Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH


ACARA II : PENETAPAN KADAR AIR BENIH

DISUSUN OLEH :
NAMA : FADEL SEPTIAN
NIM : 2012111009
KELAS : AGROTEKNOLOGI 5A
KELOMPOK : 6 (ENAM)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
TAHUN 2023
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Benih adalah tanaman atau bagian tanaman yang dapat digunakan untuk
memperbanyak atau mengembangkan tanaman. Benih dapat dipanen apabila
telah mencapai fase masak secara fisiologis. Dalam mencapai suatu tingkat
kemasakan benih, maka harus melalui beberapa fase yaitu fase pembuahan,
fase pengisian benih/penimbunan zat makanan dan fase pemasakan.
Fase pembuahan dimulai pada saat proses penyerbukan yang ditandai
dengan pembentukan jaringan dan kadar air tinggi. Fase pengisian
benih/penimbunan zat makanan ditandai dengan kenaikan berat kering benih.
Dan fase pemasakan ditandai dengan kadar air benih akan mencapai
keseimbangan dengan kelembaban udara di luar dan setelah mencapai tingkat
masak fisiologis, benih berat kering tidak banyak mengalami perubahan.
Kadar air benih mempunyai peranan penting dalam penyimpanan benih.
Kadar air benih dapat memacu proses respirasi benih sehingga akan
meningkatkan perombakan cadangan makanan pada saat
diperlukan/berkecambah. Kadar air benih mempengaruhi pemanenan,
pengolahan, penyimpanan dan pemasaran benih. Selama penyimpanan, benih
mengalami kemunduran viabilitas dan vigor, terutama berhubungan dengan
kadar air benih.
Tingkat kadar air yang aman untuk penyimpanan benih tergantung pada
jenis benih, metode penyimpanan, dan lama penyimpanan. Pengaruh kadar air
benih selama penyimpanan berkorelasi dengan suhu dan kelembaban.
Berdasarkan hasil penelitian Tefa (2017) kadar air benih 14% memberikan
viabilitas benih yang tinggi pada penyimpanan 1 bulan pada peubah potensi
tumbuh maksimum 100%, daya berkecambah 84% pada periode simpan 3
bulan. Kadar air 14% juga meningkatkan vigor benih pada peubah inkes vigor
0,89% pada periode simpan 3 bulan, kecepatan tumbuh 12,68%/etmal pada
periode simpan 3 bulan, keserempakan tumbuh 1,46% dan 1,57% pada
periode simpan 2 dan 3 bulan serta berat kering kecambah normal 0,27 g dan
0,24 g pada periode simpan 2 dan 3 bulan.
Ada berbagai metode yang dapat digunakan untuk menentukan kadar air
dari suatu benih diantaranya yaitu : Universal Moisture Tester, Burrow
Moisture Recorder, dan Digital Moisture Tester. Sedangkan untuk pengujian-
pangujian yang lebih teliti di laboratorium metode oven lebih banyak
digunakan.
Pengeringan benih dengan metode oven dilakukan dengan cara
mengeringkan benih dengan oven listrik pada suhu tertentu. Benih tersebut
dikeringkan selama waktu tertentu sampai benih mencapai bobot konstan.
Suhu yang digunakan berdasarkan ISTA (2013) tergantung pada jenis benih
yang dikeringkan. Untuk pengiringan dengan suhu rendah yaitu pada suhu
101-1050C selama 17±1 jam, suhu konstan tinggi adalah 130-1330C selama 4
jam ± 12 menit untuk jagung, untuk serealia 2 jam ± 6 menit, 1 jam ± 3 menit
untuk benih lainnya (Balai Besar PPMB-TPH, 2010). Penggunaan suhu tinggi
hanya dilakukan jika ada permintaan untuk uji banding.
Benih-benih tertentu yang berukuran kecil seperti Brassica, bisa digunakan
suhu 850C selama 2 x 24 jam (Copeland and McDonald, 2001). Benih-benih
berukuran besar dan memiliki kulit yang menghalangi hilangnya air dari benih
harus dihancurkan sebelum dikeringkan menggunakan grinding mill.
Sedangkan benih-benih berukuran besar (lebih dari 200 g/1000 butir), benih
berkulit keras, atau benih dengan kadar minyak yang tinggi harus dipotong
menjadi bagian kecil dengan ukuran kurang dari 7 mm sebagai pengganti
penghancuran (ISTA, 2013). Benih yang akan ditentukan kadar airnya harus
dihomogenkan terlebih dahulu sebelum dilakukan pengambilan contoh.
Penetapan kadar air dilakukan dengan menggunakan dua ulangan yang
pengambilan sampelnya dilakukan secara terpisah. Toleransi untuk perbedaan
maksimal antara satu ulangan dengan ulangan yang lain tidak boleh melebihi
0.2%. Jika melebihi, maka pengujian harus diulang (Balai Besar PPMB-TPH,
2010). Berikut rumus perhitungan kadar air benih :

