Anda di halaman 1dari 14

BUDIDAYA TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea)

(Laporan Akhir Praktikum Produksi Tanaman Palawija)

Oleh :

Kelompok 4
Sifa Maharani (2014161052)
Dinaya Safina (2054161007)
Nadila Agustin (2014161055)
Irfan Nur (20541610
Ahmad Fikri (20141610

JURUSAN AGRONOMI DAN HAORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kacang tanah merupakan tanaman polong-polongan yang ditanam secara luas di
indonesia. Kacang tanah merupakan tanaman kedua terbesar yang setelah tanaman
kedelai. Komoditi kacang tanah mempunyai arti yang luas strategis karena
menyediakan kebutuhan paling esensial bagi kehidupan manusia sebagai bahan
pangan serta sumber protein nabati yang sangat dibutuhkan. Kebutuhan akan
kacang tanah akan semakin meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah
penduduk dan berkembangnya industri pangan dan pakan. Disisi lain produksi
kacang tanah yang dihasilkan belum dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk
itu diperlukan pengembangan atau budidaya tanaman kacang tanah.

Produksi kacang tanah dalam negeri belum mampu mencukupi kebutuhan


sehingga Indonesia masih memerlukan substitusi impor dari luar negeri. Oleh
sebab itu pemerintah terus berupaya meningkatkan jumlah produksi dalam negeri
melalui intensifikasi, perluasan areal pertanaman, penggunaan bibit unggul,
pemeliharaan yang baik dan yang tepat (Adisarwanto, 2000).

Rendahnya produktivitas ini disebabkan beberapa faktor antara lain teknik


budidaya, serangan hama dan penyakit, mutu benih rendah, penggunaan varietas
lokal yang berdaya tumbuh rendah dan penggunaan pupuk yang belum optimal.
Upaya peningkatan stabilitas produksi kacang tanah dapat dilakukan dengan
perbaikan ketahanan terhadap cekaman abiotik dan biotik yang disertai perbaikan
karakter spesifik sesuai dengan preferensi petani dan pasar (Trustinah, 2009).
Rendahnya produktivitas ini disebabkan beberapa faktor antara lain teknik
budidaya, serangan hama dan penyakit, mutu benih rendah, penggunaan varietas
lokal yang berdaya tumbuh rendah dan penggunaan pupuk yang belum optimal.
Upaya peningkatan stabilitas produksi kacang tanah dapat dilakukan dengan
perbaikan ketahanan terhadap cekaman abiotik dan biotik yang disertai perbaikan
karakter spesifik sesuai dengan preferensi petani dan pasar (Trustinah, 2009).

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini yaitu sebagai berikut:

1.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kacang Tanah

Kacang tanah merupakan salah satu sumber protein nabati yang cukup penting di
Indonesia, luas pertanamannya menempati urutan 4 setelah padi, jagung dan
kedelai. Dalam meningkatkan produksi juga dituntut untuk tetap menjaga
lingkungan agar tidak rusak sehingga produksi bisa lestari. Upaya untuk
meningkatkan Kacang tanah dengan perluasan areal memanfaakan lahan kering
yang belum dikelolah secara optimal, memanfaatkan limbah. pertanian sebagai
pupuk untuk menekan biaya produksi serta pengelolaan tanaman secara baik
(Arinong, 2008). Menurut Ingale (2011) kacang tanah berasal dari Amerika
Selatan. Kacang tanah dapat hidup baik pada wilayah tropis dengan suhu sedang
hingga panas (maksimal 32°C). Kacang tanah dapat bersimbiosis dengan
beberapa mikroorganisme yang dapat membantu pertumbuhan tanaman kacang
tanah. Mikroorganisme yang dapat bersimbiosis seperti rhizobium dan tricoderma.

2.2 Tipe Pertumbuhan

Pertumbuhan kacang tanah, secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua tipe,
yaitu tipe tegak dan tipe menjalar. Pada umumnya percabangan tanaman kacang
tanah tipe tegak sedikit banyak melurus atau hanya agak miring keatas. Batang
utama tanaman kacang tanah tipe menjalar tentu saja lebih panjang daripada
batang utama tipe tegak, biasanya panjang batang utama tipe tegak, biasanya
panjang batang utama antara 33-50cm. Kacang tanah tipe tegak lebih disukai
karena umurnya genjah. Kacang tanah tipe tegak lebih mudah dipungut hasilnya
daripada kacang tanah tipe menjalar (Aak, 2006).
2.3 Manfaat Kacang Tanah

Kacang tanah merupakan sumber nutrisi yang baik bagi manusia. Kacang tanah
menyediakan banyak protein yang dapt membantu pertumbuhan dan
perkembangan manusia. Protein yang terdapat di kacang tanah merupakan protein
yang tidak terdapat pada hewan dan tidak di produksi oleh tubuh manusia,
sehingga mengkonsumsi kacang dapat membantu penyediaan nutrisi yang tidak
bisa di produksi oleh tubuh manusia (Atasie, 2009).

