Disusun Oleh :
Zaini : A32202566 /B
DOSEN PENGAMPU :
1. Ir. SUPRIYADI., MP
2. Ir. DIAN HARTATIE., MP
TEKNISI:
2022
BAB 1. PENDAHULUAN
Permasalahan sampai saat ini adalah tingkat produktifitas tebu dan rendemen
gula yang rendah dengan rerata produktifitas tebu dilahan tegalan hanya mampu
mencapai 75 ton/ha dan dilahan sawah mampu hingga 95 ton/ha, serta tingkat
rendemen masih rendah yakni 7,3-7,5% (Puslitbangbun, 2017) Melihat kondisi ini
maka salah satu untuk menunjang produktifitas tebu maka perlu adanya inovasi
teknologi budidaya tanaman tebu, sehingga terget Indonesia dapat swasembada
gula 2019 dapat terwujud.
Divisi : Spermatophytas
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledone
Ordo : Graminales
Famili : Graminae
Genus : Saccharum
Batang tanaman tebu berdiri lurus dan beruas ruas yang dibatasi dengan buku-
buku Pada setiap buku terdapat dua bulir panjang 3-4 mm. Terdapat pula benangsari,
putik dengan dua kepala putik dan bakal bij Buah tebu seperti padi, memiliki satu biji
dengan besar lembaga 1/3 panjang biji Biji tebu dapat ditanam di kebun
percobaan untuk mendapatkan jenis baru hasil persilangan yang lebih unggul.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pratikum ini adalah :
1. Mengetahui tanaman tebu dan identifikasinya.
2. Mengetahui cara penanaman dan pemeliharaan tebu.
3. Mengetahui cara mengukur brix tebu berkala.
4. Mengetahui cara budidaya tebu dari hulu hingga panen.
BAB 3. METEDOLOGI
Y = 98.925,3 kg/ha
Y = 98,9253 ton/ha
Daun tebu terdiri atas helaian daun dan pelepah daun serta dibatasi oleh sendi
segitiga. Pada bagian dalam dari sendi segitiga terdapat lidah daun yang berfungsi
mencegah masuknya air ke dalam batang. Pada sisi sebeleh luar pelepah daun
terdapat tonjolan yang dinamakan lidah daun, yang bentuknya bisa panjang atau
pendek.
Jika suatu batang tebu yang telah masak didongkel dan diperhatikan ruasruasnya,
maka tampak mas pada bagian basal pendek-pendek dan sedikit makin ke atas
makin memanjang dan akhirnya memendek lagi. Panjang pendeknya ruas-ruas
tebu tergantung dri faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar antara lain iklim
kering, hama dan penyakit yang menyebabkan batang tebu bernas pendek. Faktor
dalam disebut juga faktor genetis, artinya jenis tebu tersebut memang mempunyai
sifat mas yang pendek-pendek ataupun panjang. Diameter batang tebu pada
umumnya di bagian bawah lebih besar, makin ke atas mengecil sedikit kemudian
konstan dan akhirnya pad bagian ats sedikit membesar. Berat batang tebu rata-rata
berkisar dua sampai tiga kilogram per batang, sedangkan tinggi (panjang batang)
bervariasi tergantung pemeliharaannya, yang normal sekitar tiga sampai lima
meter. Hal lain yang perlu dicatat adalah kedudukan batang dalam rumpun,
kedudukan ruas dalam batang dan warna batang. Kedudukan batang dalam
rumpun. kadang-kadang dapat diketahui dari jarak dauh. Sifat pembentukan
batang dalam rumpun dapat tegak lurus atau condong. Sedangkan kedudukan ruas
dalam batang dapat lurus atau berkelok-kelok. Warna batang tebu dipengaruhi
oleh dua zat wama/pigmen yaitu antosian dan khlorofil. Tergantung pada
kombinasi kedua pigmen tadi, maka ada beberapa warna batang tebu, yaitu: •
Merah, jika antosian lebih banyak dari pada khlorofil. • Hijau, bila khlorofil lebih
banyak dari antosian. • Merah pur-pur, karena kandungan khlorofil maupun
antosian sama banyaknya • Kuning, jika khlorofil maupun antosian sedikit atau
tidak ada.
