Anda di halaman 1dari 15

PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN

TEMULAWAK DAN KUNYIT

MAKALAH

LIRIS RISNA BAROKAH 02.11.21.114


NYAI NIDA MEISYAROH 02.11.21.120
TIARA CHELSY 02.11.21.126

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MEKANISASI PERTANIAN


JURUSAN PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN BOGOR
2024
PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga dapat menyelesaikan makalah dengan judul Penanganan Panen dan
Pascapanen Temulawak dan Kunyit dengan baik dan tepat waktu.
Penyusunan makalah disusun sebagai bentuk pemenuhan tugas mata kuliah
Teknologi Penanganan Hasil Pertanian. Penulis mengucapkan terimakasih kepada
Dr. Ir. Momon Rusmono, M.S. dan Dr. Ir. Yul Harry Bahar selaku dosen pengampu
mata kuliah Teknologi Penanganan Hasil Pertanain. Ucapan terimakasih juga
penulis ucapkan kepada orang tua dan teman-teman yang sudah memberikan
dukungan dan doa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, namun
penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca yang
membutuhkan.

Bogor, Januari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

PRAKATA ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

Latar Belakang .................................................................................................... 1

Tujuan .................................................................................................................. 1

Manfaat ................................................................................................................ 2

TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 3

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 7

Teknologi Penanganan ........................................................................................ 7

Manfaat Keuntungan ........................................................................................... 8

Masalah dan Tantangan ....................................................................................... 9

SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 11

Simpulan ............................................................................................................ 11

Saran ................................................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12

ii
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan penghasil tanaman rempah-rempah seperti jahe,


kunyit, temulawak dan lain-lain. Rempah-rempah memiliki manfaat yang dapat
dijadikan sebagai sumber pangan seperti makanan maupun minuman fungsional.
Temulawak dan kunyit merupakan salah satu rempah-rempah Indonesia yang dapat
dimanfaatkan. Obat-obatan herbal yang berasal tanaman tersebut ini sering
digunakan karena memiliki efek samping yang minimal bahkan ada pula yang
ditemukan efek sampingnya. Obat herbal dianggap dan diharapkan dapat berperan
dalam usaha – usaha pencegahan dan pengolahan penyakit, serta dalam peningkatan
taraf kesehatan masyarakat. (Listyana,2017).
Temulawak mengandung senyawa kurkuminoid, minyak atsiri seperti
isofuranogermakren, trisiklin, alloaromadendren, germakren, dan xanthorrizol.
Temulawak memiliki kadar air yang tinggi, sehingga temulawak segar memiliki
umur simpan yang singkat (Wasito, 2011). Kadar air temulawak segar yaitu 75-
80% (Endrasari et al., 2012). Sedangkan kunyit mengandung antara lain fenol,
antioksidan, kurkuminoid, dan sebagainya. Selain memiliki kandungan yang baik,
kunyit memiliki kegunaan sebagai pewarna makanan alami. Kandungan air yang
tinggi pada kunyit dapat memicu pertumbuhan mikroorganisme yang tidak
diinginkan.

Tujuan

Tujuan dalam membuat makalah ini yaitu:


1. Mengetahui teknologi penanganan pasca panen temulawak dan kunyit
2. Mengetahui manfaat dan keuntungan dari temulawak dan kunyit.
3. Menidentifikasi masalah dalam penanganan pasca panen temulawak dan
kunyit

1
Manfaat

Manfaat dalam membuat makalah ini yaitu:

1. Memberikan wawasan terhadap mahasiswa mengenai teknologi penangan


pasca panen temulawak dan kunyit.
2. Dapat membantu masyarakat dalam meningkatkan keuntungan dari
temulawak dan kunyit.
3. Dapat mengetahui permasalahan dalam penanganan pasca panen
temulawak dan kunyit

2
TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Temulawak dan Kunyit

Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza)

Tanaman Temulawak yang memiliki nama latin Curcuma Xanthorrhiza


Roxb. Salah satu tanaman asli Indonesia yang tumbuh dan tersebar di Pulau Jawa,
Kalimatan, Maluku dan Madura. Pada awal mulanya tanaman temulawak ini
banyak sekali tumbuh dan berkembang secara liar di hutan jati di indonesia, di tanah
kering, maupun padang alang-alang, akan tetapi karena banyaknya penggunaan
yang semakin meluas dan melebar keseluruh kawasan yangadadi belahan negara,
maka tanaman ini juga banyak dibudidayakan di masyarakat maupun perkebunan
serta ditanam di pekarangan rumah yang lebih sering disebut sebagai apotik hidup
(Windi Aprianingsih,2019).

