Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PRATIKUM PRODUKSI TANAMAN TEBU

(Saccharum officinarum L.)

Disusun Oleh :
Zaini : A32202566 /B

DOSEN PENGAMPU :
1. Ir. SUPRIYADI., MP
2. Ir. DIAN HARTATIE., MP

TEKNISI:

1. SAMSUL HADI, A.Md


2. M. CHAIS HABIBULLOH A.Md., S.Tr.P

PROGRAM STUDI PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN

JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN

POLITEKNIK NEGERI JEMBER

2022
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komoditas tanaman penghasil gula salah satunya adalah tanaman Tebu
Tanaman tehu memiliki nama latin Saccharum officinarum L dan termasuk dalam
dalam family Grumine atau sejenis rumput rumputan Tanaman tebu dapat tumbuh
optimal pada tanah alluvial, grumusol, dan latosol dengan ketinggian 0-500 m dpl
(Kementrian Pertanian, 2012) Salah satu produk yang dihasilkan dalam
pengolahan tebu adalah gula Gula adalah salah satu kebutuhan pokok masyarakat
yang sangat krusial Berdasarkan data dari Kementrian Perindustrian pada 2016
kebutuhan akan gula Indonesia sebesar 6,2 juta ton sementara 2,2 juta ton yang
dihasilkan dari total produksi nasional (Kementrian Perindustrian RI, 2017)
Kekurangan akan kebutuhan gula Indonesia terus meningkat setiap tahun, solusi
yang di terapkan untuk mengatasi masalah tersebut masih melalui kebijakan
impor.

Permasalahan sampai saat ini adalah tingkat produktifitas tebu dan rendemen
gula yang rendah dengan rerata produktifitas tebu dilahan tegalan hanya mampu
mencapai 75 ton/ha dan dilahan sawah mampu hingga 95 ton/ha, serta tingkat
rendemen masih rendah yakni 7,3-7,5% (Puslitbangbun, 2017) Melihat kondisi ini
maka salah satu untuk menunjang produktifitas tebu maka perlu adanya inovasi
teknologi budidaya tanaman tebu, sehingga terget Indonesia dapat swasembada
gula 2019 dapat terwujud.

Penyebab rendahnya produktifitas tanaman tebu salah satunya adalah


dalam budidaya tanaman yakni dari segi pemilihan varietas tebu dan penyiapan
bahan tanam Penentuaan varietas unggul adalah salah satu dari komponen
teknologi utama yang dapat menjadi penentu dalam keberhasilan budidaya
tanaman tebu, hal tersebut dikarenakan penggunaan varietas unggul dapat
beradaptasi pada lingkungan serta memliki potensi produktifitas yang tinggi
pertumbuhan tanaman yang seragam, (Menteri Pertanian RI, 2015). Selain itu
penyiapan bahan tanam merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman tebu.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Taksonomi Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.)

Tanaman tebu (Saccharum officinarum L) termasuk tanaman perdu Tebu


merupakan tumbuhan monokotil dan famili rumput- rumputan (Gramineae),
Batang tanaman tebu memiliki anakan tunas dari pangkal batang yang membentuk
rumpun. Tanaman ini memerlukan waktu musim tanam sepanjang 11-12 bulan.
Tanaman ini berasal dari daerah tropis basah sebagai tanaman liar. Sisternatika
tanaman tebu adalah sebagai berikut :

Divisi : Spermatophytas

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledone

Ordo : Graminales

Famili : Graminae

Genus : Saccharum

Species : Saccharum officinarum L

(Kementrian Pertanian, 2014).

Batang tanaman tebu berdiri lurus dan beruas ruas yang dibatasi dengan buku-
buku Pada setiap buku terdapat dua bulir panjang 3-4 mm. Terdapat pula benangsari,
putik dengan dua kepala putik dan bakal bij Buah tebu seperti padi, memiliki satu biji
dengan besar lembaga 1/3 panjang biji Biji tebu dapat ditanam di kebun
percobaan untuk mendapatkan jenis baru hasil persilangan yang lebih unggul.

2.2 Syarat Tumbuh


Tanaman tebu tumbuh baik di daerah tropika dan sub tropika yaitu antara 190
LU 350 LS Tanah yang baik bagi tanaman tebu adalah yang tidak terlalu kering
dan tidak terlalu basah Akar tanaman lebu sangat peka terhadap kekurangan udara
dalam tanah sehingga pengairan dan drainase perlu diperhatikan Tanaman tebu
dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah seperti tanah alluvial, grumosol,
latosol, dan regusol dengan ketinggian antara 0-1400 m diatas permukaan laut,
periode selanjutnya selama 2 bulan dengan curah hujan 125 mm dan 4-5 bulan
dengan curah hujan kurang dan 75 mm/bulan yang merupakan periode kering
Dininjau dari kondisi iklim, maka daerah yang ideal untuk tanaman tebu Jahan
kering/tegalan berdasarkan Oldemen dan Syarifudin adalah tipe B2, C2, D2 dan
E2 Sedangkan untuk tipe iklim B1, C1, D1. dan El dengan 2 bulan musim kering,
dapat diusahakan untuk tebu dengan syarat tanahnya nngan dan berdrainase bagus
Untuk tipe iklim D3, E3 dan D4 dengan 4 bulan kering, dapat pula diusahakan
dengan syarat adanya ketersediaan air irigasi. Suhu ideal bagi tanaman tebu antara
24°C - 34°C dengan perbedaan suhu antara siang dan malam tidak lebih dari 10°C
Pengaruh suhu pada pertumbuhan dan pembentukan sukrosa pada tebu cukup
tinggi Pembentukan sukrosa terjadi pada siang hari dan akan berjalan lebih
optimal pada suhu 30 °C Sukrosa yang terbentuk akan disimpan pada batang dan
dimulai dari ruas paling bawah pada malam hari Proses penyimpanan sukrosa ini
paling efektif dan optimal pada suhu 15°C Tanaman tebu membutuhkan
penyinaran 12-14 jam per hari Proses fotosintesis akan terjadi secara optimal,
apabila daun tanaman memperoleh radiasi penyinaran matahari secara penul. Jika
cuaca yang berawan pada siang hari akan mempengaruhi intensitas penyiaran dan
berakibat pada menurunnya proses fotosintesis sehingga pertumbuhan terhambat
Kecepatan angin sangat berperan dalam mengatur keseimbangan kelembaban
udara dan kadar CO2 disekitar tajuk tanaman Angin dengan kecepatan kurang dari
10 km/jam di siang hari berdampak positif bagi pertumbuhan tebu, sedangkan
angin dengan kecepatan melebihi 10 km/jam akan mengganggu pertumbuhan
tanaman tebu bahkan tanaman tebu dapat patah.

