Anda di halaman 1dari 20

BUDIDAYA TANAMAN TEBU

TUGAS KELOMPOK

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Tugas


Mata kuliah Dasar Agronomi

Disusun Oleh :

Haikal Fikri Maulana (120110039)


Nabila Azzahra (120110040)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan tugas makalah kelompok dengan judul “Budidaya Tanaman Tebu”.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada nabi kita yaitu nabi
Muhammad Solallahu‘alaihi wa Salam.
Tugas makalah kelompok ini disusun untuk memenuhi sebagian tugas
mata kuliah Dasar Agronomi, Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Unversitas Swadaya Gunung Jati Cirebon.
Dalam penyusunan tugas makalah kelompok ini, penulis banyak
mendapatkan bantuan, bimbingan dan arahan dari semua pihak. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dukat, Ir., MP. sebagai Dosen Pengampu Mata Kuliah Dasar-Dasar
Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon.
2. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan baik moril maupun
materil.
3. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu, yang tidak bisa
disebutkan satu persatu.
Dalam penyusunan tugas makalah kelompok ini penulis menyadari masih
banyak kekurangan dan kelemahannya, oleh karena itu penulis mengharapkan
saran dan kritik untuk perbaikan penyusunan selanjutnya. Semoga penyusunan
tugas makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis pribadi dan umumnya
bagi pembaca.

Cirebon, Desember 2021

Penulis,

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ............................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani Tanaman ................................................................................ 2
2.2 Syarat Tumbuh .................................................................................. 3
BAB III TEKNIK BUDIDAYA
3.1 Persiapan Lahan ................................................................................ 7
3.2 Persiapan Bibit/Benih ........................................................................ 8
3.3 Penanaman ........................................................................................ 8
3.4 Pemeliharaan (Penyulaman, pemupukan, dll) ................................. 10
3.5 Panen dan Pascapanen ..................................................................... 11
BAB IV KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tebu (Saccharum officanarum L.) merupakan salah satu komoditas
penting penghasil gula. Gula merupakan salah satu dari sembilan bahan
pokok (sembako) kebutuhan pangan yang sangat penting bagi masyarakat
baik dalam rumah tangga maupun industri makanan dan minuman baik
yang berskala besar maupun yang kecil.
Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan
Sumatera. 78 % gula tebu diproduksi oleh lebih dari 100 negara yang
umumnya merupakan kawasan tropis dan sub tropis. Produksi gula di
Negara Indonesia hanya sebesar 1,68 % dari seluruh dunia.
Perkembangan produksi tebu di Indonesia selama lima tahun terakhir
terlihat cukup fluktuatif. Produksi Tebu tahun 2012 sebesar 2,59 juta ton,
pada tahun 2013 mengalami penurunan mencapai 2,55 juta ton dan
mengalami kenaikan sebesar 0,86 persen pada tahun 2014 menjadi sebesar
2,58 juta ton. Sementara tahun 2015 produksi tebu mengalami penurunan
sebesar 1,57 persen atau menjadi 2,53 juta ton (BPS, 2016). Pada tahun
2016 mengalami penurunan yang cukup jauh yaitu mencapai 2,20 juta ton
(Ditjenbun, 2017).

1.2 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui Botani tanaman Tebu.
2. Untuk mengetahui syarat tumbuh tanaman Tebu.
3. Untuk mengetahui teknik budidaya tanaman Tebu.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Tanaman


Tebu memiliki nama latin Saccharum officinarum L. yang termasuk
dalam famili Graminae (suku rumput-rumputan) adalah salah satu jenis
tanaman semusim yang banyak di gunakan sebagai bahan utama penghasil
gula (Fredikurniawan, 2000). Secara umum, klasifikasi dan sistematika
ilmiah tanaman tebu menurut (Tarigan et al., 2006; dalam Faharuddin,
2014) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledone
Ordo : Glumiflorae
Famili : Graminae
Genus : Saccharum
Spesies : Saccharum officinarum L.

