Anda di halaman 1dari 28

BUDIDAYA TANAMAN KEDELAI

LAPORAN PRAKTIKUM

Oleh :
Golongan E/ Kelompok 2A
Dillapia Bayu Karyaningtyas (151510501019)
Saifur Ridhal (151510501048)
Egal Prayudo (151510501038)

LABORATORIUM PRODUKSI TANAMAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komoditas kedelai merupakan tanaman yang umumnya dimanfaatkan
sebagai bahan baku untuk pembuatan tempe, tahu, kecap, dan susu kedelai serta
pakan ternak. Kedelai tidak hanya digunakan sebagai sumber protein, tetapi juga
sebagai pangan fungsional yang dapat mencegah timbulnya penyakit-penyakit
seperti jantung koroner dan hipertensi. Zat Isovlafon yang terdapat pada kedelai
ternyata dapat berfungsi sebagai antioksidan. Dengan beragamnya penggunaan
kedelai maka akan memicu peningkatan kebutuhan komoditas kedelai. Kebutuhan
kedelai di Indonesia setiap tahun selalu meningkat seiring dengan pertambahan
penduduk dan perbaikan pendapatan perkapita. Oleh karena itu, diperlukan suplai
kedelai tambahan yang harus diimpor karena produksi dalam negeri belum dapat
mencukupi kebutuhan tersebut. Lahan budidaya kedelai pun diperluas dan
produktivitasnya ditingkatkan. Permintaan terhadap produksi kedelai meningkat
pesat seiring dengan bertumbuhnya industri – industri yang membutuhkan bahan
baku kedelai. Dilain pihak produksi kedelai hanya meningkat secara lamban baik
areal maupun produktivitasnya dari tahun ke tahun. Akibat dari itu, produksi yang
dicapai tidak mencukupi sehingga diperlukan impor dalam jumlah yang besar
Permasalahan yang timbul dari rendahnya produksi rata-rata kedelai di
Indonesia adalah belum adanya pengelolaan gulma yang baik. Gangguan gulma
terhadap tanaman budidaya merupakan pengaruh kompetisi dan allelopati,
sehingga gulma selalu bersaing dengan tanaman budidaya bila tumbuh bersama.
Pada areal pertanaman kacang kedelai (Glycine max) gulma yang tumbuh antara
lain adalah teki (Cyperus rotundus), alang- alang (Imperata cylindrica), pahitan
(Paspalum conjugatum), babadotan (Ageratum conyzoides), dan bayam
(Amaranthus sp). Pengaruh gulma pada tanaman ini tidak hanya dalam bentuk
persaingan tetapi juga merupakan penghambat pertumbuhan dan metabolisme
suatu tanaman akibat pelepasan zat-zat kimia yang dikeluarkan dari gulma. Salah
satu cara pengendalian gulma yang murah, mudah dan tidak mencemari

2
lingkungan adalah dengan pemberian mulsa. Mulsa adalah bahan-bahan mati
seperti jerami, batang atau kelobot jagung, sekam, serbuk gergaji, biomass pupuk
hijau, gulma yang telah mati, plastik dan bahan- bahan mati lain yang ditutupkan
ke permukaan tanah untuk mengendalikan gulma.
Pengelolaan unsur hara merupakan salah satu faktor penting untuk
pertumbuhan tanaman kedelai. Pada pertanaman kedelai dilahan kering,
dilaporkan tanaman kedelai memberikan respon yang cukup baik pada
penambahan Fosfor. Saat ini petani menggunakan pupuk SP 36 untuk tanaman
kedelai dengan jumlah berkisar antara 50– 100 kg/ha. Fosfor (P) merupakan unsur
hara makro yang esensial bagi pertumbuhan tanaman, karena merupakan
komponen struktur yang tidak dapat disubstitusi. Kekurangan unsur P dapat
menunjukkan gejala menurunnya sintesis protein, seperti; lambatnya pertumbuhan
bibit dan daun berwarna keunguan.
Dalam rangka meningkatkan produksi kedelai salah satu usaha yang perlu
dilakukan adalah melakukan pengolahan tanah dan pemeliharaa yang tepat bagi
lahan yang disiapkan untuk ditanami kedelai. Pengolahan tanah dan pemupukan
yang tepat secara garis besar akan menghasilkan hasil maksimum sehingga perlu
diadakan evaluasi untuk mendapatkan metode olah tanah dan pemupukan yang
sesuai untuk digunakan dalam budidaya tanaman kedelai.

