TINJAUAN PUSTAKA
kedalam golongan tanaman perdu, tanaman ini memiliki sebutan yang berbeda-
beda disetiap daerah. Tanaman ini di jawa timur dan di jawa tengah dikenal
dengan sebutan rosan, sedangkan di jawa barat disebut dengan tiwu. Berikut
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledone
Ordo : Poales
Family : Poaceae
Genus : Saccharum
Species : Saccharum officinarum L
(Indrawanto dkk., 2012)
Menurut Indrawanto dkk (2012), morfologi dan biologi tanaman tebu di bagi
2.2.1 Batang
Batang tanaman tebu berasal dari mata tunas yang berada pada bawah tanah
yang tumbuh keluar dan berkembang membentuk rumpun. Batang tebu beruas-
ruas yang dibatasi oleh buku-buku. Batang tebu berdiri lurus dengan tinggi
batang tanaman antara 2-5 meter dan tidak memiliki cabang. Diameter batang
6
7
2.2.2 Akar
Tanaman tebu memiliki akar yang tergolong kedalam akar serabut yang
tidak panjang, akar tersebut tumbuh dari cincin tunas anakan. Selain itu, terdapat
pula akar yang tumbuh dibagian yang lebih atas akibat pemberian tanah.
Pertumbuhan akar di bagian yang lebih atas tersebut terjadi pada saat fase
pertumbuhan batang.
2.2.3 Daun
Tanaman tebu memiliki daun yang berbentuk busur panah yang menyerupai
pita berseling kanan dan berseling kiri. Daun tanaman tebu berpelepah seperti
daun tanaman jagung dan juga tidak bertangkai. Pada tepi daun berbulu keras
2.2.4 Bunga
cm sampai 80 cm. Bunga pada tanaman tebu juga memiliki benang sari, putik
dengan dua kepala putik serta bakal biji. Pada tahap pertama cabang bunga berupa
karangan bunga serta pada tahap berikutnya berupa tandan dengan dua bulir
2.2.5 Buah
Tanaman tebu memiliki buah seperti tanaman padi yang memiliki satu biji
dengan besar lembaga 1/3 panjang bijinya. Biji pada tanaman tebu dapat ditanam
pada kebun percobaan guna mendapatkan jenis-jenis yang baru dari hasil
2.3.1 Iklim
besarnya rendemen gula. Air sangat dibutuhkan tanaman tebu pada saat
pertumbuhan, akan tetapi pada saaat masak tebu membutuhkan keadaaan kering
guna pertumbuhan terhenti. Apabila curah hujan tetap tinggi maka pertumbuhan
tebu akan terus tumbuh dan tidak ada kesempatan untuk menjadi masak sehingga
Tanaman tebu dapat tumbuh baik pada daerah tropis, tanaman ini juga bisa
Tanaman tebu dapat hidup dalam berbagai ketinggian dari pantai hingga dataran
tinggi (1400m diatas permukaan laut/dpl) akan tetapi mulai ketinggian 1200 m dpl
Fase vegetative pada tanmana tebu membutuhkan banyak air akan tetapi
yang kering untuk proses pemasakan agar berjalan dengan baik. Curah hujan
bulanan yang ideal pada wilayah pertanaman tebu berdasrkan kebutuhan air pada
setiap fase pertumbuhanya adalah 200 mm/bulan pada 5-6 bulan berturu-turut
,125 mm/bulan pada 2 bulan transisi dan kurang dari 75 mm/bulan pada 4-5 bulan
rendah, daerah seperti ini sesuai untuk pengembangan tanaman tebu (Tim Penulis
PS, 2000).