2.3 Fase-Fase Tanaman Tebu


PT Perkebunan Nusantara XI (2010) menyatakan bahwa tanaman tebu
mempunyai lima fase pertumbuhan, yaitu :
a) Fase Perkecambahan Tebu : Fase perkecambahan merupakan perubahan
stek tahu yang dorman. menjadi aktif dengan mekar dan berubahnya mata-
mata tunas (diruas tebu) menjadi tunas tebu muda atau kecambah
Kebutuhan intrinsik dan ekstrinsik diperlukan Kebutuhan ekstrinsik yang
berkaitan dengan budidaya adalah 02, air, dan sinar matahari Sedangkan
hara dan hormon hormon tumbuh sudah tersedia dalam stek Proses
pertumbuhan tebu harus secepat cepatnya dan serempak, agar tebu bisa
segera tumbuh aktif dan menghindari gangguan mikroba dan hama yang
merungrong. Perkecambahan harus mencapai 60-90% dari mata tunas
bibit Kondisi lingkungan harus menunjang yaitu tanah gembur bertekstur
sedang agak berat (kedekatan partikel tanah dengan akar- akar stek),
lembab (air di serap untuk mengaktifkan makanan cadangan stek serta
untuk proses pembelahan sel-sel). serta kondisi hara dan hormon yang
cukup yang berada dalam stek Proses perkecambahan berlangsung 4
sampai 6 minggu Perkecambahan yang baik berarti modal pokok dalam
budidaya tanaman tebu, dan tunas kecambah akan dianggap memadat bila
ada 3-4 kecambah per meter juringan
b) Fase Pertunasan : Proses keluarnya tunas-tunas/anakan dari pangkal tebu
muda mulai berlangsung pada umur1.5 bulan sampai umur 3-4 bulan
(tergantung pada varietasnya) Kebutuhan proses pertunasan sangat
lengkap yakni, air, sinar matahani (berpengaruh pada hormon yang
memacu peranakan), hara N dan P. oksigen untuk proses pernafasan dan
pertumbuhan akai Jumlah tunas tebu pada akhir fase ini di usahakan
mencapai 75 000-80 000 tunas per hektar.
c) Fase Pertumbuhan/Pemanjangan Batang : Fase ini sering di kaitkan
dengan fase pertumbuhan " besar" (grand growth penod) Pada stadium mi
biomassa tebu bertambah secara kasat mata di tandai dengan jumlah daun
yang bertambah banyak, batang membesar diameternya dan terutama
batang bertambah panjang dengan menumbuhkan ruas-ruasnya Air untuk
menunjang pertumbuhan sangat banyak di perlukan, akar harus tumbuh
dan berfungsi normal berarto 02, air dan hara bisa di serap maksimum,
sinar matahari harus cukup untuk proses fotosintesis Fase pemanjangan
batang berlangsung atau pertumbuhan besar berlangsung enam bulan
Keadaan ini di perlukan untuk menghasilkan bobot tebu yang memadai,
yaitu dilahan beringast di jawa timur pada akhir fase ini jumlah batang
tebu harus 72 500 75 000 batang/ha, uggs batang 2,5 3,0 m dengan berat
perbatang bekisar 12-14Kg.
d) Fase Pengisian Gula : Fase ini lazim dikenal dengan fase proses
pemasakan karena proses pengisian gula hasil fotosintesis yang terjadi
lebih besar dari pada perombakan gula untuk pertumbuhan vegetatif tebu
Berlangsung proses pengisian batang batang tebu dengan gula (sukrosa)
hasil proses fotosintesis tanaman Proses kemasakan berjalan dari ruas
bawah ke atas Fase ini dapat berlangsung pada umur 9-12 bulan Pada fase
mi air ditanah harus sudah menipis sampai habis, kadar N di tanah sudah
habis dan atau beda suhu udara malam siang besar sekali Kondisi
lingkungan ini biasanya terjadi diakhir musim hujan yakni mei - juli
Sedangkan sumber sinar matahari harus penuh menyinari tajuk tebu.
e) Fase Kematian : Fase ini bisa datang lebih awal atau bahkan tidak terjadi
sama sekali, bergantung pada ketersediaan air ditanah Pada fase ini tebu
mulai kekurangan air dan nira dalam tubuhnya, sehingga pada
pemeriksaan batang tebu telah menunjukkan penurunan berat batang dan
rendemennya. Sebelum fase in terajdi tebu sudah harus sudah di tebang Di
awal fase im petugas harus telah menetapkan saat penebangan lebunya.
Upaya untuk mencegah berlanjutnya stadium kematian adalah dengan
pengairanyang di tujukan untuk mempertahankan batang hantang tuayang
mengalami dehidrasi.

2.4 Varietas Tebu


Penggunaan varietas unggul mempunyai peranan penting dalam upaya
peningkatan produktivitas tebu Dalam memilih varietas perlu diperhatikan
beberapa sifat seperti potensi produksi gula yang tinggi, produktivitas yang stabil.
dan tahan kekeringan dan masak awal salah satunya adalah varietas BZ 132 yang
termasuk dalam kategori masak awal. Selain itu memiliki ketahanan terhadap
hama dan penyakit. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, telah banyak dilepas
varietas unggul tebu dengan daya hasil tinggi dan tahan terhadap penyakit luka
api, diantaranya adalah PS 881, PS 882, Tolangohula 1, Tolangohula 2, GMP 3,
GMP 4, Cenning, Kentung, VMC 76-16, Kidang Kencana, PSDK 923, dan NSI
41.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pratikum ini adalah :
1. Mengetahui tanaman tebu dan identifikasinya.
2. Mengetahui cara penanaman dan pemeliharaan tebu.
3. Mengetahui cara mengukur brix tebu berkala.
4. Mengetahui cara budidaya tebu dari hulu hingga panen.
BAB 3. METEDOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Pratikum dilaksanakan di kebun koleksi tanaman tebu Politeknik Negeri
Jember Setiap Hari Senin Mulai tanggal 12 September – 5 Desember 2022 Pukul
07.00 s/d 11.00 WIB.

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan adalah bahan tanaman tebu varietas BZ132
dan PS 1905, koret, cangkul, lempak, sabit, roll meter, ajir bambo, tali rafia,
kenco,pupuk ZA, SP36, KCL, timbangan, Brix Refractometer, kamera, dan ATK.

3.3 Prosedur Kerja


Prosedur kerja berdasarkan urutan pratikum adalah sebagai berikut :
 Pendahuluan Dan Identifkasi Kultivar Tebu
 Perhatikan petunjuk pada buku prdoman.
 Pergilah ke kebun tebu yang ada dilahan dengan membawa alat
dan bahan yang diperlukan.
 Lalu, amatilah bagian morfologis dan cirinya dari bagian
morfologis tersebut dan catatlah.
 Dokumentasikan hasil pengamatan dan membuat laporan.
 Persiapan lahan sistem bajak dan reynoso
 Bajak tanah sebanyak dua kali arah menyilang hingga betul masak.
 Buatlah drainase bagian tepi dan tegak lurus dengan lubang tanam.
 Haluskan tanah dengan menggunakan canggkul lalu buat
kairan/juringan arah utara selatan, lubang tanam dibuat ukuran atas
40 cm, dalam 40 cm, dan lebar 30 cm, dan jarak antar lubang
tanam 90 cm.
 Buatlah got malang, got mujur untuk reynoso.
 Untuk got malang arah timur barat dengan kedalaman 50 cm lebar
50 cm, lebar bawah 30 cm, dan jarak antar got 10 m atau
menyesuaikan kondisi lahan.
 Untuk got mujur arah utara selatan dengan kedalaman 65 cm,lebar
atas 70 cm, lebar bawah 40 cm, dan jarak antar got 100 meter atau
menyesuaikan kondisi lahan.
 Buatlah parit tempat tanam bagal tebu.
 Pembumbunan dan Mengukur Brix Berkala
 Bumbun 1 : Bumbun 1 bertujuan untuk menggemburkan tanah
disekitar tanaman, memberikan makanan pada tanaman dan untuk
menekan pertumbuhan gulma. Dilaksanakan saat tanaman berumur
30 sampai 31 hari menggunakan alat pacul dan cangkul dengan
cara menurunkan tanah remah pada pangkal batang tanaman,
kemudian dilakukan penyiraman.
 Bumbun 2 : Bumbun 2 bertujuan untuk memperkuat tumbuhnya
tunas – tunas baru (anakan) dan manembah hara yang cukup bagi
tanaman dan mengendalikan gulma. Dilaksanakan saat tanaman
berumur 60 hari menggunakan alat cangkul atau pacul dengan cara
menggemburkan tanah guludan dan diberikan pada pangkal batang
tanaman, kemudian dilakukan penyiraman.
 Untuk mengukur brix disiapkan tebu kemudian dihitung jumlah
ruas dan dibagi 3 untuk membedakan atas, tengah, bawah
kemudian di potong dan dibelah dua.
 Lalu diteteskan air tebu ke permukan brix reflactometer untuk
dilihat brixnya.
 Kemudian catat dan rata- ratakan.
 Perbaikan Got Keliling dan Pembuatan Kasuran
 Untuk memperbaiki got keliling adalah menggunakan cangkul.
 Cangkullah dan naiki kembali tanah yang turun dan membersihkan
gulma dan apa yang menghambat agar sirkulasi air lancar.
 Gunakan koret lalu bentuklah seperti tempat duduk arah utara
selatan setebal 20 cm.
 Pada bagian bawah tempat sirkulasi air agar benih tebu tidak
tergenang.
 Persiapan Bahan Tanam PS 1905 dan BZ 132 dan Penanaman Bagal
PS1905 dan BZ 132
 Ambil batang tebu dan hitung ruasnya, lalu potong lah menjadi 3
bagian atas, tengah, bawah dan dipisah.
 Potonglah setiap bagal memiliki 2 mata tunas.
 Hitunglah jumlah bagal dan rendam dengan lisol sebelum
penanaman.
 Lalu letakkan bagal pada kasuran lalu ditutup tipis sekedar
menutupi mata tunasnya saja.
 Sanitasi dan Pemupukan
 Bersihkan semua gulma yang ada pada tanaman tebu menggunakan
koret atau canggkul.
 Bersihkanlah sebersih mungkin.
 Takarlah pupuk ZA dan urea sebanyak 2 gelas aqua, SP 36 dan
KCL masing – masing 1 gelas aqua (menyesuaikan).
 Buatlah lubang pemupukan menggunakan koret lalu taburi pupuk
dan tutup kembali.
 Pengamatan Bibit
 Pilihlah tanaman sampel untuk diamati.
 Gunakan roll meter untuk mengukur panjang/tinggi tanaman tebu.
 Lalu catatlah
 Hitunglah daya kecambah dan hitung jumlah daun dan anakan jika
ada.
 Ulangi hingga 5 kali pengamatan dan catatlah parameternya.
 Klenthek dan Klenthek Bintang 3
 Amati tanaman tebu.
 Lalu rempelkanlah pelepah tebu yang sudah lepas dari batangnya.
 Lalu secara hati hati agar tidak teriris dengan daun tebu.
 Hasil rempelan/rewos di taruh dijuringan setelah selang 3
juringan (untuk klenthek bintang 3) atau di taruh diluar area
tanaman untuk klenthek biasa.
 Turun tanah
 Gunakan cangkul untuk mencangkul tanah yang menanjak yang
berada diatas kasuran.
 Turunkan tanah yang ada pada tanjakan tersebut menutupi juringan
hingga tidak terlihat.
 Ratakan.
 Taksasi Produksi
 Hitunglah populasi tebu permeter juring.
 Potonglah tanaman tebu yang dijadikan sampel sebanyak 2 batang.
 Ukurlah panjang kedua tebu kemudian diratakan.
 Lalu potong – potong menjadi 1 m - 1m dan ditimbang kemudian
diratakan.
 Lalu hitunglah taksasi dengan menggunakan rumus yang tertera di
BKPM.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan dan Pembahasan Pengamatan