Penampakan Tanaman Tebu


Batang tanaman tebu berdiri lurus dan beruas-ruas yang dibatasi
dengan buku-buku. Pada setiap buku terdapat mata tunas. Batang tanaman
tebu berasal dari mata tunas yang berada di bawah tanah yang tumbuh
keluar dan berkembang membentuk rumpun. Diameter batang antara 3-5
cm dengan tinggi batang antara 2-5 meter dan tidak bercabang.
Akar tanaman tebu termasuk akar serabut tidak panjang yang
tumbuh dari cincin tunas anakkan. Pada fase pertumbuhan batang,

2
terbentuk pula akar dibagian yang lebih atas akibat pemberian tanah
sebagai tempat tumbuh.
Daun tebu berbentuk busur panah seperti pita, berseling kanan dan
kiri, berpelepah seperti daun jagung dan tak bertangkai. Tulang daun
sejajar, ditengah berlekuk. Tepi daun kadang-kadang bergelombang serta
berbulu keras.
Bunga tebu berupa malai dengan panjang antara 50-80 cm. Cabang
bunga pada tahap pertama berupa karangan bunga dan pada tahap
selanjutnya berupa tandan dengan dua bulir panjang 3-4 mm. Terdapat
pula benangsari, putik dengan dua kepala putik dan bakal biji.
Buah tebu seperti padi, memiliki satu biji dengan besar lembaga 1/3
panjang biji. Biji tebu dapat ditanam di kebun percobaan untuk
mendapatkan jenis baru hasil persilangan yang lebih unggul.

2.2 Syarat Tumbuh


Tanaman tebu dapat tumbuh di daerah beriklim panas dan sedang
(daerah tropik dan subtropis) dengan daerah penyebaran yang sangat luas
yaitu antara 35ºLS dan 39º LU. Jenis tanah yang baik bagi tanaman tebu
yaitu tanah yang sedang, tidak terlalu kering dan tidak terlalu basah.
Ketinggian antara 0-1400 m dpl. Pengairan bagi tanaman tebu harus
terjaga (Indrawanto et al., 2010). Drainase yang baik dengan kedalaman
sekitar 1 meter memberikan peluang akar tanaman menyerap air dan unsur
hara pada lapisan yang lebih dalam sehingga pertumbuhan tanaman pada
musim kemarau tidak terganggu. Unsur-unsur iklim yang penting bagi
pertumbuhan tanaman tebu adalah tanah, curah hujan, sinar matahari,
angin dan suhu. Syarat tumbuh tanaman tebu menurut (Indrawanto et al.
2010) adalah sebagai beriku :
A. Tanah
1. Sifat Fisik Tanah
Tanah yang baik bagi tanaman tebu yaitu tanah gembur
karena tebu memerlukan aerasi udara. Hal ini berfungsi agar
akar berkembang dengan baik. Sehingga pada awal penanaman

3
dilakukan pemecahan agregrat tanah untuk memudahkan akar
berkembang masuk ke tanah. Tekstur tanah yang baik berupa
partikel lempung, debu dan liat. Perbandiangan idealnya yaitu
bertekstur ringan hingga berat serta kemampuan menahan air
dan porositas sebanyak 30 %. Solum tanah yang baik untuk tebu
minimal 50 cm dan permukaan air 40 cm. solum yang baik
untuk tebu tidak memiliki lapisan kedap air.

2. Sifat Kimia Tanah


Tanaman tebu dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang
memiliki pH 6-7.5, akan tetapi masih toleran pada pH tidak
lebih tinggi dari 8.5 atau tidak lebih rendah dari 4.5. Pada pH
yang tinggi ketersediaan unsur hara menjadi terbatas. Sedangkan
pada pH kurang dari 5 akan menyebabkan keracunan Fe dan Al
pada tanaman, oleh karena itu perlu dilakukan pemberian kapur
(CaCO3) agar unsur Fe dan Al dapat dikurangi.
Bahan racun utama lainnya dalam tanah adalah klor (Cl),
kadar Cl dalam tanah sekitar 0,06-0,1% telah bersifat racun bagi
akar tanaman. Pada tanah ditepi pantai karena rembesan air laut,
kadar Clnya cukup tinggi sehingga bersifat beracun.