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami dan mempelajari teknik budidaya tanaman
kedelai.
2. Melatih ketrampilan mahasiswa dalam menentukan komponen-komponen
budidaya yang baik bagi tanaman kedelai.

3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Penyiraman pada perlakuan budi daya lahan kering dilakukan dua hari sekali
sampai mencapai 50% kapasitas lapang. Panen dilakukan setelah tanaman kedelai
memasuki fase matang fisiologis, yaitu pada saat sebagian besar daun kedelai
mulai mengering dan seluruh polong telah berisi penuh dan kulit bijinya tipis,
kulit polong cukup keras, serat sangat nyata dan berwarna cokelat kehitaman
(Muis dkk., 2016). Perakaran pada kedelai mempunyai kemampuan membentuk
bintil akar. Bintil-bintil akar berbentuk bulat atau tidak beraturan yang merupakan
koloni dari bakteri Rhizobium japonicum. Bakteri tersebut bersimbiose dengan
akar kedelai untuk menambat nitrogen bebeas dari udara. Unsur nitrogen tersebut
dimanfaatkan untuk pertumbuhan tanaman kedelai, sedangkan bakteri Rhizobium
memerlukan makanan yang berasal dari tanaman kedelai, sehingga proses ini
merupakan hubungan yang saling menguntungkan (Rukmana dan Yuniarsih,
2002).
Daya tumbuh biji kedelai diukur dari jumlah biji relatif yang berkecambah
dari sejumlah biji yang dikecambahkan (dinamakan daya kecambah). Sesuai
tujuan semula bahwa umur panen sangat berperan dalam mutu biji yang
digunakan sebagai bahan tanam (benih) (Sulistyowati dkk., 2015). Pada budi daya
kedelai jenuh air, lahan digenangi terus-menerus sejak tanam sampai panen
dengan permukaan muka air tetap, sehingga lapisan tanah di bawah perakaran
jenuh air. Respon akar terhadap kondisi daerah perakaran dapat menentukan
pertumbuhan tanaman dan selanjutnya mempengaruhi produktivitas tanaman.
Perkembangan akar yang baik akan menunjang proses nitrogenase dan
penyerapan hara lainnya serta mekanisme adaptasi dan aklimatisasi tanaman lebih
cepat (Bachtiar dkk., 2016)
Gulma pada tanaman kedelai dapat dikendalikan dengan penggunaan mulsa.
Rendahnya produksi kedelai di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, antara
lain adalah cara becocok tanam ialah pemeliharaan kurang intensif dan adanya
persaingan terhadap gulma, bila pemeliharaannya kurang intensif maka
tanaman kedelai akan bersaing dengan gulma, akibatnya hasil panen dapat