Gambar 1 Tanaman temulawak


Menurut Ivo.F.P 2016, klasifikasi temulawak secara lengkap adalah
sebagai berikut:

− Kingdom: Plantae
− Subkingdom: Tracheobionta
− Superdivisio: Spermatophyta
− Divisio: Magnoliophyta
− Kelas: Liliosipda
− Subkelas: Commelinidae
− Ordo: Zingiberales

3
− Famili: Zingiberaceae
− Genus: Curcuma
− Spesies: curcumaxanthorrhiza

Kunyit (Curcuma domestica Val)

Kunyit merupakan salah satu jenis tanaman obat yang banyak memiliki
manfaat dan banyak ditemukan diwilayah Indonesia. Kunyit merupakan jenis
rumput – rumputan, tingginya sekitar 1 meter dan bunganya muncul dari puncuk
batang semu dengan panjang sekitar 10–15 cm dan berwarna putih. Umbi akarnya
berwarna kuning tua, berbau wangi aromatis dan rasanya sedikit manis. Bagian
utamanya dari tanaman kunyit adalah rimpangnya yang berada didalam tanah.
Rimpangnya memiliki banyak cabang dan tumbuh menjalar, rimpang induk
biasanya berbentuk elips dengan kulit luarnya berwarna jingga kekuning –
kuningan (Hartati & Balittro., 2013).

Gambar 2 Tanaman Kunyit


Dalam taksonomi tumbuhan, kunyit dikelompokkan sebagai berikut
(Aspan 2013):

− Kingdom: Plantae
− Divisi: Spermatophyta
− Sub-divisi: Angiospermae
− Kelas: Monocotyledonae
− Ordo: Zingiberales
− Family: Zingiberaceae
− Genus: Curcuma
− Spesies: Curcuma domestica Val

4
Habitat Pertumbuhan Temulawak dan Kunyit

Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza)

Secara alami temulawak tumbuh dengan baik di lahan-lahan yang teduh dan
terlindung dari teriknya sinar matahari. Di habitat alami rumpun tanaman ini
tumbuh subur di bawah naungan pohon bambu atau jati. Namun demikian
temulawak juga dapat dengan mudah ditemukan di tempat yang terik seperti tanah
tegalan. Secara umum tanaman ini memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap
berbagai cuaca di daerah beriklim tropis.Suhu udara yang baik untuk budidaya
tanaman ini antara 19–30˚C dengan curah hujan sekurang-kurangnya 1.500
mm/tahun, bulan kering 3–4 bulan per tahun, kelembaban udara 70–90%.
Perakaran temulawak dapat beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis tanah baik
tanah berkapur, berpasir, agak berpasir maupun tanah-tanah berat yang berliat.
Namun demikian untuk memproduksi rimpang yang optimal diperlukan tanah yang
subur, gembur dan berdrainase baik.

Kunyit (Curcuma domestica Val)

Kunyit merupakan tanaman herbal dengan tinggi mencapai 100 cm. Batang
semu, tegak, bulat, membentuk rimpang, berwarna hijau kekuningan. Daun tunggal,
lanset memanjang, helai daun berjumlah 3-8 dan pangkal runcing, tepi rata, panjang
20-40 cm, lebar 8-12.5 cm, pertulangan menyirip, berwarna hijau pucat. Kunyit
dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropis mulai dari ketinggian 240-2.000 m di
atas permukaan laut (dpl). Daerah dengan curah hujan 2.000 - 4.000 mm/tahun
merupakan tempat tumbuh yang baik bagi kunyit. Kunyit dapat pula tumbuh di
daerah dengan curah hujan kurang dari 1.000 mm/tahun, tetapi diperlukan
pengairan yang cukup dan tertata dengan baik.

