Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TANAMAN PENGAMATAN

KOMPENEN BIOTIK DAN ABIOTIK PADA EKOSISTEM PERKEBUNAN


TANAMN JAGUNG
(Zea Meays L)

MUH. ANUGERAH
1222160009

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’ alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan rahmat dan hidayahnya serta kekuatan sehingga
penyusun dapat melaksanakan kegiatan prakikum dan menyelesaikan
penyusunan laporan.

Loporan ini tersusun atas kerja sama antar kelompok. Pelaksanaan


praktikum ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan mata
kuliah Ekologi. Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karenaitu kritik dan saran yang sifatnya membangun
sangat penyusun harapkan dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini.
Akhirnya penulis mengucapkan terimah kasih dan semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian, aamiin.

Wassalamu’ alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Pare-pare, 07 Januari 2023

2
KATA PENGANTAR.................................................................................................. 2

Daftar isi................................................................................................................. 3

BAB 1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 4

Latar Belakang........................................................................................................ 4

Rumusan Masalah ................................................................................................. 6

Tujuan.................................................................................................................... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................... 7

2.1. Klasifikasi Tanaman Jagung ........................................................................... 7

2.2. Morfologi Tanaman Jagung............................................................................ 7

BAB III. METODE PRAKTIKUM ............................................................................. 10

3.1.Waktu dan Tempat Praktikum...................................................................... 10

3.2. Alat dan Bahan ..............................................................................................


10

3.3. Prosedur Kerja ...............................................................................................


10

BAB IV. HASIL & PEMBAHASAN ............................................................................


10

4.1. Hasil............................................................................................................... 11

4.2. Pembahasan ..................................................................................................


12

BAB V. PENUTUP.................................................................................................. 16

5.1. Kesimpulan.................................................................................................... 16

5.2. Saran ............................................................................................................. 16

Daftar Pustaka

Lampiran

3
BAB.I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Jagung (Zea mays L) memiliki peran penting dalam pemenuhan
kebutuhan pangan nasional dan internasional setelah beras dan gandum.
Jagung merupakan tanaman yang umumnya ditanam di wilayah dataran
rendah, baik di tanah tegalan, sawah tadah hujan serta ditanam di dataran
tinggi. Untuk pengembangan jagung, penggunaan benih unggul dan
bermutu tinggi menjadi salah satu upaya yang terus dikaji dan
disebarluaskan ke petani. Jagung sampai saat ini masih merupakan
komoditi strategis kedua setelah padi karena di beberapa daerah, jagung
masih merupakan bahan makanan pokok kedua setelah beras.
Sudaryanto et al (1995) dalam Amin (2012) mengemukakan bahwa
masalah utamu dalam upaya peningkatan produksi jagung nasional
adalah adanya varietas unggul nasional yang masih lambat. Paket
teknologi spesifik lokasi belum banyak tersedia, serta jaminan pasar dan
harga jagung yang belum menarik bagi produsen.
Peningkatan jumlah penduduk memiliki peran penting yang melatar
belakangi semakin meningkatnya permintaan akan produski jagung,
dengna jumlah penduduk yang tidak seimbang dengan pertumbuhan
produksi jagung nasional menyebabkan dilakukannya impor bahan baku
jagung. Peralihan lahan menjadi lahan non pertanian memicu semakin
melemahnya produksi jagung di Indonesia saat ini. Selain komoditas
jagung sebagai bahan baku industri domestik semakin meningkat dengan
semakin banyaknya industri makanan ternak, industri minyak jagung dan
produksi ethanol. Berbagai jenis jagung telah ditanaman di Indonesia
untuk mendukung pemenuhan bahan baku berbahan dasar jagung. Jenis
jagung yang ada antara lain jagung hibrida, jagung manis, dan jagung

