -28 °C dengan kelembaban 90 – 95%. Apabila kelembaban
kurang, maka substrat tanaman akan mengering.

10. Perawatan
 Baglog yang telah dibuka cincin dirawat dengan melakukan
penyiraman secara kabut untuk mempercepat pertumbuhan pinhead
jamur
 Hal yang terpenting harus diperhatikan dalam kumbung adalah
menjaga suhu dan kelembaban yang dibutuhkan jamur Apabila
kelembaban kurang, pinhead mati dan jika terlkalu lembab jamur
menjadi basah.

11. Penyiraman
Penyiraman dilakukan dengan cara penyemprotan atau pengkabutan
dengan menggunakan air bersih yang ditujukan pada ruang kubung dan
media tumbuh jamur, tujuan untuk menjaga kelembaban kubung.

12. Panen
Ciri-ciri jamur tiram yang sudah siap dipanen adalah ;

15
 Tudung belum keriting
 Warna belum pudar
 Spora belum dilepaskan
 Tekstur masih kokoh dan lentur
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemanenan adalah:
 Panen dilakukan dengan mencabut
 Tanpa menyisakan bagian jamur
 Bersih dan tidak berceceran
 Jamur dipanen setelah 3 hari muncul pinhead, ukuran jamur cukup
dan jamur tidak terlalu basah, hal ini akan mempengaruhi harga
dipasar
 Baglog yang telah dipanen dibersihkan dari sisa-sisa jamur yang
masih menempel pada baglog supaya tidak mengundang hama dan
penyakit
 Jamur yang telah dipanen dibersihkan kemudian diwadahi dalam
kantong plastik ukuran 3 kg, 5 kg, 10 kg dan siap dipasarkan.

D. Hama Dan Penyakit

1. Hama
Hama adalah organisme perusak tanaman pada akar, batang, daun
atau bagian tanaman lainnya sehingga tanaman tidak dapat tumbuh dengan
sempurna atau mati. Menurut Trubus, (2001), hama yang biasa menyerang
jamur tiram antara lain, adalah :
a. Lalat
Lalat merupakan serangga yang banyak terdapat dalam kumbung yang
tidak dipelihara dengan baik. lalat biasanya masuk bersamaan dengan
keluar masuknya pekerja, melalui ventilasi, atau melalui lubang-
lubang kecil yang tidak terdeteksi. Kondisi yang lembab ditambah
dengan aroma substrat/media baglog sangat disukai lalat. Lalat akan

16
meletakkan telur-telurnya pada media baglog, setelah menetas, larva –
larva yang tumbuh akan memakan miselium dan tubuh buah jamur
tiram sehingga batang jamur tiram berlubang – lubang dan
pertumbuhan tubuh buah jamur tiram menjadi terganggu (keriput).
Setelah memasuki fase dewasa aktif (terbang). Lalat akan berpindah ke
media baglog jamur yang masih sehat dan berkembang biak. Demikian
seterusnya sehingga dalam periode tertentu bisa menyebabkan
kerusakan yang cukup besar. Selain itu, lalat juga dapat berperan
sebagai vektor/pembawa penyakit/virus yang dapat mengganggu
pertumbuhan jamur tiram.

b. Laba – laba
Laba – laba dapat memakan miselium dan tubuh buah jamur tiram.
Selain itu, laba – laba juga dapat menyebarkan spora jamur
pengganggu.

c. Cacing
Hama cacing ini biasanya memakan miselium sehingga dapat
mengakibatkan jamur tidak tumbuh sama sekali/gagal tumbuh. Hama
cacing sangat kecil (±1 mm) dan dapat berkembang biak dengan cepat.

d. Siput
Ruang kumbung yang tidak bersih dan lantai kumbung yang kotor dan
becek seringkali mengundang kedatangan siput. Siput akan memakan
tubuh buah jamur tiram yang baru tumbuh sehingga pertumbuhan
jamur tiram menjadi tidak optimal/rusak.

e. Rayap
Mendeteksi kehadiran rayap relatif sulit dilakukan. Biasanya kita baru
menyadari kehadiran rayap setelah melihat kerusakan yang
ditimbulkannya. Rayap memakan zat yang terkandung di dalam kayu