Kandungan Senyawa Temulawak dan Kunyit

Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza)

Berdasarkan hasil penelitian, rimpang temulawak dilaporkan memiliki


kandungan kimia berupa zat warna kuning (kurkumin), serat, pati, kalium oksalat,
minyak atsiri (kamfer, xanthorizol, borneol, dan zingiberene). Rimpang temulawak

5
mengandung zat kuning sebanyak 1-2% yang terdiri atas kurumin dan
desmetoksikurkumin. Kandungan minyak atsiri temulawak sebesar 5% dengan
komponen utama 1-sikloisopren myeren, b-cureumin, xanthorizol, germakron,
falandren, sabinene, sineol, bornel, zingiberin, tumerin, atlanton, dan artumeron
(Purnamaningsih et al 2017).

Kunyit (Curcuma domestica Val)

Rimpang kunyit mengandung minyak atsiri sebanyak 1,5- 2,5%, curcumin,


resin, oleoresin, demetoksi curcumin, dan bisdesmetoksi curcumin. Tumeron,
karvakrol, α-felandren, dan terpinolen merupakan konstituen yang paling banyak
menyusun minyak atsiri pada sejumlah varietas kunyit. Diantara bahan aktif
tersebut, yang berperan sebagai antimikroba, seperti untuk menghambat
pertumbuhan jamur adalah curcumin, flavonoid dan minyak atsiri. Curcumin dan
minyak atsiri dapat diperoleh melalui proses ekstraksi dingin (maserasi) dengan
etanol 96%. Selain menggunakan ekstraksi, minyak atsiri dalam rimpang kunyit
juga dapat diperoleh melalui destilasi (Moghadamtousi dkk., 2014).

6
PEMBAHASAN

Teknologi Penanganan

Mencabut atau menggali


Pemanenan temulawak untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi yaitu
pada umur 10−12 bulan, dengan ciri batang dan daun sudah mengering, rimpang
besar dan berwarna kuning kecokelatan mengilat, kulit rimpang tidak mudah
terkelupas/lecet, apabila rimpang dipatahkan terlihat serat dan beraroma menyengat
yang khas (aromatis). Pertanaman yang baik dan dipelihara secara intensif dapat
menghasilkan rimpang segar 10−20 t/ha. Panen dilakukan pada musim kemarau
karena pada musim hujan menyebabkan rimpang rusak dan kualitasnya menurun
dengan bahan aktif yang rendah karena lebih banyak mengandung air (Khamidah
et al., 2017). Panen dapat ditunda hingga umur 20-24 bulan, terutama jika saat
panen harga rimpang jatuh. Cara panennya dengan menggali dan mengangkat
rimpang secara keseluruhan.

Penyortiran basah dan pencucian

Setelah panen, dilakukan penyortiran untuk memisahkan temulawak/kunyit


yang bagus dan jelek atau rusak. Kemudian, proses pencucian untuk membersihkan
temulawak/kunyit dari kotoran seperti tanah yang menempel pada kulit dan sela-
sela cabang temulawak/kunyit serta gulma. Pencucian menggunakan air bersih dan
tidak menggunakan air sungai karena dikhawatirkan air sungai tersebut tercemar
dan terpapar oleh bakteri. Ketika pencucian berlangsung, bisa juga menggunakan
air bertekanan tinggi untuk memudahkan pencucian pada sela-sela
temulawak/kunyit. Pencucian temulawak/kunyit dalam waktu singkat, karena
apabila terlalu lama dikhawatirkan kualitas menjadi menurun dan senyawa aktif
pada temulawak/kunyit menurun terbawa oleh air. Jika proses ini sudah selesai,
maka temulawak/kunyit ditiriskan pada wadah atau tray berlubang (Ningsih, 2016).

7
Perajangan

Jika diperlukan adanya perajangan, maka dilakukan menggunakan mesin atau


secara manual. Proses ini menggunakan pisau stainless steel dan beralaskan talenan.
Rajang rimpang dengan ukuran ketebalan sekitar 2-3 mm pada posisi membujur.
Untuk ukuran rajangan bisa saja berbeda tergantung tujuan penggunaan
temulawak/kunyit tersebut.

