Oleh :
Kelompok 4
Sifa Maharani (2014161052)
Dinaya Safina (2054161007)
Nadila Agustin (2014161055)
Irfan Nur (20541610
Ahmad Fikri (20141610
1.2 Tujuan
1.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kacang tanah merupakan salah satu sumber protein nabati yang cukup penting di
Indonesia, luas pertanamannya menempati urutan 4 setelah padi, jagung dan
kedelai. Dalam meningkatkan produksi juga dituntut untuk tetap menjaga
lingkungan agar tidak rusak sehingga produksi bisa lestari. Upaya untuk
meningkatkan Kacang tanah dengan perluasan areal memanfaakan lahan kering
yang belum dikelolah secara optimal, memanfaatkan limbah. pertanian sebagai
pupuk untuk menekan biaya produksi serta pengelolaan tanaman secara baik
(Arinong, 2008). Menurut Ingale (2011) kacang tanah berasal dari Amerika
Selatan. Kacang tanah dapat hidup baik pada wilayah tropis dengan suhu sedang
hingga panas (maksimal 32°C). Kacang tanah dapat bersimbiosis dengan
beberapa mikroorganisme yang dapat membantu pertumbuhan tanaman kacang
tanah. Mikroorganisme yang dapat bersimbiosis seperti rhizobium dan tricoderma.
Pertumbuhan kacang tanah, secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua tipe,
yaitu tipe tegak dan tipe menjalar. Pada umumnya percabangan tanaman kacang
tanah tipe tegak sedikit banyak melurus atau hanya agak miring keatas. Batang
utama tanaman kacang tanah tipe menjalar tentu saja lebih panjang daripada
batang utama tipe tegak, biasanya panjang batang utama tipe tegak, biasanya
panjang batang utama antara 33-50cm. Kacang tanah tipe tegak lebih disukai
karena umurnya genjah. Kacang tanah tipe tegak lebih mudah dipungut hasilnya
daripada kacang tanah tipe menjalar (Aak, 2006).
2.3 Manfaat Kacang Tanah
Kacang tanah merupakan sumber nutrisi yang baik bagi manusia. Kacang tanah
menyediakan banyak protein yang dapt membantu pertumbuhan dan
perkembangan manusia. Protein yang terdapat di kacang tanah merupakan protein
yang tidak terdapat pada hewan dan tidak di produksi oleh tubuh manusia,
sehingga mengkonsumsi kacang dapat membantu penyediaan nutrisi yang tidak
bisa di produksi oleh tubuh manusia (Atasie, 2009).
Dalam budidaya kacang tanah tidak hanya diperluakan pemberian pupuk, tapi
juga pengolahan lahan sangat diperlukan. Saat lahan sudah mengalami
pengolahan akan memudahkan ginofor pada kacang tanah masuk ke dalam tanah
dan membentuk polong. Selain untuk memudahkan ginofor masuk ke dalam
tanah, kondisi tanah gembur akan memudahkan akar untuk tumbuh sehingga
serapan hara dan air dapat maksimal. Pada saat pemanenan kondisi tanah yang
gembur memberi kemudahan pada petani untuk mencabut kacang dengan tingkat
kehilangan polong kacang tanah yang kecil karena tertinggal dalam tanah
(Habiby, 2013).
Alat yang digunakan yaitu cangkul, air, tali rafia, penggaris, timbangan, meteran
gulung, koret, sprayer dan lain-lain. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu benih
kacang tanah, pupuk dan herbisida.
3.4 Pengamatan
Pada praktikum ini dilakukan juga pengamatan yang terdiri dari pengamaan laju
pertumbuhan dan pengamatan kondisi fisik tanaman kacang tanah. pengamatan
laju pertumbuhan yang dilakukan seperti pengamatan tinggi tanaman, dan jumlah
daun. Sedangkan pengamatan kondisi fisik dilakukan dengan mengamati tanaman,
apakah tanaman tersebut terserang hama atau penyakit. Hal tersebut dapat dilihat
dari tanda-tanda kelainan fisik tanaman kacang tanah, selain itu juga dilakukan
pengamatan lahan, apakah lahan terlalu kering dan sudah terlalu banyak
ditumbuhi gulma.
IV. Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil
Variabel Pengamatan
Tanggal Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) Jumlah daun (Helai)
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
15 Maret 2023 3,5 3 3,5 3,2 3 12 10 10 9 12
29 Maret 2023 8 9 6,5 7 7,5 27 29 27 26 30
4.2 Pembahasan
Jumlah polong per tanaman diklasifikasikan menjadi tiga jenis polong yaitu,
polong isi penuh, isi setengah penuh, dan cipo. Perlakuan sistem tanam dan jenis
pupuk tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah dan persentase polong
penuh, setengah penuh, cipo, dan polong total. Hal ini diduga terbentuknya
polong penuh atau cipo dipengaruhi oleh kemampuan tanaman mengakumulasi
fotosintat untuk pengisian polong. Yudiwanti et al. (2008) menyatakan bahwa
persentase polong terisi penuh dan cipo merupakan cerminan partisi fotosintat.
Bobot kering polong per tanaman didapatkan dari refraksi kadar air polong per
tanaman antara bobot basah dan bobot kering polong per tanaman untuk
mengetahui bahan kering yang terdapat pada polong kacang tanah. Tidak semua
polong dapat terisi penuh pada setiap perlakuan. Hal ini antara lain disebabkan
oleh ketersediaan hara di dalam tanah. Untuk pembentukan biji dan kesempurnaan
biji dipengaruhi oleh unsur Ca dan P (Hakim dkk., 1986 dalam Sondakh, 2011).
Evita. 2012. Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Pada
Perbedaan Tingkatan Kandungan Air. Agroteknologi 1(1): 30-36.
Feronika M. dkk. 2013. Evaluasi Produktifitas dan Kualitas Beberapa
Varetas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) di Tanah Bertekstur Liat.
Agroteknologi 1(2): 201- Bio-Technology 5(3): 51-60.
Habiby R. dkk. 2013. Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah (Arachis
hypogaea L.) Pada Beberapa Ppengolahan Tanah Inseptisol dan
Pemberian Pupuk Kascing. Agroteknologi. 1(4):1183-1193.
Kabir R. et al. 2011. Effect of Phosphorus, Calcium and Boron on the Growth and
Yield of Groundnut (Arachis hypogea L.). Bio Science and Bio
Technology 5(3): 725-731.
Purnomo dan Purmawati H., 2009. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul.
Seri Agribisnis. Penebar Swadaya
Raja L. dkk. 2013. Respon Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah Terhadap
Bahan Organik Tithonia diversifolia dan Pupuk SP-36. Agroteknologi
1(3): 725-731.
Sondakh, T.D., Joroh, D.N., Tulungen, A.G., Sumampow, D.M.F., Kapugu, L.B.
and Mamarimbing, R., 2012. Hasil kacang tanah (Arachys hypogaea L.)
pada beberapa jenis pupuk organik. Eugenia, 18(1).
Sutrisno. 2004. Studi Dosis Pupuk dan Jarak Tanam Kacang Tanah (Arachis
hypogaea, L.). Pati (ID): Kantor Litbang Kabupaten Pati.