4
jenis pop corn. Tanaman jagung termasuk dalam tanaman C4 dimana
jenis tanaman ini tidak menghendaki adanya naungan, artinya tanaman
jagung menghendaki penyinaran sehari penuh. Manfaat jagung dapat
berguna dalam berbagai kehidupan manusia diamana jagung memilik
kandungan karbohidrat dan protein yang tinggi dan sangat baik dijadikan
bahan pengganti bahan baku beras (nasi). Sentra jagung di Indonesia
terdapat pada daerah Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan
Yogyakarta, Sulawesi selatan, Sulawesi utara, Nusa Tenggara Timur, dan
Maluku. Meskipun demikian namun pada fakta yang ada di lapangan
bawha petani dihadapkan pada berbagai kendala dalam teknis budidaya
tanaman jagung. Berbagai kendala tidak dapat dihindari. Kendala tersebut
mencakup hubungannya faktor biotik dan abiotik yang saling
berkesinambungan satu dengan yang lain.
Faktor iklim memiliki peran yang sangat penting dan vital dalam
budidaya tanaman jagung, terutama di Indonesia. Berdasarkan umur
tanaman jagung dibadi menjadi 3 jenis yaitu a) Jagung berumur pendek,
dimana umur tanaman antara 75-90 hari, b) jagung berumur sedang yaitu
umur tanaman 90-120 hari, c) jagung berumur panjang dengan umur
tanaman lebih dari 120 hari. Tanaman jagung memiliki syarat tumbuh
yang tidak jauh berbeda dengan tanaman serealia lainnya. Berdasarkan
iklimya tanaman jagung menghendaki iklim sedang hingga iklim sub tropis
atau tropis basah. Jagung dapat tumbuh pada daerah 0-5 derajat LU
hingga 0-40 derajat LS. Sedangkan curah hujan yang dikehendaki
tanaman jagung adalah 100-200 mm per bulan atau 1200-2400 mm per
tahun. Suhu yang dikehendaki tanaman jagung antara 21-34 0C dan suhu
idealnya adalah antara 23-27 0C. media tanam yang cocok untuk tanaman
jagung adalah tanah yang subur, gembur, cukup mengandung bahan
organik. Jenis tanah yang dapat ditanami jagung adalah tanah andosol,
tanah berpasir, dan latosol dengan keasaman tanah pada pH 5-6 hingga
7-5. Sedangkan pada kesesuaian lahannya tanaman jagung dapat
ditanaman pada lahan dengan tingkat kemiringan sekitar 8%.  Ketinggian

5
tempat menjadi hal penting yang harus diperhatikan oleh petani, dimana
tanaman jagung dapat tumbuh pada dataran rendah hingga pegunungan
yang memiliki ketinggian antara 1000 – 1800 Mdpl dimana pada
ketinggian 0 – 600 merupakan tinggi tempat yang baik bagi tanaman
jagung. Maka dari itu pengetahuan tentang manajemen pertanian
tanaman jagung sangat penting untuk dipelajari.
1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana hubungan tanaman dengan mikroorganisme?


2. Bagaimana peranan abiotic dan biotik pada tanaman jagung?

1.3.Tujuan

1. Mahasiwa mamp memahami hubungan tanaman dengan


mikroorganisme
2. Mahasiwa mengetahui peranan Abiotik dan Biotik pada tanamn
jagung

6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Tanaman Jagung (Zea Mays L.)


Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan
spesies Zea Mays L. Secara umum, klasifikasi dan sistimatika tanaman jagung
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae-Plants
Subkingdom : Tracheobionta-Vascular plants
Superdivision : Spermatophyta KJSeed plants
Division : Magnoliophyta-Flowering plants
Class : Liliopsida-Monocotyledons
Subclass :Commelinidae
Order : Cyperales
Family : Poaceae ⁄ Gramineae-Grass family
Genus : Zea L.-corn
Species : Zea mays L.-corn (USDA, 2018)

2.2  Morfologi Tanaman Jagung (Zea Mays L.)


Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di
Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di
Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura
dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain
sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan
maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir,
dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri
(dari tepung bulir dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa,
yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah
direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi
(Singosari, 2009).
Berdasarkan temuan-temuan genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui
bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan).
Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini 10.000 tahun yang lalu, lalu
teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7000 tahun yang lalu,
7
dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4.000 tahun yang
lalu.  Kajian filogenetik menunjukkan bahwa jagung budidaya (Zea mays ssp.
mays) merupakan keturunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis).
Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7.000 tahun oleh
penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea
mays ssp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk
menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays.
Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies
tumbuhan yang tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000
kultivar jagung, baik yang terbentuk secara alami maupun dirakit melalui
pemuliaan tanaman (Singosari, 2009).
Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung
umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat
mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga
ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat
menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki
kemampuan ini (Singosari, 2009).
Bunga betina jagung berupa "tongkol" yang terbungkus oleh semacam
pelepah dengan "rambut". Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik
(Singosari, 2009). Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai
kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada
tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang
bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman (Singosari, 2009).
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu,
namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak
tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas
terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh
namun tidak banyak mengandung lignin (Singosari, 2009).
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara
pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang
daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada
daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma

8
dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam
respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun (Singosari, 2009).
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam
satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga
dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh
sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak
tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning
dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari
buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya
dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga
betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol
produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung
siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (Protandri)
(Singosari, 2009).