17
yaitu selulosa. Zat ini juga terdapat dalam media baglog jamur tiram
sehingga kemungkinan kerusakan baglog juga cukup besar.

f. Tikus
Hama tikus biasa memakan miselium dan tubuh buah jamur tiram
sehingga dapat mengakibatkan jamur tidak tumbuh sama sekali/gagal
tumbuh.
2. Penyakit
Penyakit pada jamur tiram biasanya disebabkan oleh fungi, kapang,
bakteri ataupun virus. Jamur tiram atau baglog yang terserang penyakit
biasanya ditandai dengan timbulnya noda – noda berwarna, berlendir,
atau kerusakan fisik tubuh buah jamur tiram sehingga tidak dapat
dipanen. Secara umum, timbulnya penyakit pada jamur ini disebabkan
karena kurang sterilnya proses produksi mulai dari pembibitan hingga
inkubasi. Menurut Trubus, (2001), penyakit yang umum terdapat pada
jamur tiram,yaitu :
1. Trichoderma spp
Trichoderma dapat menyebar melalui udara atau terbawa oleh
pekerja. Ciri – cirri kontaminasi yang disebabkan oleh jamur ini
adalah timbulnya bintik. Bintik atau noda hijau pada media baglog
jamur tiram sehingga pertumbuhan miselium jamur tiram menjadi
terhambat. Trichoderma biasanya banyak terdapat pada media
baglog jamur yang telah mati atau pada permukaan tanah.
2. Mucor spp
Kontaminasi Mucor ditandai dengan timbulnya noda hitam pada
permukaan media baglog. Kontaminasi ini menyebabkan adanya
persaingan pertumbuhan Mucor dengan miselium jamur tiram.
3. Neurospora spp
Neurospora dapat menghambat pertumbuhan miselium dan tubuh
buah, Neurospora menimbulkan tepung “orange” pada permukaan
kapas penyumbat baglog.

18
4. Penicillium spp
Kontaminasi Penicillium ditandai dengan tumbuhnya miselium
berwarna coklat /merah tua
Penanggulangan Hama dan Penyakit untuk menghindari atau menekan
penyebab hama dan penyakit selama budidaya jamur, usaha pengontrolan
harus dilakukan sedini mungkin secara menyeluruh dan terpadu.
 Bahan baku untuk substrat, khususnya serbuk kayu kayu harus
dipilih yang benar-benar baik, tidak terlalu lama dalam
penyimpanan dan tidak mengandung bibit hama atau penyakit.
 Penyiapan substrat untuk penanaman harus dilakukan sesuai
ketentuan dalam susunan, waktu proses dan waktu sterilisasi.
Kadar air yang dibutuhkan oleh substrat harus benar-benar sesuai
dengan ketentuan, tidak terlalu kering atau terlalu basah.
 Kebersihan harus diutamakan, mulai dari peralatan yang
digunakan, ruangan tempat pemeliharaan, hingga para
pengelolanya.
 Selama pemeliharaan, Baglog tanam yang telah ditanami bibit
harus dikontrol sedini mungkin. Kontrol ini dilakukan mulai dari
miselium, awal pertumbuhan, hingga pembentukan tubuh buah.
Dengan demikian, jika ada pertumbuhan jamur asing, sedini
mungkin sudah dapat dikenali kemudian dibuang (Suriawiria,
2001)

E. Panen dan Pasca Panen

1. Panen

Pemanenan jamur tiram harus dilakukan pada saat yang tepat agar
diperoleh kualitas jamur yang benar-benar baik. sebelum memanen jamur kita
harus mengetahui ciri-ciri jamur yang sudah siap panen, ciri-cirinya adalah:

19
 Tudung jamur belum mekar penuh (ditandai pada bagian tudung jamur
masih terlihat utuh / belum pecah-pecah)

 Warna belum pudar,

 Spora belum dilepaskan,

 Tekstur masih kokoh dan lentur,

 Ukuran jamur yang siap panen rata-rata berdiameter 5 – 10 cm.