2.4 Faktor-Faktor Pertumbuhan Kacang Tanah

Menurut Suprapto (2000) dalam Evita (2012) faktor-faktor yang menyebabkan


rendahnya produksi kacang tanah adalah pengolahan yang kurang optimal
sehingga drainasenya buruk dan strukturnya padat, pemeliharaan tanaman yang
kurang optimal, serangan hama dan penyakit, penanaman varietas yang
berproduksi rendah, mutu benih yang rendah dan periode kekeringan yang cukup
lama terjadi pada fase pengisian polong. Penurunan produksi ini pada umumnya
disebabkan oleh penurunan luas lahan dan produktivitas lahan penanaman kacang
tanah yang terus menurun. Karena itu maka upaya peningkatan produksi kacang
tanah harus melalui intensifikasi, salah satunya dengan pemupukan (Raja, 2013).

2.5 Kebutuhan Pupuk Tanaman Kacang Tanah

Tanaman kacang tanah membutuhkan unsur hara esensial seperti N, P, dan K


untuk pertumbuhan dan produksinya. Fosfor merupakan unsur hara esensial yang
dibutuhkan dalam jumlah yang cukup banyak oleh tanaman. Fosfor sendiri
berperan aktif pada fase generatif seperti berperan dalam mempercepat
pembungaan dan pemasakan buah (Raja, 2013). Usaha untuk memperkuat
jaringan tanaman agar dapat mempertahankan diri dari serangan patogen dapat
dilakukan dengan pemupukan kalium. Pupuk kalium dalam bentuk KC dapat
membantu memperkuat jaringan tanaman serta mempertebal dinding sel
epidermis sehingga mampu meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan
patogen secara mekanis (Sudir dan Suparyono, 1997 dalam Nurhayati, 2012).
2.6 Pengolahan Lahan

Dalam budidaya kacang tanah tidak hanya diperluakan pemberian pupuk, tapi
juga pengolahan lahan sangat diperlukan. Saat lahan sudah mengalami
pengolahan akan memudahkan ginofor pada kacang tanah masuk ke dalam tanah
dan membentuk polong. Selain untuk memudahkan ginofor masuk ke dalam
tanah, kondisi tanah gembur akan memudahkan akar untuk tumbuh sehingga
serapan hara dan air dapat maksimal. Pada saat pemanenan kondisi tanah yang
gembur memberi kemudahan pada petani untuk mencabut kacang dengan tingkat
kehilangan polong kacang tanah yang kecil karena tertinggal dalam tanah
(Habiby, 2013).

2.7 Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan seperti suhu dan cuaca dapat mempengaruhi pertumbuhan


dan produksi tanamn kacang tanah. Pada fase vegetatif dan generatif dibutuhkan
suhu yang optimal daripada panjang hari penyinaran matahari terhadap tanaman.
Suhu optimal untuk tanaman kacang tanah berkisar antara 25-35° C. Pada fase
pembungaan membutuhkan spesifikasi suhu yang berbeda lagi yaitu berkisar 24°-
27°C. Pada dasarnya kacang tanah memerlukan iklim yang lebih panas
dibandingakan dengan jagung dan kedelai (Feronika, 2013).
III. METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan praktikum Produksi Tanaman Palawija dilakukan di setiap hari Rabu 22


Februari – 24 Mei 2023 pukul 10.00-12.50 WIB. Tempat kegiatan praktikum di
Laboratorim Lapangan Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan yaitu cangkul, air, tali rafia, penggaris, timbangan, meteran
gulung, koret, sprayer dan lain-lain. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu benih
kacang tanah, pupuk dan herbisida.

3.3 Pelaksanaan Praktikum

Pada kegiatan praktikum ini dilakukan beberapa kegiatan, dimulai dari


pengolahan lahan, penanaman, perawatan, dan pemanenan. Pengolahan lahan
dilakukan di lahan seluas 2,1 m x 4 m dengan menggunakan bantuan alat cangkul.
Penanaman dilakukan dengan membuat lubang tanam sedalam 2-3 cm berjarak 20
cm x 20 cm lalu dimasukkan benih kacang tanah sebanyak 2 benih per lubang
tanam. Selama pertumbuhan benih, jika terdapat benih yang tidak tumbuh maka
dilakukan penyulaman oleh benih yang telah ditanam sebelumnya. Perawatan
dilakukan dengan penyiraman, penyiangan gulma dengan digunakan bantuan alat
koret. Pengendalian hama dan penyakit digunakan insektisida dan fungisida yang
telah disiapkan dan ditakar sesuai kebutuhan tanaman. Tahap terakhir yaitu
pemanenan, pemanenan merupakan kegiatan akhir yang dilakukan saat budidaya
tanaman, pemanenan dilakukan dengan mencabut tanaman kacang tanah lalu
diambil biji yang terdapat di bagian akar tanaman.