Ruas batang tebu atau disebut juga intenodia merupakan bagian dari
batang tebu yang dibatasi oleh edua buku (nodia). Pengamatan terhadap ruas tebu
meliputi: bentuk, retakan, cincin akar, cincin tumbuh dan alur mata. Bentuk ruas
untuk tiap jenis atau biasanya tetap. Pada umumnya permukaan batang tebu atau
ruas yang sudah cukup tua tidak halus (rata), hal ini disebabkan adanya retakan
pada batang tersebut. Retakan dapat berupa retakan gabus yaitu suatu retakan
yang terbatas pada epidermis saja.,sedangkan retakan yang lebih dalam kadang-
kadang dapat terjadi sepanjang mas disebut retakan tumbuh. Retakan tumbuh di
samping merupakan sifat genetis, dapat pula disebabkan oleh faktor lain.
Pertumbuhan yang cepat (akibat tanah yang terlalu subur dan berpengairan cukup)
dan disertai dengan transpirasi yang dapat mengakibatkan timbulnya retakan
tumbuh.
Cincin akar merupakan tempat tumbuhnya mata akar dan terletak diantara
cincin tumbuh dan bekas duduknya daun. Biasanya cincin akar ini melebar
ditempat mata dan sisi yang tidak bermata menyempit, tetapi ada pula yang cincin
akarnya mempunyai lebar yang sama. Deretan primordial pada cincin akar
letaknya dapat beraturan maupun tidak beraturan/menyebar. Cincin tumbuh
terletak diatas cincin akar, warnanya lebih muda bila dibanding dengan warna
batang. Cincin tumbuh terdiri atas el-sel meristematis yang dalam keadaan laten.
Jika tanaman roboh, maka bagian cincin tumbuh yang terletak pada bagian sisi
bawah akan melebar membentang sehingga batang tebu akan membengkok kearah
atas dan tegak kembali. Alur mata adalah suatu lekukan yang berada tepat diatas
mata, membujur kearah panjang ruas. Dibagian bawah, alur ini cukup dalam dan
semakin keatas lekukannya makin dangkal. Pengamatan terhadap alur mata
biasanya hanya pada enam ruas terbawah.
Mata tebu terletak pada cincin akar. Pada umumnya pada setiap ruas hanya
terdapat satu mata saja, namun begitu kadang-kadang terdapat juga yang bermata
rangkap, ada pula bagian batang yang ruasnya tidak bermata. Mata tunas tebu
sebenarnya adalah batang dalam bentuk yang masih kecil. Bagian luarnya
diselubungi daun yang masih kecil, disebut sisik. Sisik ini yang berhimpitan
dengan batang disebut posterior, sedangkan kedua sisinya yang menyelubungi
mata disebut bagian anterior. Pada bagian posterior dan anterior kadang-kadang
terdapat suatu pelebaran yang disebut bagian sayap. Pada permukaan mata
terdapat suatu lubang kecil yang dinamakan pori lembaga. Dari pori lembaga
inilah akan tumbuh tanaman tebu jjika kondisi lingkunganya memenuhi syarat
untuk pertumbuhan.
Bidang punggung adalah kelompok rambut atau bulu yang terdapat pada
bagian tengah pelepah daun sebelah luar. Bentuk dan ada tidaknya bidang
punggung seringkali dijadikan alat untuk mengenal jenis tebu, tetapi karena
pertumbuhannya seringkali terlambat maka penentuan bidang punggung
dilakukan setelah tanaman membentuk ruas. Klasifikasi bidang punggung
dibedakan sebagai berikut: • Tidak ada bidang punggung, • Ada bidang punggung
tapi sempit, jika perbandingan tersebut kurang atau sama dengan 0,25 • Bidang
punggung lebar jika perbandingan lebih dari 0,25. Perlu diamati juga apakah
pertumbuhan bidang punggung sampai puncak atar tidak.
Sendi segitiga terletak pada pertemuan antara helaian daun dan pelepah
daun pada sebelah kiri kanan ibu tulang daun. Bila dibandingkan dengan bagian
pelepah lainnya, sendi segitiga warnanya berlainan, dapat lebih tua atau lebih
muda. Senda segitiga mudah dilenturkan karena terdiri atas sel-sel kolenkim. Pada
dasarnya bentuk sendi segitiga adalah: segitiga, delta, segi empat panjang
ataulidah, walau tidak tertutup kemungkinan terdapat bentuk lain karena adanya
peralihan.