Pada intinya kita memanen jamur pada saat usia jamur masih muda,
karena jamur yang sudah tua berkurang kualitasnya, jamur yang lebih muda
memiliki daya tahan lebih lama dari pada jamur yang sudah tua karena kandungan
airnya lebih sedikit, kondisi jamur yang masih fresh menjadikan rusaknya
jaringan lebih lama daripada yang tua dan konsumen lebih suka jamur yang masih
fresh dan muda.

Hal-hal yang perlu diperhatikan saat memlakukan Panen:


1. Pakailah masker sebelum memanen, spora yang terhirup bisa mengganggu
kesehatan
2. Pemanenan dilakukan dengan teknik / cara mencabut seluruh tanaman
jamur yang ada, tidak diperkenankan memotong bagian / cabang yang
berukuran besar saja, sebab sisa jamu yang tertinggal akan tumbuh
menjadi besar, bahkan layu / mati
3. Bersihkan sisa jamur yang masih menempel pada media, karena sisa jamur
/ akar yang tertinggal akan membusuk dan mengganggu pertumbuhan
jamur berikutnya
4. Bersihkan jamur yang sudah dipanen, pada bagian akarnya masih banyak
serbuk kayu / kotoran yang menempel, potong bagian tersebut dengan
pisau yang bersih / gunakan pisau stainless steel.
5. Pemotongan bagian jamur tidak perlu dilakukan pada setiap cabangnya,
sebab dapat memicu tingkat kerusakan jamur lebih cepat seperti layu dan
cepat membusuk

20
6. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari agar kesegaran jamur
dapat lebih dipertahankan serta mempermudah pemasaran

2. Penanganan Pasca Panen


 
Prinsip dasar dalam penanganan pasca panen produk hortikultura terutama
sayuran, termasuk di dalamnya jamur tiram adalah
 Melaksanakan pemanenan hasil dengan hati-hati agar tidak terjadi
kerusakan dan cacat
 Menghambat terjadinya proses pembusukan akibat pertumbuhan
mikroba
 Menghambat laju respirasi selama penyimpanan dan pengangkutan
yang akan menyebabkan kelayuan serta penurunan bobot dan
kesegaran
 Mengadakan pengontrolan terhadap kehadiran hama dan penyakit

Tujuan penanganan pasca panen adalah memperbaiki kualitas (kesegaran,


warna, rasa, dan aroma), hasil panen dapat memenuhi standar perdagangan
(menarik konsumen), persediaan kontinyu dengan kualitas terjamin, terhindar
dari kerusakan, sehingga akan meningkatkan pendapatan bagi produsen dan
kepuasan bagi konsumen.  Kegiatan pasca panen meliputi:
 

1. Pembersihan (triming)
Pembersihan adalah membuang kotoran yang menempel pada
bagian tubuh buah (bagian tudung atau akar).  Jamur dibersihkan tanpa
air, bila pembersihan menggunakan air, sebelum dilakukan pemilihan
terlebih dahulu harus ditiriskan.  Air yang masih menempel akan
digunakan untuk tempat tumbuh mikroba yang akan menyebabkan
bintik berwarna pada tudung buah sehingga menyebabkan penurunan
kualitas.

2. Pemilihan (sorting)
Pemilihan bertujuan untuk memisahkan hasil panen yang  baik. 
Jamur tiram yang berkualitas adalah memiliki tubuh buah yang
sempurna dan berukuran relatif seragam, warna bersih, dan terhindar
dari cacat fisik.  Jamur yang memiliki cacat fisik tidak dibuang
melainkan dikumpulkan untuk diolah lebih lanjut.
 
3. Pemilahan (grading)

21
Pemilahan merupakan cara untuk menentukan nilai produk dengan
mengelompokkan hasil panenan berdasarkan bentuk, ukuran, warna,
kerapihan/kebersihan, dan sebagainya.  Jamur tiram dikelompokan
berdasarkan standar mutu yang telah ditentukan baik untuk pasar
tradisional, pasar induk, ataupun pasar swalayan sehingga akan
ditemukan grade A, B, atau C dengan tujuan memuaskan konsumen
dengan konsekuensi nilai jual yang lebih mahal, sehingga dapat
meningkatkan pendapatan produsen.
 