B. Iklim
Iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tebu. Tebu
membutuhkan banyak air untuk pertumbuhannya. Sebaliknya apabila
tebu memasuki fase masak tanaman justru membutuhkan keadaan
kering untuk menghentikan pertumbuhan.
1. Curah hujan
Tanaman tebu dapat tumbuh dengan baik didaerah dengan
curah hujan berkisar antara 1.000-1.300 mm/tahun dengan
sekurang-kurangnya 3 bulan kering. Distribusi curah hujan yang
ideal untuk pertanaman tebu adalah pada periode pertumbuhan
vegetatif diperlukan curah hujan yang tinggi (200 mm/bulan)

4
selama 5-6 bulan. Periode selanjutnya selama 2 bulan dengan
curah hujan 125 mm dan 4-5 bulan dengan curah hujan kurang
dari 75 mm/bulan yang merupakan periode kering. Periode ini
merupakan periode pertumbuhan generatif dan pemasakan tebu.
Dalam periode kering ini terdapat proses pemasakan tebu dan
pertumbuhan generatif. Untuk mengatur sistem ini tidak perlu
menunggu hujan, dapat diusahakan dengan syarat ketersediaan
air irigasi sehingga bisa diatur berapa jumlah air yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman tebu.

2. Suhu
Pengaruh suhu pada pertumbuhan dan pembentukan sukrisa
pada tebu cukup tinggi. Suhu ideal bagi tanaman tebu berkisar
antara 24ºC-34ºC dengan perbedaan suhu antara siang dan
malam tidak lebih dari 10ºC. Pembentukan sukrosa terjadi pada
siang hari dan akan berjalan lebih optimal pada suhu 30ºC.
Sukrosa yang terbentuk akan disimpan pada batang dimulai dari
ruas paling bawah. Proses penyimpanan ini paling efektif dan
optimal pada suhu 15ºC.

3. Sinar Matahari
Penyinaran tanaman tebu yang baik yaitu sekitar 12-14 jam
sepanjang hari. Sistem fotosintesis akan terjadi secara optimal
dengan penyinaran cahaya matahari yang baik. Kecepatan di
lahan penanaman tebu juga berpengaruh pada kelembapan udara
dan kadar CO2. Hal ini juga berpengaruh pada proses
fotosintesis.

4. Angin
Pertumbuhan tebu baik pada kecepatan angin kurang dari
10 km/jam pada siang hari, apabila kecepatan angin melebihi 10
km/jam tanaman tebu mudah patah dan roboh sehingga

5
mengganggu pertumbuhan tanaman tebu. Kecepatan angin
sangat berperan dalam mengatur keseimbangan kelembaban
udara dan kadar CO2 disekitar tajuk yang mempengaruhi proses
fotosintesa.

6
BAB III
TEKNIK BUDIDAYA

3.1 Persiapan Lahan


Areal pertanaman tebu dibagi per rayon dengan luas antara 2.500-
3.000 ha per rayon. Setiap rayon dibagi per blok yang terdiri dari 10 petak,
dengan tiap petak berukuran sekitar 200 m x 400 m (8 ha). Antar blok
dibuat jalan kebun dengan lebar 12 m dan antar petak dibuat jalan
produksi dengan lebar 8 m.
Kegiatan penyiapan lahan terdiri dari pembajakan pertama,
pembajakan kedua, penggaruan dan pembuatan kairan. Pembajakan
pertama bertujuan untuk membalik tanah serta memotong sisa-sisa kayu
dan vegetasi lain yang masih tertinggal. Peralatan yang digunakan adalah
Rome Harrow 20 disc berdiameter 31 inci dan Bulldozer 155 HP untuk
menarik. Pembajakan dimulai dari sisi petak paling kiri. Kedalaman olah
sekitar 25-30 cm dengan arah bajakan menyilang barisan tanaman tebu
sekitar 45º. Kegiatan ini rata-rata membutuhkan waktu sekitar 6-7 jam
untuk satu petak (8 ha).
Pembajakan kedua dilaksanakan tiga minggu setelah pembajakan
pertama. Arah bajakan memotong tegak lurus hasil pembajakan pertama
dengan kedalaman olah 25 cm. Peralatan yang digunakan adalah disc plow
3-4 disc berdiameter 28 inci dengan traktor 80-90 HP untuk menarik.
Penggaruan bertujuan untuk menghancurkan bongkahan-bongkahan
tanah dan meratakan permukaan tanah. Penggaruan dilakukan menyilang
dengan arah bajakan. Peralatan yang digunakan adalah Baldan Harrow
dan traktor 140 HP untuk menarik. Kegiatan ini rata-rata membutuhkan
waktu sekitar 9-10 jam untuk satu petak (8 ha).
Pembuatan kairan adalah pembuatan lubang untuk bibit yang akan
ditanam. Kairan dibuat memanjang dengan jarak dari pusat ke pusat (PKP)
1,35-1,5 m, kedalaman 30-40 cm dan arah operasi membuat kemiringan
maksimal 2%. Kegiatan ini rata-rata membutuhkan waktu sekitar 8 jam
untuk satu petak (8 ha).