Lidah daun tambahan dari pelepah daun yang berupa selaput. Lidah daun
resisten terhadap keadaan luar maka baik sekali dipakai sebagai tanda pengenal
jenis tebu. Lidah daun terdiri dari sel-sel parenkim tanpa ada berkas pengangkut.
Lidah daun biasanya berwarna kekuningan tetapi bila sudah tua berwarna lebih
gelap. Lidah daun lentur sehingga berfungsi seperti klep yang menutup celah
antara pelepah daun dan batang sehingga air tidak dapat masuk.
Telinga daun merupakan tonjolan selaput tipis pada ujung pelepah daun
sebelah luar. Untuk pengamatan biasanya digunakan telinga daun sebelah dalam
(telinga dalam) saja. Klasifikasi ada tidaknya telinga daun dilakukan dengan
pengukuran terhadap tinggi telinga daun dan lebar bagian dasarnya. Klasifikasi
tersebut adalah sebagai berikut: • Jika tinggi telinga dalam lebih pendek daripada
lebar dasar maka diklasifikasikan sebagai tidak bertelinga dalam. • Jika tingginya
satu sampai dua kali lebar dasar maka disebut betelinga dalam dengan
pertumbuhan lambat. • Jika tinggi antara dua sampai tiga kali lebar dasar disebut
bertelinga dalam dengan pertumbuhan sedang. • Jika tinggi lebih dari tiga kali
lebar dasar disebut telinga dalam tumbuh kuat. Kedudukan telinga dalam perlu
diamati, tegak ataukah serong. Dikatakan tegak apabila tidak ada penyimpangan
kedudukan terhadap tepi luar dari pelepah daun. Bila perpanjangan dari pelepah
daun sebelah atas tidak langsung lurus dengan telinga dalam diartikan
kedudukannya serong, baik serongnya menjauhi kedudukan daun ataupun
mendekati.
Tebu memiliki akar serabut, hal ini sebagai salah satu tanda bahwa
tanaman Tebu termasuk kelas Monocotyledone. Pada akar tebu dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu akar stek dan akar tunas. Akar stek disebut pula akar bibit yang
masa hidupnya tidak lama. Akar ini tumbuh pada cincin akar dari stek batang.
Sedangkan akar tunas merupakan pengganti akar bibit. Akar tanaman tebu
termasuk akar serabut tidak panjang, yang tumbuh dari cincin tunas anakan. Pada
fase pertumbuhan batang, terbentuk pula akar di bagian yang lebih atas akibat
pemberian tanah sebagai tempat tumbuh.
Bunga tebu merupakan malai yang bentuknya piramida, panjangnya antara
70- 90 cm. Bunga tebu biasanya akan muncul pada bulan April sampai Mei.
Bunganya terdiri dari tenda bunga yaitu 3 helai daun tajuk bunga. Bunga tebu
berupa malai dengan panjang antara 50-80 cm. Cabang bunga pada tahap pertama
berupa karangan bunga dan pada tahap selanjutnya berupa tandan dengan dua
bulir panjang 3 sampai 4 mm. Terdapat juga benang sari, putik dengan dua kepala
putik dan bakal biji.
Buah tebu seperti padi, memiliki satu biji dengan besar lembaga 1/3
panjang biji. Biji tebu dapat ditanam pada kebun percobaan untuk mendapatkan
jenis baru hasil persilangan yang lebih unggul dari sebelumnya.
- Pembuatan got mujur dengan arah got tegak lurus terhadap got malang
- Pembuatan got malang dengan arah got sejajar dengan arah kemiringan
lahan yang paling kuat dan tegak lurus terhadap got mujur.
