DISUSUN OLEH :
NAMA : FADEL SEPTIAN
NIM : 2012111009
KELAS : AGROTEKNOLOGI 5A
KELOMPOK : 6 (ENAM)
Benih adalah tanaman atau bagian tanaman yang dapat digunakan untuk
memperbanyak atau mengembangkan tanaman. Benih dapat dipanen apabila
telah mencapai fase masak secara fisiologis. Dalam mencapai suatu tingkat
kemasakan benih, maka harus melalui beberapa fase yaitu fase pembuahan,
fase pengisian benih/penimbunan zat makanan dan fase pemasakan.
Fase pembuahan dimulai pada saat proses penyerbukan yang ditandai
dengan pembentukan jaringan dan kadar air tinggi. Fase pengisian
benih/penimbunan zat makanan ditandai dengan kenaikan berat kering benih.
Dan fase pemasakan ditandai dengan kadar air benih akan mencapai
keseimbangan dengan kelembaban udara di luar dan setelah mencapai tingkat
masak fisiologis, benih berat kering tidak banyak mengalami perubahan.
Kadar air benih mempunyai peranan penting dalam penyimpanan benih.
Kadar air benih dapat memacu proses respirasi benih sehingga akan
meningkatkan perombakan cadangan makanan pada saat
diperlukan/berkecambah. Kadar air benih mempengaruhi pemanenan,
pengolahan, penyimpanan dan pemasaran benih. Selama penyimpanan, benih
mengalami kemunduran viabilitas dan vigor, terutama berhubungan dengan
kadar air benih.
Tingkat kadar air yang aman untuk penyimpanan benih tergantung pada
jenis benih, metode penyimpanan, dan lama penyimpanan. Pengaruh kadar air
benih selama penyimpanan berkorelasi dengan suhu dan kelembaban.
Berdasarkan hasil penelitian Tefa (2017) kadar air benih 14% memberikan
viabilitas benih yang tinggi pada penyimpanan 1 bulan pada peubah potensi
tumbuh maksimum 100%, daya berkecambah 84% pada periode simpan 3
bulan. Kadar air 14% juga meningkatkan vigor benih pada peubah inkes vigor
0,89% pada periode simpan 3 bulan, kecepatan tumbuh 12,68%/etmal pada
periode simpan 3 bulan, keserempakan tumbuh 1,46% dan 1,57% pada
periode simpan 2 dan 3 bulan serta berat kering kecambah normal 0,27 g dan
0,24 g pada periode simpan 2 dan 3 bulan.
Ada berbagai metode yang dapat digunakan untuk menentukan kadar air
dari suatu benih diantaranya yaitu : Universal Moisture Tester, Burrow
Moisture Recorder, dan Digital Moisture Tester. Sedangkan untuk pengujian-
pangujian yang lebih teliti di laboratorium metode oven lebih banyak
digunakan.
Pengeringan benih dengan metode oven dilakukan dengan cara
mengeringkan benih dengan oven listrik pada suhu tertentu. Benih tersebut
dikeringkan selama waktu tertentu sampai benih mencapai bobot konstan.
Suhu yang digunakan berdasarkan ISTA (2013) tergantung pada jenis benih
yang dikeringkan. Untuk pengiringan dengan suhu rendah yaitu pada suhu
101-1050C selama 17±1 jam, suhu konstan tinggi adalah 130-1330C selama 4
jam ± 12 menit untuk jagung, untuk serealia 2 jam ± 6 menit, 1 jam ± 3 menit
untuk benih lainnya (Balai Besar PPMB-TPH, 2010). Penggunaan suhu tinggi
hanya dilakukan jika ada permintaan untuk uji banding.
Benih-benih tertentu yang berukuran kecil seperti Brassica, bisa digunakan
suhu 850C selama 2 x 24 jam (Copeland and McDonald, 2001). Benih-benih
berukuran besar dan memiliki kulit yang menghalangi hilangnya air dari benih
harus dihancurkan sebelum dikeringkan menggunakan grinding mill.
Sedangkan benih-benih berukuran besar (lebih dari 200 g/1000 butir), benih
berkulit keras, atau benih dengan kadar minyak yang tinggi harus dipotong
menjadi bagian kecil dengan ukuran kurang dari 7 mm sebagai pengganti
penghancuran (ISTA, 2013). Benih yang akan ditentukan kadar airnya harus
dihomogenkan terlebih dahulu sebelum dilakukan pengambilan contoh.