Pengeringan
Dalam proses pengeringan rimpang temulawak/kunyit terdapat 2 cara, yaitu:
1. menggunakan sinar matahari. Cara ini dilakukan hingga kadar air sekitar 9-
10% untuk temulawak dan 8% untuk kunyit atau selama 3-5 hari.
2. menggunakan mesin pengering dengan suhu 40-60°C untuk temulawak dan
suhu 50-60°C untuk kunyit selama 6-8 jam

Penyortiran kering
Setelah pengeringan, proses selanjutnya yaitu penyortiran kering untuk
memisahkan temulawak/kunyit yang bagus dan jelek atau rusak.

Pengemasan
Setelah penyortiran kering, temulawak/kunyit dikemas ke dalam kantong
plastik atau kantong jaring. Kemasan yang digunakan harus bersih dan kering.

Penyimpanan
Temulawak/kunyit disimpan dalam wadah yang tertutup rapat dan diletakkan
di tempat yang kering dan sejuk.

Manfaat Keuntungan

Penanganan panen dan pascapanen pada temulawak dan kunyit memiliki


berbagai manfaat, termasuk memastikan kualitas dan keamanan bahan baku
tanaman obat, serta meningkatkan nilai ekonomi melalui pengolahan lanjutan.
Beberapa manfaat dari penanganan panen dan pascapanen temulawak dan kunyit
antara lain:

8
1. Menjaga kualitas bahan baku: Proses penanganan pasca panen, seperti
pengeringan, pengemasan, dan penyimpanan, membantu menjaga kualitas
temulawak dan kunyit, sehingga senyawa berkhasiat di dalamnya tetap terjaga
(Wulandari, 2012).
2. Meningkatkan daya tahan dan nilai ekonomi: Penanganan pascapanen, seperti
pengeringan, pengolahan menjadi berbagai produk olahan, dan pengemasan,
dapat meningkatkan daya tahan dan nilai ekonomi temulawak dan kunyit
(Khamidah et al., 2017).
3. Memastikan keamanan konsumen: Melalui proses penanganan pascapanen yang
tepat, risiko kontaminasi dan kerusakan bahan baku tanaman obat dapat
dikurangi, sehingga produk akhir yang dihasilkan aman untuk dikonsumsi
(Ningsih, 2016)
Dengan demikian, penanganan panen dan pascapanen temulawak dan kunyit
sangat penting untuk memastikan kualitas, keamanan, dan nilai ekonomi dari bahan
baku tanaman obat tersebut

Masalah dan Tantangan

Beberapa masalah dan tantangan dalam penanganan panen dan pascapanen


temulawak dan kunyit antara lain:
1. Kerusakan bahan baku: Tanaman obat seperti temulawak dan kunyit mudah
mengalami kerusakan fisik dan biologis selama proses panen dan pascapanen,
seperti pecah, busuk, dan serangan hama dan penyakit (Rostiana et al., 2010)
2. Kualitas bahan baku yang tidak terjaga: Jika proses penanganan pasca panen
tidak dilakukan dengan baik, kualitas bahan baku temulawak dan kunyit dapat
menurun, sehingga senyawa berkhasiat di dalamnya tidak terjaga
3. Keterbatasan sarana dan prasarana: Sarana dan prasarana yang diperlukan dalam
penanganan pasca panen tanaman obat, seperti bangunan, peralatan, dan
perlindungan bagi pelaksana pasca panen, seringkali masih terbatas
4. Ketergantungan pada pasar lokal: Produsen jamu dan obat tradisional yang
menggunakan temulawak dan kunyit sebagai bahan baku seringkali hanya
mengandalkan pasar lokal, sehingga potensi ekspor masih terbatas

9
Untuk mengatasi masalah dan tantangan tersebut, diperlukan upaya
peningkatan kualitas dan efisiensi proses penanganan panen dan pascapanen
temulawak dan kunyit, serta pengembangan pasar ekspor yang lebih luas. Selain
itu, perlu juga dilakukan penelitian dan pengembangan teknologi penanganan pasca
panen yang lebih inovatif dan efektif

