(PERETASAN BIJI)
Npm : 20150206003
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas taufik
pratikum ini dengan judul Perentasan Biji Lantoto Penyusunan laporan ini
adalah untuk memunuhi salah satu persyaratan mata kuliah hijauan pakan pada
berkat berbagai pihak disertai dengan kesabaran dan doa sehingga kesulitan serta
hambatan dapat dilewati dengan sukses. Oleh karena itu penulis menghaturkan
banyak terima kasih yang tak terhingga kepada asisten dosen dan inggri rias
Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk kita
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman judul ..............................................................................................
Kata Pengantar......................................................................................................i
Daftar Isi .............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
Latar Belakang..................................................................................................1
Tujuan dan kegunaan..................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................3
pengertian tanaman lantoro........................................................................3
BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................6
Waktu dan tempat.......................................................................................6
Alat dan bahan............................................................................................6
Prosedur penelitian......................................................................................6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................8
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................9
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................10
ii
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Biji merupakan salah satu alat perkembangbiakan bagi tumbuhan
secara generatif. perkembangbiakan dengan biji banyak dilakukan sebagai
riset percobaan maupun penelitian untuk mengetahui proses yang terjadi
selama perkecambahan. Sebelum berkembang menjadi dewasa, biji
terlebihdahulu melalui fase perkecambahan. Perkecambahan merupakan awal
daritumbuhan memasuki pertumbuhannya.
Perkecambahan dimulai dari perombakan atau penggunaan cadangan makanan
yang terdapat dalam biji tersebut untuk pembentukan awal organ-organ
tumbuhan, yaitu dengan perombakan kotiledon pada biji tersebut. Prrombaan
perombakan kotiledon ini menghasilkan 2 buah organ awal yang menjadi cikal
bakal tanaman, yakni radikula sebagai bakal akar dan plumula sebagai bakal
batang. Perkecambahan biji terjadi ketika radikula muncul dari kulit biji dalam
kondisi baku suatu uji perkecambahan, atau biasa dikatakan perkecambahan
terjadi ketika bibit munul dari media. Dalam memasuki fase
perkecambahan biji banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor dari
dalam biji tersebut juga factor luar seperti ; kelembaban, pH, cahaya, suhu, dan
lain-lain.
Perkecambahan memiliki pH optimum yang berbeda-beda tergantung
kepada jenis biji tanaman, setiap tanaman mempunyai kesesuaian pH yang
berbeda-beda. pH dapat menunjukan mudah tidaknya unsur hara diserap oleh
tanaman, pada umumnya unsur hara mudah diserap pada pH netral, karena pada
pH netral unsur hara mudah larut dalam air. Dengan pH yang optimum proses
perkecambahan biji dapat berlangsung lebih cepat.
1
2). Mengetahui pH optimal untuk perkecambahn biji Lamtoro (Leucaena
leucocephala)
3). Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan Lamtoro
(Leucaena leucocephala)
1.4 Hipotesis
1) Adanya berbagai pH dapat mempengaruhi perkecambahan Lamtoro
(Leucaena leucocephala.
2) Seperti perkecambahan pada tanaman lainnya, pada Lamtoro (Leucaena
leucocephala), pH optimal untuk perkecambahan adalah pH netral yakni 7.
3) Faktor-faktor yang mempegarui perkecambahan biji terdiri dari faktor
biotik dan abiotik.
2
BAB II
Tinjauan Pustaka
Pengetahuan Lingkungan
2.1 Lamtoro (Leucaena leucocephala)
Lamtoro (Leucaena leucocephala), petai cina, atau petai selong adalah
sejenis perdu dari suku Fabaceae (Leguminosae, polong-polongan), yang
kerap digunakan dalam penghijauan lahan atau pencegahan erosi. Berasal dari
Amerika tropis, tumbuhan ini sudah ratusan tahun dimasukkan ke Jawa
untuk kepentingan pertanian dan kehutanan dan kemudian menyebar pula ke
pulau- pulau yang lain di Indonesia. Oleh sebab itu agaknya, maka tanaman ini di
Malaysia dinamai petai jawa. Berikut taksonomi ilmiah dari Lamtoro
(Leucaena leucocephala
Taksonomi Ilmiah
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub kelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Upafamili : Mimosoideae
Genus : Leucaena
Spesies : L. leucocephala
Nama Lokal : Petai cina, Lamtoro, Peuteuy selong, Kalandingan.
Lamtoro menyukai iklim tropis yang hangat (suhu harian 25-30 °C);
ketinggian di atas 1000 m dpl. dapat menghambat pertumbuhannya. Tanaman ini
cukup tahan kekeringan, tumbuh baik di wilayah dengan kisaran curah hujan
antara 650—3.000 mm (optimal 800—1.500 mm) pertahun; akan tetapi termasuk
tidak tahan penggenangan.
Tanaman Lamtoro mudah diperbanyak dengan biji dan dengan
pemindahan anakan. Saking mudahnya tumbuh, di banyak tempat Lamtoro
seringkali merajalela menjadi gulma. Tanaman ini pun mudah trubus; setelah
dipangkas, ditebang atau dibakar, tunas-tunasnya akan tumbuh kembali dalam
jumlah banyak.