Prinsip dasar dari sistem reynoso adalah juringan pada tanaman tebu sama
dengan system tanam jajar legowo pada tanaman padi, dimana dititik beratkan
pada jarak tanam yang diatur sedemikan rupa sehingga populasi tanaman
meningkat, dan memberikan tata ruang dan lingkungan tumbuh yang
memungkinkan tanaman untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Dengan
meningkatnya populasi tanaman dan lingkungan tumbuh yang lebih baik
diharapkan dapat meningkatnya produktivitas tebu yang lebih tinggi. Secara
teknis sistem juringan sama dengan kairan yang membedakan adalah penyebutan
dalam sistem reynoso dan tegalan. Juringan ada 2 macam yaitu juringan ganda
dan tunggal yang membedakan adalah adanya perbedaan jarak tanam dan
modifikasi letak alur/barisan tanaman. Pada sistem juring ganda alur/barisan tebu
atau jarak pusat ke pusat (PKP) dalam barisan lebih rapat (50 cm), jarak PKP
antar barisan lebih lebar (185 cm) atau secara sederhana jarak tanamnya 135 cm x
50 cm x 50 cm. Sedangkan pada sistem juring tunggal jarak PKP (100-135 cm).
Banyak keuntungan didapatkan dengan menerapkan teknologi juring ganda.
Adanya ruang yang cukup lebar memberikan tanaman memanen radiasi matahari
lebih efisien dan maksimal, karena jarak tanam yang lebar 50 x 135 cm dengan
jarak dari pucuk tebu ke pucuk tebu 185 cm. Sinar matahari adalah sumber energi
utama bagi tanaman dalam melangsungkan proses fotosintesis, sehingga peluang
memproduksi asimilat lebih tinggi. Hal tersebut berdampak terhadap peningkatan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dengan sistem juring ganda, sirkulasi
udara cukup baik akan membantu dalam penyediaan oksigen yang dibutuhkan
oleh tanaman maupun mikrobia tanah. Ruang yang cukup terbuka menyebabkan
sinar matahari yang masuk dalam area pertanaman cukup banyak demikian pula
sirkulasi udara yang cukup baik menyebabkan kelembaban terjaga pada kondisi
ideal bagi tanaman, serta dapat menekan atau mengurangi insiden serangan
penyakit yang disebabkan oleh fungi atau jamur. Sistem juring ganda
memposisikan semua tanaman menjadi tanaman pinggir, sehingga peluang
mendapat asupan hara cukup merata.Selain itu dalam pemeliharaan tanaman lebih
mudah, penyulaman jauh lebih sedikit karena dalam sistem juring ganda ini bibit
ditanam dengan sistem over lap (50%) atau untuk lawang. Penyiangan dan
pengendalian gulma lebih mudah dilakukan, selain itu jika ada hama penyakit
dapat dengan mudah ditanggulangi.
4.10 Persiapan Bahan Tanam PS 1905 Dan BZ 132 dan Panaman Bahan
Tanam PS 1905 Dan BZ 132
Langkah-langkah persiapan bahan tanam/benih sebelum ditanam meliputi
perlakuan bahan tanam/benih dan perkiraan kebutuhan bahan tanam/benih, bahan
tanam/benih berbentuk bagal, desinfeksi alat pemotong yang tajam setiap 3-4 kali
pemotongan dicelupkan ke dalam larutan desinfektan (contoh: lisol 20%, alkohol
80% dan lain-lain), memilih (sortasi) bahan tanam/benih yang sehat dan normal,
dan dibedakan mana batang bawah, tengah, dan atas. Untuk mendapatkan
pertumbuhan batang yang baik (berat tebu/ha) dan kadar gula dalam batang tebu
yang tinggi diperlukan teknik penanaman yang baik. Benih bagal ditanam
mendatar, mata tunas menghadap ke samping ke arah yang sama dan ditutup
dengan tanah guludan yang sudah digemburkan setebal diameter bagal dan diairi.
Benih tumbuh ditanam dalam lubang yang telah disiapkan dengan jarak tanam
benih tumbuh dalam juringan 40 – 60 cm. Setelah itu ditutup dengan tanah hingga
menutup tanah asal dan diairi. Penanaman pada lahan tidak berpengairan
dilakukan setelah turun hujan minimal 2 kali berturut-turut, bahan tanam berupa
benih bagal mata 3 (untuk mengantisipasi kekurangan air). Sebelum tanam,
juringan diberi pupuk organik dan pupuk dasar serta ditutup sekaligus sebagai
kasuran, kemudian benih ditanam 9–12 mata per meter (3-4 bagal mata 3) dan
ditutup dengan tanah setebal diameter bagal. Apabila tidak hujan atau tidak ada
pasokan air, penutupan benih bagal diusahakan agak tebal (5–7 cm) dan
dipadatkan, pada lahan kering diupayakan sedapat mungkin perkecambahan
merata (tidak perlu sulam) dan pada saat keadaan drainase kebun kurang bagus,
penanaman dilakukan pada juringan yang tidak tergenang air agar populasi
tanaman tidak berkurang.