( )
Keterangan :
KA (%) = Kadar Air
M1 = Berat cawan alumunium
M2 = Berat cawan alumunium + benih sebelum di oven
M3 = Berat cawan alumunium + benih setelah di oven

1.2. Tujuan
Mempelajari cara penentuan kadar air benih padi.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Padi (Oriza Sativa. L)

Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman semusim


dengan morfologi berbatang bulat dan berongga yang disebut jerami.
Daunnya memanjang dengan ruas searah batang daun. Pada batang utama
dan anakan membentuk rumpun pada fase vegetatif dan membentuk malai
pada fase generatif. Air dibutuhkan tanaman padi untuk pembentukan
karbohidrat di daun, menjaga hidrasi protoplasma, pengangkutan dan
mentranslokasikan makanan serta unsur hara dan mineral. Air sangat
dibutuhkan untuk perkecambahan biji. Pengisapan air merupakan
kebutuhan biji untuk berlangsungnya kegiatan-kegiatan di dalam biji
(Nuryanto, 2018). Padi dapat dibedakan atas dua macam menurut cara
bertanamnya, yaitu: Padi sawah, yaitu tanaman padi yang pertumbuhanya
memerlukan air, padi ini ditanam di tanah persawahan. Padi kering, yaitu
tanaman padi yang tidak memerlukan genangan (Sunarto, 2017). Tanaman
padi sawah (Oryza sativa L.) memiliki perkaran serabut. Dan berfungsi
untuk menyerap air dan dan zat-zat makanan dari dalam tanah. Malai padi
terdiri dari sekumpulan bunga padi yang timbul dari buku paling atas.
Bunga padi terdiri dari tangkai bunga, kelopak bunga lemma (gabah padi
yang besar), palae (gabah padi yang kecil, putik, kepala putik, tangkai sari,
kepala sari, dan bulu (awu) pada ujung lemma. Padi dapat dibedakan
menjadi padi sawah dan padi gogo. Padi sawah biasanya ditanam di daerah
dataran rendah yang memerlukan penggenangan, sedangkan padi gogo
ditanam di dataran tinggi pada lahan kering. Tidak terdapat perbedaan
morfologis dan biologis antara padi sawah dan padi gogo, yang
membedakan hanyalah tempat tumbuhnya (Nuryanto, 2018). Ciri khas
daun tanaman padi yaitu adanya sisik dan telinga daun, hal ini yang
menyebabkan daun tanaman padi dapat dibedakan dari jenis rumput yang
lain. Adapun bagian daun padi yaitu: 1) Helaian daun terletak pada batang
padi, bentuk memanjang seperti pita, 2) Pelepah daun menyelubungi
batang yang berfungsi memberi dukungan pada ruas bagian jaringan, 3)
Lidah daun terletak pada perbatasan antara helaian daun dan leher daun.
(Rokhlani, 2018).
2.2 Benih Padi