4
menurun. Penurunan hasil panen yang disebabkan oleh adanya persaingan
terhadap gulma bisa mencapai 60% (Prasetyo dkk., 2014).
Tanaman kedelai tidak responsif terhadap pemupukan, melainkan lebih
tanggap terhadap hara yang tersedia dalam tanah atau residu pemupukan tanaman
lain pada musim sebelumnya. Suplai hara N di awal pertumbuhan dapat
membantu tanaman untuk lepas dari cekaman lebih awal. Kandungan N pada
lahan pasang surut umumnya termasuk tinggi, namun N-tersedia rendah, karena N
yang ada umumnya dalam bentuk organik. Kondisi porositas lahan mempermudah
hara N tercuci oleh gerakan air. Di sisi lain kandungan protein kedelai termasuk
tinggi, berkisar 35-45%, sehingga membutuhkan hara N yang tinggi (Monsefi et
al., 2014).
Penggunaan N berlebihan tidak meningkatkan hasil biji melainkan
mendorong pertumbuhan vegetatif. Beberapa lokasi menunjukkan, pemupukan N
tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan hasil kedelai. Keberhasilan
pemupukan N pada tanaman kedelai terjadi jika bakteri penambat N tidak dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik. Kondisi lingkungan yang menghambat
pertumbuhan bakteri penambat N antara lain suhu rendah, kandungan N tinggi,
kondisi air (kekeringan maupun genangan), dan pemadatan tanah (Collino et al.,
2015)
Tanaman kedelai yang tumbuh di lingkugan ternaungi akan terjadi penurunan
aktifitas fotosintesis, sehingga alokasi fotosintat ke organ reproduksi menjadi
lebih berkurang, tentunya hal ini akan mengakibat-kan jumlah polong berkurang,
ukurtan biji akan menjadi kecil maupun hasil biji berkurang. Intensitas cahaya
sebesar 60% atau naungan 40% dapat menyebabkan penurunan hasil biji kedelai
hingga 32%. suhu udara pada kondisi intensitas cahaya rendah (ternaungi) akan
mengalami peningkatan, walaupun jumlah radiasi yang diterima lebih sedikit,
peningkatan suhu uadara di dalam naungan (intensitas cahaya rendah) pada siang
hari (Yang et al., 2014).

5
BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu danTempat


Praktikum Budidaya Tanaman Pangan aspek agronomi acara 3 yang
berjudul “Budidaya Tanaman Kedelai” dilaksanakan pada hari Sabtu, 21 Oktober
2017 pukul 14.00WIB-selesai di ATP Jubung, Kabupaten Jember.

3.2 Bahan dan Alat


3.2.1 Alat
1. Timba
2. Rafia
3. Ajir
4. Timbangan
5. Meteran

3.2.2 Bahan
1. Benih kedelai
2. Pupuk kandang atau kompos
3. Pupuk urea. SP-36, KCL
4. Pestisida

3.3 Cara Kerja


1. Membagi satu golongan menjadi 6 kelompok yaitu kelompok 1, 2, 3, 4, 5, 6
a. Menggunakan perlakuan Urea 50kg, SP-36 75kg, dan KCL 75kg untuk
kelompok 2. 1/3 bagian (urea) pupuk dasar 2/3 sebagai pupuk susulan
(15HST)
2. Membersihkan lahan dengan pembersihantanah dari sisa-sisa tanaman dan
gulma, kemudian tanah diolah secara intensif dengan membajak/ mencangkul
sedalam 15-20 cm sebanyak dua kali, diratakan dan dibuat saluran brainase.

6
3. Melakukan pemeliharaan tanaman meliputi penyulaman, pemupukan,
pengairan, penyiangan, pembububan dan pengendalian hama dan penyakit.
a. Melakukan penjarangan setelah satu minggu setelah tanam, disisakan sesuai
dengan perlakuan.
b. Melakukan pemupukan menggunakan bahan organik, Urea, sp36, dan KCL
dengan dosis masing-masing Urea 50kg/ha, SP-36 75kg/ha, dan KCL
75kg/ha. Seluruh bagian SP-36 dan KCL serta sepertiga bagian urea
diberikan ssat tanam, 2/3 lagi urea diberikan saat tanaman berumur 2 minggu.
c. Melakukan pengairan setelah benih ditanam sampai pada periode pengisian
polong secukupnya, kemudian setelah polong tua maka lahan/ petakan harus
dikeringkan.
d. Melakukan penyiangan setelah tanaman berusia 2-4 minggu setelah tanam
dan dilakukan setelah proses pembungaan selesai agar tidak mengganggu
proses penyerbukan.
e. Melakukan pembubunan bersamaan dengan penyiangan pertama untuk
memperkokoh posisi batang tanaman agar tidak mudah rebah dan menutup
akar yang bermunculan di atas tanah. Pembubunan berikutnya dilakukan saat
tanaman berusia 6 minggu setelah tanam, bersamaan dengan kegiatan
pemupukan.
f. Melakukan pengendalian hama dan penyakit sesuai dengan hama dan
penyakit yang ada.
g. Melakukan pemanenan pada umur sekitar 75-110 hari, tergantung dengan
varietas dan ketinggian tempat. Tanaman kedelai dapat dipanen apabila
sebagian besar daun sudah menguning, buah mulai berubah warna dari hijau
menjadi kuning kecoklatan dan retak-retak, atu polong sudah kelihatan tua,
batang berwarna kuning agak coklat dan gundul.