Penanaman tebu pada lahan kering diperlukan bibit varietas tebu yang
memiliki sifat-sifat, antara lain: tahan kekeringan, mudah berkecambah, cepat
beranak, jangka waktu keluar anakan yang agak panjang dan bertunas banyak,
tahan kepras yang baik, rendemen tinggi, mudah diklentek, dan tahan roboh.
Untuk mengetahui varietas yang mana yang paling cocok untuk suatu daerah,
dapat dilakukan dengan mengadakan percobaan adaptasi tanaman terlebih dahulu.
Saat penanaman tebu, kondisi tanah dikehendaki lembab tapi tidak terlalu basah
dan cuaca cerah. Untuk saat ini tanam tebu lahan kering yang paling tepat adalah
masa pancaroba yakni akhir musim kemarau sampai awal musim hujan atau
sebaliknya. Untuk daerah kering (tipe iklim C dan D Schimdt-Fergusson) saat
tanam adalah antara pertengahan Oktober-Desember, sedang pada daerah basah
(tipe iklim B) adalah awal musim kemarau. Pada daerah dengan musim kemarau
panjang (daerah kering) tebu ditanam sebagai bibit stek mata tiga dengan jumlah
8-9 mata tunas per meter juringan (15.000-20.000 stek per hektar) atau pada
prinsipnya mengarah pada jumlah mata tumbuh 40.000-45.000 per hektar. Stek
tebu diletakkan pada dasar juringan dengan jarak tanam 1,25-1,35 m. Pada daerah
dengan musim kemarau pendek, digunakan stek 3 mata ditanam, bersentuh ujung
(end to end) atau tumpang tindih (overlapped 20 %) pada dasar juringan yang
dangkal. Pada keadaan yang mendesak dan kekurangan tenaga dapat dipakai tebu
lonjoran dengan 5-6 mata, dipotong menjadi dua.
4.11 Sanitasi
Sanitasi menyangkut upaya pengendalian yang dilakukan di semua faktor
lingkungan dan tanaman tebu kebersihan tanaman tebu sangat penting karena
untuk terhindar dari serangan hama dan penyakit tanaman tebu. Serta
membersihkan gulma kecil pada tanaman tebu yang baru ditanam guna untuk
tidak terjadinya perebutan unsur hara pada tanaman tebu. Salah satu jenis sanitasi
pada tanaman tebu adalah klentek.
5.1 Kesimpulan
Rangkaian budidaya dan produksi tanaman tebu adalah pendahuluan dan
identifikasi kultivar tebu, persiapan lahan, pengolahan tanah, persiapan bahan
tanam, penanaman, pemupukan, turun tanah,sanitasi, klenthek,pengendalian hama
dan penyakit, taksasi, Panen, TMA, dan pasca panen. Fase tanaman tebu ada 5
yaitu fase perkecambahan, fase pertunasan, pertumbuhan batang, pengisian gula
dan fase kematian. Dengan perawatan baik dan benar maka hasil yang diperoleh
akan maksimal.
5.2 Saran
Laporan ini masih jauh dari kata sempurna makanya perlu ada masukan dan
kritikan demi kesempurnaan dan evaluasi diri pratikan melaluinya.
DAFTAR PUSTAKA
Anindita, D. CS Winarsih, HT Scbayang, dan S Y Tyasmoro. 2017. Pertumbuhan
Bibit Satu Mata Tunas Yang Berasal Dari Nomor Mats Tunas Berbeda
Pada Tanaman Tebu (Saccharian officinarum 1) Vanctas Bululawang Dan
PS862 Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Jurnal Produksi
Pertanian3(5)451-459 (http://media.neliti.com/media/publications/190666-
ID-none pdf)