Table 4.1 Hasil Pengamatan I


Tanaman Tebu Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun (helai)
Sampel 1 15 4
Sampel 2 22 5
Sampel 3 18 3
Sampel 4 15 6
Sampel 5 11 3
Sampel 6 17 3
Sampel 7 15 4
Sampel 8 9 2
Sampel 9 16 2
Sampel 10 19 2
Sampel 11 10 2
Sampel 12 37 5
Sampel 13 27 6
Sampel 14 19 2
Sampel 15 20 2
Sampel 16 29 4
Sampel 17 23 4
Sampel 18 9 2
rata- rata 18 3

Pada pengamatan pertama daya kecambah hanya 32,14% (sangat kurang)


artinya dari 56 mata tunas dengan sistem bagal spacing hanya 18 mata tunas yang
tumbuh, rata-rata pertumbuhan adalah 18 mata tunas dan rata-rata jumlah dauan
hanya 3 dari banyaknnya sampel yang digunakan. Rendahnya daya kecambahnhal
ini dipengaruhi oleh bagal tebu sendiri yakni bagal bawah karena banyak
kandungan gula dan varietas tanaman yang digunakan yakni BZ 132 yang tumbuh
agak sedikit lambat (Anindita, 2017).

Table 4.2 Hasil Pengamatan II


Tanaman Tebu Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun (helai)
Sampel 1 32 5
Sampel 2 59 7
Sampel 3 52 5
Sampel 4 50 7
Sampel 5 38 4
Sampel 6 56 5
Sampel 7 47 5
Sampel 8 27 4
Sampel 9 47 3
Sampel 10 32 4
Sampel 11 26 3
Sampel 12 87 8
Sampel 13 84 8
Sampel 14 37 4
Sampel 15 27 3
Sampel 16 61 5
Sampel 17 47 6
Sampel 18 26 4
rata- rata 46 5

Pada pengamatan kedua terdapat penambahan panjang tanaman yakni rata-


rata 46 cm dari 18 sampel yang di amati artinya terdapat selisih yang cukup jauh
dari pengamatan pertama karena waktu yang lama sehingga tanaman terus tinggi
dan memanjang penunasan. Selain itu jumlah daun juga bertambah dengan
munculnya daun-daun baru dengan rata-rata adalah 5 daun dari 18 sampel yang
diamati.
Table 4.3 Hasil Pengamatan III
Tanaman Tebu Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun (helai)
Sampel 1 64 6
Sampel 2 98 9
Sampel 3 92 6
Sampel 4 83 8
Sampel 5 71 5
Sampel 6 102 6
Sampel 7 69 7
Sampel 8 70 5
Sampel 9 88 5
Sampel 10 80 6
Sampel 11 69 4
Sampel 12 134 10
Sampel 13 131 9
Sampel 14 84 5
Sampel 15 74 4
Sampel 16 112 7
Sampel 17 86 8
Sampel 18 72 5
rata- rata 88 6

Pada pengamatan ketiga selisih rata – rata tanaman dengan pengamatan


kedua jauh berbeda hal ini karena selisih waktu dan tanaman tebu fase penunasan
panjang dengan cepat hal ini juga didukung oleh kondisi lingkungan di sekitar
berdasarkan kejadian dilapang tidak pernah dilakukan penyiraman karena pada
saat penanaman sore hari selalu hujan, di peroleh rata – rata tinggi tanaman adalah
88 cm dari 18 sampel yang diamati dan 6 rata – rata jumlah helai daun dalam 18
sampel yang di amati.
Table 4.4 Hasil Pengamatan IV
Tinggi Tanaman Jumlah Daun Jumlah
Tanaman Tebu (cm) (helai) Anakan
Sampel 1 65 7 1
Sampel 2 103 9 3
Sampel 3 92 7 2
Sampel 4 91 10 3
Sampel 5 78 7 1
Sampel 6 107 8 2
Sampel 7 80 8 4
Sampel 8 85 6 5
Sampel 9 95 7 3
Sampel 10 85 8 3
Sampel 11 72 6 3
Sampel 12 137 11 2
Sampel 13 134 10 2
Sampel 14 92 6 3
Sampel 15 87 5 2
Sampel 16 132 8 1
Sampel 17 97 8 1
Sampel 18 80 4 1
Sampel 19 40 4 -
Sampel 20 57 5 -
Sampel 21 50 8 -
rata-rata 89 7 2

Pada pengamatan ke empat sudah mulai muncul anakan dan tumbuh


tanaman baru sebanyak 3 tanaman yang baru tumbuh dengan rata – rata tinggi dan
panjang tanaman adalah 89 cm, hal ini karena bertambahnya sampel yang diamati
artinya diamati secara keseluruhan dengan rata – rata helai daun adalah 7 helai
dari keseluruhan sampel dan rata – rata 2 anakan (tanaman baru belum muncul
anakan). Pada pengamatan ke empat ini secara tidak langsung hasil daya
kecambah juga naik yakni dari 32,14% menjadi 37,5% akan tetapi 37,5% belum
kategori yang baik karena kategori yang baik adalah 90%.
Table 4.5 Hasil Pengamatan V
Tinggi Tanaman Jumlah Daun Jumlah
Tanaman Tebu (cm) (helai) Anakan
Sampel 1 70 8 1
Sampel 2 110 10 3
Sampel 3 103 8 3
Sampel 4 100 10 4
Sampel 5 85 8 2
Sampel 6 117 9 3
Sampel 7 90 10 4
Sampel 8 97 8 5
Sampel 9 104 8 4
Sampel 10 96 9 3
Sampel 11 80 7 4
Sampel 12 141 13 3
Sampel 13 140 11 3
Sampel 14 105 7 3
Sampel 15 101 6 4
Sampel 16 143 9 3
Sampel 17 105 8 1
Sampel 18 95 5 2
Sampel 19 52 5 -
Sampel 20 63 6 -
Sampel 21 61 8 -
rata-rata 98 8 3

