Anda di halaman 1dari 6

I.

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seokartawi mengatakan bahwa sektor pertanian pangan sangat penting bagi
pembangunan nasional. Situasi tersebut tercermin dari berbagai investasi
pemerintah di industri makanan. Seperti investasi pemerintah di sektor pertanian
dan air, penelitian dan pengembangan teknologi di bidang pertanian dan kebijakan
harga. Salah satu investasi tersebut adalah menyediakan pangan yang merata dan
terjangkau oleh masyarakat (Nurmelyana et al., 2020). Menurut Direktorat
Jenderal Pangan dan Hortikultura, Mengoptimalkan produktivitas lahan menjadi
prioritas pembangunan pertanian (Warman dan Kristiana, 2018).
Penggunaan lahan pertanian yang efektif di Indonesia memiliki beberapa
metode penanaman antara lain monokultur dan polikultur (tumpangsari). Metode
ini tidak hanya terpusat tanaman yang digunakan, tetapi juga membutuhkan
komponen penting seperti iklim, tanah dan nutrisi yang diterapkan (Hulu dan
Setiawan, 2022). Pola tanam petani yang paling banyak digunakan monokultur,
yakni penanaman satu jenis tanaman pada suatu lahan. Monokultur adalah
penanaman satu jenis tanaman pada lahan dan waktu penanaman yang sama, bisa
bergilir atau Bersama-sama. Pola tanam monokultur mempunyai kelebihan berupa
teknis budidaya relatif mudah ditanam karena tanaman yang akan ditanam hanya
satu jenis saja, sedangkan kelemahannya adalah tanaman relatif mudah terserang
terhadap hama maupun penyakit (Agoestina dalam Simatupang dan Pangaribun,
2021).
Tumpangsari adalah salah satu bentuk optimalisasi produktivitas lahan.
Tumpangsari atau polikultur adalah cara penanaman lebih dari satu spesies yang
akan ditanam dalam bidang yang sama dan waktu yang berbeda atau bersama-
sama (Suwena dalam Warman dan Kristiana, 2018). Praktek tumpangsari sering
digabungkan dengan sistem pertanian berkelanjutan, dimana sistem rotasi
tanaman menjaga keanekaragaman hayati dengan menyediakan habitat bagi
banyak serangga dan organisme tanah yang tidak ditemukan dalam sistem
monokultur. Dalam memilih tanaman yang baik dan optimal pada tumpangsari,
harus ada hubungan yang saling menguntungkan (timbal balik) antara kedua
tanaman tersebut, dimana tanaman lain dapat melengkapi kebutuhan dan
kekurangan dari tanaman lainnya seperti tanaman jagung dan kacang
tanah. Tumpangsari jagung dan kacang tanah dapat memberikan efek positif
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung, sehingga penggunaan pupuk
nitrogen dalam tumpangsari menjadi lebih efektif karena tanaman jagung
mengekstraksi nitrogen dari kacang tanah (Warman dan Kristiana, 2018).
Jagung (Zea Mays) merupakan tanaman serealia yang berasal dari benua
Amerika, tepatnya negara Meksiko. Di Indonesia, jagung digunakan sebagai
pakan ternak dan sebagai bahan utama dalam industri makanan dan minuman.
Efek kesehatan jagung dapat dipelajari berdasarkan kandungan nutrisinya. Jagung
mengandung berbagai nutrisi seperti karbohidrat, protein, serat serta beberapa
vitamin dan mineral yang baik untuk Kesehatan tubuh. Di dalam jagung terdapat
lemak dalam jumlah sedikit (Fiqriansyah et al. 2021).
Tanaman jagung ialah salah satu bahan pangan pokok potensial sekaligus
menjadi satu dari sekian komoditas penting dalam agribisnis. Dalam hal ini, hasil
panen tanaman jagung terbilang penting dalam upaya peningkatan ekonomi
agrikultur hingga agribisnis dunia. Diperkirakan lebih dari 55% kebutuhan jagung
dalam negeri digunakan untuk pakan 30% untuk konsumsi pangan selebihnya
untuk kebutuhan lainnya dan bibit, hal ini menyebabkan kebutuhan akan jagung
terus mengalami peningkatan (Fiqriansyah et al. 2021). Menurut suwandi peranan
jagung dalam perekonomian nasional khususnya di pedesaan juga sangat penting.
Saat ini produksi jagung dalam negeri sebanyak 24.235.782 ton atau 12,50%
(Saputra et al).
Kacang tanah merupakan bahan baku serbaguna yang dapat disebut sebagai
bioindustri karena kacang tanah dapat dikonsumsi langsung dalam bentuk biji
segar dan juga dapat digunakan sebagai bahan baku industri berbagai olahan
makanan dan minyak nabati. Kacang tanah mengandung 25-30% protein, 40-50%
lemak, 12% karbohidrat dan vitamin B1 dan secara nutrisi digolongkan sebagai
kacang kedelai. Manfaat kacang tanah untuk industri antara lain pembuatan
margarin, sabun, minyak goreng (Samosir et al, 2020).
Produksi nasional kacang tanah di Indonesia pada tahun 2020 adalah
484.786 ton. Pada tahun 2021 terjadi penurunan produksi menjadi 450.956 ton,
dan tahun 2022 menjadi 416.457 ton (Santoso, 2022). Kacang tanah memiliki
nilai ekonomi tinggi serta mempunyai peranan besar dalam mencukupi kebutuhan
bahan pangan jenis kacang-kacangan. Oleh karena itu, permintaan kacang tanah
dalam negeri semakin meningkat karena berkembangnya industri pangan dan
pakan yang menggunakan bahan baku kacang tanah. Peningkatan penggunaan
kacang tanah merupakan peluang pasar yang besar bagi pengembangan produksi
kacang tanah (Samosir et al, 2020).
Berdasarkan uraian di atas, maka perlunya dilakukan praktikum mengenai
Analisis Potensi Ekonomi dan Kelayakan Usaha Sistem Budidaya Tumpangsari
Tanaman Jagung dan Kacang Tanah, Monokultur Jagung dan Monokultur Kacang
Tanah pada Mata Dasar-dasar Agronomi, yang bertujuan untuk mengetahui
analisis potensi ekonomi dan kelayakan usaha dari berbagai sistem budidaya
tanaman. Dengan melakukan praktikum ini, mahasiswa akan memperoleh
pemahaman yang lebih baik tentang sistem budidaya tumpangsari, monokultur
jagung, dan monokultur kacang tanah.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa masalah
penting, sebagai berikut:
1. Bagaimana potensi ekonomi budidaya tumpangsari tanaman jagung dan
kacang tanah?
2. Bagaimana potensi ekonomi budidaya monokultur jagung dan monokultur
kacang tanah?
3. Apakah usaha sistem budidaya tumpangsari tanaman jagung dan kacang
tanah layak secara ekonomi dibandingkan dengan monokultur jagung dan
monokultur kacang tanah?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari laporan pratikum ini:
1. Menganalisis potensi ekonomi budidaya tumpangsari tanaman jagung dan
kacang tanah.
2. Menganalisis potensi ekonomi budidaya monokultur jagung dan
monokultur kacang tanah.
3. Menganalisis kelayakan usaha dari sistem budidaya tumpangsari tanaman
jagung dan kacang tanah dibandingkan dengan monokultur jagung dan
kacang tanah.