7
3.2 Persiapan Bibit/Benih
Bibit tebu diambil dari batang tebu dengan 2-3 mata tunas yang
belum tumbuh. Bibit ini disebut juga dengan bibit stek batang/bagal. Cara
lain yang kadang digunakan adalah dengan memakai pucuk batang tebu
dengan dua atau lebih mata, bibit ini disebut bibit stek pucuk/top stek.
Beberapa standar kualitas bibit dari varietas unggul antara lain:
 Daya kecambah > 90%, segar, tidak berkerut dan tidak kering.
 Panjang ruas 15-20 cm dan tidak ada gejala hambatan pertumbuhan.
 Diameter batang > 2 cm dan tidak mengkerut/mengering.
 Mata tunas masih dorman, segar dan tidak rusak.
 Primordia akar belum tumbuh.
 Bebas dari penyakit pembuluh.

Bibit Stek Batang/Bagal Dua Mata Tunas

3.3 Penanaman
Kebutuhan bibit tebu per ha antara 60-80 kwintal atau sekitar 10
mata tumbuh per meter kairan. Sebelum ditanam bibit perlu diberi
perlakuan sebagai berikut:
 Seleksi bibit untuk memisahkan bibit dari jenis-jenis yang tidak
dikehendaki.
 Sortasi bibit untuk memilih bibit yang sehat dan benar-benar akan
tumbuh serta memisahkan bibit bagal yang berasal dari bagian atas,
tengah, dan bawah.

8
 Pemotongan bibit harus menggunakan pisau yang tajam dan setiap 3-
4 kali pemotongan pisau dicelupkan kedalam lisol dengan kepekatan
20%.
 Memberi perlakuan air panas (hot water treatment) pada bibit
dengan merendam bibit dalam air panas (50ºC) selama 7 jam
kemudian merendam dalam air dingin selama 15 menit. Hal ini
dimaksudkan untuk menjaga bibit bebas dari hama dan penyakit.
Bibit yang telah siap tanam ditanam merata pada kairan. Penanaman
bibit dilakukan dengan menyusun bibit secara over lapping atau double
row atau end to end (nguntu walang) dengan posisi mata disamping. Hal
ini dimaksudkan agar bila salah satu tunas mati maka tunas disebelahnya
dapat menggantikan. Bibit yang telah ditanam kemudian ditutup dengan
tanah setebal bibit itu sendiri. Akan tetapi bila pada saat tanam curah hujan
terlalu tinggi, maka bibit ditanam sebaiknya ditanam dengan cara baya
ngambang atau bibit sedikit terlihat.
Cara menanam tebu lainnya yaitu melalui pengeprasan. Pengeprasan
biasanya dilakukan pada saat menanam tebu setelah panen pertama.
Pengeprasan adalah menumbuhkan kembali bibit dari tanaman tebu yang
telah ditebang sebelumnya. Lahan tebu yang akan dikepras, dibersihkan
dari kotoran-kotoran. Pengeprasan dilakukan per petak agar pertumbuhan
merata. Setelah satu minggu tebu di airi dan di beri perlakuan penggarapan
untuk mengganti akar tua menjadi akar muda agar mempercepat
pertumbuhan tunas dan anakan. Hal ini juga bermanfaat bagi tanah dalam
mempermudah pemupukan karena struktur tanah lebih longgar.

