MAKALAH
Puji syukur ke hadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga dapat menyelesaikan makalah dengan judul Penanganan Panen dan
Pascapanen Temulawak dan Kunyit dengan baik dan tepat waktu.
Penyusunan makalah disusun sebagai bentuk pemenuhan tugas mata kuliah
Teknologi Penanganan Hasil Pertanian. Penulis mengucapkan terimakasih kepada
Dr. Ir. Momon Rusmono, M.S. dan Dr. Ir. Yul Harry Bahar selaku dosen pengampu
mata kuliah Teknologi Penanganan Hasil Pertanain. Ucapan terimakasih juga
penulis ucapkan kepada orang tua dan teman-teman yang sudah memberikan
dukungan dan doa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, namun
penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca yang
membutuhkan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
PRAKATA ............................................................................................................... i
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Tujuan .................................................................................................................. 1
Manfaat ................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 7
Simpulan ............................................................................................................ 11
ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
1
Manfaat
2
TINJAUAN PUSTAKA
− Kingdom: Plantae
− Subkingdom: Tracheobionta
− Superdivisio: Spermatophyta
− Divisio: Magnoliophyta
− Kelas: Liliosipda
− Subkelas: Commelinidae
− Ordo: Zingiberales
3
− Famili: Zingiberaceae
− Genus: Curcuma
− Spesies: curcumaxanthorrhiza
Kunyit merupakan salah satu jenis tanaman obat yang banyak memiliki
manfaat dan banyak ditemukan diwilayah Indonesia. Kunyit merupakan jenis
rumput – rumputan, tingginya sekitar 1 meter dan bunganya muncul dari puncuk
batang semu dengan panjang sekitar 10–15 cm dan berwarna putih. Umbi akarnya
berwarna kuning tua, berbau wangi aromatis dan rasanya sedikit manis. Bagian
utamanya dari tanaman kunyit adalah rimpangnya yang berada didalam tanah.
Rimpangnya memiliki banyak cabang dan tumbuh menjalar, rimpang induk
biasanya berbentuk elips dengan kulit luarnya berwarna jingga kekuning –
kuningan (Hartati & Balittro., 2013).
− Kingdom: Plantae
− Divisi: Spermatophyta
− Sub-divisi: Angiospermae
− Kelas: Monocotyledonae
− Ordo: Zingiberales
− Family: Zingiberaceae
− Genus: Curcuma
− Spesies: Curcuma domestica Val
4
Habitat Pertumbuhan Temulawak dan Kunyit
Secara alami temulawak tumbuh dengan baik di lahan-lahan yang teduh dan
terlindung dari teriknya sinar matahari. Di habitat alami rumpun tanaman ini
tumbuh subur di bawah naungan pohon bambu atau jati. Namun demikian
temulawak juga dapat dengan mudah ditemukan di tempat yang terik seperti tanah
tegalan. Secara umum tanaman ini memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap
berbagai cuaca di daerah beriklim tropis.Suhu udara yang baik untuk budidaya
tanaman ini antara 19–30˚C dengan curah hujan sekurang-kurangnya 1.500
mm/tahun, bulan kering 3–4 bulan per tahun, kelembaban udara 70–90%.
Perakaran temulawak dapat beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis tanah baik
tanah berkapur, berpasir, agak berpasir maupun tanah-tanah berat yang berliat.
Namun demikian untuk memproduksi rimpang yang optimal diperlukan tanah yang
subur, gembur dan berdrainase baik.
Kunyit merupakan tanaman herbal dengan tinggi mencapai 100 cm. Batang
semu, tegak, bulat, membentuk rimpang, berwarna hijau kekuningan. Daun tunggal,
lanset memanjang, helai daun berjumlah 3-8 dan pangkal runcing, tepi rata, panjang
20-40 cm, lebar 8-12.5 cm, pertulangan menyirip, berwarna hijau pucat. Kunyit
dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropis mulai dari ketinggian 240-2.000 m di
atas permukaan laut (dpl). Daerah dengan curah hujan 2.000 - 4.000 mm/tahun
merupakan tempat tumbuh yang baik bagi kunyit. Kunyit dapat pula tumbuh di
daerah dengan curah hujan kurang dari 1.000 mm/tahun, tetapi diperlukan
pengairan yang cukup dan tertata dengan baik.
5
mengandung zat kuning sebanyak 1-2% yang terdiri atas kurumin dan
desmetoksikurkumin. Kandungan minyak atsiri temulawak sebesar 5% dengan
komponen utama 1-sikloisopren myeren, b-cureumin, xanthorizol, germakron,
falandren, sabinene, sineol, bornel, zingiberin, tumerin, atlanton, dan artumeron
(Purnamaningsih et al 2017).
6
PEMBAHASAN
Teknologi Penanganan
7
Perajangan
Pengeringan
Dalam proses pengeringan rimpang temulawak/kunyit terdapat 2 cara, yaitu:
1. menggunakan sinar matahari. Cara ini dilakukan hingga kadar air sekitar 9-
10% untuk temulawak dan 8% untuk kunyit atau selama 3-5 hari.
2. menggunakan mesin pengering dengan suhu 40-60°C untuk temulawak dan
suhu 50-60°C untuk kunyit selama 6-8 jam
Penyortiran kering
Setelah pengeringan, proses selanjutnya yaitu penyortiran kering untuk
memisahkan temulawak/kunyit yang bagus dan jelek atau rusak.
Pengemasan
Setelah penyortiran kering, temulawak/kunyit dikemas ke dalam kantong
plastik atau kantong jaring. Kemasan yang digunakan harus bersih dan kering.
Penyimpanan
Temulawak/kunyit disimpan dalam wadah yang tertutup rapat dan diletakkan
di tempat yang kering dan sejuk.
Manfaat Keuntungan
8
1. Menjaga kualitas bahan baku: Proses penanganan pasca panen, seperti
pengeringan, pengemasan, dan penyimpanan, membantu menjaga kualitas
temulawak dan kunyit, sehingga senyawa berkhasiat di dalamnya tetap terjaga
(Wulandari, 2012).
2. Meningkatkan daya tahan dan nilai ekonomi: Penanganan pascapanen, seperti
pengeringan, pengolahan menjadi berbagai produk olahan, dan pengemasan,
dapat meningkatkan daya tahan dan nilai ekonomi temulawak dan kunyit
(Khamidah et al., 2017).
3. Memastikan keamanan konsumen: Melalui proses penanganan pascapanen yang
tepat, risiko kontaminasi dan kerusakan bahan baku tanaman obat dapat
dikurangi, sehingga produk akhir yang dihasilkan aman untuk dikonsumsi
(Ningsih, 2016)
Dengan demikian, penanganan panen dan pascapanen temulawak dan kunyit
sangat penting untuk memastikan kualitas, keamanan, dan nilai ekonomi dari bahan
baku tanaman obat tersebut
9
Untuk mengatasi masalah dan tantangan tersebut, diperlukan upaya
peningkatan kualitas dan efisiensi proses penanganan panen dan pascapanen
temulawak dan kunyit, serta pengembangan pasar ekspor yang lebih luas. Selain
itu, perlu juga dilakukan penelitian dan pengembangan teknologi penanganan pasca
panen yang lebih inovatif dan efektif
10
SIMPULAN
Simpulan
11
DAFTAR PUSTAKA
12