Salah satu faktor penting yang mempengaruhi peningkatan


produksi padi adalah benih yang unggul dan berkualitas, karena dapat
meningkatkan produktivitas tanaman padi. Penggunaan benih unggul
dapat meningkatkan frekuensi panen menjadi tiga kali dalam setahun. Hal
ini jikan diiringi dengan peningkatan luas panen akan meningkatkan
produksi padi secara nyata. Penggunaan benih padi varietas unggul dapat
meningkatkan produksi minimal 10%/ha, tetapi program ini harus
ditunjang oleh ketersediaan benih, kemudahan akses mendapatkan benih
dengan harga yang terjangkau oleh petani (Arief, 2019). Penggunaan
benih bermutu (bersertifkat) dapat meningkatkan mutu hasil dan sebagai
sarana pengendali hama dan penyakit tanaman, sehingga ketersediaan
benih unggul bersertifikat bagi petani merupakan syarat mutlak meskipun
dalam struktur ongkos usaha tani padi, proporsi pengeluaran biaya benih
tidak sampai 5% dari total pengeluaran usaha tani dibanding dengan pupuk
(7-14%), lahan (14-34 %), dan tenaga kerja (30-62 %) (Badan Pusat
Statistik, 2008-2017) sebagaimana pada tabel 1.Penggunaan benih padi
bersertifikat berdasarkan bantuan program pemerintah dan pasar bebas
sampai dengan triwulan III tahun 2017 mencapai 87.639,29 ton atau
36,92% dari total kebutuhan benih potensial 237.389 ton (Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan, 2017). Berarti lebih dari 60 % petani
menggunakan benih padi tidak bersertifikat. Pada tahun 2016, tingkat
penggunaan benih varietas unggul bersertifikat untuk padi sebanyak
180.927,68 ton (43,52%) atau belum mencapai 50%nya (Direktorat
Perbenihan Tanaman Pangan, 2016).
Proses penangkaran benih padi maupun padi konsumsi sangat
dipengaruhi oleh alam yaitu pada musim kemarau dan hujan. Musim
kemarau dapat menyebabkan kekeringan dan musim hujan yang
mendatangkan banyak hama seperti tikus, keong mas, wereng coklat,
kupu-kupu putih, walang sangit, dan penyakit yang sering menyebabkan
kerugian yaitu penyakit padi seperti tungro dan kresek. Pada penangkaran
benih jika ada varietas lain yang hidup dalam varietas benih itu sendiri
harus dilakukan pembersihan pada varietas tersebut agar kemurnian benih
bisa terjaga. Hasil panen dari padi tidak bisa langsung dijadikan benih
karena dalam proses pembenihan ada proses pembersihan benih (rouging).
Proses ini dilakukan untuk menilai segi kemurnian benih agar tidak ada
campuran kotoran dari bagian padi itu sendiri dan dari campuran varietas
lain, sehingga layak untuk disertifikasi dan dipasarkan. Proses lain dari
pembenihan adalah perawatan, pengemasan yang memerlukan bahan yang
bisa menjaga kadar air dari benih itu sendiri, serta penyimpanan.
Penyimpanan ini nantinya akan menambah biaya produksi yang
berpengaruh terhadap pendapatan petanipenangkar benih padi serta
kwalitas benih padi itu sendiri (Normansyah et al., 2013).
2.3 Kadar Air