Penanaman bibit secara Double Row, penanaman bibit secara Over


Lapping, penanaman bibit secara End to End.

9
3.4 Pemeliharaan (Penyulaman, Pemupukan, dll)
1. Penyulaman
Istilah penyulaman tebu berarti penggantian bibit tebu yang mati
dengan bibit baru. Hal ini dilakukan agar populasi tebu tetap banyak
sehingga menghasilkan produksi tebu yang semakin optimal.
Penyulaman dilakukan antara 2-4 minggu setelah tanam.
Penyulaman dilaksanakan pada baris bagal 2-3 mata sebanyak
dua potong dan diletakkan pada baris tanaman yang telah dilubangi
sebelumnya. Apabila penyulaman tersebut gagal, penyulaman ulang
harus segera dilaksanakan.

2. Pemupukan
Tujuan pemupukan adalah untuk menambah unsur hara di dalam
tanah yang dibutuhkan oleh tanaman. Dosis pupuk yang digunakan
haruslah disesuaikan dengan keadaan lahan, untuk itu perlu
dilakukan analisa tanah dan daun secara bertahap. Pemupukan
dilakukan dengan dua kali aplikasi. Pada tanaman baru, pemupukan
pertama dilakukan saat tanam dengan 1/3 dosis urea, satu dosis SP-
36 dan 1/3 dosis KCl. Pemupukan kedua diberikan 1-1,5 bulan
setelah pemupukan pertama dengan sisa dosis yang ada.
Tabel 1. Dosis Pupuk Tanaman Tebu Berdasarkan Jenis Tanah dan
Kategori Tanaman.
Kategori Tanaman/Jenis Jenis Pupuk Dan Dosis Pupuk
Tanah (Kuintal/ha)
Urea SP-36 KCL
Tanaman Baru
Aluvial 5-7 0-2 0-1
Regosol/Litosol/Kambisol 5-8 1-2 1-2
Latosol 6-8 1-3 1-2
Grumusol 7-9 2-3 1-3
Mediteran 7-9 1-3 1-2
Podsolik Merah Kuning 5-7 4-6 2-4

10
3.5 Panen dan Pascapanen
Waktu panen disesuaikan dengan hasil analisis pendahuluan (tingkat
kematangan) tebu/varietas pada umur panen optimum. Pengaturan panen
dimaksudkan agar tebu dapat dipungut secara efisien dan dapat diolah
dalam keadaan optimum. Melalui pengaturan panen, penyediaan tebu akan
dapat berkesinambungan dan dalam jumlah yang sesuai dengan kapasitas
sehingga pengolahan menjadi efisien. Kegiatan panen termasuk dalam
tanggung jawab petani, karena petani harus menyerahkan tebu hasil panen
untuk ditimbang.
Pelaksanaan panen dilakukan pada musim kering karena kondisi
tebu dalam keadaan optimum dengan tingkat rendemen tertinggi.
Penggiliran panen tebu mempertimbangkan tingkat kemasakan tebu dan
kemudahan transportasi dari areal tebu. Kegiatan pemanenan meliputi
estimasi produksi tebu, analisis tingkat kemasakan, dan tebang angkut.

1. Estimasi Produksi Tebu


Estimasi produksi tebu diperlukan untuk dapat merencanakan
lamanya hari giling yang diperlukan, banyaknya tenaga kerja yang
dibutuhkan, serta jumlah bahan pembantu yang harus disediakan.
Estimasi produksi tebu dilakukan dua kali. Estimasi dilakukan
dengan mengambil sampel tebu dan menghitungnya dengan rumus:
P = jbtpk x jkha x tbt x b-bt
Keterangan:
P = Produksi tebu per hektar.
jbtpk = Jumlah batang tebu per meter kairan.
jkha = Jumlah kairan per hektar.
tbt = Tinggi batang, diukur sampai titik patah ( 30 cm dari pucuk).
Bbt = Bobot batang per m (diperoleh dari data tahun sebelumnya).

