Anda di halaman 1dari 54

NAMA : EXCEL MAGENTA HUZAENI

NIM : 2003016043
MATKUL : PERTANIAN ORGANIK
A. RESUME JURNAL 1
PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI INDONESIA
The Development of Organic Agriculture in Indonesia
Henny Mayrowani
Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
Jl. A. Yani No. 70 Bogor 16161
E-mail : hennypse@yahoo.com
Naskah masuk : 28 Juni 2012
Naskah diterima : 31 Agustus 2012
Saat ini sudah banyak sekali masyarakat yang sadar akan bahaya yang di timbulkan oleh
penggunaan bahan kimia dalam kegiatan pertanian. Sehingga pertanian organik lebih diminati
oleh produsen maupun konsumen. Hal itu bisa terjadi karena pertanian organik dapat menekan
biaya produksi sehingga para petani mampu mendapatkan keuntungan yang lebih dan produk dari
pertanian organik aman bagi Kesehatan dan ramah lingkungan sehingga mendorong
meningkatnya permintaan produk organik. Pola hidup sehat saat ini sudah menjadi trend baik
dikalangan anak muda maupun orang tua yang dimana mensyaratkan jaminan produk pertanian
harus aman dikonsumsi, tinggi nutrisi dan ramah lingkungan.Dalam hal ini Indonesia memiliki
potensi yang sangat besar untuk mengembangkan produk organik untuk bersaing di pasar
Internasional. Hal itu terjadi karena Negara Indonesia masih memiliki lahan yang luas dan
teknologi yang cukup tersedia untuk membuat pupuk kompos, pestisida hayati dan lain
sebagainya. Pertanian organik bisa menjadi jawaban bagi permasalahan lingkungan yang terjadi
saat ini salah satu di antaranya yaitu berkurangnya kesuburan tanah dan kerusakan lingkungan
akibat penggunaan pupuk dan pestisida kimia yang tidak terkendali sehingga menurunkan
produktivitas tanah. Pertanian organik bisa di artikan dengan system budidaya pertanian yang
menggunakan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan sintetis seperti pupuk yang terbuat
dari kotoran hewan ternak dan limbah pertanian.

PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI INDONESIA Henny Mayrowani

91
Salah satu prinsip dari pertanian organik yaitu harus memperhatikan kelestarian alam dan
segala sesuatu yang hidup di dalamnya seperti konservasi sumberdaya terbarukan yang berarti
sumberdaya tersebut harus dapat difungsikan secara berkelanjutan. Sehingga kita menjaga
ketersediaan sumberdaya alam yang terbatas. Pertanian ramah lingkungan yang salah satunya
adalah dengan menerapkan pertanian organik, merupakan upaya untuk memfungsikan
sumberdaya secara berkelanjutan.Pada dasarnya kita semua merupakan suatu kesatuan yang
saling membutuhkan dan bergantung satu dengan yang lainnya. Pada tahun 2011 luas area
pertanian organik yang memiliki sertifikat di Indonesia adalah 90.135,30 hektar, area tanpa
sertifikasi seluas 134.717,66 hektar, area dalam proses sertifikasi seluas 3,80 hektar. Area
pertanian organik dengan sertifikasi PAMOR seluas 5,89 hektar. PAMOR adalah Penjaminan
Mutu Organis Indonesia, sebuah penjaminan partisipatif yang dikembangkan oleh Aliansi
Organis Indonesia. Permintaan produk organik di seluruh dunia mengalami peningkatan
permintaan dan jika Indonesia mampu memenuhi seluruh kebutuhan tersebut bisa menjadi
sumber pendapatan negara dari kegiatan ekspor produk organik dan mensejahterahkan petani.
Adapun produk pertanian organik unggulan yang dihasilkan Indonesia yaitu padi, sayuran, buah-
buahan, kopi, coklat, jambu mete, herbal, minyak kelapa, rempah-rempah dan madu. Prinsip-
prinsip pertanian organik menjadi dasar dalam penumbuhan dan pengembangan pertanian
organik. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2002) menjelaskan prinsip pertanian organik.
Untuk produk tanaman, prinsip-prinsip produksi pangan organik diterapkan pada lahan yang
sedang dalam periode konversi paling sedikit 2 tahun sebelum penebaran benih, atau kalau
tanaman tahunan selain padang rumput, minimal 3 tahun sebelum panen hasil pertamanya.
Berapapun lamanya masa konversi, produksi pangan organik hanya dimulai pada saat produksi
telah mendapat sistem pengawasan dan pada saat unit produksi telah mulai menerapkan tatacara
produksi yang telah ditentukan. Sedangkan untuk produk ternak, hewan ternak yang dipelihara
untuk produksi organik harus menjadi bagian integral dari unit usahatani organik dan harus
dikelola sesuai dengan kaidah-kaidah organik secara standar. Pengelolaan peternakan organik
harus dilakukan dengan menggunakan metode pembibitan (breeding) yang alami, meminimalkan
stress, mencegah penyakit, secara progresif menghindari penggunaan obat hewan jenis
kemoterapetika (termasuk antibiotik) alopati kimia (chemical allopathic), mengurangi pakan
ternak yang berasal dari binatang (misalnya tepung daging) serta menjaga kesehatan dan

PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI INDONESIA Henny Mayrowani

92
kesejahteraannya. Konservasi merupakan faktor yang penting dalam pertanian berwawasan
lingkungan.

