Oleh :
Ficky Auliyyaul Ihsan M (2001040009)
PENDAHULUAN
TINJAUSN PUSTAKA
PEMBAHASAN
Kacang tanah di desa kami menjadi hal yang biasa setelah musing hujan yaitu pada musim
habis tanam jagung, di desa wotan tanam kacang tanah untuk di panen sendiri dan dijual di
pasar dan di distribusikan di tokoh – tokoh lain.
Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman polong-polongan atau legum dari
famili Fabaceae, kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia. Kacang tanah merupakan
sejenis tanaman tropika. Ia tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm (1 hingga 1½ kaki)
dan mengeluarkan daun-daun kecil Tanaman ini adalah satu di antara dua jenis tanaman
budidaya selain kacang bogor, Voandziea subterranea yang buahnya mengalami pemasakan
di bawah permukaan tanah. Jika buah yang masih muda terkena cahaya, proses pematangan
biji terganggu. Adapun persyaratan tumbuh dari kacang tanah yaitu :
A. Syarat Tumbuh
Tanah yang gembur memberikan keuntungan, diantaranya mempercepat perkecambahan biji,
mempermudah ginofora untuk menembus tanah dan mempermudah proses pembentukan
polong. Untuk menanam kacang tanah dapat dipilih lahan kering serta sawah bekas tanaman
padi atau jagung. Penanaman kacang tanah di lokasi tanah kering sebaiknya dilakukan pada
Bulan Oktober atau November, yakni pada saat musim hujan tiba.
B. Pembibitan
Dilakukan penyediaan benih untuk memperoleh bibit tanaman kacang tanah yang memiliki
pertumbuhan yang baik dan berproduksi tinggi. Benih-benih yang dipilih harus benih yang
unggul serta tidak terkena hama penyakit, berasal dari varietas unggul, daya tumbuh tinggi
dan sehat, kulit benih mengkilap/tidak keriput, tidak tercampur dengan varietas lain, polong
kelihatan tua benar.
C. Pengolahan Tanah
Hal yang terpenting tanah itu dapat menyerap air dengan baik dan mengalirkannya kembali
dengan lancar. Tanaman ini menghendaki lahan yang gembur, agar perkembangan akarnya
berlangsung dengan baik dan nantinya pemanenannya mudah, tidak banyak polong yang
hilang atau tertinggal dalam tanah. Untuk Pengolahan pada tanah kering bekas tanaman
jagung penanaman kacang tanah sangatlah sederhana, lahan cukup dilubangi dengan cangkul
selanjutnya benih langsung bisa ditanam. Penanaman dimulai pada saat sebelum tanaman
lama dipanen. Hal ini dimaksudkan agar pada waktu kacang tanah itu tumbuh tanaman lama
sudah dipanen.
D. Penanaman
Penanaman benih kacang tanah dapat dilakukan setelah pengolahan tanah selesai dan lahan
betul-betul siap ditanami. Sebelum benih ditanam perlu diperhatikan mengenai alat yang
diperlukan untuk menanam benih, kesehatan dan daya tumbuh benih.Disamping itu, sehari
sebelum benih ditanam sebaiknya dijemur terlebih dahulu selama 3 sampai 3 jam. Umumnya,
benih yang sudah tua memiliki daya tumbuh diatas 90%. Untuk melindungi
benih dari penyakit dan semut, pengobatan dengan fungisida sebelum ditanam sangat
dianjurkan. Pada tanah yang subur, benih kacang tanah ditanam dengan jarak tanam 40x15
cm, 30x20 cm atau 20x20 cm, lubang tanamnya dibuat sedalam 3 cm. Masukkan benih 1 atau
2 butir ke dalam lubang tanam dengan tanah tipis lalu ditutup dengan tanah yang halus.
E. Pemupukan
Khusus untuk kacang tanah, kebanyakan petani tidak melakukan pemupukan. Untuk
memperoleh hasil yang baik, mereka Cukup mengatur kebutuhan air dan biasanya air itu awal
mula musim kemarau jadi untuk hujan itu tidak terus hujan, pemeliharaan lahan dan bibit
unggul. Kacang tanah dapat mengisap zat-zat makanan dari tanah dengan tingkat kesuburan
yang rendah, sehingga dapat menguruskan tanah untuk tanaman berikutnya.
Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu sumber protein nabati yang
cukup penting di Indonesia, luas pertanamannya menempati urutan 4 setelah padi, jagung dan
kedelai. Kebutuhan kacang tanah dalam negeri cukup besar, dari strategi menuju pertanian
berkelanjutan di Desa wotani Kecamatan panceng maka strategi ini perlu diimplementasikan
dalam rencana kegiatan sebagai berikut :
a. Bidang Bina Program
- Pelaksanaan kajian dan pilot project dalam rangka pengembangan pertanian bebas
pestisida
- Pengendalian ledakan hama dan penyakit.
b. Bidang Sarana, Prasarana dan Usaha Pertanian
- Pengembangan, pembangunan dan rehabilitasi sumber daya air dan pengairan
- Pengembangan bahan baku untuk pengganti pestisida dan pupuk buatan.
c. Bidang Sumberdaya Manusia dan Teknologi Pertanian
- Pelatihan/pendekatan petugas pertanian sesuai tugas pokok dan fungsinya untuk
meningkatkan kualitas SDM.
- Bidang Ketahanan Pangan
- Peningkatan kualitas dan kuantitas produksi
e. Bidang Produksi Pertanian
- Pengembangan benih yang tahan hama dan penyakit.
Pertanian berkelanjutan pada komoditas Kacang tanah dapat di tinjau dari Pengendalian hama
tanaman dilakukan dengan cara yang lebih dan tidak menggunakan pestisida kimiawi.
Beberapa cara yang digunakan oleh patani untuk pengendalian hama tersebut yaitu Biasanya
masyarakat desa saat Pertanaman pertama pada musim kemarau dapat terhindar dari serangan
hama perusak daun, asal pada bulan Juni dan Juli tanaman sudah mulai memasuki fase
pengisian polong sempurna. menunjukkan bahwa populasi hama penggorok daun tertinggi
pada bulan Juni dan Juli. Hama perusak daun dapat dikendalikan dengan cara bercocok tanam
antara lain dengan tanam serentak, perairan yang baik, dan tumpang sari. Cara tanam
tumpang saridengan jagung dapat mengurangi populasi hama penggorok daun dan intensitas
serangan hama pada umur 60 hari Cara ini adalah salah satu alternatif untuk mengurangi
resiko kegagalan usaha pertanian akibat kondisi cuaca ekstrim, serangan hama pengganggu
tanaman dan harga pasar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penerapan pertanian berkelanjutan pada komoditas kacang tanah dapat di tinjau dari
pengendalian hama Pengendalian hama tanaman dilakukan dengan cara yang lebih
baik dan ramah lingkungan dengan tidak menggunakan pestisida kimiawi. Sehingga
dapat mengurangi resiko kegagalan usaha pertanian akibat serangan hama pengganggu
tanaman dan harga pasar yang menurun.
DAFTAR PUSTAKA
https://repository.unair.ac.id/25639/14/14.%20Bab%202.pdf
http://eprints.upnyk.ac.id/24326/1/b4%20FULL%20PAPER_LAGIMAN.pdf
http://digilib.uinsgd.ac.id/6581/4/4_bab1.pdf