PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketahanan pangan (food sicurity) telah mengalami isu global selama dua dekade ini
termasuk di Indonesia. Berdasarkan Undang-undang No. 7 tahun 1996 tentang pangan dan
Peraturan Pemerintah RI No. 68 Tahun 2002 tentang ketahanan pangan, disebutkan bahwa
“ketahanan pangan adalah terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga yang tercermin dari
tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan
ketidakstabilan ekonomi suatu negara. Berbagai gejolak sosial dan politik dapat terjadi jika
ketahanan pangan terganggu yang pada akhirnya dapat membahayan stabilitas nasional
(Ismet, 2007).
Sebagai bahan makanan pokok (dasar) diharapkan ketersediaan akan kebutuhan beras mutlak
harus dipersiapkan. Oleh karena itu perlunya pemerintah menyediakan pasokan kebutuhan
pangan untuk menyediakan konsumsi pangan tersebut selain itu adanya pasokan pangan juga
dapat digunakan sebagai antisipasi dalam lonjakan konsumsi pangan masyarakat, kekeringan
dan bencana alam lain serta kondisi lain yang diluar perkiraan. Indonesia adalah Negara besar
dengan jumlah penduduk yang banyak sehingga konsumsi pangan khususnya beras juga
banyak. Agar tidak terjadi ketimpangan antara ledakan populasi dengan ketersediaan beras,
organik didasarkan pada konsep keinginan untuk mengikuti pola hidup sehat dan kembali ke
1
alam (back to nature) (Shaikh 2007). Atas dasar kesadaran masyarakat yang sudah mulai
memahami akan hidup sehat tersebut maka konsep pembangunan pertanian mulai
dan Dranton 2005). Pembangunan pertanian berwawasan lingkungan merupakan isu global
yang telah memperhatikan aspek keberlanjutan. Salah satu sistem dalam produksi pertanian
yang telah memperhatikan aspek lingkungan yaitu pertanian organik. Perkembangan pangan
organik saat ini semakin nyata dengan semakin banyaknya produk pertanian yang dihasilkan
penduduk Indonesia mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok. Pentingnya komoditas ini
menjadikan sebagai acuan dalam menilai kesejahteraan masyarakat serta kadang dijadikan
juga sebagai acuan dalam menilai kondisi sosial politik masyarakat. Beras merupakan
komoditas pangan utama masyarakat Indonesia, hampir seluruh penduduk di negara ini
mengkonsumsi beras setiap harinya. Hal ini menyebabkan komoditas beras memiliki nilai
yang sangat strategis, selain karena menguasai hajat hidup orang banyak, juga dapat dijadikan
parameter stabilitas ekonomi dan sosial negara. Apabila terjadi kelangkaaan atau tidak
terpenuhinya kebutuhan beras pada masyarakat, akan berdampak pada inflasi dan gejolak
Konsumsi pangan organik seakan tengah menjadi gaya hidup dalam beberapa tahun
terakhir ini. Masyarakat mulai beralih membeli produk-produk organik tentu sebagai bentuk
kepedulian mereka terhadap kesehatan pribadi dan anggota keluarganya (Bean dan Sharp
mengalami perkembangan namun belum sepenuhnya memasyarakat, baik oleh petani sendiri
maupun oleh pemerintah yang telah mencanangkan program kembali ke organik (go organic)
tahun 2010. Walaupun program kembali ke pertanian organik tidak berjalan seperti apa yang
2
diharapkan, Indonesia masih mempunyai peluang untuk mengembangkan pertanian organik
Menurut Inawati (2011), berkembangnya produsen dan komoditas organik ini karena
pengaruh gaya hidup masyarakat sebagai konsumen yang mulai memperhatikan pentingnya
kesehatan dan lingkungan hidup dengan menggunakan produk organik yang tidak
menggunakan bahan-bahan kimia sintetis buatan. Selain itu juga karena mulai
berkembangnya bisnis produk organik. Selain terus bertambahnya luas lahan yang digunakan
untuk pertanian organik, Aliansi Organis Indonesia juga mencatat semakin meningkatnya
jumlah produsen komoditas organik, demikian juga ragam komoditas organik yang
dibudidaya, merk dagang organik, dan pemasok ke pengecer seperti super market dan
restoran besar.
Harga beras organik masih tergolong mahal, sehingga hanya kalangan tertentu
seperti kalangan menengah ke atas yang mampu membeli. Harga beras organik yang relatif
mahal ini, disebabkan oleh besarnya manfaat beras organik bagi kesehatan karena bebas dari
kandungan bahan kimia berbahaya, juga karena, relatif tingginya faktor resiko dalam
produksi (usahatani) yang dihadapi oleh petani akibat tidak menggunakan pestisida dan
pupuk anorganik (Soetrisno 1999). Segmen pasar beras organik yang terbatas, menyebabkan
beras organik kurang dikenal oleh masyarakat umum. Oleh karena itu, pengembangan
strategi pemasaran beras organik ini harus dilakukan secara tepat agar dapat efektif dan
luas 3.335,8945 Ha yang terdiri dari 3 desa, yaitu Desa Triwidadi, Desa Sendangsari,dan
Desa Gowosari. Petani di Wilayah BPP pajangan umumnya melaksanakan aneka usaha tani
yang berskala kecil antara usaha tani tanaman pangan, perkebunan, peternakan, dan
kehutanan. Wilayah BPP Pajangan merupakan wilayah agraris namun termasuk lahan kritis,
3
80% merupakan daerah perbukitan , 20% merupakan lahan datar, sehingga untuk pencapaian
produktifitas khususnya tanaman pangan belum dicapai secara optimal (Programa BPP
Pajangan 2020).
beras sehat dan bermitra dengan salah satu perguruan tinggi (universitas atmajaya).
Pemasaran beras sehat yang di produksi masih terbilang rendah ANGKA sebab baru
dalam skala kecil ANGKA dan tidak semua hasil panen terdistribusikan dengan baik
sehingga dalam pendistribusian beras sehat tidak berjalan sesuai dengan hasil panen yang
Beras sehat masih menumpuk hingga musim tanam selanjutnya dan hanya di
kosusumsi sendiri. untuk itu perlu adanya solusi pemasaran yang tepat agar hasil panen
terdistribusikan dengan baik dan mampu menambah pemasukan bagi petani pelaku usaha.
Berdasarkan uraian diatas hal ini perlu dikaji secara ilmiah utuk mendapatkan solusi
permasalahanya dan hal inilah yang menjadi latar belakang penulis untuk melakukan kajian
yang berjudul Strategi Pemasaran Beras Sehat Paguyuban Setyo Mandiri Kecamatan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam kajian ini adalah
Bagaimana menyusun strategi pemasaran alternatif beras sehat Paguyuban Setyo Mandiri
beras sehat?
beras sehat?
4
3. Bagaimana strategi pemasaran paguyuban setyo mandiri dalam pemasaran beras
sehat?
C. Batasan Masalah
Kajian penelitian ini dibatasi pada komponen Strategi SWOT pemasaran beras sehat
dengan faktor (internal) produk, harga, promosi, tempat dan faktor (eksternal) ekonomi,
D. Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah maka tujuan dari kajian ini adalah untuk
beras sehat?
4. Manfaat Kajian
a. Bagi mahasiswa merupakan proses pembelajaran dan pembangunan pola pikir dalam
di Yogyakarta.
5
b. Bagi pengambil kebijakan dapat menjadi bahan informasi dan pertimbangan dalam
Sehat.