Sebenarnya potensi pasar produk pertanian organik sangat diminati oleh masyrakat Indonesia
akan tetapi konsumen produk organik saat ini terbatas hanya masyarakat menengah ke atas yang
di karenakan masih mahalnya harga produk organik dan tidak adanya mutu yang menjamin
bahwa produk tersebut merupakan produk organik. Selain itu juga terdapat beberapa masalah
yang sering terjadi dalam dunia pertanain Indonesia yaitu keterbatasan sumberdaya pertanian,
memerlukan investasi yang mahal pada awal pengembangan dan hal tersebut yang
membuatharga produk organic menjadi lebih mahal, lemahnya system teknologi, terbatasnya
modal usaha, rendahnya kualitas dan keterampilan SDM. Pada umumnya para petani
mengharapkan mendapatkan harga jual yang tinggi akan tetapi jika hal tersebut tidak terjadi
sebenarnya dari segi biaya produksi yang lebih rendah petani sudah bisa mendapatkan
keuntungan. Pertanian organik, jika dilakukan dengan tepat, akan mengurangi biaya input
terutama pupuk dan pestisida, secara dramatis akan meningkatkan kesehatan petani dan
kesuburan tanah mereka secara alami. Namun, terlepas dari masalah di atas, sektor pertanian
tetap menjadi tumpuan harapan tidak hanya dalam upaya menjaga ketahanan pangan, tetapi juga
dalam penyediaan kesempatan kerja, sumber pendapatan, penyumbang devisa dan pertumbuhan
ekonomi nasional. Oleh sebab itu kita harus mengambil Langkah nyata dan tepat untuk
memanfaatkan peluang yang ada di dunia pertanian.

PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI INDONESIA Henny Mayrowani

93
PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI INDONESIA
The Development of Organic Agriculture in Indonesia

Henny Mayrowani

Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan


Pertanian Jl. A. Yani No. 70 Bogor 16161

E-mail : hennypse@yahoo.com

Naskah masuk : 28 Juni 2012 Naskah diterima : 31 Agustus 2012

ABSTRACT

Awareness of the dangers posed by the use of synthetic chemicals in farming attracts attention at both the
producers and consumers. Most consumers will choose safe food ingredients for better health and it drives increased
demand for organic products. Healthy, environmentally friendly life-style becomes a new trend and has been
institutionalized internationally which requires assurance that agricultural products should be safe for consumption (food
safety attributes), high nutrient content (nutritional attributes) and environmentally friendly (eco-labeling attributes).
Indonesia has a great potential to compete in the international market, but it should be implemented gradually. This is
because of many comparative advantages, i.e. (i) there are large land areas available for organic farming; (ii) technology to
support organic farming is available such as composting, no- tillage planting, biological pesticides, among others. Although
the government has launched various policies on organic agriculture such as "Go Organic 2010”, but the development of
organic farming in the country is relatively slow. This situation is due to various problems such as market constraints,
consumers’ interest, relatively expensive organic products certification for small farmers, and lack of farmers’ partnership
with private companies. However, interest for organic farming has grown and it is expected to have positive impacts on the
development of organic agriculture in Indonesia.

Key word: organic farming, development, Indonesia

ABSTRAK

Kesadaran tentang bahaya yang ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia sintetis dalam pertanian menjadikan
pertanian organik menarik perhatian baik di tingkat produsen maupun konsumen. Kebanyakan konsumen akan memilih
bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan, sehingga mendorong meningkatnya permintaan produk
organik. Pola hidup sehat yang akrab lingkungan telah menjadi trend baru dan telah melembaga secara internasional yang
mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus beratribut aman dikonsumsi (food safety attributes), kandungan
PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI INDONESIA Henny Mayrowani

94
nutrisi tinggi (nutritional attributes), dan ramah lingkungan (eco-labelling attributes). Indonesia memiliki potensi yang
cukup besar untuk bersaing di pasar internasional walaupun secara bertahap. Hal ini karena berbagai keunggulan
komparatif antara lain: (i) masih banyak sumberdaya lahan yang dapat dibuka untuk mengembangkan sistem pertanian
organik, (ii) teknologi untuk mendukung pertanian organik sudah cukup tersedia seperti pembuatan kompos, tanam tanpa
olah tanah, pestisida hayati dan lain-lain. Walaupun pemerintah telah mencanangkan berbagai kebijakan dalam
pengembangan pertanian organik seperti ‘Go Organic 2010’, namun perkembangan pertanian organik di Indonesia masih
sangat lambat. Keadaan ini disebabkan oleh berbagai kendala antara lain kendala pasar, minat konsumen dan pemahaman
terhadap produk organik, proses sertifikasi yang dianggap berat oleh petani kecil, organisasi petani serta kemitraan petani
dengan pengusaha. Namun minat bertani terhadap pertanian organik sudah tumbuh. Hal ini diharapkan akan berdampak
positif terhadap pengembangan petanian organik.