Pada pengamatan terakhir yakni pengamatan kelima dari keseluruhan


yakni 21 sampel rata – rata tinggi tanaman adalah 98 cm dan jumlah anakan 3
tanaman baru belum tumbuh anakan karena berdasarkan hasil di lapang atau
dikebun anakan muncul pada pengamatan ke empat yakni 3 – 4 minggu setelah
penanaman dengan jumlah rata – rata daun secara keseluruhan sampel adalah 8
helai.
Table 4.6 Pengukuran Brix Berkala
No Batang Nilai
1 Bawah 21
2 Tengah 21
3 Atas 11
4 Rata-rata 17.6667

Perhitungan Hasil Taksasi

Diketahui : Jumlah batang/m juring = 15 batang

Jumlah juring/ha = 1.180

Tinggi batang = 2,43 m (rata-rata data terlampir)

Bobot batang = 2,3 kg (rata-rata data terlampir)

Ditanya : Hasil Taksasi Tebu Per Ha (Y)….?

Y =¿Jumlah batang/m juring x Jumlah juring/ha x Tinggi batang x Bobot batang

Y = 15 x 1.180 x 2,43 m x 2,3 kg

Y = 98.925,3 kg/ha

Y = 98,9253 ton/ha

4.2 Pendahuluan Tanaman Tebu


Tebu (Saccharum officinarum) adalah jenis tanaman penghasil gula dan
hanya tumbuh di daerah yang memiliki iklim tropis. Pada penggilingan
batang tebu menjadi gula menghasilkan beberapa limbah padat diantaranya bagas
dan blotong. Tanaman Tebu merupakan tanaman perkebunan semusim. Tebu
termasuk ke dalam famili poaceae atau dikenal sebagai kelompok rumput-
rumputan. Tebu tumbuh di dataran rendah daerah tropika dan dapat tumbuh juga
di sebagian daerah sub tropika. Manfaat utama tebu adalah sebagai bahan baku
pembuatan gula pasir. Ampas tebu atau lazimnya disebut baggase adalah hasil
samping dari proses ekstraksi cairan tebu. Dari satu pabrik dihasilkan ampas tebu
sekitar 35- 40% dari berat tebu yang digiling.

4.3 Pengenalan Tebu Dan Identifikasi Kultivar Tebu

Daun tebu terdiri atas helaian daun dan pelepah daun serta dibatasi oleh sendi
segitiga. Pada bagian dalam dari sendi segitiga terdapat lidah daun yang berfungsi
mencegah masuknya air ke dalam batang. Pada sisi sebeleh luar pelepah daun
terdapat tonjolan yang dinamakan lidah daun, yang bentuknya bisa panjang atau
pendek.

Bagian dari pucuk sampai pangkal daun dinamakan helaian daun.


Tergantung dari jenisnya, helaian daun dapat lebar atau sempit, panjang atau
pendek. Warna daun bervariasi dari hijau sampai hijau tua, ada yang berbulu lebat
dan berbulu sedikit. Daun tebu yang pertumbuhannya normal panjangnya dapat
mencapai lebih dari satu meter. Helaian daun tebu tidak simetris, artinya helaian
daun sebeleh kiri ibu tulang daun tidak sama dengan sebelah kanannya.
Pada pelepah daun apabila diperhatikan terdapat hal - hal sebagai berikut:
• Bentuknya seperti tabung yang menyelubungi batang dimana makin ke atas
semakin runcing. • Pada bagian basal sisi yang satu menyelubungi sisi yang lain.
Penyelubungan secara berselang - seling terhadap pelepah daun yang ada
diatasnya. • Pada sisi luar terdapat rambut/bulu, sedangkan pada sisi dalam tidak
terdapat rambut.

Jika suatu batang tebu yang telah masak didongkel dan diperhatikan ruasruasnya,
maka tampak mas pada bagian basal pendek-pendek dan sedikit makin ke atas
makin memanjang dan akhirnya memendek lagi. Panjang pendeknya ruas-ruas
tebu tergantung dri faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar antara lain iklim
kering, hama dan penyakit yang menyebabkan batang tebu bernas pendek. Faktor
dalam disebut juga faktor genetis, artinya jenis tebu tersebut memang mempunyai
sifat mas yang pendek-pendek ataupun panjang. Diameter batang tebu pada
umumnya di bagian bawah lebih besar, makin ke atas mengecil sedikit kemudian
konstan dan akhirnya pad bagian ats sedikit membesar. Berat batang tebu rata-rata
berkisar dua sampai tiga kilogram per batang, sedangkan tinggi (panjang batang)
bervariasi tergantung pemeliharaannya, yang normal sekitar tiga sampai lima
meter. Hal lain yang perlu dicatat adalah kedudukan batang dalam rumpun,
kedudukan ruas dalam batang dan warna batang. Kedudukan batang dalam
rumpun. kadang-kadang dapat diketahui dari jarak dauh. Sifat pembentukan
batang dalam rumpun dapat tegak lurus atau condong. Sedangkan kedudukan ruas
dalam batang dapat lurus atau berkelok-kelok. Warna batang tebu dipengaruhi
oleh dua zat wama/pigmen yaitu antosian dan khlorofil. Tergantung pada
kombinasi kedua pigmen tadi, maka ada beberapa warna batang tebu, yaitu: •
Merah, jika antosian lebih banyak dari pada khlorofil. • Hijau, bila khlorofil lebih
banyak dari antosian. • Merah pur-pur, karena kandungan khlorofil maupun
antosian sama banyaknya • Kuning, jika khlorofil maupun antosian sedikit atau
tidak ada.

Ruas batang tebu atau disebut juga intenodia merupakan bagian dari
batang tebu yang dibatasi oleh edua buku (nodia). Pengamatan terhadap ruas tebu
meliputi: bentuk, retakan, cincin akar, cincin tumbuh dan alur mata. Bentuk ruas
untuk tiap jenis atau biasanya tetap. Pada umumnya permukaan batang tebu atau
ruas yang sudah cukup tua tidak halus (rata), hal ini disebabkan adanya retakan
pada batang tersebut. Retakan dapat berupa retakan gabus yaitu suatu retakan
yang terbatas pada epidermis saja.,sedangkan retakan yang lebih dalam kadang-
kadang dapat terjadi sepanjang mas disebut retakan tumbuh. Retakan tumbuh di
samping merupakan sifat genetis, dapat pula disebabkan oleh faktor lain.
Pertumbuhan yang cepat (akibat tanah yang terlalu subur dan berpengairan cukup)
dan disertai dengan transpirasi yang dapat mengakibatkan timbulnya retakan
tumbuh.

Cincin akar merupakan tempat tumbuhnya mata akar dan terletak diantara
cincin tumbuh dan bekas duduknya daun. Biasanya cincin akar ini melebar
ditempat mata dan sisi yang tidak bermata menyempit, tetapi ada pula yang cincin
akarnya mempunyai lebar yang sama. Deretan primordial pada cincin akar
letaknya dapat beraturan maupun tidak beraturan/menyebar. Cincin tumbuh
terletak diatas cincin akar, warnanya lebih muda bila dibanding dengan warna
batang. Cincin tumbuh terdiri atas el-sel meristematis yang dalam keadaan laten.
Jika tanaman roboh, maka bagian cincin tumbuh yang terletak pada bagian sisi
bawah akan melebar membentang sehingga batang tebu akan membengkok kearah
atas dan tegak kembali. Alur mata adalah suatu lekukan yang berada tepat diatas
mata, membujur kearah panjang ruas. Dibagian bawah, alur ini cukup dalam dan
semakin keatas lekukannya makin dangkal. Pengamatan terhadap alur mata
biasanya hanya pada enam ruas terbawah.