3.4 Analisis Data


Analisis data yang digunakan pada praktikum acara 3 aspek agronomi“
Budidaya Tanaman Kedelai” yaitu menggunakan analisa data kuantitatif.

7
3.5 Variebel Pengamatan
Veriebel pengamatan yang digunakan pada praktikum acara 3 aspek
agronomi “ Budidaya Tanaman Kedelai” yaitu menggunakan variebel pengamatan
tinggi tanaman, lebar daun, volume akar, dan jumlah polong.

8
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Grafik 1. Rata-rata tinggi tanaman
60 1 kontrol

50
2 urea 50kg/ha, sp-36 75
kg/ha,kcl 75 kg/ha
40
3 Poc 1 ltr

30
4 urea 50kg/ha, sp-36 75
kg/ha,kcl 75 kg/ha,poc 1 ltr
20

5 urea 50kg/ha, sp-36 75


10 kg/ha,kcl 75 kg/ha,poc 1,25
ltr
6 urea 50kg/ha, sp-36 75
0 kg/ha,kcl 75 kg/ha,poc 1 ltr
M1 M2 M3 M4 M5 M6

Grafik 2. Rata-rata jumlah daun


60 1 kontrol

50
2 urea 50kg/ha, sp-36 75
kg/ha,kcl 75 kg/ha
40
3 Poc 1 ltr

30
4 urea 50kg/ha, sp-36 75
kg/ha,kcl 75 kg/ha, 1 ltr
20

5 urea 50kg/ha, sp-36 75


10 kg/ha,kcl 75 kg/ha,poc 1,25
ltr
6 urea 50kg/ha, sp-36 75
0
kg/ha,kcl 75 kg/ha,poc 1 ltr
M1 M2 M3 M4 M5 M6

9
Grafik 3. Volume akar

Volume akar (CC) 1 kontrol

1 2 urea 50kg,sp-36 75 kg,kcl


75 kg
15 20 3 poc

4 urea 50kg,sp-36 75 kg,kcl


15 75 kg,poc 1 ltr
15 5 urea 50kg,sp-36 75 kg,kcl
75 kg,poc 1,25 ltr
20
6 urea 50kg,sp-36 75 kg,kcl
75 kg,poc 1 ltr

4.2 Pembahasan
Budidaya tanaman kedelai dimulai dengan pengolahan tanah yang dilakukan
dengan cara mekanik menggunakan cangkul, lahan yang digunakan berukuran
1x2 meter dibuat seperti bedengan. Setelah melakukan pengolahan lahan
dilakukan pemupukan pratanam. Pupuk yang digunakan adalah urea, SP-36, dan
KCL dengan komposisi urea 50kg/ha, SP-36 75kg/ha, dan KCL 75kg/ha.
Pengamatan tanaman kedelai dilakukan setiap minggu setelah tanam dengan
parameter pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun, dan volume akar.
Berdasarkan data pada grafik menunjukkan bahwa pemberian pupuk yang
berbeda memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman kedelai, tinggi
tanaman kedelai meningkat setiap minggunya, peningkatan paling nyata terlihat
pada perlakuan poc 1,25 liter. Pertumbuhan tinggi tanaman dipengaruhi oleh
ketersediaan hara didalam tanah, diberikannya pupuk yang memberikan
ketersediaan unsur hara Nitrogen (N), Fosfor (P) , dan K (Kalium) yang dapat
mangaktifkan pembelahan sel pada titik tumbuh tanaman dan perkembangan
jaringan pembuluh yang akan mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman serta
mempengaruhi transport hara dan air (Herfyany dkk., 2013).
Pemberian pupuk dengan takaran berbeda memberikan pengaruh yang nyata
terhadap jumlah daun maupun luas daun. Menunjukkan bahwa respon terbaik
terjadi pada perlakuan pupuk ure 50kg, SP-36 75kg, dan KCL 75kg POC 1liter.