Pengolahan benih merupakan serangkaian kegiatan yang bertujuan


untuk menghasilkan benih padi yang bermutu tinggi. Proses pengolahan
benih tersebut antara lain meliputi kegiatan : penerimaan hasil panen,
pengeringan, pembersihan/sortasi, pengujian, pengemasan dan
penyimpanan. Setiap kegiatan dari rangkaian proses pengolahan benih
tersebut akan sangat mempengaruhi mutu/kualitas benih yang dihasilkan.
Produk benih padi yang siap dipasarkan biasanya dikemas dengan
kemasan plastik yang resisten terhadap kelembaban udara. Benih yang
disimpan di tempat penyimpanan benih, mempunyai umur simpan tertentu
karena benih merupakan benda hidup yang masih melakukan proses
respirasi / pernapasan. Vigor dan Viabilitas benih tersebut akan mengalami
kemunduran atau yang lebih dikenal dengan istilah deteriorasi . Semakin
lama mutu benih yang disimpan akan semakin berkurang dari kondisi
awal, oleh karena itu lama penyimpanan benih sampai benih tersebut
ditanam akan sangat mempengaruhi mutu benih yang dihasilkan.
Hubungan kadar air dan umur benih pada umumnya ialah bahwa untuk
setiap kenaikan 1% kadar air benih, umur benih menurun setengahnya.
Hukum ini berlaku untuk benih dengan kadar air antara 5 dan 13%. Kadar
air di atas 13%, cendawan dan peningkatan panas akibat respirasi
mengakibatkan umur benih menurun pada tingkat yang lebih cepat. Ketika
kadar air benih mencapai 18 sampai 20 %, peningkatan respirasi dan
aktifitas mikroorganisme menyebabkan deteriorasi benih yang cepat. Pada
kadar air 30 %, sebagian besar benih yang tidak dorman mulai
berkecambah. Pada kadar air tingkat rendah, benih yang disimpan pada
kadar air 4 sampai 5 % tidak terpengaruh oleh cendawan, tetapi benih-
benih tersebut memiliki umur simpan yang lebih pendek dari benih yang
disimpan pada kadar air yang sedikit lebih tinggi (Dewi & Subang, 2015)
Penurunan mutu dan kerusakan benih selama penyimpanan tidak
dapat dihentikan akan tetapi dapat diperlambat dengan mengatur kondisi
penyimpanan. Kadar air benih merupakan faktor utama yang menentukan
daya simpan benih. Kerusakan benih selama penyimpanan sebagian besar
dipengaruhi oleh kandungan air di dalam benih. Kadar air benih yang
tinggi dapat meningkatkan laju kemunduran benih pada tempat
penyimpanan. Laju kemunduran benih dapat diperlambat dengan cara
kadar air benih harus dikurangi sampai kadar air benih optimum. Kadar air
benih yang melebihi batas kritikalnya akan menyebabkan kerusakan
protein, diduga terbentuknya radikal bebas. Oksidasi gugus radikal bebas
menghasilkan hidroperoksida yang dapat bereaksi dengan protein sehingga
aktivitasnya menurun. Benih padi yang disimpan dalam kantong plastik
bagor selama 0-6 bulan mengalami peningkatan kadar air pada 5 bulan
simpan yaitu 12,11% dan 6 bulan simpan 12,21%. Penyimpanan benih
padi dilakukan segera setelah tanaman selesai dipanen dan melalui proses
pengeringan untuk mengurangi kadar air benih. Metode penyimpanan
benih ada dua macam yaitu penyimpanan secara tradisional dan modern.
Penyimpanan secara tradisional diantaranya adalah dengan menyimpan
benih dalam kantong plastik, lumbung sederhana, keranjang yang terbuat
dari daun lontar atau benih-benih diikat kecil-kecil dan diletakkan diatas
perapian. Bahwa tingkat vigor awal benih tidak dapat dipertahankan, dan
benih yang disimpan selalu mengalami proses kemunduran mutunya
secara kronologis selama penyimpanan. Sifat kemunduran ini tidak dapat
dicegah dan tidak dapat balik atau diperbaiki secara sempurna. Laju
kemunduran mutu benih hanya dapat diperkecil dengan melakukan
pengolahan dan penyimpanan secara baik. Berapa lama benih dapat
disimpan sangat bergantung pada kondisi benih terutama kadar air benih
dan lingkungan tempatnya menyimpan (Tefa, 2017)
2.4 Metode Pengeringan

Selain pengeringan alami dengan matahari, terdapat teknologi


pengeringan lain yang bersifat buatan dan sering digunakan oleh
masyarakat yaitu dengan menggunakan oven. Pengeringan dengan oven
dilakukan dengan mengatur panas, kelembaban, dan kadar air. Dalam hal
ini, oven digunakan sebagai dehydrator. Waktu yang diperlukan untuk
pengeringan dengan oven sekitar 5-12 jam. Agar bahan menjadi kering,
temperature oven harus di atas 60oC. Kelebihan pengeringan
menggunakan oven adalah suhu dan kecepatan proses pengeringan dapat
diatur sesuai keinginan, tidak terpengaruh cuaca, sanitasi dan higienis
dapat dikendalikan. Pengeringan adalah upaya penurunan kadar air. Kadar
air yang diinginkan untuk biji pala kering yang bermutu baik adalah
maksimal 10% (Rusliana & Saleh, 2022)
Faktor lingkungan yang mempengaruhi daya dan laju
perkecambahan, yaitu suhu lingkungan, kelembaban, udara (ketersediaan
oksigen dan pengaruhnya terhadap kandungan karbon dioksida), serta
intensitas cahaya, karena kelembaban (kadar air benih dan kelembaban
nisbi ruang perkecambahan serta interaksinya) dianggap sebagai faktor
terpenting yang menentukan daya kecambah dibanding faktor-faktor
lingkungan lain. Pengukuran kadar air pada benih-benih berukuran besar,
seperti benih kelapa sawit, dilakukan dengan terlebih dahulu memecah
benih sebelum dimasukkan dalam oven dengan suhu tetap (103 C atau 130
C tergantung waktu pemberian). Selain itu, metode oven dengan suhu
tetap untuk pengukuran kadar air benih dibagi dalam dua teknik
pelaksanaan, yaitu oven suhu rendah tetap (103 C selama 48 jam) dan
oven suhu tinggi tetap (130 C selama 3 jam). Penggunaan kedua teknik
pengukuran kadar air tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan masing-
masing, namun potensi perbedaan hasil yang diperoleh perlu diketahui
untuk menghindari terjadinya kesalahan pembacaan kadar air benih yang
dapat menyebabkan rendahnya daya kecambah benih (Seed, 2018)
III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum tentang perkembangan benih ini dilaksanakan pada hari