Mata tebu terletak pada cincin akar. Pada umumnya pada setiap ruas hanya
terdapat satu mata saja, namun begitu kadang-kadang terdapat juga yang bermata
rangkap, ada pula bagian batang yang ruasnya tidak bermata. Mata tunas tebu
sebenarnya adalah batang dalam bentuk yang masih kecil. Bagian luarnya
diselubungi daun yang masih kecil, disebut sisik. Sisik ini yang berhimpitan
dengan batang disebut posterior, sedangkan kedua sisinya yang menyelubungi
mata disebut bagian anterior. Pada bagian posterior dan anterior kadang-kadang
terdapat suatu pelebaran yang disebut bagian sayap. Pada permukaan mata
terdapat suatu lubang kecil yang dinamakan pori lembaga. Dari pori lembaga
inilah akan tumbuh tanaman tebu jjika kondisi lingkunganya memenuhi syarat
untuk pertumbuhan.

Bidang punggung adalah kelompok rambut atau bulu yang terdapat pada
bagian tengah pelepah daun sebelah luar. Bentuk dan ada tidaknya bidang
punggung seringkali dijadikan alat untuk mengenal jenis tebu, tetapi karena
pertumbuhannya seringkali terlambat maka penentuan bidang punggung
dilakukan setelah tanaman membentuk ruas. Klasifikasi bidang punggung
dibedakan sebagai berikut: • Tidak ada bidang punggung, • Ada bidang punggung
tapi sempit, jika perbandingan tersebut kurang atau sama dengan 0,25 • Bidang
punggung lebar jika perbandingan lebih dari 0,25. Perlu diamati juga apakah
pertumbuhan bidang punggung sampai puncak atar tidak.

Sendi segitiga terletak pada pertemuan antara helaian daun dan pelepah
daun pada sebelah kiri kanan ibu tulang daun. Bila dibandingkan dengan bagian
pelepah lainnya, sendi segitiga warnanya berlainan, dapat lebih tua atau lebih
muda. Senda segitiga mudah dilenturkan karena terdiri atas sel-sel kolenkim. Pada
dasarnya bentuk sendi segitiga adalah: segitiga, delta, segi empat panjang
ataulidah, walau tidak tertutup kemungkinan terdapat bentuk lain karena adanya
peralihan.

Lidah daun tambahan dari pelepah daun yang berupa selaput. Lidah daun
resisten terhadap keadaan luar maka baik sekali dipakai sebagai tanda pengenal
jenis tebu. Lidah daun terdiri dari sel-sel parenkim tanpa ada berkas pengangkut.
Lidah daun biasanya berwarna kekuningan tetapi bila sudah tua berwarna lebih
gelap. Lidah daun lentur sehingga berfungsi seperti klep yang menutup celah
antara pelepah daun dan batang sehingga air tidak dapat masuk.
Telinga daun merupakan tonjolan selaput tipis pada ujung pelepah daun
sebelah luar. Untuk pengamatan biasanya digunakan telinga daun sebelah dalam
(telinga dalam) saja. Klasifikasi ada tidaknya telinga daun dilakukan dengan
pengukuran terhadap tinggi telinga daun dan lebar bagian dasarnya. Klasifikasi
tersebut adalah sebagai berikut: • Jika tinggi telinga dalam lebih pendek daripada
lebar dasar maka diklasifikasikan sebagai tidak bertelinga dalam. • Jika tingginya
satu sampai dua kali lebar dasar maka disebut betelinga dalam dengan
pertumbuhan lambat. • Jika tinggi antara dua sampai tiga kali lebar dasar disebut
bertelinga dalam dengan pertumbuhan sedang. • Jika tinggi lebih dari tiga kali
lebar dasar disebut telinga dalam tumbuh kuat. Kedudukan telinga dalam perlu
diamati, tegak ataukah serong. Dikatakan tegak apabila tidak ada penyimpangan
kedudukan terhadap tepi luar dari pelepah daun. Bila perpanjangan dari pelepah
daun sebelah atas tidak langsung lurus dengan telinga dalam diartikan
kedudukannya serong, baik serongnya menjauhi kedudukan daun ataupun
mendekati.

Tebu memiliki akar serabut, hal ini sebagai salah satu tanda bahwa
tanaman Tebu termasuk kelas Monocotyledone. Pada akar tebu dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu akar stek dan akar tunas. Akar stek disebut pula akar bibit yang
masa hidupnya tidak lama. Akar ini tumbuh pada cincin akar dari stek batang.
Sedangkan akar tunas merupakan pengganti akar bibit. Akar tanaman tebu
termasuk akar serabut tidak panjang, yang tumbuh dari cincin tunas anakan. Pada
fase pertumbuhan batang, terbentuk pula akar di bagian yang lebih atas akibat
pemberian tanah sebagai tempat tumbuh.
Bunga tebu merupakan malai yang bentuknya piramida, panjangnya antara
70- 90 cm. Bunga tebu biasanya akan muncul pada bulan April sampai Mei.
Bunganya terdiri dari tenda bunga yaitu 3 helai daun tajuk bunga. Bunga tebu
berupa malai dengan panjang antara 50-80 cm. Cabang bunga pada tahap pertama
berupa karangan bunga dan pada tahap selanjutnya berupa tandan dengan dua
bulir panjang 3 sampai 4 mm. Terdapat juga benang sari, putik dengan dua kepala
putik dan bakal biji.

Buah tebu seperti padi, memiliki satu biji dengan besar lembaga 1/3
panjang biji. Biji tebu dapat ditanam pada kebun percobaan untuk mendapatkan
jenis baru hasil persilangan yang lebih unggul dari sebelumnya.

4.4 Persiapan Lahan Sistem Bajak/Tegalan


Dalam mempersiapkan lahan kering untuk ditanami tebu, pertama harus dapat
memperkirakan awal musim kemarau dan awal musim hujan. Hal ini diperoleh
dari mempelajari sifat iklim selama 5 - 10 tahun terakhir di wilayah yang akan
ditanami tebu. Sedangkan lahan kering yang dapat ditanami tebu antara lain:
padang alang-alang, padang rumput seperti di daerah belakang POLIJE telah
menanam tebu pada lahan kering. Membuka lahan kering untuk ditanami tebu
dapat menggunakan peralatan berat atau ringan asal sesuai dengan kondisi lahan.
Peralatan tersebut untuk membersihkan lahan dari tanaman tahunan, alang-alang
atau rumput, dan lainnya sampai bersih dari sisa-sisa tanaman sebelumnya.
Penting untuk diperhatikan, bahwa lapisan tanah bagian atas yang paling subur
harus dijaga agar jangan sampai hilang terbuang atau hanyut kebawa air hujan.
Persiapan lahan ini dapat dilakukan pada musim kemarau atau musim hujan,
karena waktu pengolahan tanah yang tepat adalah segera setelah musim hujan
selesai atau awal musim kemarau. Setelah lahan kering bersih, lalu dilakukan
pengolahan tanah agar pertumbuhan tebu baik dan produktivitasnya maksimal.
Tahap pertama pengolahan tanah menggunakan bajak untuk memotong dan
membalik tanah, dan kemudian dilanjutkan dengan garu untuk menggemburkan
tanah. Setelah tanah selesai diolah kemudian dibuat kairan (alur tanaman). Khusus
untuk tanah yang mempunyai lapisan kedap air, pembuatan kairan harus lebih
dalam dari kedalaman lapisan kedap air. Tahap pertama pengolahan tanah
menggunakan bajak untuk memotong dan membalik tanah, dan kemudian
dilanjutkan dengan garu untuk menggemburkan tanah. Setelah tanah selesai
diolah kemudian dibuat kairan. Untuk mendapatkan hasil olahan tanah yang baik
yaitu cukup dalam dan gembur, tanah harus dalam keadaan cukup air (tidak basah
dan tidak terlalu kering). Berdasarkan hal ini maka saat yang tepat untuk
mengolah tanah adalah segera setelah musim hujan selesai atau awal musim
kemarau. Pada umumnya lahan kering berukuran sempit, maka tenaga untuk
pengolahan tanah yang murah dan efektif adalah dengan menggunakan traktor.
Kemudian pengolahan tanah mengikuti kaidah konservasi lahan, yaitu:
Kemiringan lahan 0 - 5% menggunakan teras datar, kemiringan lahan >5 - 12%
menggunakan teras kredit/teras gulud, dan kemiringan lahan >15 - 25%
menggunakan teras bangku. Sedangkan jarak kairan antara 0,95 - 1,25 m, untuk
lahan semakin miring, subur dan basah jaraknya semakin sempit. Panjangnya
kairan kira-kira 50 m atau melihat kondisi. Kemudian jarak pusat ke pusat (PKP)
di lahan miring adalah 1,10 m atau 1,30 m. Apabila terjadi kemarau panjang
(lebih dari 6 bulan), maka pengolahan tanah harus dalam dan tanaman perlu diberi
mulsa berhubung masa penanaman musim hujan maka tidak perlu. Bagi tanah
yang pH nya sangat asam, perlu dinetralkan dengan memberi dolomite atau kapur,
terutama untuk jenis tanah podzolik.