10
Dengan menggunakan jarak tanam 30 cm x 20 cm dan populasi tanaman yang
rendah dalam satu lubang tanam memungkinkan terjadi perbedaan nyata
dikarenakan tidak terjadi persaingan yang signifikan dalam perolehan unsur hara,
air dan cahaya matahari. Dengan renggangnya tanaman, cahaya matahari akan
dapat masuk kedalam sela-sela tanaman sehingga akan mempengaruhi proses
fotosintesis dalam membentuk gula dan auksin yang akan digunakan pada
pertumbuhan tanaman diantaranya pembentukan daun. pertumbuhan tunas
samping yang akan menjadi cabang, diatas cabang akan tumbuh daun, sehingga
jumlah daun juga akan bertambah (Aminuddin, 2016). Peningkatan jumlah daun
juga dipengaruhi unsur hara. Unsur hara yang cukup dapat merangsang
perumbuhan vegetatif tanaman. Unsur hara nitrogen yang tercukupi dapat
merangsang pertumbuhan tanaman terutama batang, cabang dan daun. Jumlah
daun yang banyak tersebut memungkinkan secara fisiologis tanaman akan
memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman
seiring dengan prinsip analisis pertumbuhan tanaman (Aminuddin, 2016).
Hambatan pertumbuhan vegetatif dapat berupa menurunnya laju pertumbuhan
tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun maupun luas daun. Banyaknya
jumlah daun dalam suatu tanaman memiliki pengaruh penting terhadap besarnya
peluang suatu tanaman untuk memiliki pertumbuhan yang lebih baik.
Pemupukan memberikan pengaruh bagi pertumbuhan tanaman, nutrisi diserap
oleh akar untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman. Semakin tinggi volume
akar maka luas permukaan batang semakin besar, hal itu mempengaruhi
kemampuan tanaman untuk menyerap hara dalam tanah. Berdasarkan hasil
pengamatan diketahui bahwa volume akar tertinggi terdapat pada tanaman yang
mendapat perlakuan pupuk POC dengan kandungan unsur nitogen, phospat, dan
kalium. Dosis pupuk N berpengaruh nyata terhadap bobot bintil akar dan
brangkasan tanaman pada tanah mineral. Kandungan N total pada tanah mineral
sebelum perlakuan berada pada level sedang, sementara pada tanah mineral
bergambut sangat tinggi. Hal ini menyebabkan tanaman pada tanah mineral masih
membutuhkan N yang lebih banyak untuk pertumbuhan vegetatif. Hal ini
menunjukkan pemberian pupuk N pada saat tanaman dapat meningkatkan volume

11
akar dan bintil akar, sehingga meningkatkan efektivitas bakteri Rhizobium dalam
menambat N 2 udara. Simbiosis antara Rhizobium dengan akar tanaman legum
akan menghasilkan organ penambat N2, yaitu bintil akar. Pemberian N secara
bertahap lebih tepat karena setiap fase pertumbuhan tanaman membutuhkan unsur
hara N. Pemupukan N pada awal pertumbuhan kedelai perlu dilakukan sebagai
starter, karena pada saat itu lapisan atas permukaan tanah tidak jenuh air sehingga
fungsi akar belum maksimal. Tambahan hara N melalui daun membantu
pembentukan, perkembangan, dan pembintilan pada akar (Bachtiar dkk., 2016).