1.4. Kegunaan
Adapun kegunaan dalam laporan praktikum ini adalah:
1. Sebagai acuan untuk mengevaluasi kelayakan usaha sistem budidaya
tumpangsari tanaman jagung dan kacang tanah dibandingkan dengan
monokultur jagung dan kacang tanah di daerah tertentu.
2. Sebagai referensi bagi peneliti, mahasiswa, dan akademisi dalam
melakukan studi lanjutan dan penelitian terkait dengan pengembangan
sistem budidaya tumpangsari tanaman jagung dan kacang tanah.
3. Sebagai sarana untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran
masyarakat tentang pentingnya penerapan sistem budidaya tumpangsari
dalam pertanian untuk meningkatkan produktivitas dan keuntungan
ekonomi.
4. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam menyusun kebijakan
dan program pembangunan pertanian yang berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan.
DAFTRA PUSTAKA

Fiqriansyah M, Putri SA, Syam R, Rahmadani AS. 2021. Teknologi Budidaya


Tanaman Jagung (Zea Mays) dan Sorgum (Sorgum Bicolor (L.) Moench).
Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Hulu YH, Setiawan AW. 2022. Efektivitas Penanaman Tanaman Jagung (Zea
Mays, L.) dan Kacang Tanah (Arachis Hypogaea, L.) dengan Metode
Tumpangsari. Jurnal Ilmu PertanianI. 10(1): 1–11.
Lubis, Siti K. 2019. Analisi Perbandingan Pendapatan Usahatani Tumpangsari
Jagung dan Kacang Tanah dengan Monokultur Jagung di Kecamatan
Ponjong Kabupaten Gunungkidul. Jurnal Ilmiah Agritas. 3(2): 44–54.
Nurmelyana D, Santoso TI, Mulyati NS. 2020. Efensiensi Usahatani Tumpangsari
Jagung (Zea Mays, L.) dan Kacang Tanah (Arachis Hypogaea, L.) di
Lahan Tanaman Jati (Tectona Granis, L.F.) Milik Perum Perhutani pada
Kelompok Tani Maju Tani. Jurnal Agribisnis. 12(2): 99–05.
Samosir OM, Marpaung RG, Laia T. 2020. Respon kacang Tanah (Arachis
Hypogaea, L.) Pemberian terhadap Unsur Mikro. Jurnal Agrotekda. 3(2):
74–83.
Santoso, Mochamad. 2022. Pemasaran Kacang Tanah.
https://distanbun.jatengprov.go.id/v/upload/PEMASARAN_KACANG_T
ANAH.pdf. Akses: 12 Mei 2023.
Saputra D, Erlina Y, Barbara B. 2022. Analisis Trend Produksi dan Konsumsi
Jagung Pipilan di Indonesia. Journal Socio Economics Agricultural. 17(1):
30–46.
Simatupang S, Pangaribuan EB. 2021. Pola Tanam. Depok: Balittra.
Syamsuri, Alang H. 2022. Potensi dan Kelayakan Ekonomi Budidaya Kacang
Tanah Pada Sawah Tadah Hujan Di Desa Raddae Kabupaten Wajo. Jurnal
Agribisnis Lahan Kering. 7(3): 86–93.
Warman RA, Kristiana R. 2018. Mengkaji Sistem Tanam Tumpangsari Tanaman
Semusim. Proceeding Biology Education Conference. 15(1): 791–794.

Anda mungkin juga menyukai