9
batang dan pertunasan. Cuaca yang berawan pada siang hari maupun malam hari
dapat menghambat pembentukan gula. Cuaca yang berawan pada siang hari akan
menghambat proses fotosintesis hal itu mengakibatkan jumlah anakan pada setiap
rumpun menjadi berkurang. Berbeda jika cuaca seperti ini terjadi pada malam hari
saat suhu akan naik sehingga proses pernafasan meningkat hal itu akan berdampak
pada berkurangnya akumulasi gula pada batang tanaman tebu (Tim Penulis PS,
2000).
penyinaran kurang lebih 12 jam sampai 14 jam per hari. Penyinaran matahari
secara penuh maka daun akan menerima radiasi sehingga proses asimilasi berjalan
optimal. Cuaca yang berawan pada siang hari akan berpengaruh terhadap
2.3.4 Angin
Kecepatan angin kurang dari 10 km/jam pada siang hari berdampak positif bagi
mengganggu pertumbuhan tanaman bahkan tanaman tebu akan roboh dan patah
satu penyebab turunya randemen pada tebu. Pada saat tebu roboh ujung tanaman
tumbuh lagi secara vertikal. Hal ini mengakibatkan sebagian sukrosa yang telah
2.3.5 Suhu
dan memanjang hal ini berhubungan dengan penimbunan sukrosa pada batang
tebu. Suhu panas pada siang hari dan suhu rendah pada malam hari sangat
dibutuhkan pada proses ini. Suhu optimal antara 24-30oC dibutuhkan pada saat
pertumbuhan tanaman tebu dengan suhu musiman tidak lebih dari 6 oC dan beda
suhu antara siang dan malam tidak lebih dari 10 oC (Tim Penulis PS, 2010).
Menurut Indrawanto dkk., (2010), suhu 30 oC pada siang hari adalah suhu
disimpan/ditimbun dimulai dari ruas paling bawah pada malam hari. suhu 15 oC
apabila kadar air dalam tanah cukup tersedia. Pada Kelembapan yang tinggi akan
terbentuk kabut hal ini dapat menghalangi radiasi sinar matahari yang berdampak
terbaik untuk penanaman tebu. Adapun bentuk lahan sebaiknya datar sampai
11
berombak lemah dengan kemiringan kurang dari 8 % (Tim Penulis PS, 2010).
2.3.8 Tanah
Keadaan dan sifat tanah mempengaruhi pertumbuhan dan kadar gula dalam
tebu. Tanah yang banyak mengandung humus pertumbuhan tanaman tebu akan
baik sekali. Akan tetapi, kadar gula di dalamnya rendah. Sebaliknya, pada tanah
pasir pertumbuhan tanaman tebu kurang baik namun kadar gula di dalamnya
tinggi. Pada tanah asam dan tanah asin pertumbuhan tanaman tebu tidak baik,
begitu pula dengan air gula yang dikandungyaa tidak mudah dijadikan gula.
Adapun tanah yang sangat baik untuk pertumbuhan tanaman tebu adalah tanah
lempung berpasir maupun berkapur dan tanah lempung liat. Tanah yang dapat
menjamin ketersediaan air secara optimal adalah tanah yang baik untuk
pertumbuhan tanaman tebu. Selain itu, tanah dengan derajat keasaman berkisar
Pada Ph 6-7,5 tanaman tebu dapat tumbuh dengan baik dan masih toleran
pada pH tidak lebih tinggi dari 8,5 atau tidak lebih rendah dari 4,5. Pada pH
kurang dari 5 maka akan menyebabkan keracunan Fe dan Al pada tanaman tebu.
Oleh sebab itu, perlu dilakukanya pemberian kapur (CaCo3) agar unsure Fe dan
menjadi terbatas. Salah satu bahan racun utama didalam tanah adalah klor (Cl)
kadar Cl dalam tanah berkisar antara0,06-0,1 % bersifat racun bagi akar tanaman.
Pada daerah tepi pantai tanah memiliki kadar Cl yang cukup tinggi hal itu
disebabkan oleh rembesan air laut sehingga bersifat racun (Indrawanto dkk.,
2012).
12
Menurut Tim Penulis PS (2000), tanaman tebu yang ditanam pada tanah
menyerap air maupun unsur hara dengan baik. Begitupun dengan tanaman tebu
yang ditanam pah tanah yang memiliki pH di atas 7,5 akan berpengaruh terhadap
kekurangan unsur P hal itu karena mengendap sebagai kapur fosfat. Hal yang
menyebabkan terjadinya klorosis pada daun , akibat dari tidak cukup tersedianya
unsu Fe adalah derajat keasaman tanah diatas 7,5. Beberapa syarat berikut yang
cm, tekstur sedang sampai berat, tidak terdapat lapisan padas, struktur baik ndan
mantab, tidak tergenang air, kadar garam kurang dari dari 1 milimush/cm 3, kadar
tanaman tebu yang diperoleh dari tanaman yang sudah dipanen sebelumnya, lalu
yang nantinya akan tumbuh menjadi tanaman baru. Menurut Notojoewono (1984),
kelebihan budidaya tebu keprasan adalah penghematan biaya untuk bibit dan
tanaman pertama.