Kata kunci : pertanian organik, pengembangan, Indonesia

PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI INDONESIA Henny Mayrowani

95
PENDAHULUAN pedagang pangan organik harus patuh pada standar
untuk menjaga integritas produk pertanian organik.
Pertanian organik merupakan jawaban atas Tujuan utama dari pertanian organik adalah untuk
revolusi hijau yang digalakkan pada tahun 1960-an mengoptimalkan kese- hatan dan produktivitas
yang menyebabkan berkurangnya kesuburan tanah komunitas inter- dependen dari kehidupan di tanah,
dan kerusakan lingkungan akibat pemakaian pupuk tumbuhan, hewan dan manusia. Sejauh ini
dan pestisida kimia yang tidak terkendali. Sistem pertanian organik disambut oleh banyak kalangan
pertanian berbasis high input energy seperti pupuk masyarakat, meskipun dengan pemahaman yang
kimia dan pestisida dapat merusak tanah yang berbeda.
akhirnya dapat menurunkan produktifitas tanah, Keberlanjutan pertanian organik, tidak
sehingga berkembang pertanian organik. Pertanian dapat dipisahkan dengan dimensi ekonomi, selain
organik sebenarnya sudah sejak lama dikenal, sejak dimensi lingkungan dan dimensi sosial. Pertanian
ilmu bercocok tanam dikenal manusia, semuanya organik tidak hanya sebatas meniadakan
dilakukan secara tradisional dan menggunakan penggunaan input sintetis, tetapi juga pemanfaatan
bahan-bahan alamiah. Pertanian organik modern sumber-sumber daya alam secara berkelanjutan,
didefinisi- kan sebagai sistem budidaya pertanian produksi makanan sehat dan menghemat energi.
yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa Aspek ekonomi dapat berkelanjutan bila produksi
menggunakan bahan kimia sintetis. Penge- lolaan pertaniannya mampu mencukupi kebutuhan dan
pertanian organik didasarkan pada prinsip memberi- kan pendapatan yang cukup bagi petani.
kesehatan, ekologi, keadilan, dan perlindungan. Tetapi, sering motivasi ekonomi menjadi kemudi
Prinsip kesehatan dalam pertanian organik adalah yang menyetir arah pengembangan pertanian
kegiatan pertanian harus memperhatikan kelestarian organik. Kesadaran akan bahaya yang ditimbulkan
dan pening- katan kesehatan tanah, tanaman, oleh pemakaian bahan kimia sintetis dalam
hewan, bumi, dan manusia sebagai satu kesatuan pertanian menjadikan pertanian organik menarik
karena semua komponen tersebut saling perhatian baik di tingkat produsen maupun
berhubungan dan tidak terpisahkan. konsumen. Kebanyakan konsumen akan memilih
Pertanian organik adalah sistem pertanian bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah
yang holistik yang mendukung dan mempercepat lingkungan, sehingga mendorong meningkatnya
biodiversiti, siklus biologi dan aktivitas biologi permin- taan produk organik. Pola hidup sehat yang
tanah. Sertifikasi produk organik yang dihasilkan, akrab lingkungan telah menjadi trend baru
penyimpanan, pengolahan, pasca panen dan meninggalkan pola hidup lama yang meng-
pemasaran harus sesuai standar yang ditetapkan gunakan bahan kimia non alami, seperti pupuk,
oleh badan standardisasi (IFOAM, 2008). pestisida kimia sintetis dan hormon tumbuh dalam
produksi pertanian. Pola hidup sehat ini telah
Menurut Badan Standardisasi Nasional melembaga secara interna- sional yang
(2002), "Organik" adalah istilah pelabelan yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian
menyatakan bahwa suatu produk telah diproduksi harus beratribut aman dikonsumsi (food safety
sesuai dengan standar produksi organik dan attributes), kandungan nutrisi tinggi (nutritional
disertifikasi oleh otoritas atau lembaga sertifikasi attributes) dan ramah lingkungan (eco-labelling
resmi. Pertanian organik didasarkan pada attributes). Pangan yang sehat dan bergizi tinggi
penggunaan ma- sukan eksternal yang minimum, ini dapat diproduksi dengan metode pertanian
serta menghindari penggunaan pupuk dan pestisida organik (Yanti, 2005).
sintetis. Praktek pertanian organik tidak dapat
menjamin bahwa produknya bebas sepenuh- nya Bagi negara-negara berkembang,
dari residu karena adanya polusi lingkungan secara khususnya Indonesia, pangan organik masih
umum. Namun beberapa cara digunakan untuk merupakan hal yang baru dan mulai populer sekitar
mengurangi polusi dari udara, tanah dan air. 4-5 tahun lalu. Damardjati (2005) mengatakan
Pekerja, pengolah dan bahwa permintaan pangan organik meningkat di
seluruh dunia dan jika Indonesia bisa memenuhi
kebutuhan ini dan

PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI INDONESIA Henny Mayrowani

96
bisa meningkatkan eksport produk organik, akan dalam rangka meningkatkan produksi pangan yang
meningkatkan dayasaing usaha pertanian
aman dikonsumsi (food safety attributes),
(agribisnis) di Indonesia dan dapat meningkatkan
devisa dan pendapatan rumah tangga tani. Produk kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes)
pertanian organik utama yang dihasilkan Indonesia dan ramah lingkungan (eco-labelling attributes),
adalah padi, sayuran, buah-buahan, kopi, coklat, serta dapat meningkatkan pendapatan petani dan
jambu mete, herbal, minyak kelapa, rempah-rempah devisa.
dan madu. Diantara komoditi-komoditi tersebut,
padi dan sayuran yang banyak diproduksi oleh
petani skala kecil untuk pasar lokal. Tidak ada data
PERTANIAN ORGANIK DUNIA
statistik resmi mengenai produksi pertanian organik
di Indonesia. Namun perkembangan ekonomi dan
tingginya kesadaran akan kesehatan, merupakan Pertanian organik adalah teknik budidaya
pemicu berkembang cepatnya pertumbuhan pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami
permintaan produk organik. tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis.
Pertanian organik belum sepenuhnya Tujuan utama pertanian organik adalah
memasyarakat, baik oleh petani sendiri maupun menyediakan produk-produk pertanian, terutama
oleh pemerintah yang telah mencanangkan program bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen
kembali ke organik (go organic) tahun 2010. dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan.
Walaupun program kembali ke organik tidak Gaya hidup sehat demikian telah melembaga secara
berjalan seperti apa yang diharapkan, namun internasional yang men- syaratkan jaminan bahwa
Indonesia masih mempunyai peluang untuk produk pertanian harus beratribut aman dikonsumsi,
mengembangkan pertanian organik dengan potensi kandungan nutrisi tinggi dan ramah lingkungan.
yang dimilikinya. Dalam tulisan ini dipaparkan Preferensi konsumen seperti ini dan perkembangan
pengembangan pertanian organik di Indonesia ekonomi menyebabkan permintaan produk
pertanian organik dunia meningkat pesat.

Gambar 1. Perkembangan Luas Pertanian Organik Dunia 1999-2009

Sumber : Willer, 2010

PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI INDONESIA Henny Mayrowani

97
Selama kurun waktu 10 tahun (1999- 2009) beberapa komoditi pertanian organik di dunia.
terjadi peningkatan yang cukup pesat baik dari Walaupun perkembangan pertanian organik didunia
perluasan lahan pertanian organik maupun pelaku berkembang cepat, namun persentase luas lahan
pertanian organik. Gambar 1 memperlihatkan pertanian organik dunia terhadap dari total luas
peningkatan luas lahan pertanian organik di dunia. lahan pertanian masih rendah yaitu 0,9 % (Tabel 1).
Pada tahun 1999, luas lahan pertanian organik
hanya 11 juta ha, dan meningkat kira-kira tiga kali Sejalan dengan berkembangnya lahan
lipat selama kurun waktu 10 tahun menjadi 37,2 pertanian organik didunia, pelaku pertanian organik
juta ha. Luas lahan pertanian organik ini juga berkembang dengan pesat. Willer (2010)
menunjukkan perkembangan yang pesat di sebagian melaporkan bahwa pada tahun 2009 jumlah pelaku
besar negara, bahkan terdapat peningkatan pertanian organik dunia adalah 1,8 juta, meningkat
pertumbuhan yang cukup tinggi untuk 0,4 juta dari tahun 2008 (Gambar 2), cukup pesat
dibandingkan

Tabel 1. Persentase Luas Lahan Pertanian Organik terhadap Total Lahan Organik di Dunia, 2009

Wilayah Lahan pertanian (ha) Lahan pertanian organik (%)


Afrika 1.026.632 0,1
Asia 3.581.918 0,3
Eropa 9.259.934 1,9
Uni Eropa 8.346.372 4,7
Amerika Latin 8.558.910 1,4
Oceania 12.152.108 2,8
Amerika Utara 2.652.624 0,7
Jumlah 37.232.127 0,9
Sumber : Willer, 2010

Gambar 2. Perkembangan Jumlah Pelaku Pertanian Organik di dunia 1999-2009

Sumber : Willer, 2010

PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI INDONESIA Henny Mayrowani