4.5 Persiapan Lahan Sistem Reynoso/Sawah


Pembukaan lahan secara manual dilakukan karena lahan tidak
memungkinkan dibuka secara mekanisasi (karena lahan becek), Reynoso hanya
mengolah pada juringan serta pembuatan got yang cukup banyak. Pembuatan got
ini bertujuan untuk memasukkan dan membuang kelebihan air sehingga terjadi
keseimbangan antara udara dan air dalam tanah. Tahapan pekerjaan pola bukaan
Reynoso meliputi :

- Pemasangan anjir dan menyiku untuk menentukan arah kemiringan tanah,


pengambilan dan pembuangan air, menentukan arah got malang dan mujur
serta penentuan jalan kontrol

- Pembuatan got keliling,

- Pembuatan got mujur dengan arah got tegak lurus terhadap got malang

- Pembuatan got malang dengan arah got sejajar dengan arah kemiringan
lahan yang paling kuat dan tegak lurus terhadap got mujur.

- Membuat juringan dengan ukuran kedalaman 35 cm lebar 50 cm


(menyesuaikan).

Prinsip dasar dari sistem reynoso adalah juringan pada tanaman tebu sama
dengan system tanam jajar legowo pada tanaman padi, dimana dititik beratkan
pada jarak tanam yang diatur sedemikan rupa sehingga populasi tanaman
meningkat, dan memberikan tata ruang dan lingkungan tumbuh yang
memungkinkan tanaman untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Dengan
meningkatnya populasi tanaman dan lingkungan tumbuh yang lebih baik
diharapkan dapat meningkatnya produktivitas tebu yang lebih tinggi. Secara
teknis sistem juringan sama dengan kairan yang membedakan adalah penyebutan
dalam sistem reynoso dan tegalan. Juringan ada 2 macam yaitu juringan ganda
dan tunggal yang membedakan adalah adanya perbedaan jarak tanam dan
modifikasi letak alur/barisan tanaman. Pada sistem juring ganda alur/barisan tebu
atau jarak pusat ke pusat (PKP) dalam barisan lebih rapat (50 cm), jarak PKP
antar barisan lebih lebar (185 cm) atau secara sederhana jarak tanamnya 135 cm x
50 cm x 50 cm. Sedangkan pada sistem juring tunggal jarak PKP (100-135 cm).
Banyak keuntungan didapatkan dengan menerapkan teknologi juring ganda.
Adanya ruang yang cukup lebar memberikan tanaman memanen radiasi matahari
lebih efisien dan maksimal, karena jarak tanam yang lebar 50 x 135 cm dengan
jarak dari pucuk tebu ke pucuk tebu 185 cm. Sinar matahari adalah sumber energi
utama bagi tanaman dalam melangsungkan proses fotosintesis, sehingga peluang
memproduksi asimilat lebih tinggi. Hal tersebut berdampak terhadap peningkatan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dengan sistem juring ganda, sirkulasi
udara cukup baik akan membantu dalam penyediaan oksigen yang dibutuhkan
oleh tanaman maupun mikrobia tanah. Ruang yang cukup terbuka menyebabkan
sinar matahari yang masuk dalam area pertanaman cukup banyak demikian pula
sirkulasi udara yang cukup baik menyebabkan kelembaban terjaga pada kondisi
ideal bagi tanaman, serta dapat menekan atau mengurangi insiden serangan
penyakit yang disebabkan oleh fungi atau jamur. Sistem juring ganda
memposisikan semua tanaman menjadi tanaman pinggir, sehingga peluang
mendapat asupan hara cukup merata.Selain itu dalam pemeliharaan tanaman lebih
mudah, penyulaman jauh lebih sedikit karena dalam sistem juring ganda ini bibit
ditanam dengan sistem over lap (50%) atau untuk lawang. Penyiangan dan
pengendalian gulma lebih mudah dilakukan, selain itu jika ada hama penyakit
dapat dengan mudah ditanggulangi.

4.6 Pembumbunan Tebu


Kegiatan pemeliharaan tanaman tebu merupakan kegiatan yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas produksi yang optimal. Dalam pelaksanaannya
kegiatan pemeliharaan diajurkan secara runtut sesuai dengan Standar Operasional
Procedure (SOP) budidaya tanaman tebu, sehingga pada saat akhir kegiatan
diharapkan akan mendapatkan produksi yang berkualitas tinggi. Komponen
bercocok tanam tebu tersebut adalah : pengolahan tanah yang cukup (gembur dan
dalam), tepat waktu, penggunaan bibit bermutu tinggi dan dalam jumlah memadai
(7,5 - 8,0 ton bibit/ha), penggunaan varietas unggul, dosis dan cara pemupukan
baku, pemberian air secukupnya, dan pekerjaan pemeliharaan tanaman tepat
waktu. Penerapan teknik bercocok tanam tebu baku itu sebagai dasar untuk
menumbuhkan tebu secara baik.Tujuan pembumbunan adalah untuk menutup
bibit/tanaman tebu agar pertumbuhan akar lebih kuat, menggemburkan tanah
sekaligus untuk menekan pertumbuhan gulma dan menutup Pangkal batang tebu
sehingga kuat dan tidak mudah rebah. Cara Melakukan Pembumbunan Tanah
Pada Tanaman Tebu adalah sebelum pembubunan sebaiknya kondisi tanah dalam
keadaan gembur (tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering) sehingga struktur
tanah tidak rusak. Pembumbunan tanah pada tanaman tebu dapat dilakukan secara
2 tahap:

 Pembumbunan ke-1 dilakukan pada umur 3-4 minggu, yaitu berdaun 3 - 4


helai. Pembumbunan dilakukan dengan cara membersihkan rumput-
rumputan, membalik guludan dan menghancurkan tanah juga tambahkan
tanah ke tanaman sehingga tertimbun tanah. Tebal bumbunan tidak boleh
lebih dari 5-8 cm secara merata. Ruas bibit harus tertimbun tanah agar
tidak cepat mengering.
 Pembumbunan ke - 2 dilakukan jika anakan tebu sudah lengkap dan
cukup besar + 20 cm, sehingga tidak dikuatirkan rusak atau patah sewaktu
ditimbun tanah atau sudah berumur 2 - 3 bulan setelah tanam. Dalam
pembumbunan ini sekali gus untuk pembentukan guludan dan
memperdalam saluran drainase.