Penetapan kadar air dilakukan dengan menggunakan dua ulangan yang
pengambilan sampelnya dilakukan secara terpisah. Toleransi untuk perbedaan
maksimal antara satu ulangan dengan ulangan yang lain tidak boleh melebihi
0.2%. Jika melebihi, maka pengujian harus diulang (Balai Besar PPMB-TPH,
2010). Berikut rumus perhitungan kadar air benih :
( )
Keterangan :
KA (%) = Kadar Air
M1 = Berat cawan alumunium
M2 = Berat cawan alumunium + benih sebelum di oven
M3 = Berat cawan alumunium + benih setelah di oven
1.2. Tujuan
Mempelajari cara penentuan kadar air benih padi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
4.2. Pembahasan
Praktikum ini dilakukan di RA2 pada hari kamis tanggal 14
september 2023, dengan cara benih padi dihaluskan menggunakan
grinder dan setelah halus dimasukan kedalam oven. Benih yang telah
di ovenkan ditunggu selama 24 jam dengan suhu 101˚C. Hasil pada
M1 ulangan 1 padi didapatkan hasil yaitu 17,93, ulangan 2 yaitu 18,39,
dan ulangan 3 yaitu 18,11 dengan cara menimbang berat cawan padi
tersebut.
Hasil pada M2 ulangan 1 padi didapatkan hasil yaitu 21,95,
ulangan 2 yaitu 22,35, dan ulangan 3 yaitu 22,13 dengan cara
menimbang berat cawan sebelum dimasukan kedalam oven.
Hasil pada M3 ulangan 1 padi didapatkan hasil yaitu 21,39,
ulangan 2 yaitu 21,9, dan ulangan 3 yaitu 21,63 dengan cara
menimbang berat cawan padi setelah dimasukan kedalam oven.
Hasil pada KA% pada ulangan 1 yaitu 0,14%, ulangan 2 yaitu
0,11%, dan ulangan 3 yaitu 0,17% dengan rata-rata 0,14%.
Faktor lingkungan yang mempengaruhi daya dan laju
perkecambahan, yaitu suhu lingkungan, kelembaban, udara
(ketersediaan oksigen dan pengaruhnya terhadap kandungan karbon
dioksida), serta intensitas cahaya, karena kelembaban (kadar air benih
dan kelembaban nisbi ruang perkecambahan serta interaksinya)
dianggap sebagai faktor terpenting yang menentukan daya kecambah
dibanding faktor-faktor lingkungan lain. Pengukuran kadar air pada
benih-benih berukuran besar, seperti benih kelapa sawit, dilakukan
dengan terlebih dahulu memecah benih sebelum dimasukkan dalam
oven dengan suhu tetap (103 C atau 130 C tergantung waktu
pemberian). Selain itu, metode oven dengan suhu tetap untuk
pengukuran kadar air benih dibagi dalam dua teknik pelaksanaan, yaitu
oven suhu rendah tetap (103 C selama 48 jam) dan oven suhu tinggi
tetap (130 C 3 jam). Penggunaan kedua teknik pengukuran kadar air
tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, namun
potensi perbedaan hasil yang diperoleh perlu diketahui untuk
menghindari terjadinya kesalahan pembacaan kadar air benih yang
dapat menyebabkan rendahnya daya kecambah benih (Seed, 2018).