3.4 Pengamatan

Pada praktikum ini dilakukan juga pengamatan yang terdiri dari pengamaan laju
pertumbuhan dan pengamatan kondisi fisik tanaman kacang tanah. pengamatan
laju pertumbuhan yang dilakukan seperti pengamatan tinggi tanaman, dan jumlah
daun. Sedangkan pengamatan kondisi fisik dilakukan dengan mengamati tanaman,
apakah tanaman tersebut terserang hama atau penyakit. Hal tersebut dapat dilihat
dari tanda-tanda kelainan fisik tanaman kacang tanah, selain itu juga dilakukan
pengamatan lahan, apakah lahan terlalu kering dan sudah terlalu banyak
ditumbuhi gulma.
IV. Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil

Hasil yang didapat dari praktikum ini yaitu:

Variabel Pengamatan
Tanggal Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) Jumlah daun (Helai)
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
15 Maret 2023 3,5 3 3,5 3,2 3 12 10 10 9 12
29 Maret 2023 8 9 6,5 7 7,5 27 29 27 26 30

Sampel Tanaman Bobot Kacang Tanah


1 43,60 gram
2 56,22 gram
3 42,23 gram
4 55,62 gram
5 50,99 gram

Sampel Tanaman Jumlah Polong


1 35
2 48
3 29
4 32
5 30
Tanaman Kacang Tanah Bobot Kacang Tanah
Penimbangan tanaman 2.885 kg
Total bobot tanaman sampel 248,66 gram
Total bobot seluruh tanaman jagung 2.934 kg

4.2 Pembahasan

Tinggi tanaman keterkaitan dengan kemampuan tanaman untuk mendapatkan


sinar matahari yang lebih banyak untuk proses fotosintesis. Sutrisno (2004)
menyatakan bahwa bertambahnya tinggi tanaman dipengaruhi oleh ketersediaan
unsur hara didalam tanah yang seimbang, antara lain N, P, dan K, unsur tersebut
mendorong pembelahan sel, terutama sel-sel meristem sehingga tanaman tumbuh
tinggi. Tanaman kacang tanah membutuhkan pupuk nitrogen sebanyak 50 – 100
kg urea/ha, 100 kg SP-36 dan 75 kg KCl diberikan saat tanam (Purnomo dan
Purnawati, 2009).

Menurut Bagaskara (2011) dalam Sondakh (2011), unsur makro N, P, dan K


mempunyai peranan masing-masing untuk tanaman diantaranya unsur nitrogen
dibutuhkan untuk pertumbuhan daun dan pembentukan batang serta cabang.
Khusus pada kacang-kacangan yang memiliki nodul akar, dapat memanfaatkan
bakteri yang ada di udara. Unsur fosfor diperlukan bagi tanaman untuk
perkembangan biji dan akar. Sementara unsur kalium berfungsi untuk membentuk
bunga dan buah serta membantu tanaman melawan penyakit.

Jumlah polong per tanaman diklasifikasikan menjadi tiga jenis polong yaitu,
polong isi penuh, isi setengah penuh, dan cipo. Perlakuan sistem tanam dan jenis
pupuk tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah dan persentase polong
penuh, setengah penuh, cipo, dan polong total. Hal ini diduga terbentuknya
polong penuh atau cipo dipengaruhi oleh kemampuan tanaman mengakumulasi
fotosintat untuk pengisian polong. Yudiwanti et al. (2008) menyatakan bahwa
persentase polong terisi penuh dan cipo merupakan cerminan partisi fotosintat.
Bobot kering polong per tanaman didapatkan dari refraksi kadar air polong per
tanaman antara bobot basah dan bobot kering polong per tanaman untuk
mengetahui bahan kering yang terdapat pada polong kacang tanah. Tidak semua
polong dapat terisi penuh pada setiap perlakuan. Hal ini antara lain disebabkan
oleh ketersediaan hara di dalam tanah. Untuk pembentukan biji dan kesempurnaan
biji dipengaruhi oleh unsur Ca dan P (Hakim dkk., 1986 dalam Sondakh, 2011).