4. Pengemasan (packing)
Pengemasan bertujuan untuk mengurangi kerusakan akibat
benturan, gesekan, serta tekanan, mempermudah penanganan,
memperkecil penguapan/kekurangan air, mengatur temperature, sebagai
alat promosi pemasaran, dan efisiensi biaya pemasaran.  Bahan
pengemas yang digunakan dapat berbentuk keranjang plastik atau kayu
(skala besar), tryfoam yang ditutup dengan plastik wrapping, kantong
plastik berlubang, kantong kertas, atau alat pengemas lainnya yang
sesuai dengan sifat jamur tiram.  Dalam kemasan perlu dicantumkan
jenis produk, grade, sifat, bobot, cara penanganan, batas waktu
penggunaan, cara pengolahan, ataupun khasiat dari jamur tiram,
tergantung tujuannya.
 
5. Penyimpanan (storage)
Penyimpanan secara teknis bertujuan untuk memperpanjang daya
guna produk dengan cara memperlambat aktivitas fisiologis, serta
memperlambat perkembangan mikroba.  Faktor penentu dalam
penyimpanan adalah sanitasi ruangan penyimpanan, pengaturan
temperatur, kelembaban, tekanan, cahaya, dan komposisi udara dalam
ruang penyimpanan. 
Penyimpanan dapat dilakukan pada saat:
 Produk baru dipanen menunggu panen selesai seluruhnya
 Produk sebelum dipasarkan
 Produk dalam proses pengangkutan sebelum sampai ke
konsumen.

6. Pengangkutan (transportation)
Sebelum sampai ke konsumen, jamur tiram seringkali harus
menempuh jarak yang jauh, dan konsumen tetap menuntut keadaan
produk yang masih segar dan bagus penampilannya.  Untuk hal tersebut
sistem pengangkutan harus diperhatikan yaitu yang mampu bergerak

22
cepat dan mampu melindungi produk agar terhindar dari kerusakan
selama pengangkutan.
 
7. Penyajian (display)
Penyajian di pasar (swalayan ataupun tradisional) sangat
menentukan nilai jual, ketahan produk yang dikemas atau tidak (umur
simpan), menekan tingkat kerusakan lanjut dari produk, serta menarik
perhatian konsumen.

F. Prospek Pengembangan Tanaman Jamur Tiram di Riau

Permintaan jamur yang semakin meningkat meyakinkan masyarakat


bahwa usahatani jamur merupakan peluang bisnis yang realistis. Oleh
karena itu, diberbagai daerah banyak bermunculan usaha membudidayakan
dan memproduksi jamur tiram menjadi produk yang bernilai jual tinggi.
Tabel 1 Data produksi jamur Kota Pekanbaru berdasarkan kecamatan
No Kecamatan Jamur (kg)
2018 2019 2020
1 Payung sekaki 0 0 745
2 Tenayan raya 4.675 3.930 3.460
3 Sail 210 15 0
4 Rumbai pesisir 3.260 0 0
Total 8.145 3.945 4.205

Sumber : Badan Pusat Statistik Riau (2020)


Berdasarkan data pada Tabel 1, total produksi jamur konsumsi tertinggi di
Kota Pekanbaru yaitu pada Kecamatan Tenayan Raya dengan jumlah produksi
pada tahun 2018 sebesar 4.675 kg, 2019 sebesar 3.930 kg, dan 2020 sebesar 3.460
kg.

Terdapat beberapa saluran pemasaran yang digunakan oleh petani dalam


menjual hasil panennya yaitu ada yang memasarkannya langsung kepada
konsumen, ada yang melalui pedagang pengumpul dan pedagang pengecer lalu
dipasarkan kembali kepada konsumen. Pemasaran jamur tiram putih di Kota

23
Pekanbaru sebagian besar dipasarkan pada pasar tradisional, namun ada juga yang
memasarkan jamur tiram putih segar ke pasar modern di Kota Pekanbaru. Adanya
saluran pemasaran yang berbeda dan lembaga yang berperan dalam pemasaran
jamur tiram ini, maka diperlukan analisis pemasaran untuk mengetahui
keuntungan yang diterima oleh petani.