9
BAB III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum “Pengamatan Komponen Biotik Dan Abiotik Pada Ekosistem
Perkebunan Tanaman Jagung “ dilaksanakan pada 4 Januari 2023 pukul
07:30 WITA - selesai di Galung Maloang, Kec. Bacukiki, Kota Parepare,
Sulawesi Selatan, Indonesia.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu kayu sebagai patok, tali, thermometer,
kamera, alat tulis menulis, plastik, gunting dan bahan yang digunakan yaitu
kebun jagung.
3.3. Prosedur Kerja
1. Menentukan lokasi praktikum
2. Siapkan alat dan bahan
3. Potong tali sebanyak 4 meter, kemudian setiap satu meter tali diberi
simpul,begitu seterusnya sampai selesai
4. Ambil kayu patok kemudian simpan di sekitaran daerah kebun yang
di inginkan dan mempunyai banyak populasi yang dapat diamati
5. Tali yang telah disiapakan sebelumya di ikat pada setiap ujung
patik hingga membentuk persegi
6. Foto sebagai dokumentasi
7. Amati semua yang ada dalam petakan persegi baik abiotik maupun biotik
8. Apabilah ada komponen yang di dapat, maka cari namanya baik
lokal maupun nama latin kemudian simpan di dalam plastik, jangan luoa
untu plastik-nya di beri label
9. Begitu seterusnya sampai semua komponen dalam petakan selesai
untuk diamati.

10
BAB IV. HASIL & PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Tabel 1. Data pengamatan Biotik
NO Biotik Nama Latin Gambar

1 Jagung L Zea Mays

2 Semut Formicidae

3 Ulat Grayak Spodoptera


Frugiperda

4 Teki Ladang Cyperus


Rotundes

11
Tabel.2 Data Pengamatan Abiotik
No Nama Nama Latin Gambar

1 Thermometer Hygrometer
Suhu dan
Kelembaban

2 Tanah Pedon Dan


Solum

3 Batu Petrologi

4.2 Pembahasan
Tanaman Jagung (L Zea mays) merupakan salah satu jenis tanaman pangan dari
keluarga rumput-rumputan yang digolongkan dalam tanaman biji-bijian. Jagung dikenal
luas oleh masyarakat Indonesia karena tanaman jenis zea ini bisa dijadikan bahan
makanan pokok pengganti nasi dan berbagai macam makanan olahan. Selain itu
bagian dari tanaman jagung juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak seperti
daun, batang, klobot dan janggelnya. Tanaman jagung tumbuh didataran rendah
sampai tinggi hingga 1200 meter dpl, memerlukan media tanah lempung, lempung
berpasir, tanah vulkanik, yang subur, gembur, kaya bahan organic, memerlukan sinar
matahari minimal 8 jam per hari suhu udara 20-33 derajat celsius, curah hujan sedang,
ph tanah 5,5-7 dengan drainase yang baik.
Semut (Formicoidae ) ordo Hymenoptera dan lebih dari 12.500 jenis. Sebagian
besar dikenal sebagai serangga sosial berkoloni dan miliki sarang yang teratur
beranggotakan ribuan per koloninya. Semut memiliki fungsi ekologis dalam membantu
tanaman menyebarkan benih, menggemburkan tanah pertanian melalui pergerakannya
di dalam tanah, menjadi predator bagi hama tanaman, dan aktivitas ekologis lain,
termasuk sebagai simbion kutu daun (Falahudin, 2013).

Ulat Grayak (Spodoptera frugiperda) Hama ini mampu beradaptasi dengan cepat
dan dikhawatirkan dapat merusak pertanaman jagung di wilayah yang menjadi sentra
pertukaran barang dagang jagung untuk pakan ternak. Mengenai cara ulat grayak
merusak pertanaman jagung dengan cara menggerek daun tanaman jagung. Bahkan,
pada kerusakan berat, kumpulan larva hama ini seringkali menyebabkan daun tanaman
hanya tersisa tulang daun dan batang tanaman jagung saja. Adapun hal penting yang
perlu diketahui oleh petani untuk mengelola dan menangani ulat grayak adalah dengan
melakukan pengamatan langsung pada lahan mereka. Dalam hal ini petani di harapkan
dapat mengendalikan hama ulat grayak dengan tepat dan efesien sehingga produksi
jagung lebih sedikit sumber daya yang terbuang serta bersifat berkelanjutan.

Teki Ladang atau (Cyperus Rotundus) adalah gulma pertanian yang biasa dijumpai
di lahan terbuka. Teki Ladang biasanya tumbuh di sekitaran tanaman budi daya yang
kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena menurunkan hasil yang bisa
dicapai oleh tanaman produksi dan juga menjadi sarang hama dan penyakit. Batasan
gulma bersifat teknis dan plastis.