98
dengan tahun-tahun sebelumnya. Kebanyak- an dari manusia, ada kecenderungan bahwa pe- merintah
pelaku pertanian organik ini berada di negara lebih peduli pada pengembangan pertanian organik
berkembang dan merupakan pasar yang baru karena pemerintah ingin merevitalisasi sektor
muncul. pertanian sebagai tulang punggung pembangunan
Di India jumlah pelaku pertanian organik ekonomi di Indonesia (Lesmana dan Hidayat,
meningkat hampir dua kali lipat. Dilaporkan juga 2008), dan biaya produksi akan jauh lebih rendah
bahwa lebih dari tiga perempat pelaku pertanian dibandingkan dengan negara-negara lain, terutama
organik berasal Asia, Afrika dan Amerika Latin. negara maju.

Gambar 3. Sepuluh Negara dengan Pasar Pangan Organik Terbesar di Dunia 2008.

Sumber : Willer, 2010

Diperkirakan perdagangan produk organik PERKEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK


dunia mencapai USD $ 46,1 milyar (36,2 milyar DI INDONESIA
Euro) pada tahun 2007 (IFOAM, 2009).
Perdagangan produk pangan organik terbesar di
Amerika Serikat, sebesar 15,65 milyar Euro pada Pertanian organik modern di Indonesia
tahun 2008 (Gambar 3). Menurut Gunawan (2007) diperkenalkan oleh Yayasan Bina Sarana Bakti
permintaan luar negeri terhadap pangan organik (BSB), dengan mengembangkan usahatani sayuran
Indonesia meningkat, namun hanya bisa terpenuhi organik di Bogor, Jawa Barat pada tahun 1984
sebesar 5 persen dari permintaan pasar (Prawoto and Surono, 2005;
internasional. Besarnya pasar pangan organik dunia Sutanto 2002). Pada tahun 2006, terdapat 23.605
dan kebijakan integrasi ekonomi regional petani organik di Indonesia dengan luas area
membuka peluang bagi Indonesia untuk 41.431 ha, 0,09 persen dari total lahan pertanian di
mengekspor produk-produk pangan organik ke Indonesia (IFOAM, 2008). Perkembangan luas
pasar internasional. Hal ini dimungkinkan karena areal pertanian organik dari tahun 2007-2011
Indonesia sumber daya yang besar baik sumber diperlihatkan pada Gambar 4. Pada tahun 2007 luas
daya alam dan areal pertanian organik di Indonesia adalah
40.970

PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI INDONESIA Henny Mayrowani

99
ha, pada tahun 2008 meningkat secara tajam hektar, area dalam proses sertifikasi seluas 3,80
sebesar 409 persen menjadi 208.535 ha. hektar. Area pertanian organik dengan sertifikasi
Pertumbuhan luas pertanian organik dari tahun PAMOR seluas 5,89 hektar (Tabel 2). PAMOR
2008 hingga 2009 tidak terlalu signifikan, hanya 3 adalah Penjaminan Mutu Organis Indonesia, sebuah
persen. Luas area pertanian organik Indonesia tahun penjaminan partisipatif yang dikembangkan oleh
2010 adalah 238,872.24 ha, meningkat 10 persen Aliansi Organis Indonesia.
dari tahun sebelumnya (2009). Namun pada tahun
2011 menurun 5,77 persen dari tahun sebelumnya Tabel 2. Luas Area Pertanian Organik Indonesia 2011
menjadi 225.062,65 ha. Penurunan terjadi karena

menurunnya luas areal pertanian organik


tersertifikasi sebanyak 13 persen. Hal ini Tipe Area Organik Luas (ha)
disebabkan karena jumlah pelaku (petani madu
Area tersertifikasi 90.135,30
hutan) tidak lagi melanjutkan sertifikasi produknya
tahun 2011. Semakin luasnya pertanian organik, Area dalam proses sertifikasi 3,80
diharapkan bisa memberi- kan manfaat yang lebih
luas dalam peme- nuhan permintaan masyarakat Area dengan sertifikasi PAMOR 5,89
akan pangan yang sehat dan berkelanjutan.
Area tanpa sertifikasi 134.717,66
Pertanian organik saat ini telah berkembang secara
luas, baik dari sisi budidaya, sarana produksi, jenis Jumlah 225.062,65
produk, pemasaran, pengetahuan konsumen dan
organisasi/ lembaga masyarakat yang menaruh Sumber : SPOI 2011
minat (concern) pada pertanian organik.
Luas lahan yang tersedia untuk pertanian
organik di Indonesia sangat besar. Dari 188,2 juta
ha lahan yang dapat digunakan

Gambar 4. Perkembangan Luas Area Pertanian Organik Indonesia 2007-2011

Sumber : SPOI 2011 tanpa sertifikasi seluas 134.717,66

Pada tahun 2011 luas area pertanian


organik tersertifikat adalah 90.135,30 hektar. Area
PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI INDONESIA Henny Mayrowani