Adisarwanto et al. (1993) mengatakan bahwa faktor yang menyebabkan


rendahnya produktivitas kacang tanah berbeda untuk masing-masing daerah
produksi. Secara umum kendala utama dalam produksi kacang tanah adalah : (1)
drainase jelek dan tanah padat, (2) cekaman kekeringan, (3) serangan penyakit,
khususnya bercak daun Cercospora, karat daun, dan virus belang (peanut stripe
virus/PStV), (4) serangan tikus, (5) kekurangan unsur hara, (6) persaingan dengan
gulma. Pada lahan yang subur, pengendalian penyakit daun tampaknya lebih
menonjol. Hal ini menunjukkan bahwa pada lahan subur, serangan penyakit
sangat dominan mempengaruhi hasil, sehingga apabila tindakan pencegahan
penyakit tidak dilakukan akan menurunkan hasil cukup besar, dapat mencapai
63%. Untuk lahan kering (tegalan), gulma menjadi kendala utama.
DAFTAR PUSTAKA

Aak. 1989. Kacang Tanah. Kanisius. Yogyakarta.

Adisarwanto. T., A.A. Rahmianna, Suhartina. 1993. Budidaya Kacang Tanah.


Dalam Kasno, A., A. Winarto, Sunardi. Kacang Tanah (Hal. 91-107).
Monograf Balittan Malang No. 12. Balai Penelitian Tanaman Pangan
Malang.

Adisarwanto, T. 2000. Meningkatkan Produksi Kacang Tanah di Lahan Sawah


dan Lahan Kering. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Agustina Liliek. 2000. Nutrisi Tanaman. Bineka Cipta. Bogor.

Arinong R. 2008. dkk. Peningkatan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogeae


L.) dengan Pemberian Jerami Padi dan Pupuk Kandang. Agrisistem 2(2):
70-73.

Atasie V. et al. 2009. Proximate Analysis and Physico-Chemical Properties of


Groundnut (Arachis hypogaca L). Nutrition. 8(2): 194-197.

Balitkabi. 2008. Deskripsi Variates Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian.


Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian.
Malang.

Evita. 2012. Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Pada
Perbedaan Tingkatan Kandungan Air. Agroteknologi 1(1): 30-36.
Feronika M. dkk. 2013. Evaluasi Produktifitas dan Kualitas Beberapa
Varetas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) di Tanah Bertekstur Liat.
Agroteknologi 1(2): 201- Bio-Technology 5(3): 51-60.
Habiby R. dkk. 2013. Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah (Arachis
hypogaea L.) Pada Beberapa Ppengolahan Tanah Inseptisol dan
Pemberian Pupuk Kascing. Agroteknologi. 1(4):1183-1193.

Ingale S and Shrivastava K. S. 2011. Nutritional study of new variety of


groundnut (Arachis hypogaea L.) JL-24 seeds. Food Science 5(8): 490-
498.

Kabir R. et al. 2011. Effect of Phosphorus, Calcium and Boron on the Growth and
Yield of Groundnut (Arachis hypogea L.). Bio Science and Bio
Technology 5(3): 725-731.

Purnomo dan Purmawati H., 2009. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul.
Seri Agribisnis. Penebar Swadaya

Raja L. dkk. 2013. Respon Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah Terhadap
Bahan Organik Tithonia diversifolia dan Pupuk SP-36. Agroteknologi
1(3): 725-731.

Sondakh, T.D., Joroh, D.N., Tulungen, A.G., Sumampow, D.M.F., Kapugu, L.B.
and Mamarimbing, R., 2012. Hasil kacang tanah (Arachys hypogaea L.)
pada beberapa jenis pupuk organik. Eugenia, 18(1).

Sutrisno. 2004. Studi Dosis Pupuk dan Jarak Tanam Kacang Tanah (Arachis
hypogaea, L.). Pati (ID): Kantor Litbang Kabupaten Pati.

Yudiwanti, Sudarsono, Purnamawati H, Yusnita, Hapsoro D, Hemon AF,


Soenarsih S. 2008. Perkembangan Pemuliaan Kacang Tanah di Institut
Pertanian Bogor. Di dalam: Harsono A, Taufiq A, Rahmianna AA,
Suharsono, Adie MM, Rozi F, Wijanarko A, Widjono A, Soehendi R,
Penyunting. Inovasi Teknologi Kacangkacangan dan Umbi-umbian
Mendukung Kemandirian Pangan dan Kecukupan Energi; (9 November
2007); Malang. Indonesia. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan. 152-160.

Anda mungkin juga menyukai