Pembumbunan dapat dilakukan secara manual yaitu dengan cara


membersihkan gulma terlebih dahulu menggunakan sabit lalu mencangkul tanah,
mengangkat tanah dalam parit di sekeliling tanaman, atau menggunakan mesin
pembumbun yang sudah di desain menggunakan mata bajak yang dapat menarik
tanah ke kiri dan ke kanan sesuai dengan jarak tanam,sehingga pembumbunan
disekitar sela-sela tanaman dapat tertutupi hingga tangkal batang tebu.
4.7 Pengukuran Brix Berkala
Berdasarkan hasil pengukuran brix didapatkan batang bawah 21, batang
tengah 21, dan batang atas 11 sehingga dengan rata-rata brix tebu mencapai 17,67
pengukuran brix tbeu ini dikarenakan tebu yang manis identik dengan rendemen
yang tinggi pula. Mungkin anda masih bingung dengan istilah rendemen tebu.
Jadi, rendemen tebu adalah kadar kandungan gula di dalam batang tebu yang
dinyatakan dengan persen. Jika rendemen tebu 10%, artinya bahwa dari 100 kg
tebu yang digiling di Pabrik Gula akan menghasilkan gula sebanyak 10 kg.
Rendemen sangat dipengaruhi oleh kualitas nira. Dan, kualitas nira dapat diukur
dari kadar Brix, persen Pol dan nilai nira tebu.

4.8 Perbaikan Got Keliling


Pembuatan Patusan / Saluran Pembuangan / Afvoer Tadalah untuk
Membuang air yang masih didalam kebun apabila terjadi kelebihan air.
Kedalamannya adalah 90 cm, dan Lebar 80 cm. Got Keliling merupakan Got-got
yang mengelilingi sesuai bentuk Kebun. Got Keliling berfungsi menampung
kelebihan air dari Got-got didalam kebun. Ukurannya adalah Dalam 70 cm, dan
Lebar 80 cm(menyesuaikan lahan). Pentingnya perbaikan got keliling adalah
untuk lancarnya saluran drainase untuk mencegah kelebihan air. Got Mujur
berfungsi menampung kelebihan air dari Got Malang. Arah Got Mujur tegak lurus
dengan Got Malang atau Juringan. Ukuran Got Mujur adalah Dalam 70 cm, dan
Lebar 60 cm. Got Malang berfungsi untuk menampung kelebihan air dari
Juringan, menurunkan Permukaan Air Tanah dan menahan Air sementara guna
pekerjaan Sirat / Ebor. Arah Got Malang adalah searah dengan Kemiringan
Tanah. Ukuran Got Malang adalah Dalam 60 cm, dan Lebar 50 cm.

4.9 Pembuatan Kasuran


Pembuatan kasuran pada tebu berguna untuk tempat meletakkan bagal dan
agar bahan tanam tebu tidak terendam air karena jika terendam air maka bahan
tanam tebu akan busuk karena Bibit Bagal/debbeltop/generasi Tanah kasuran
harus diratakan dahulu, kemudian tanah digaris dengan alat yang runcing dengan
kedalaman + 5-10 cm. Bibit dimasukkan ke dalam bekas garisan dengan mata
bibit menghadap ke samping. Selanjutnya bibit ditimbun dengan tanah.

4.10 Persiapan Bahan Tanam PS 1905 Dan BZ 132 dan Panaman Bahan
Tanam PS 1905 Dan BZ 132
Langkah-langkah persiapan bahan tanam/benih sebelum ditanam meliputi
perlakuan bahan tanam/benih dan perkiraan kebutuhan bahan tanam/benih, bahan
tanam/benih berbentuk bagal, desinfeksi alat pemotong yang tajam setiap 3-4 kali
pemotongan dicelupkan ke dalam larutan desinfektan (contoh: lisol 20%, alkohol
80% dan lain-lain), memilih (sortasi) bahan tanam/benih yang sehat dan normal,
dan dibedakan mana batang bawah, tengah, dan atas. Untuk mendapatkan
pertumbuhan batang yang baik (berat tebu/ha) dan kadar gula dalam batang tebu
yang tinggi diperlukan teknik penanaman yang baik. Benih bagal ditanam
mendatar, mata tunas menghadap ke samping ke arah yang sama dan ditutup
dengan tanah guludan yang sudah digemburkan setebal diameter bagal dan diairi.
Benih tumbuh ditanam dalam lubang yang telah disiapkan dengan jarak tanam
benih tumbuh dalam juringan 40 – 60 cm. Setelah itu ditutup dengan tanah hingga
menutup tanah asal dan diairi. Penanaman pada lahan tidak berpengairan
dilakukan setelah turun hujan minimal 2 kali berturut-turut, bahan tanam berupa
benih bagal mata 3 (untuk mengantisipasi kekurangan air). Sebelum tanam,
juringan diberi pupuk organik dan pupuk dasar serta ditutup sekaligus sebagai
kasuran, kemudian benih ditanam 9–12 mata per meter (3-4 bagal mata 3) dan
ditutup dengan tanah setebal diameter bagal. Apabila tidak hujan atau tidak ada
pasokan air, penutupan benih bagal diusahakan agak tebal (5–7 cm) dan
dipadatkan, pada lahan kering diupayakan sedapat mungkin perkecambahan
merata (tidak perlu sulam) dan pada saat keadaan drainase kebun kurang bagus,
penanaman dilakukan pada juringan yang tidak tergenang air agar populasi
tanaman tidak berkurang.

Penanaman tebu pada lahan kering diperlukan bibit varietas tebu yang
memiliki sifat-sifat, antara lain: tahan kekeringan, mudah berkecambah, cepat
beranak, jangka waktu keluar anakan yang agak panjang dan bertunas banyak,
tahan kepras yang baik, rendemen tinggi, mudah diklentek, dan tahan roboh.
Untuk mengetahui varietas yang mana yang paling cocok untuk suatu daerah,
dapat dilakukan dengan mengadakan percobaan adaptasi tanaman terlebih dahulu.
Saat penanaman tebu, kondisi tanah dikehendaki lembab tapi tidak terlalu basah
dan cuaca cerah. Untuk saat ini tanam tebu lahan kering yang paling tepat adalah
masa pancaroba yakni akhir musim kemarau sampai awal musim hujan atau
sebaliknya. Untuk daerah kering (tipe iklim C dan D Schimdt-Fergusson) saat
tanam adalah antara pertengahan Oktober-Desember, sedang pada daerah basah
(tipe iklim B) adalah awal musim kemarau. Pada daerah dengan musim kemarau
panjang (daerah kering) tebu ditanam sebagai bibit stek mata tiga dengan jumlah
8-9 mata tunas per meter juringan (15.000-20.000 stek per hektar) atau pada
prinsipnya mengarah pada jumlah mata tumbuh 40.000-45.000 per hektar. Stek
tebu diletakkan pada dasar juringan dengan jarak tanam 1,25-1,35 m. Pada daerah
dengan musim kemarau pendek, digunakan stek 3 mata ditanam, bersentuh ujung
(end to end) atau tumpang tindih (overlapped 20 %) pada dasar juringan yang
dangkal. Pada keadaan yang mendesak dan kekurangan tenaga dapat dipakai tebu
lonjoran dengan 5-6 mata, dipotong menjadi dua.

4.11 Sanitasi
Sanitasi menyangkut upaya pengendalian yang dilakukan di semua faktor
lingkungan dan tanaman tebu kebersihan tanaman tebu sangat penting karena
untuk terhindar dari serangan hama dan penyakit tanaman tebu. Serta
membersihkan gulma kecil pada tanaman tebu yang baru ditanam guna untuk
tidak terjadinya perebutan unsur hara pada tanaman tebu. Salah satu jenis sanitasi
pada tanaman tebu adalah klentek.