Tanah (Pedon Dan Solum) merupakan salah satu media tumbuh tanaman, baik
tanaman semusim maupun tanaman tahunan untuk kemaslahatan manusia dan
makhluk hidup lainnya. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme.
Bagi sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk hidup dan bergerak. Ilmu
yang mempelajari berbagai aspek mengenai tanah dikenal sebagai ilmu tanah. Dari
segi klimatologi, tanah memegang peranan penting sebagai penyimpan air dan
menekan erosi, meskipun tanah sendiri juga dapat tererosi. Komposisi tanah berbeda-
beda pada satu lokasi dengan lokasi yang lain. Air dan udara merupakan bagian dari
tanah.
13
Batu (Petrologi) Manfaat bebatuan untuk pertanian ialah Bebatuan menjadikan tanah
lebih lembab dengan menutupinya, mengurangi kehilangan air karena penguapan
akibat matahari dan angin, serta menggantikan kerak keras di permukaan tanah yang
bisa mendorong saluran akibat hujan. Bebatuan mengurangi fluktuasi suhu tanah siang
malam dengan menyerap panas surya saat siang dan melepaskannya saat malam;
bebatuan melindungi tanah dari erosi akibat tetesan hujan deras; bebatuan gelap di
tanah berwarna lebih terang menghangatkan tanah dengan menyerap panas surya; dan
bebatuan juga bisa berperan sebagai pil pupuk yang melepaskan unsur hara perlahan
karena mengandung berbagai mineral yang lama-kelamaan tergelontor ke tanah.
Kesimpulannya, penerapan serasah batu itu memberikan keuntungan besar bagi para
petani.

Thermometer Suhu dan Kelembaban (Hygrometer) Higrometer merupakan sebuah


alat ukur yang dapat mengetahui tingkat kelembaban pada suatu tempat atau
lingkungan. Secara umum kelembaban atau relative humidity merupakan jumlah air
yang terdapat di udara dan dinyatakan dalam persen dari total jumlah air maksimum
saat kondisi jenuh. Meskipun begitu, alat ukur kelembaban udara akan bergantung
pada pengukuran – pengukuran kuantitas lainnya seperti tekanan, suhu, massa, hingga
perubahan mekanis lainnya. Pada higrometer terdapat dua skala yaitu yang pertama
menunjukan kelembaban sedangkan lainnya berupa temperatur atau suhu. Pada skala
kelembaban diberi simbol huruf h sedangkan untuk suhu menggunakan derajat celcius.
Bentuk sederhana higrometer bernama psychrometer yang tersusun atas dua
termometer.

14
BAB V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Semua komponen biotik dan abiotik yang kami temukan pada saat praktikum di kota
parepare tepatnya di bacukiki terdapat beberapa komponen yang menguntungkan dan
adapula yang merugikan. Seperti pada komponen biotik semut memiliki fungsih
ekologis dalam membantu tanaman menyebarkan benih untuk penyerbukan,
mengemburkan tanah pertanian melalui pergerakannya didalam tanah, dan aktifitas
ekologis lain, termasuk sebagai simbion kutu daun. Dan ulat gerayak juga dapat
merugikan karna ulat gerayak dapat menyeran pada daun tanaman maupun bagian lain
dari tanaman, sehingga tanaman tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Dan juga pada tanaman pengganggu atau gulma ini dapat merugikan tanaman, karena
gulma akan melakukan persaingan dalam pengambilan unsur hara yang ada dalam
tanah. Dan komponen abiotik yakni tanah menjadi salah satu medium yang mendukung
pertumbuhan tanaman, dan melakukan perannya dalam ekosistem pada beberapa hal.
Fungsih tanah ialah sebagai penyangga secara fisik, penyedia udara, penyediaan air,
pengatur suhu, pengendali bahan beracun, dan yang paling penting yakni penyedia
unsur hara. Begitupun dengan batu-batuan juga bermanfaat dalam bidang pertanian.
Manfat batu ini bisa memberikan kesuburan bagi tanah dan tanaman, juga digunakan
sebagai bahan pembuatan pupuk.biasanya, batu alam yang digunakan adalah batu
gamping atau batu kapur.

5.2. Saran
Kegiatan praktikum sudah berjalan sesuai rencana dan harapan kita semua, namun
disarankan agar dilakukan dengan baik dan teliti agar hasil praktikum tepat dan mudah
dipahami.

15
DAFTAR PUSTAKA

Amin, M, dan Zaenaty. 2012. Respon Petani Terhadap Gelar Teknologi Budidaya
Jagung Hibrida Bima 5 Di Kabupaten Dongggala. Agrika, 6(1): 34-47.

Falahudin, Irham. (2013). “Peranan Semut Rangrang (Oecophylla smaragdina) dalam


Pengendalian Biologis pada Perkebunan Kelapa Sawit” Conference
Proceedings, 2604 – 2618

Silaban, E.,T. E, Purba, J, Ginting. 2009. Pertumbuhan Dan Produksi Jagung Manis
(Zea mays sacaratha Sturt. L) Pada Berbagai Jarak Tanam Dan Waktu Olah
Tanah.Agroteknologi, 1(3): 808-818.

16
LAMPIRAN

PEMASANGAN PATOKAN PADA SEKITARAN JAGUNG

17
FOTO BERSAMA MENUJU LOKASI

18

Anda mungkin juga menyukai