Tidak banyak hama yang menyerang tanaman ini, akan tetapi Lamtoro
teristimewa rentan terhadap serangan hama kutu loncat (Heteropsylla cubana).
Serangan hama ini di Indonesia di akhir tahun 1980an, telah mengakibatkan
habisnya jenis Lamtoro ‘lokal’ di banyak tempat.
Sejak lama Lamtoro telah dimanfaatkan sebagai pohon peneduh,
pencegah erosi, sumber kayu bakar dan pakan ternak. Di tanah-tanah yang cukup
subur, Lamtoro tumbuh dengan cepat dan dapat mencapai ukuran
dewasanya (tinggi 13—18 m) dalam waktu 3 sampai 5 tahun. Tegakan yang padat
(lebih dari 5000 pohon/ha) mampu menghasilkan riap kayu sebesar 20 hingga 60
m³ perhektare pertahun. Pohon yang ditanam sendirian dapat tumbuh
mencapai gemang 50 cm.
3
Lamtoro adalah salah satu jenis polong-polongan serbaguna yang
paling banyak ditanam dalam pola pertanaman campuran (wanatani). Pohon ini
sering ditanam dalam jalur-jalur berjarak 3—10 m, di antara larikan- larikan
tanaman pokok. Kegunaan lainnya adalah sebagai pagar hidup, sekat api, penahan
angin, jalur hijau, rambatan hidup bagi tanaman-tanaman yang melilit seperti
lada, panili, markisa dan gadung, serta pohon penaung di perkebunan kopi
dan kakao.
Di hutan-hutan tanaman jati yang dikelola Perhutani di Jawa,
Lamtoro kerap ditanam sebagai tanaman sela untuk mengendalikan
hanyutan tanah (erosi) dan meningkatkan kesuburan tanah. Perakaran Lamtoro
memiliki nodul-nodul akar tempat mengikat nitrogen.
Menanam Lamtoro ini cukup mudah. Suku polong-polongan ini dapat
tumbuh subur di daerah ketinggian 1-1500 m dpl. Tanaman ini juga tidak terkait
dengan musim karena dapat tumbuh pada segala musim asalkan masih berkisar
pada suhu 25-30 o C. Tanaman lamtoro mudah diperbanyak dengan biji dan
dengan pemindahan anakan. Saking mudahnya tumbuh, di banyak tempat lamtoro
seringkali merajalela menjadi gulma. Tanaman ini pun mudah trubus, setelah
dipangkas, ditebang atau dibakar, tunas-tunasnya akan tumbuh kembali dalam
jumlah banyak.
Tidak banyak hama yang menyerang tanaman ini, akan tetapi lamtoro
teristimewa rentan terhadap serangan hama kutu loncat (Heteropsylla cubana)
2.2 Perkecambahan
Para ahli fisiologis benih menyatakan bahwa perkecambahan adalah
munculnya radikel menembus kulit benih. Para agronomis menyatakan
bahwa perkecambahan adalah muncul dan berkembangnya struktur penting
embrio dari dalam benih dan menunjukkan kemampuannya untuk
menghasilkan kecambah normal pada kondisi lingkungan yang optimum.
Dalam biji terdapat calon individu baru atau embrio yang dilengkapi dengan
cadangan makanan. Pada tanaman dikotil misalnya kacang mempunyai
dua kotiledon yang membesar. Sumbu embrio bagian bawah kotiledon disebut
hipokotil. Bagian terminalnya (ujung) disebut radikula. Sumbu embrio bagian
atas kotiledon disebut plumula (pucuk embrio) yaitu ujung batang bersama
calon-calon (primordium) daun.
4
Lamtoro,kotiledonnya disebut skutelum. Skutelum menyerap nutrien dari
endosperma dan memindahkannya ke bagian embrio selama proses
perkecambahannya. Radikula (calon akar) monokotil diselubungi oleh
koleoriza (sarung akar lembaga) dan ujung embrio diselubungi koleoptil
(sarung pucuk lembaga). Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari
lingkungan sekitar biji, baik tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan
yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap
imbibisi (berarti "minum"). Biji menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, baik
dari tanah maupun udara (dalam bentuk embun atau uap air. Efek yang terjadi
adalah membesarnya ukuran biji karena sel-sel embrio membesar) dan biji
melunak. Proses ini murni fisik.
5
BAB III
Metode Praktikum
- Amplas
- Cawan Petrik
- Gunting Kuku
- Kapas
3.4. Bahan
- Kacang Hijau
- Jagung
- Lantoro
6
Apabila ada yang mati tidak usah dihitung, cukup jumlah yang
berkecambah yang dicatat.
7
BAB IV
Pembahasan
b.
b.
c.
Amplas L3T2
Jumblah Daun 2 Helay
Lebar Daun 1 cm
Panjang Daun 1 cm
Panjang Batang 8 cm
8
BAB V
a. Kesimpulan
b. Saran
9
DAFTAR PUSTAKA
10
DOKUMENTASI
11