11
2. Analisis Kemasakan Tebu
Analisis kemasakan tebu dilakukan untuk memperkirakan waktu
penebangan tebu yang tepat, sehingga tebu yang akan diolah dalam
keadaan optimum. Analisis ini dilakukan secara periodik setiap 2
minggu sejak tanaman berusia 8 bulan, dengan cara menggiling
sampel tebu di laboratorium.
Sampel tebu diambil sebanyak 15-20 batang dari rumpun tebu
yang berada minimal 15 meter dari tepi dan 30 baris dari barisan
pinggir. Nira tebu dari sampel tebu yang digiling di laboratorium
diukur persen brix, pol, dan purity nya. Metode analisis kemasakan
adalah sebagai berikut:
 Setelah akar dan daun tebu sampel dipotong, rata-rata berat dan
panjang batang tebu sampel dihitung.
 Setiap batang dipotong menjadi 3 sama besar sehingga didapat
bagian batang bawah, tengah, dan atas. Setiap bagian batang
ditimbang dan dihitung perbandingan beratnya, kemudian
dibelah menjadi dua.
 Belahan batang tebu dari setiap bagian batang digiling untuk
mengetahui hasil nira dari bagian batang bawah, tengah, dan
atas. Nira yang dihasilkan ditimbang untuk diketahui daya perah
gilingan.
 Dari nira yang dihasilkan dihitung nilai brix dengan memakai
alat Brix Weger, nilai pol dengan memakai alat Polarimeter dan
rendemen setiap bagian batang.
 Nilai faktor kemasakan dihitung dengan rumus:
RB - RA
FK = -------------------- x 100
RB
Keterangan:
RB = rendemen batang bawah.
RA = rendemen batang atas.
FK = faktor kemasakan, dimana jika:

12
FK = 100 berarti tebu masih muda.
FK = 50 berarti tebu setengah masak.
FK = 0 berarti tebu sudah masak.
Data yang diperoleh digunakan untuk memetakan tingkat
kemasakkan tebu pada peta lokasi tebu, sebagai informasi lokasi
tebu yang sudah layak untuk dipanen. Namun demikian, prioritas
penebangan tidak hanya mempertimbangkan tingkat kemasakan tebu
tapi juga mempertimbangkan jarak kebun, kemudahan transportasi,
kesehatan tanaman, dan ketersediaan tenaga kerja.

3. Tebang Angkut
Penebangan tebu haruslah memenuhi standar kebersihan yaitu
kotoran seperti daun tebu kering, tanah, dan lainnya tidak boleh lebih
besar dari 5%. Untuk tanaman tebu yang hendak dikepras, tebu
disisakan di dalam tanah sebatas permukaan tanah asli agar dapat
tumbuh tunas.
Bagian pucuk tanaman tebu dibuang karena bagian ini kaya
dengan kandungan asam amino tetapi miskin kandungan gula. Tebu
tunas juga dibuang karena kaya kandungan asam organis, gula
reduksi dan asam amino akan tetapi miskin kandungan gula.
Penebangan tebu dapat dilakukan dengan sistem tebu hijau yaitu
penebangan yang dilakukan tanpa ada perlakuan sebelumnya.
Teknik penebangan tebu dapat dilakukan secara bundled cane (tebu
ikat), loose cane (tebu urai) atau choppedcane (tebu cacah). Pada
penebangan tebu dengan teknik bundled cane penebangan dan
pemuatan tebu ke dalam truk dilakukan secara manual. Truk yang
digunakan biasanya truk berkapasitas angkut 6-8 ton atau 10-12 ton.
Truk dimasukkan ke dalam areal tanaman tebu. Lintasan truk
tidak boleh memotong barisan tebu yang ada. Muatan tebu kemudian
dibongkar di Cane Yard yaitu tempat penampungan tebu sebelum
giling.