12
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Terdapat interaksi pada kombinasi perlakuan macam pemupukan pada peubah
tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah polong perpetak. Pemberian pupuk
memberikan pengaruh pada pertumbuhan tanaman kedelai setiap minggunya.
2. Hasil penelitian terbaik untuk variabel tinggi tanaman terdapat pada kombinasi
jumlah dua perlubang dengan perlakuan urea 50kg/ha, SP-36 75kg/ha, dan
KCL 75kg/ha POC 1,25 liter per luasan lahan.
3. Hasil penelitian terbaik untuk variabel jumlah daun terdapat pada kombinasi
jumlah dua perlubang dengan perlakuan urea 50kg/ha, SP-36 75kg/ha, dan
KCL 75kg/ha POC 1 liter per luasan lahan.

5.2 Saran
Praktikum sudah berjalan dengan lancar, namun kegiatan praktikum
masih belum maksimal karena adanya pengaruh cuaca yang kurang menentu.
Sebaiknya dilakukan manajemen waktu praktikum lagi agar kegiatan praktikum
berjalan dengan lancar.

13
DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. M. I. 2016. Pengaruh Jumlah Benih Perlubang dan Interval


Pemberian Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Kedelai (Glicine Max (L.) Merrill). Saintis, 8(1): 13-27.
Bachtiar., Ghulamahdi. M, Melati. M, Guntoro. D, dan Sutandi. A. 2016.
Kebutuhan Nitrogen Tanaman Kedelai pada Tanah Mineral dan Mineral
Bergambut Dengan Budi Daya Jenuh Air. Penelitian Pertanian Tanaman
Pangan, 35(3): 217-228.
Collino, D. J., Salvagiotti. F, Perticari. A, Piccinetti. C, Ovando. G, Urquiaga. S,
Racca. R. W. 2015. Biological Nitrogen Fixation In Soybean In
Argentina: Relationships With Crop, Soil, and Meteorological Factors.
Plant Soil, 1(1): 1-14.
Herfyany, E., Mukarlina, Linda. R. 2013. Pertumbuhan Tanaman Kedelai
(Glycine max (L.) Merril) pada Media Tanah Gambut yang Diberi Abu
Jerami Padi dan Pupuk Kandang Sapi. Protobiont, 2 (2): 107 – 111.
Jayasumarta, D. 2012. Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Pupuk P terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merril).
Agrium, 17(3): 148-154.

Monsefi, A., Sharmab. A. R, Zanc. N. R, Beherad. U. K, Das. T. K. 2014. Effect


Of Tillage and Residue Management on Productivity
Of Soybean and Physico-Chemical Properties Of Soil
in Soybean–Wheat Cropping System. International Journal of Plant
Production, 8 (3): 429-440.

Muis, R., Ghulamahdi. M, Melati. M, Purwono, dan Mansur. I. 2016.


Kompatibilitas Fungi Mikoriza Arbuskular dengan Tanaman Kedelai
pada Budi Daya Jenuh Air. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan,
35(3): 229-237.
Prasetyo, R. A., Nugroho. A, dan Moenandir. J. 2014. Pengaruh Sistem Olah
Tanah dan Berbagai Mulsa Organik pada Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Kedelai (Glycine Max (L.) Merr.) Var. Grobogan. Produksi
Tanaman, 1(6): 486-495.

Rukmana, R dan Yuniarsih. Y. 2002. Kedelai: Budidaya dan PascaPanen.


Yogyakarta: Kanisius.
Sulistyowati, E. T., Purnomo. D, Pujiasmanto. B, dan Supriyono. 2015. Pengaruh
Umur Panen Terhadap Hasil dan Kualitas Benihtiga Varietas Kedelai
(Glycine Max (L) Merill). El-Vivo, 3(2): 22-33.

14
Yang, F., Huang. S, Gao. R, Liu. W, Yong. T, Wang. X, Wu. X, Yang. W. 2014.
Growth of soybean seedlings in relay strip intercropping systems in
relation to light quantity and red:far-red ratio. Field Crops Research,
1(55): 245–253.

15
DOKUMENTASI

Mempersiapkan lahan kedelai

Melakukan pemupukan

16
LAMPIRAN

17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28

Anda mungkin juga menyukai