kamis tanggal 14 september 2023. Praktikum ini dilaksanakan di
Laboratorium Ruang Asistensi 2, Gedung F, Fakultas Pertanian,
Perikanan dan Biologi, Universitas Bangka Belitung.
3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah oven, deksikator, timbangan, mortar


atau grinder, cawan alumunium. Bahan yang digunakan adalah benih
kedelai.
3.3. Cara Kerja

Disiapkan benih padi dan dihaluskan dengan menggunakan mortar


atau grinder. Setelah semua benih dihaluskan, dilakukan penimbangan
terhadap cawan alumunium (M1) dengan menggunakan timbangan
analitik, dan dicatat untuk setiap berat cawan.
Kemudian dilakukan penimbangan terhadap benih, dimana berat
masing-masing benih yaitu 5 g, sehingga diperoleh M2 dari
penjumlahan berat cawan dan berat benih sebelum di oven.
Dihidupkan oven dan diatur suhu sesuai dengan yang diperlukan
(101°C).
Ditempatkan cawan beserta benih di dalam oven yang telah diatur
suhunya (101°C) dan dibiarkan selama 24 jam. Setelah 24 jam, cawan
yang berisi benih didinginkan kemudian ditimbang beratnya, dan
diperoleh data M3.
Terakhir dilakukan penghitungan Kadar Air benih dengan
menggunakan rumus. Dilakukan pencatatan hasilnya di kolom yang
disediakan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Tabel 1.
No. Nama Benih Ulangan M1 M2 M3 KA (%)
BeratBerat Berat
Cawan
cawan + cawan +
benih benih
sebelum setelah
oven oven
1 Padi 1 17,93 21,95 21,39 0,14%
2 18,39 22, 35 21,9 0,11%
3 18,11 22,13 21,63 0,17%
Rata-Rata Kadar Air Benih Padi 0,14%