13
Pada penebangan tebu dengan teknik loose cane, penebangan
tebu dilakukan secara manual sedangkan pemuatan tebu ke atas truk
dilakukan dengan memakai mesin grab loader. Penebangan tebu
dengan teknik ini dilakukan per 12 baris yang dikerjakan oleh 2
orang. Tebu hasil tebangan diletakkan pada baris ke 6 atau 7,
sedangkan sampah yang ada diletakkan pada baris ke 1 dan 12.
Muatan tebu kemudian dibongkar di Cane Yard (tempat
penampungan tebu sebelum giling).
Pada penebangan tebu dengan teknik chopped cane, penebangan
tebu dilakukan dengan memakai mesin pemanen tebu (cane
harvester). Hasil penebangan tebu dengan teknik ini berupa
potongan tebu dengan panjang 20-30 cm. Teknik ini dapat dilakukan
pada lahan tebu yang bersih dari sisa tunggul, tidak banyak gulma,
tanah dalam keadaan kering, kondisi tebu tidak banyak roboh dan
petak tebang dalam kondisi utuh sekitar 8 ha.

Tebu Siap Digiling


Pengangkutan ke tempat penggilingan harus dilakukan sesegera
mungkin, sehingga batang tebu dapat sampai di proses pengolahan
(PG) tidak lebih dari 36 jam agar rendemen tidak turun.

4. Perhitungan Rendeman
Hasil perhitungan rendemen dengan sampel tebu untuk analisis
tingkat kemasakan disebut sebagai rendemen sampel. Dua metode
perhitungan rendemen lain adalah perhitungan rendemen sementara
(RS) dan perhitungan rendemen efektif (RE).
Perhitungan rendemen sementara didapat dari nira hasil perahan
tebu pertama yang akan dianalisis di laboratorium. Tujuan

14
perhitungan rendemen sementara untuk menentukan bagi hasil gula
bagi petani secara cepat.
Nilai rendemen sementara didapat dari perkalian antara faktor
rendemen (FR) dengan nilai nira (NN). Nilai nira didapat dari:
NN = nilai Pol – 0,4 (nilai Brix – Nilai Pol)
Nilai Brix adalah persentase bahan kering larut yang ada dalam
nira terhadap berat tebu, sedangkan nilai Pol bagian gula dari Brix
yang dipersentasekan terhadap berat tebu.

15
BAB IV
KESIMPULAN

Tebu (Saccharum officanarum L.) merupakan salah satu komoditas


penting penghasil gula. Gula merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok
(sembako) kebutuhan pangan yang sangat penting bagi masyarakat baik dalam
rumah tangga maupun industri makanan dan minuman baik yang berskala besar
maupun yang kecil.
Tanaman tebu dapat tumbuh di daerah tropik dan subtropis, dengan daerah
penyebaran yang sangat luas yaitu antara 35ºLS dan 39º LU. Jenis tanah yang baik
bagi tanaman tebu yaitu tanah yang sedang, tidak terlalu kering dan tidak terlalu
basah. Unsur-unsur iklim yang penting bagi pertumbuhan tanaman tebu adalah
tanah, curah hujan, sinar matahari, angin dan suhu.
Teknik budidaya tanaman tebu yaitu dimulai dengan persiapan lahan,
persiapan bibit/benih, penanaman, pemeliharaan (penyulaman, pemupukan, dll),
serta panen dan pascapanen (estimasi produksi tebu, analisis tingkat kemasakan,
tebang angkut, dan perhitungan rendeman).

16
DAFTAR PUSTAKA

Balitbang Pertanian. 2014. Petunjuk Teknis Budidaya Tebu. Jakarta


Dian, Septarini Anitasari, dkk. 2018. Teknologi Kultur Mikrospora Tebu Prospek
dan Pengembangan di Indonesia. Penerbit LPPM IKIP PGRI JEMBER
PRESS. Jember
Evizal, Rusdi. 2018. Pengelolaan Perkebunan Tebu. Penerbit Graha Ilmu.
Yogyakarta
Puslitbangbun. 2012. Budidaya & Pascapanen Tebu. Jakarta
Puslitbangbun. 2010. Budidaya dan Pascapanen Tebu. Penerbit ESKA Media.
Jakarta

17

Anda mungkin juga menyukai