Tanaman tebu di bagi menjadi tiga yaitu yang pertama plantcane murni
(PCM) adalah tanaman tebu yang pertama yang ditanam padqa lahan yang baru
dibuka. Kedua yaitu replanting cane (RPC) atau PC bongkar ratoon adalah
tanaman pertama yang ditanam pada lahan yang sebelumnya juga ditanami
tanaman tebu. Ketiga yaitu ratooncane (RC) atau tanaman keprasan adalah
13
tanaman tebu yang berasal dari tanaman pertama yang usai ditebang selanjutnya
tanaman tebu dapat dikepras hingga tiga kali apabila melebihi tiga kali maka
belum dimanfaatkan dengan baik berpotensi besar untuk menjadi lahan tanam.
Salah satu lahan marginal adalah lahan salin, salinitas dapat diartikan adanya
garam terlarut dalam konsentrasi berlebihan dalam larutan tanah. Strategi dalam
mengatasi permasalahan pada tanah salin salah satunya yang dapat dilakukan
adalah memilh kultivar tanaman yang bertahan terhadap kadar garam yang
berlebihan dalam tanah ( Yuniati, 2004). Menurut Tan (1991) tanah pada daerah
iklim kering dengan curah kurang dari 500 mm/tahun dengan pH tanah 8,5 atau
lebih rendah dan DHL > 4 mmho/cm adalah tanah salin. Keadaan tanah salin
kadar garam dalam tanah pada umumnya yaitu: Pertama, Masuknya air yang
mengandung garam disebabkan oleh terjadinya intrusi air laut yang terjadi secara
berkala atau sekaligus seperti terjadinya tsunami atau pencemaran limbah cair
pabrik yang mengandung kadar garam tinggi ke saluran irigasi. Penyebab kedua
presipitasi (curah hujan). Penyebab ketiga yaitu bahan pada induk tanah yang
14
mengandung deposit garam. Salinitas tinggi pada tanah tidak hanya dijumpai pada
daerah yang berdekatan dengan pantai akan tetapi dapat dijumpai pada daerah
yang berjauhan dengan pantai seperti lahan kering dengan curah hujan yang
sangat rendah atau lahan sawah yang tercemar limbah cair dari pabrik melalui
Menurut Djukir (2009), tanah yang mengandung Kadar garam yang cukup
tergolong dalam tanah salin. Namun tidak hanya itu yang merupakan jumlah yang
tepat karena akan tergantung pada spesies tanaman, kandungan air tanah, tekstur
tanah dan dan komposisi garamnya. Hal tersebut senada dengan pengertian yang
diekstraksi dari tanah pada kondisi jenuh air) dari tanah salin memiliki nilai DHL
(daya hantar listrik, EC= electrical conductivity) lebih besar dari 4 deciSiemens/m
(ekivalen dengan 40 mM NaCl) dan presentase natrium yang dapat ditukar (ESP=
bervariasi tergantung pada derajat dan lamanya cekaman hingga spesies tanaman.
molekul tertentu di dalam sel, seperti asam amino bebas lainya dan prolin yang
indikator yang belum sesuai untuk pertumbuhan tanaman, hal itu dikarenakan
yang pertama konsentrasi aktual garam pada permukaan akar dapat jauh lebih
yang mendominasi akan tetapi ada garam yang lain yang mungkin dalam
konsentrasi tinggi serta dengan komposisi yang beragam tergantung pada asal dari
Menurut Djukir (2009), pada kondisi kadar garam tinggi ada tiga hal yang
pertama adalah Defisit air( stres air) yang diakibatkan oleh rendahnya potensial air
dari media tumbuh. Kedua yaitu toksifitas ion karena serapan berlebih ion natrium
dan klorida. Ketiga yaitu ketidak seimbangan nutrisi akibat inhibisi dari serapan
ion atau transport kepucuk serta ketidak sesuaian distribusi mineral nutrisi pada
internal terutama pada kalsium. Ketiga faktor tersebut sulit untuk melihat
kontribusi relatif pada kondisi salinitas tinggi hal itu dikarenakan kemungkinan
ada faktor lain yang menjadi kendala yaitu lamanya cekaman, spesies tanaman,
organ tumbuhan, kondisi lingkungan dan tipe dari root stock (excluder atau
includer).