Laju kemunduran vigor dan viabilitas benih tergantung pada beberapa
faktor, di antaranya faktor genetik dari spesies atau kultivarnya,
kondisi benih, kondisi penyimpanan, keseragaman lot benih serta
cendawan gudang, bila kondisi penyimpanan memungkinkan
perutumbuhannya. Selain itu dijelaskan pula mengenai perbedaan sifat
genetik pada tiap-tiap varietas (Basuki et al., 2013)
Terlihat bahwa lama pengeringan memberikan pengaruh sangat
nyata pada rendemen. Penyebabnya adalah dengan bertambahnya lama
pengeringan akan menguapkan air yang semakin banyak sehingga
rendemen yang dihasilkan semakin menurun. Ketika lama pengeringan
bertambah, maka kadar air akan semakin menurun karena semakin
banyak air yang menguap dan terindikasi dari nilai kapasitansi dengan
biji pala yang semakin menurun. Kapasitansi yang semakin menurun
akan membuat tampungan muatan elektron pada level tegangan
tertentu semakin menurun. Meskipun kecepatan penurunan kapasitansi
tidak secepat kecepatan penuruan kadar air pada pengeringan benih
padi ini (Rusliana & Saleh, 2022). Tinggi rendahnya kandungan air
dalam benih memegang peranan yang demikian penting dan
berpengaruh besar terhadap viabilitas dan pertumbuhan umum dari
benih tersebut. Pengeringan adalah usaha menurunkan kadar air susut
bahan sampai kadar air keseimbangan dengan kondisi udara pengering
atau sampai tingkat kadar air yang aman untuk disimpan. Benih-benih
yang disimpan di gudang penyimpanan biasanya dalam suatu kemasan.
Pengemasan benih bertujuan untuk melindungi benih dari faktor-faktor
biotik dan abiotik, mempertahankan kemurnian benih baik secara fisik
maupun genetik, serta memudahkan dalam penyimpanan dan
pengangkutan. Deteriorasi atau kemunduran benih yang menyebabkan
menurunnya vigor dan viabilitas benih merupakan awal kegagalan
dalam kegiatan pertanian sehingga harus dicegah agar tidak
mempengaruhi produktivitas tanaman. Kemunduran benih adalah
mundurnya mutu fisiologis benih yang dapat menimbulkan perubahan
menyeluruh didalam benih, baik fisik, fisiologis maupun kimiawi yang
mengakibatkan menurunnya viabilitas benih. Viabilitas benih adalah
merupakan daya hidup benih yang dapat ditunjukan dalam fenomena
pertumbuhannya, gejala metabolism, kinerja kromosom atau garis
viabilitas, sedangkan viabilitas potensial adalah parameter viabilitas
dari satu lot benih yang menunjukan kemampuan benih menumbuhkan
tanaman normal yang berproduksi normal pada kondisi lapang yang
optimum (Dewi & Subang, 2015).
Tinggi rendahnya kandungan air dalam benih memegang peranan
yang demikian penting dan berpengaruh besar terhadap viabilitas dan
pertumbuhan umum dari benih tersebut. Pengeringan adalah usaha
menurunkan kadar air susut bahan sampai kadar air keseimbangan
dengan kondisi udara pengering atau sampai tingkat kadar air yang
aman untuk disimpan. Benih-benih yang disimpan di gudang
penyimpanan biasanya dalam suatu kemasan. Pengemasan benih
bertujuan untuk melindungi benih dari faktor-faktor biotik dan abiotik,
mempertahankan kemurnian benih baik secara fisik maupun genetik,
serta memudahkan dalam penyimpanan dan pengangkutan. Deteriorasi
atau kemunduran benih yang menyebabkan menurunnya vigor dan
viabilitas benih merupakan awal kegagalan dalam kegiatan pertanian
sehingga harus dicegah agar tidak mempengaruhi produktivitas
tanaman. Kemunduran benih adalah mundurnya mutu fisiologis benih
yang dapat menimbulkan perubahan menyeluruh didalam benih, baik
fisik, fisiologis maupun kimiawi yang mengakibatkan menurunnya
viabilitas benih. Viabilitas benih adalah merupakan daya hidup benih
yang dapat ditunjukan dalam fenomena pertumbuhannya, gejala
metabolism, kinerja kromosom atau garis viabilitas, sedangkan
viabilitas potensial adalah parameter viabilitas dari satu lot benih yang
menunjukan kemampuan benih menumbuhkan tanaman normal yang
berproduksi normal pada kondisi lapang yang optimum (Dewi &
Subang, 2015).
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Saran dari saya untuk praktikum pada kamis kemarin yaitu, untuk
lebih tegas terhadap mahasiswa yang tidak hadir pada saat praktikum
tersebut, untuk hadir dipraktikum terlebih dahulu agar teman-teman
kelompokmya tidak kesulitan saat praktikum. Dan saran saya agar
kakak telah mempersiapkan bahan yang telah dihaluskan, agar tidak
banyak memakan waktu dalam praktikum tersebut.
DAFTAR PUSTAKA