4.2. Pembahasan
Praktikum ini dilakukan di RA2 pada hari kamis tanggal 14
september 2023, dengan cara benih padi dihaluskan menggunakan
grinder dan setelah halus dimasukan kedalam oven. Benih yang telah
di ovenkan ditunggu selama 24 jam dengan suhu 101˚C. Hasil pada
M1 ulangan 1 padi didapatkan hasil yaitu 17,93, ulangan 2 yaitu 18,39,
dan ulangan 3 yaitu 18,11 dengan cara menimbang berat cawan padi
tersebut.
Hasil pada M2 ulangan 1 padi didapatkan hasil yaitu 21,95,
ulangan 2 yaitu 22,35, dan ulangan 3 yaitu 22,13 dengan cara
menimbang berat cawan sebelum dimasukan kedalam oven.
Hasil pada M3 ulangan 1 padi didapatkan hasil yaitu 21,39,
ulangan 2 yaitu 21,9, dan ulangan 3 yaitu 21,63 dengan cara
menimbang berat cawan padi setelah dimasukan kedalam oven.
Hasil pada KA% pada ulangan 1 yaitu 0,14%, ulangan 2 yaitu
0,11%, dan ulangan 3 yaitu 0,17% dengan rata-rata 0,14%.
Faktor lingkungan yang mempengaruhi daya dan laju
perkecambahan, yaitu suhu lingkungan, kelembaban, udara
(ketersediaan oksigen dan pengaruhnya terhadap kandungan karbon
dioksida), serta intensitas cahaya, karena kelembaban (kadar air benih
dan kelembaban nisbi ruang perkecambahan serta interaksinya)
dianggap sebagai faktor terpenting yang menentukan daya kecambah
dibanding faktor-faktor lingkungan lain. Pengukuran kadar air pada
benih-benih berukuran besar, seperti benih kelapa sawit, dilakukan
dengan terlebih dahulu memecah benih sebelum dimasukkan dalam
oven dengan suhu tetap (103 C atau 130 C tergantung waktu
pemberian). Selain itu, metode oven dengan suhu tetap untuk
pengukuran kadar air benih dibagi dalam dua teknik pelaksanaan, yaitu
oven suhu rendah tetap (103 C selama 48 jam) dan oven suhu tinggi
tetap (130 C 3 jam). Penggunaan kedua teknik pengukuran kadar air
tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, namun
potensi perbedaan hasil yang diperoleh perlu diketahui untuk
menghindari terjadinya kesalahan pembacaan kadar air benih yang
dapat menyebabkan rendahnya daya kecambah benih (Seed, 2018).
Laju kemunduran vigor dan viabilitas benih tergantung pada beberapa
faktor, di antaranya faktor genetik dari spesies atau kultivarnya,
kondisi benih, kondisi penyimpanan, keseragaman lot benih serta
cendawan gudang, bila kondisi penyimpanan memungkinkan
perutumbuhannya. Selain itu dijelaskan pula mengenai perbedaan sifat
genetik pada tiap-tiap varietas (Basuki et al., 2013)
Terlihat bahwa lama pengeringan memberikan pengaruh sangat
nyata pada rendemen. Penyebabnya adalah dengan bertambahnya lama
pengeringan akan menguapkan air yang semakin banyak sehingga
rendemen yang dihasilkan semakin menurun. Ketika lama pengeringan
bertambah, maka kadar air akan semakin menurun karena semakin
banyak air yang menguap dan terindikasi dari nilai kapasitansi dengan
biji pala yang semakin menurun. Kapasitansi yang semakin menurun
akan membuat tampungan muatan elektron pada level tegangan
tertentu semakin menurun. Meskipun kecepatan penurunan kapasitansi
tidak secepat kecepatan penuruan kadar air pada pengeringan benih
padi ini (Rusliana & Saleh, 2022). Tinggi rendahnya kandungan air
dalam benih memegang peranan yang demikian penting dan
berpengaruh besar terhadap viabilitas dan pertumbuhan umum dari
benih tersebut. Pengeringan adalah usaha menurunkan kadar air susut
bahan sampai kadar air keseimbangan dengan kondisi udara pengering
atau sampai tingkat kadar air yang aman untuk disimpan. Benih-benih
yang disimpan di gudang penyimpanan biasanya dalam suatu kemasan.
Pengemasan benih bertujuan untuk melindungi benih dari faktor-faktor
biotik dan abiotik, mempertahankan kemurnian benih baik secara fisik
maupun genetik, serta memudahkan dalam penyimpanan dan
pengangkutan. Deteriorasi atau kemunduran benih yang menyebabkan
menurunnya vigor dan viabilitas benih merupakan awal kegagalan
dalam kegiatan pertanian sehingga harus dicegah agar tidak
mempengaruhi produktivitas tanaman. Kemunduran benih adalah
mundurnya mutu fisiologis benih yang dapat menimbulkan perubahan
menyeluruh didalam benih, baik fisik, fisiologis maupun kimiawi yang
mengakibatkan menurunnya viabilitas benih. Viabilitas benih adalah
merupakan daya hidup benih yang dapat ditunjukan dalam fenomena
pertumbuhannya, gejala metabolism, kinerja kromosom atau garis
viabilitas, sedangkan viabilitas potensial adalah parameter viabilitas
dari satu lot benih yang menunjukan kemampuan benih menumbuhkan
tanaman normal yang berproduksi normal pada kondisi lapang yang
optimum (Dewi & Subang, 2015).
Tinggi rendahnya kandungan air dalam benih memegang peranan
yang demikian penting dan berpengaruh besar terhadap viabilitas dan
pertumbuhan umum dari benih tersebut. Pengeringan adalah usaha
menurunkan kadar air susut bahan sampai kadar air keseimbangan
dengan kondisi udara pengering atau sampai tingkat kadar air yang
aman untuk disimpan. Benih-benih yang disimpan di gudang
penyimpanan biasanya dalam suatu kemasan. Pengemasan benih
bertujuan untuk melindungi benih dari faktor-faktor biotik dan abiotik,
mempertahankan kemurnian benih baik secara fisik maupun genetik,
serta memudahkan dalam penyimpanan dan pengangkutan. Deteriorasi
atau kemunduran benih yang menyebabkan menurunnya vigor dan
viabilitas benih merupakan awal kegagalan dalam kegiatan pertanian
sehingga harus dicegah agar tidak mempengaruhi produktivitas
tanaman. Kemunduran benih adalah mundurnya mutu fisiologis benih
yang dapat menimbulkan perubahan menyeluruh didalam benih, baik
fisik, fisiologis maupun kimiawi yang mengakibatkan menurunnya
viabilitas benih. Viabilitas benih adalah merupakan daya hidup benih
yang dapat ditunjukan dalam fenomena pertumbuhannya, gejala
metabolism, kinerja kromosom atau garis viabilitas, sedangkan
viabilitas potensial adalah parameter viabilitas dari satu lot benih yang
menunjukan kemampuan benih menumbuhkan tanaman normal yang
berproduksi normal pada kondisi lapang yang optimum (Dewi &
Subang, 2015).
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan


bahwa cara penentuan kadar air benih yaitu dengan 2 metode. Metode
penyimpanan benih ada dua macam yaitu penyimpanan secara
tradisional dan modern. Penyimpanan secara tradisional diantaranya
adalah dengan menyimpan benih dalam kantong plastik, lumbung
sederhana, keranjang yang terbuat dari daun lontar atau benih-benih
diikat kecil-kecil dan diletakkan diatas perapian. Metode yang kami
gunakan yaitu dengan menggunakan oven, dengan cara dipanaskan
didalam oven dengan suhu 101˚C dengan lama penyimpanan selama
24 jam. Benih yang kami gunakan yaitu benih padi yang telah
dihaluskan menggunakan grinder.

5.2 Saran

Saran dari saya untuk praktikum pada kamis kemarin yaitu, untuk
lebih tegas terhadap mahasiswa yang tidak hadir pada saat praktikum
tersebut, untuk hadir dipraktikum terlebih dahulu agar teman-teman
kelompokmya tidak kesulitan saat praktikum. Dan saran saya agar
kakak telah mempersiapkan bahan yang telah dihaluskan, agar tidak
banyak memakan waktu dalam praktikum tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Arief 2019. Kajian Serapan Benih Padi Bersertifikat Di Indonesia


Periode 2012-2017. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian, Volume 13,
Nomor 2, 2019.
Basuki et.al 2013. PENGARUH PENGERINGAN TERHADAP
KUALITAS BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merr).
Jurnal Produksi Tanaman, Volume 2, Nomor 5, Juli 2014,
hlm. 388-394.
Dewi dan Subang 2015. Pengaruh Kombinasi Kadar Air Benih dan
Lama Penyimpanan terhadap Viabilitas dan Sifat Fisik Benih
Padi Sawah Kultivar Ciherang. Jurnal Agrorektan: Vol. 2 No.
1 Juni 2015.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian-RI.
2017. Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Tahun 2016. Jakarta.
Normansyah et.al 2013. Analisis Usaha tani Penangkaran Benih Padi
(Oriza Sativa L.) Varietas Ciherang. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Agroinfo Galuh Volume 1 Nomor 2, Januari 2015.
Nuryanto. B, 2018. Pengendalian penyakit tanaman padi berwawasan
lingkungan melalui pengelolaan komponen epidemik. Balai
besar penelitian tanaman padi Sukamandi. Subang, Jawa Barat
1(1): 41-256.
Rokhlani, 2018, biopestisida pilhan tepat pengendalian organisme
pengganggu tanaman.
Rusliana dan Saleh 2022. Model Hubungan Antara Pengeringan Oven
Terhadap Nilai Kapasitansi, Kadar Air, Rendemen Biji Pala
(Myristica Fragrans Houtt). Prosiding The 13th Industrial
Research Workshop and National Seminar Bandung, 13-14
Juli 2022.
Seed 2018. APLIKASI METODE OVEN SUHU TINGGI TETAP
DAN BENIH UTUH DALAM PENGUJIAN KADAR AIR
BENIH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensisL. Jacq.). J. Pen.
Kelapa Sawit, 2018, 26(3): 153-159.
Sunarto, T. S. Hidayat, A.I, Wawan. 2017. Pengendalian hama
penyakit pada tanaman padi dengan biopestisida nematoda
emtomopatogen (steinema spp) di desa Purbahayu,
pangandaran. Jurnal pengabdian kepada masyarakat, vol.1, 6,
2017, 409-411.
Tega 2017. Uji Viabilitas dan Vigor Benih Padi (Oryza sativa, L.)
selama Penyimpanan pada Tingkat Kadar Air yang Berbeda.
Jurnal Pertanian Konservasi Lahan Kering, 2 (3) 48-50
(2017).
LAMPIRAN
Laporan Sementara

Anda mungkin juga menyukai