Cekaman garam mengakibatkan efek osmotik hal itu karena kelebihan ion
dan dilihatkan sebagai keadaan kekurangan air akibat pengaruh osmotic garam
(Sinaga, 2008).
Akibat dari hilangya air pada jaringan tanaman yaitu menurunnya turgo
sel, mempengaruhi membran sel dan poternsi aktivitas kimia air dalam tanaman.
senyawa dengan berat molekul rendah. Kekurangan air pada tanaman akan
tanaman. Hal itu menandakan peranan air sangat penting bagi pertumbuhan
fotosintesis tanaman merupakan dampak dari salinitas. Respon yang pertama kali
pada sel. Menurunnya turgor diidentifikasikan sebagai proses yang paling sensitif
tumbuhan harus mendapatkan air tanah yang potensial airnya lebih negatif. Kedua
17
yaitu bagaimana tumbuhan dalam mengatasi konsentrasi Na+ dan Cl- yang
memungkinkan beracun.
akan tetapi tidak semuanya unggul. Varietas unggul yaitu varietas yang memiliki
melalui rendemen dan bobot. Varietas unggul di bagi menjadi 3 yaitu rendemen
lebih dominan, bobot lebih dominan dan rendemen dan bobot seimbang (Tim
1. Tebu masak awal atau berumur pendek. Memiliki Kemasakan optimal pada
umur 10 sampai 11bulan dan ditebang pada awal musim giling antara bulan
2. Tebu masak tengah atau berumur tengah. Memiliki kemasakan optimal pada
3. Tebu masak akhir atau berumur panjang. Memiliki kemasakan optimal pada
umur lebih dari 14 bulan dan biasanya ditebang diakhir musim giling setelah
bulan Agustus.
setempat.
Menurut Indrawanto dkk., (2012), kualitas standar bibit dari varietas unggul
1. memiliki daya kecambah > 90% tidak berkerut, segar, dan tidak kering
2. memiliki panjang ruas antara 15-20 cm, tidak ada gejala hambatan
pertumbuhanya.
3. Memiliki diameter batang lebih dari 2 cm, tidak mongering dan mengkerut.
4. Memiliki mata tunas yang digunakan untuk bibit masih segar, masih dorman
Dalam segi kesesuaian lahan setiap klon memiliki ciri-ciri yang berbeda.
Pada saat ini lebih dari 70 klon unggul yang telah dilepas di Indonesia. Beberapa
klon dapat tumbuh dengan baik pada lingkungan kering dan beberapa yang lain
Gempol Kereb memiliki beberapa koleksi klon diantaranya SB1, SB2, SB3, SB4.
Klon-klon tersebut adalah calon varietas tebu unggul yang nantinya akan dilepas
beda. Klon SB 1 Merupakan klon hasil persilangan dari varietas PL55 dengan
klon hasil persilangan antara tebu varietas PS862 dengan varietas cening. Semua
tingkat toleran dan sangat tahan. Pada klon SB 2 dan klon SB 4 pada perlakuaan
level cekaman garam konsentrasi 4 g/l dan klon SB 2 dan SB 4 pada perlakuaan
konsentrasi 4 g/l dan klon SB 4 dengan level cekaman garam konsentrasi 8 g/l
Untuk klon SB 2 mempunyai respon paling baik terhadap cekaman garam 4 g/l.
bobot panen yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas lain (P3GI, 2004).
Beberapa keunggulan dari tebu bululawang ialah pada bidang produksi tebu dan
produksi hablur. Tebu bululawang bisa tumbuh optimal pada lahan geluh berpasir,
drainase yang baik dan ketersedian air yang cukup. Varietas ini mempunyai sifat-
sifat agronomis diantaranya potensi produksi dengan hasil tebu 94,3 ton/ha,
randemen 7,51%, hablur gula 6,90 ton/ha (Keputusan Mentri Pertanian, 2004).