4.12 Klentek dan Klenthek Bintang 3


Yaitu melepaskan daun kering, harus dilakukan 3 kali, yaitu sebelum gulud
akhir, umur 7 bulan dan 4 minggu sebelum tebang. Kletek Perempalan daun.
Kegiatan perempelan daun bertujuan untuk membersihkan daun-daun yang sudah
kering pada tanaman tebu sehingga kelihatan bersih, mudah untuk pengamatan ,
pengontrolan, menghindari kebakaran dan memudahkan pemeliharaan
selanjutnya. Cara melakukan perempelan daun tebu daun-daun yang sudah kering
dilepaskan menggunakan sabit tajam/sabit bergigi dari tanaman tebu, kemudian
daun diikat sesuai dengan kemampuan, kemudian di kumpulkan disisi sisi jalan
untuk memudahkan pengangkutan. Perempalan pertama dilakukan pada saat
tanaman berumur 4 bulan setelah tanam dan yang kedua ketika tebu berumur 6-7
bulan. Sehingga ruas-ruas tebu nampak bersih dari daun tebu kering. Secara
umum klentek merupakan kegiatan membuang daun tebu yang sudah tua atau
kering. Tujuannya dari Klentek adalah untuk mengurangi serangan hama dan
penyakit. Selain itu juga untuk memperbaiki peredaran udara dalam kebun dan
memudahkan sinar matahari masuk. Manfaat lain dari Klentek adalah untuk
mencegah keluarnya akar pada ruas yang dapat menganggu pertumbuhan tanaman
dan meningkatkan jumlah anakan tebu. Yang tak kalah pentingnya, Klentek dapat
mencegah peluang kebakaran dan menurunkan kelembaban. Juga berfungsi untuk
meringankan beban tanaman sehingga tanaman tidak roboh dan memudahkan
pada saat tebang. Klentek dilakukan sebanyak 2 (dua) kali yaitu Klentek 1
dilakukan pada saat umur tanaman tebu 120-150 hari sedangkan Kelentek 2
dilakukan pada saat umur tanaman tebu 210-240 hari. Dengan melakukan proses
Klentek ini, dampak adalah meningkatnya angka rendemen tebu.
Klenthek bintang 3 sama dengan klenthek biasa hal yang membedakan adalah
klenthek bintang 3 setiap pelepah daun yang sudah diklenthek diletakkan dalam
juringan sehingga ada 3 juringan kosong dan juringan selanjutnya diletakkan hasil
klentek yang telah diikat kecil layaknya pakan sapi.

4.13 Pemupukan I dan II


Pemupukan adalah usaha memberikan unsur hara tambahan yang dibutuhkan
tanaman guna membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang optimal.
Dalam konsep budidaya tanaman yang sehat dan berkelanjutan pemberian pupuk
harus sesuai dengan anjuran peberian dan sesuai dosis yang telah ditentukan.
Pemupukan pertama dilakukan pada masa penyiapan lahan yaitu dengan
pemberian pupuk organic (pupuk kandang/kompos). Pemberian pupuk I dilakukan
pada usia 20-30 hst yaitu dengan pemberian pupuk urea dengan dosis  400 gram,
SP36 200 gram. Pemupukan ke II dilakukan pada usia 2-3hst dengan memberikan
ZA dan KCL dengan dosis masing-masing 400 gram dan 200 gram.

4.14 Turun Tanah I dan II


Dilakukan dua kali, yaitu setelah pemupukan kedua pada umur 1-1,5 bulan
dan pada umur 2,5-3 bulan. Turun tanah I untuk memberikan media tunas yang
tumbuh. Turun tanah II untuk memberi media, membatasi anakan, drainase, dan
mengembalikan tanah kedalam juringan. Pada tanaman di atas guludan, turun
tanah hanya sekali saja pada umur 2-3 bulan. Dilakukan dengan cangkul atau
bajak sapi atau dengan alat disc tipe cultivator, midle buster atau disc cultivator.

4.15 Taksasi Produksi


Taksasi Produksi di Perkebunan Tebu adalah menduga potensi produksi tebu
(bobot tebu) yang bakal diperoleh pada saat kebun tersebut ditebang sedangkan
kebun yang bersangkutan baru akan ditebang beberapa bulan lagi dari saat
ditaksasi. Oleh karena itu pada saat melaksanakan taksasi. Berdasarkan hasil
hitungan didapatkan bahwa terdapat 98,9253 ton/ha, hasil taksasi diperoleh dari
lapang dengan sampel 2 batang tebu dengan panjang batang I adalah 2,52 m dan
batang II 2,34 m sehingga rata-rata dari kedua batang ini adalah 2,43 m, hasil
taksasi ini juga diperoleh dari faktor juringan sebesar 1.180 dan bobot batang
sampel 2,4 kg dan 2,2 kg (rata-rata 2,3 kg).
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Rangkaian budidaya dan produksi tanaman tebu adalah pendahuluan dan
identifikasi kultivar tebu, persiapan lahan, pengolahan tanah, persiapan bahan
tanam, penanaman, pemupukan, turun tanah,sanitasi, klenthek,pengendalian hama
dan penyakit, taksasi, Panen, TMA, dan pasca panen. Fase tanaman tebu ada 5
yaitu fase perkecambahan, fase pertunasan, pertumbuhan batang, pengisian gula
dan fase kematian. Dengan perawatan baik dan benar maka hasil yang diperoleh
akan maksimal.

5.2 Saran
Laporan ini masih jauh dari kata sempurna makanya perlu ada masukan dan
kritikan demi kesempurnaan dan evaluasi diri pratikan melaluinya.
DAFTAR PUSTAKA
Anindita, D. CS Winarsih, HT Scbayang, dan S Y Tyasmoro. 2017. Pertumbuhan
Bibit Satu Mata Tunas Yang Berasal Dari Nomor Mats Tunas Berbeda
Pada Tanaman Tebu (Saccharian officinarum 1) Vanctas Bululawang Dan
PS862 Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Jurnal Produksi
Pertanian3(5)451-459 (http://media.neliti.com/media/publications/190666-
ID-none pdf)

Kementrian Perindustrian RI.2017. Implementasi Peraturan Menteri Perindustrian


No 10/M-IND/3/2017 dan Kebijakan Pembangunan PG Baru
danPengembangan PG Existing Berbasis Tebu FGD P3GI 2017
(https://www.pagi co id/uploads/files/Implementasi 20Pennenperm 20 No
10 1 ahun 2017 dan 20Kebijakan Pembangunan 20PG Baru 20dan PG
20Existing Berbasis 20Tebu.pdf

Kementrian Pertanian. 2012. Budidaya dan Pasca Panen Tebu Jakarta:


IAARDPress(http://perkebunanlitbangpertanian.go.id/wpcontent/uploads/
2012/08/pet kebunan budidaya tebu pdf)

Kementrian Pertanian. 2014. Perunjuk Teknis Budidaya Tanaman Tebu Lampung


Gohan Octora Manurung (http://lampung litbang pertaman, go
id/ind/images/stories/publikasi brosurtebu pdf)

Menteri Pertaman RI. 2015. "Peraturan Menteri Pertanian RI No 53 Permentan


KB 110 10 2015 Tentang Pedoman Budidaya Tehu Giling yung Baik".
Dalam Berita Negara Republik Indonesia Jakarta (http://perundangan
pertanian go id/admin/file/Permentan 20532015 Pedoman Budidaya 201
ebu 20Giling Baik.pdf)

Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia 2017 Swasembada Gula Bukanlah


Isapan Jempol Dalam Berita Perkchunan 6 Maret 2017 Jakarta
(http://perkebunan litbang pertanian go id/?p-17867)
PT Perkebunan Nusantara XI. 2010. Panduan Teknik Budidaya Tanaman Tebu
Surabaya, Jawa Timur PTPN XI (Persero).

Zaini,AH, M. Bagaskara, KP Wicaksono. 2017. Uji Pertumbuhan Berbaga Jumlah


Mata Tunas Tebu (Saccharum officinarum L.) Varietas VMC 76 16 dan
PSIT 941 Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Jurnal Produksi
Pertanian 2 (5) 182-190 (https://media neliti com/media publications
190174-ID-none.pdf).
LAMPIRAN

Figure 1 Persiapan Lahan Figure 2 Persiapan Bahan Tanam

Figure 3 Alat dan Bahan Figure 4 Sebelum Ditanam


Figure 5 Proses Penanaman BZ 132

Figure 6 Pengukuran Panjang/Tinggi

Figure 7 Menghitung Anakan


Figure 8 Mencangkul rata tanah

Figure 8 Pengambilan Sampel Brix Figure 10 Pengambilan Sampel Taksasi

Figure 9 Klentek dan Klentek Bintang 3

Anda mungkin juga menyukai