G. Pengolahan Jamur Tiram

Sebelum dikonsumsi tiram harus melalui proses pengolahan terlebih


dahulu.  Banyak sekali ragam pengolahan jamur tiram segar tergantung dari selera
pengolahnya.  Jamur yang diolah tidak hanya jamur tiram yang berkualitas tapi
juga dapat berasal dari jamur tiram yang kualitasnya kurang baik. Kualitas jamur
tiram yang kurang baik sebaiknya tidak dibuang begitu saja, melainkan dapat
diolah lebih lanjut menjadi produk-produk yang memiliki nilai ekonomis tinggi.
Beberapa bentuk olahan jamur tiram yang memiliki nilai ekonomis tinggi
dan tahan lama disimpan adalah:

1. Jamur Krispi

Harga Rp 10.000

Jamur dicuci dengan bersih kemudian diiris tipis atau dibiarkan


sesuai dengan bentuk aslinya.  Jamur di-blansing selama 5 menit
kemudian ditiriskan.  Jamur direndam dalam bumbu (merica,
bawang merah, bawang putih, garam, yang dihaluskan) selama
beberapa menit.  Setelah bumbu meresap kemudian digulingkan ke

24
dalam telur dan dibalut dengan campuran tepung terigu dan tepung
beras (perbandingan 3:1) atau tepung crispi yang sudah jadi lalu
digoreng dalam minyak panas sampai berwarna kuning kecoklatan. 
Setelah dingin dikemas dengan kemasan tertutup.  Dapat dinikmati
dengan saus sambal.

2. Kerupuk jamur

Harga Rp 25.000

Jamur tiram 500 gram, bawang putih 40 gram, dan garam di


haluskan/di blender. Masukkan kocokan 2 butir telur bebek ke dalam
adonan jamur, tambahkan 500 g tepung tapioka dengan air
secukupnya. Adonan jamur terus di diuleni kalis. Masukkan adonan ke
dalam plastik atau daun dengan diameter 5 cm, ikat masing-masing
ujungnya. Kukus hingga matang, angkat dan dinginkan,  kemudian
diiris tipis (2 mm) dan kemudian dijemur sampai kering.

3.   Nugget jamur

25
Harga Rp 25.000

Jamur tiram sebanyak 500 gram yang sudah dibersihkan diblansing


selama 5 menit kemudian ditiriskan.  Selanjutnya diblender halus tanpa
air. Masukkan 5 lembar roti tawar dan 1 gelas susu cair ke dalam
adonan, tambahkan 2 butir kuning telur bawang bombay cincang dan
bumbu instant.  Ambil sedikit adonan, taruh dalam loyang dan ratakan
sampai setebal 3 cm. Kukus adonan sekitar 20 menit. Setelah itu
angkat dan biarkan dingin. Potong-potong adonan yang telah matang
sesuai selera.  Celupkan potongan adonan di putih telur dan gulingkan
di tepung panir secara merata. Olahan ini sudah setengah jadi dan bisa
disimpan di dalam lemari pendingin. Dihidangkan dengan cara
digoreng terlebih dahulu dalam minyak panas selama 7 menit.

4.  Abon jamur

Harga Rp 21.000

26
Jamur tiram direbus selama 10 menit (lebih baik hanya bagian
batangnya saja), dinginkan dan potong tipis-tipis mengikuti alur lamela
atau suwiri dengan tangan.Haluskan bumbu yang terdiri dari garam,
ketumbar, bawang merah, bawang putih, cabe merah, dan
lengkuas.Tumis bumbu hingga harum, k emudian masukkan jamur
tiram yang telah disuwiri, dan tambahkan santan kental.Masak terus
campuran tersebut berwarna coklat tua, tiriskan, dan dipres
menggunakan spinner untuk mengeluarkan minyaknya lalu
didinginkan.Abon siap dikemas dengan menggunakan alumunium foil.