10
SIMPULAN

Simpulan

Kesimpulan yang dapat diambil pada makalah ini yaitu:

1. Pemanenan temulawak untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi yaitu


pada umur 10-12 bulan, dengan ciri batang dan daun sudah mengering,
rimpang besar dan berwarna kuning kecokelatan mengilat, kulit rimpang
tidak mudah terkelupas/lecet, apabila rimpang dipatahkan terlihat serat dan
beraroma menyengat yang khas (aromatis).
2. Panen dilakukan pada musim kemarau karena pada musim hujan
menyebabkan rimpang rusak dan kualitasnya menurun dengan bahan aktif
yang rendah karena lebih banyak mengandung air.
3. Penanganan panen dan pascapanen pada temulawak dan kunyit memiliki
berbagai manfaat, termasuk memastikan kualitas dan keamanan bahan baku
tanaman obat,
4. Beberapa masalah dan tantangan dalam penanganan panen dan pascapanen
temulawak dan kunyit antara lain, kerusakan bahan baku, kualitas bahan
baku yang tidak terjaga, keterbatasan sarana dan prasarana, dan
ketergantungan pada pasar lokal.

11
DAFTAR PUSTAKA

Aprianingsih, W. 2019. Studi Pembuatan Serbuk Sari Temulawak (Curcuma


Xanthorriza Roxb) Sebagai Minuman Herbal Siap Saji Dengan Metode
Enkapsulasi [Skripsi]. Fakultas Pertanian. Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara. Medan.
Aspan, R. 2008. Taksonomi Koleksi Tanaman Obat Kebun Tanaman Obat
Citeureup. Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia.
Jakarta.105 hal.
Hartati, S.Y., Balittro. (2013). Khasiat Kunyit Sebagai Obat Tradisional dan
Manfaat Lainnya. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri.
Jurnal Puslitbang Perkebunan. 19 : 5 - 9.
Ivo F.P.2016. Pengaruh Pemberian Infusa Temulawak (curcuma
XanthorrizaRoxb.) Dan Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap
Daya CernaBahan Kering Dan Bahan Organik Pada Ayam Broiler Yang Di
Papar Heat Stress
Khamidah, A., Antarlina, S. S., & Sudaryono, T. (2017). Ragam Produk Olahan
Temulawak Untuk Mendukung Keanekaragaman Pangan. Jurnal Penelitian
dan Pengembangan Pertanian, 36(1), 1.
https://doi.org/10.21082/jp3.v36n1.2017.p1-12
Listyana H, Gina M. 2017. Analisis Produksi Temulawak Sebagai Bahan Baku
Jamu Di Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Obat dan
Obat Tradisional Tawangmangu. Jurnal Jamu Indonesia 2 (1), 1-7
Moghadamtousi SZ. Annona muricata (Annonaceae) : A review of its traditional
uses, isolated acetogenins and biological activities. Int J Mol Sci.
2015;16(7):15625–58.
Ningsih, I. Y. (2016). Modul Saintifikasi Jamu. In Modul Saintifikasi Jamu (pp. 1–
36). https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/77275/Modul
SJ Pasca Panen_Indah Yulia Ningsih.pdf?sequence=1
Purnamaningsih, N.A., Kalor, H. & Atun, S. 2017. Uji Aktivitas Antibakteri
Ekstrrak Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) Terhadap Bakteri Escherichia
coli ATTC 11229 dan Staphylococcus aureus ATCC 25923. J. Penelit.
Saintek., 22(2):140-147
Rosidi A. Khomsan A. dkk. 2014. Potensi temulawak (Curcuma xanthorrhiza
Roxb) sebagai antioksidan. Prosiding Seminar Nasional & Internasional
Rostiana, O., Bermawie, N., & Rahardjo, M. (2010). Budidaya Jahe,kencur, Kunyit
dan Temulawak. In Cetakan ke -2 (pp. 1–43).
Wulandari, C. (2012). Proses Pasca Panen Dan Pengolahan Jamu Serbuk Dari
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) di PT. Putro Kinasih Jl.Sidoluhur
No.89 RT06/XV, Cemani, Grogol, Sukoharjo.

12

Anda mungkin juga menyukai