 
5.  Baso Jamur

Harga Rp 34. 000

500 g batang jamur diblansing selama 5 menit, diperas airnya dan


dohancurkan menggunakan blender.  Tambahkan putih telur, merica,
garam, dan minyak sayur. Setelah tercampur tambahkan tepung sagu
sampai diperoleh adonan yang agak kalis.  Cetak adonan menjadi bulat
dan rebus dengan air mendidih hingga matang (baso mengapung dalam
air).

6 Sate Jamur Tiram

27
Harga Rp 12.000

28
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

 Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur kayu yang tumbuh berderet
menyamping pada batang kayu lapuk dan memiliki tubuh buah yang
tumbuh menyerupai kulit kerang (tiram)
 Jamur ini memiliki tubuh buah yang tumbuh mekar membentuk corong
dangkal seperti kulit kerang (tiram). Tubuh buah ini memiliki tudung
(pileus) , tangkai (stipe/stalk), lamella/gils.
 Syarat tumbuh jamur tiram antara lain lingkungan yang ideal, suhu,
kelembapan, keasaman pH, kadar air, cahaya, nutrisi yang dibutuhkan
 Teknik budidaya jamur tiram yaitu pembuatan kumbung, pengayakan,
pengadukan semua bahan, pemeraman, pengisian media ke kantung plastic
(baglog), sterilisasi, inokulasi, inkubasi, penyiraman, panen
 Hama yang sering terdapat di budidaya jamur tiram seperti lalat, laba-laba,
siput, rayap, tikus
 Penyakit pada jamur biasanya di sebabkan oleh fungi, bakteri, ataupun
virus. Penyakit yang ada pada jamur seperti Trichoderma spp, Mucor spp,
Neurospora spp, Penicillium spp
 Tujuan penanganan pasca panen adalah memperbaiki kualitas (kesegaran,
warna, rasa, dan aroma), hasil panen dapat memenuhi standar perdagangan
(menarik konsumen), persediaan kontinyu dengan kualitas terjamin,
terhindar dari kerusakan, sehingga akan meningkatkan pendapatan bagi
produsen dan kepuasan bagi konsumen

B. Saran

Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih terdapat beberapa


kesalahan baik dari isi dan cara penulisan. Untuk itu saya sebagai penulis mohon

29
maaf apabila pembaca merasa kurang puas dengan hasil yang kami sajikan, dan
kritik beserta saran juga kami harapkan agar dapat menambah wawasan untuk
memperbaiki penulisan makalah saya.

30
DAFTAR PUSTAKA

Pinem, A. J., Eliza, E., & Khaswarina, S. ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH
(PLEUROTUS OSTREATUS) DI KOTA PEKANBARU. PEKBIS (Jurnal
Pendidikan Ekonomi Dan Bisnis), 10(1), 53-61.

Wicaksono, A., Setiawan, A., Rahhutami, R., & Madusari, S. (2018). PEMANFAATAN
LIMBAH FIBRE EX-FIBRECYCLONE dan PELEPAH KELAPA SAWIT SEBAGAI
ALTERNATIF MEDIA TANAM JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus
ostreatus). Prosiding Semnastek.

http://digilib.iain-palangkaraya.ac.id/192/3/BAB%20II%20SN.pdf

http://www.solojamur.com/2015/01/07/panen-dan-pasca-panen-jarum-tiram/

http://apwi-pwu.com/web/index.php/blog/2015/02/teknologi-pasca-panen-dan-
pengolahan-jamur-tiram

http://ereport.ipb.ac.id/id/eprint/6692/5/J3J118057_Nabila%20Azzahra%20Ryant
o_Tugas%20Akhir.pdf

https://www.researchgate.net/publication/345364634_Pengujian_Beberapa_Variet
as_Jamur_Tiram_Pada_Kombinasi_Mediaserbuk_Ampas_Tebu_Dan_Ser
buk_Gergajian_Dengan_Penambahan_Molase_Dan_Limbah_Ampas_Tah
u

31

Anda mungkin juga menyukai