100
untuk usaha pertanian, baru sekitar 70 juta ha
yang telah digunakan untuk berbagai sistem
pertanian (Mulyani dan Agus, 2006), sisanya

PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI INDONESIA Henny Mayrowani

101
belum dimanfaatkan dan bisa dimanfaatkan untuk teh. Pada tahun 2011 kopi organik masih menjadi
pertanian organik. Disamping itu, menurut Nurdin komoditas kunci di Indonesia. Hampir semua
(2012) terdapat 11,1 juta tanah yang produk kopi ini bertujuan ekspor. Komoditas kopi
diidentifikasikan sebagai tanah terlantar yang dengan luas areal terluas (41.651,73 ha) disusul
sebagian dapat digunakan untuk pertanian organik. oleh mete (11.394,7 ha) dan madu hutan seluas
Pertanian organik menuntut agar lahan yang 9,007,2 ha (SPOI, 2011).
digunakan tidak atau belum tercemar oleh bahan
kimia dan mempunyai aksesibilitas yang baik. Akan tetapi di tengah perkembangan yang
Kualitas dan luasan menjadi pertimbangan dalam pesat itu, potensi bahaya peminggiran petani
pemilihan lahan. Lahan yang belum tercemar organik berskala kecil harus diperhatikan. Bahaya
adalah lahan yang belum diusahakan, tetapi secara itu datang dari proses sertifikasi komoditas organik
umum lahan demikian kurang subur. Lahan yang sesuai dengan Standard Nasional Indonesia Sistem
subur umumnya telah diusahakan secara intensif Pangan Organik yang disahkan oleh Badan
dengan menggunakan bahan pupuk dan pestisida Standardisasi Nasional. Penggunaan standard itu
kimia. Menggunakan lahan seperti ini memerlukan memang bertujuan melindungi konsumen dan
masa konversi cukup lama, yaitu sekitar 2 tahun. petani organik agar tidak dirugikan oleh para
pemalsu produk organik (AOI, 2011). Tetapi biaya
Menurut Inawati (2011), berkembang- nya sertifikasi yang mahal dan standar serta proses
produsen dan komoditas organik ini karena sertifikasi yang tidak sesuai dengan budaya petani
pengaruh gaya hidup masyarakat sebagai konsumen bisa menyingkirkan para petani kecil. Biaya
yang mulai memperhatikan pentingnya kesehatan sertifikasi untuk wilayah Jawa misalnya berkisar 5
dan lingkungan hidup dengan menggunakan produk sampai 15 juta rupiah perunit usaha tani padahal
organik yang tidak menggunakan bahan-bahan rata-rata luas lahan petani di bawah satu hektar.
kimia sintetis buatan. Selain itu juga karena mulai Karena itu, beberapa hal penting perlu dilakukan
berkembangnya bisnis produk organik. Selain seperti : membebas- kan petani berskala kecil dari
terus bertambahnya luas lahan yang digunakan keharusan membuat sertifikat, membuat regulasi
untuk pertanian organik, Aliansi Organis Indonesia yang sesuai budaya petani, pengakuan sistem
juga mencatat semakin meningkatnya jumlah penjaminan berbasis komunitas, dukungan dana
produsen komoditas organik, demikian juga ragam sertifikasi, dan mengkampanyekan perdagangan
komoditas organik yang dibudidaya, merk dagang yang adil.
organik, dan pemasok ke pengecer seperti super
market dan restoran besar. Luas areal pertanian organik Indonesia
tahun 2011 dikelola oleh ribuan produsen, termasuk
Hasil kajian Aliansi Organis Indonesia didalamnya petani kecil, yang umumnya tergabung
pada 2010 menunjukkan makin banyaknya dalam kelompok tani dan disertifikasi dengan
produsen produk organik dengan komoditas yang sistem ICS (Internal Control System). Dari
beragam, seperti beras, telur, sayuran dan beberapa tipe lahan organik dalam SPOI 2011, total
bermacam hasil tanaman kebun seperti kopi, teh, jumlah produsen adalah 12.512 (termasuk petani
madu hutan dan rempah-rempah. Dalam Statistik kecil dan perusahaan). Nilai ini menurun 10 persen
Pertanian Organik Indonesia (SPOI) 2010 nampak dari tahun 2010 (13.794). Selain produsen, pelaku
bahwa produsen organik bersertifikat mencapai organik lainnya adalah prosesor dan eksportir
9.805. Jumlah ini lebih tinggi daripada yang belum sebanyak 71. Pelaku-pelaku organik lainnya di
bersertifikat yang hanya 3.817. Sementara itu Indonesia yang tidak kalah pentingnya adalah
produk kopi yang sebagian besar sudah mendapat lembaga pelatihan, lembaga sertifikasi baik
sertifikasi organik hampir mencapai 35 ribu hektar. nasional maupun internasional dan pedagang yang
Lalu disusul madu hutan dengan luas lahan sangat berperan dalam perkembangan pertanian
bersertifikat 15 ribu hektar, gula aren dan mete organik di Indonesia. Terdapat 8 lembaga sertifikasi
bersertifikat 10 ribu hektar, rempah-rempah hampir Internasional yang teridentifikasi beroperasi di
10 hektar, beras organik bersertifikat sekitar 3 ribu Indonesia, yaitu : IMO (Institute
hektar, lalu disusul kakao dan

PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI INDONESIA Henny Mayrowani

102
for Market Ecology), Control Union, NASAA pertanian organik terbesar di dunia. Dalam
(National Association of Sustainable Agriculture mengembangkan pertanian organik, diperlu- kan
of Australia), Naturland, Ecocert, GOCA perencanaan dan implementasi yang baik secara
(Guaranteed Organic Certification Agency), ACO bersamaan. Perencanaan dan implementasi juga
(Australian Certified Organic), dan CERES dilakukan secara bersama antara pemerintah dan
(Certification of Environmental Standards). pelaku usaha. Program “Go Organic 2010”, yang
Lembaga sertifikasi nasional saat ini yang telah berisi berbagai kegiatan seperti pengembangan
terakreditasi KAN (Komite Akreditasi Nasional) teknologi pertanian organik, membentuk kelompok
dan diakui OKPO (Otoritas Kompeten Pangan tani organik, pengembangan per- desaan melalui
Organik) adalah: BIOcert (Bogor), INOFICE pertanian organik, dan membangun strategi
(Bogor), Sucofindo (Jakarta), LeSOS, Mutu Agung pemasaran pangan organik. Tetapi kenyataannya,
(Depok), PT Persada (Yogyakarta) dan LSO pertanian organik belum berkembang dan masih
Sumbar (Padang). sangat sedikit produk yang dihasilkan. Artinya,
Selain lembaga sertifikasi, terdapat belum banyak petani yang menerapkan usaha
beberapa organisasi yang bergerak dibidang pertanian secara organik. Pemerintah dalam hal ini
pengembangan pertanian organik seperti : (1) termasuk masyarakat pertanian Indonesia
IFOAM (International Federation of Organic diharapkan bertindak nyata dalam upaya
Agricultural Movements) yang merupakan lembaga mempopulerkan dan mengangkat citra produk
payung untuk gerakan organik, menyatukan lebih pertanian organik Indonesia untuk mendukung
dari 750 organisasi anggota di 116 negara. IFOAM terwujudnya ketahanan pangan yang tangguh.
aktif berpartisipasi dalam negosiasi pertanian dan Saat ini, pembangunan pertanian
lingkungan internasional untuk memajukan dihadapkan pada sejumlah masalah yang harus
kepentingan gerakan pertanian organik di seluruh segera dipecahkan, yaitu antara lain:1) keterbatasan
dunia; (2) Maporina (Masyarakat Pertanian Organik dan penurunan kapasitas sumberdaya pertanian, 2)
Indonesia) adalah sebuah wadah Organisasi Profesi lemahnya sistem alih teknologi dan kurang
untuk menghimpun potensi berbagai pihak yang tepatnya sasaran, 3) terbatasnya akses terhadap
terkait dengan Pertanian Organik yang meliputi layanan usaha terutama permodalan, 4) panjangnya
Birokrat, Akademisi, Petani, Pengusaha dan rantai tataniaga dan belum adilnya sistem
Masyarakat luas pemerhati masalah Pertanian di pemasaran, 5) rendahnya kualitas, mentalitas, dan
Indonesia yang diharap- kan dapat mensejahterakan keterampilan sumberdaya petani, 6) lemahnya
Rakyat, melestari- kan lahan dan lingkungan kelembagaan dan posisi tawar petani, 7) lemahnya
melalui Sistem Pertanian; dan (3) AOI (Aliansi koordinasi antar lembaga terkait dan birokrasi, dan
Organik Indonesia) merupakan sebuah organisasi 8) belum berpihaknya kebijakan ekonomi makro
masyarakat sipil berbasis keanggotaan, saat ini kepada petani (Kementerian Pertanian, 2010).
AOI beranggotakan 79 anggota yang terdiri dari Namun, terlepas dari masalah di atas, sektor
lembaga dan individu yang bergerak di pertanian pertanian tetap menjadi tumpuan harapan tidak
organik. AOI mendorong terinteg- rasinya prinsip hanya dalam upaya menjaga ketahanan pangan,
dan praktek pertanian organik dan fair trade di tetapi juga dalam penyediaan kesempatan kerja,
Indonesia. sumber pendapatan, penyumbang devisa dan
pertumbuhan ekonomi nasional.
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN Program pengembangan pertanian organik
PERTANIAN ORGANIK Indonesia dari Kementerian Pertanian adalah
mendorong terwujudnya pertanian yang tangguh,
berdaya saing, berkelanjutan dan berwawasan
Dalam pengembangan pertanian organik lingkungan, dan mendorong peningkatan kontribusi
pemerintah meluncurkan program pengembangan sektor pertanian terhadap perekonomian nasional,
pertanian organik melalui komitmen “Go Organic melalui peningkatan PDB, ekspor, penciptaan
2010”. Dalam komitmen ini, dicanangkan bahwa
pada tahun 2010 Indonesia akan menjadi produsen
produk

PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI INDONESIA Henny Mayrowani

103
lapangan kerja, penanggulangan kemiskinan, dan (BSN, 2002). Terbitnya SNI tersebut, pada satu
peningkatan kesejahteraan masyarakat; serta sisi disambut dengan gembira karena dapat
memperjuangkan kepentingan dan perlindungan dijadikan acuan bagi pelaku pertanian organik dan
terhadap petani dan pertanian Indonesia dalam pada sisi lainnya timbul pertanyaan apakah aturan
sistem perdagangan Internasional. Misi yang ingin tersebut dapat dilaksanakan. Pertanyaan ini adalah
dicapai tersebut sesuai dengan misi pertanian wajar karena SNI mengatur sangat ketat aspek
organik seperti yang ditekankan oleh International budidaya hingga pemasaran. Pelaku pertanian
Federation of Organik Agriculture Movement organik yang baru memulai kegiatannya merasa
(IFOAM) maupun Organisasi Pangan dan Pertanian belum mampu untuk mengikuti dan mentaati
Dunia (FAO). keseluruhan aturan yang termuat dalam SNI
Produk pertanian harus mampu bersaing tersebut.
dan memberikan nilai positif yang dapat dirasakan Standar Nasional Indonesia ini disusun
oleh konsumen baik nasional maupun global. dengan maksud untuk menyediakan sebuah
Produk pertanian tidak akan mampu bersaing bila ketentuan tentang persyaratan produksi, pelabelan
sistem pertanian tidak mampu menghasilkan dan pengakuan (claim) terhadap produk pangan
produk pertanian yang berkualitas dan aman sesuai organik yang dapat disetujui bersama. Standar
dengan tuntutan konsumen saat ini. Pada era pasar Nasional Indonesia diterapkan pada produk-produk
bebas, produk pertanian semakin dituntut untuk berikut yang memiliki, atau diperuntukkan untuk
mampu bersaing bukan hanya di pasar internasional memiliki, pelabelan yang merujuk pada cara-cara
namun juga di pasar domestik. Pertanian organik produksi organik, yakni: (a) tanaman dan produk
merupakan salah satu alternatif yang diharapkan segar tanaman serta produk pangan segar dan
akan terus memberikan kontribusi terhadap PDB produk pangan olahan, ternak dan produk
kita. Di negara lain, khususnya di negara-negara peternakan yang prinsip-prinsip produksinya dan
Eropa, Australia, Amerika Latin, dan Amerika aturan inspeksi spesifik; (b) produk olahan tanaman
Serikat pertanian organik merupakan sektor pangan dan ternak untuk tujuan konsumsi manusia yang
yang paling cepat pertumbuhannya. Laju dihasilkan dari butir (a) di atas.
pertumbuhan penjualan pangan organik berkisar
dari 20-30 persen pertahun selama dekade terakhir Menurut Badan Standardisasi Nasional
ini (Wahana Bumi Hijau, 2011). (2002), dalam Standard Nasional Indonesia
mengenai Sistem Pangan Organik, sertifikasi adalah
Semakin meningkatnya produksi per- prosedur dimana lembaga sertifikasi pemerintah
tanian organik dan kesadaran konsumen akan atau lembaga sertifikasi yang diakui pemerintah
pentingnya produk organik ini, akan menjadikan memberikan jaminan tertulis atau yang setara,
sangat rentan terhadap bahaya dari pihak-pihak bahwa pangan atau sistem pengendalian pangan
yang ingin mendapatkan keuntungan sendiri. Mulai sesuai dengan persyaratan. Sertifikasi pangan juga
dari permainan harga sehingga produk organik didasarkan pada suatu rangkaian kegiatan inspeksi
sangat mahal di tingkat konsumen sementara harga berkesinambungan, audit sistem jaminan mutu dan
di tingkat petani jauh lebih rendah, produk organik pemeriksaan produk akhir. Lembaga sertifikasi
palsu dan sebagainya. Keadaan ini tentunya harus dapat diartikan sebagai lembaga yang bertanggung
diimbangi dengan regulasi atau pengaturan yang jawab untuk memverifikasi bahwa produk yang
jelas dari pemerintah. Selain hal tersebut diatas, dijual atau diberi label "organik" adalah diproduksi,
regulasi penting karena dimasyarakat pada periode diolah, disiapkan, ditangani dan diimpor menurut
tahun 2002 telah muncul berbagai pendapat dan Standard Nasional Indonesia. Kekuatan sertifikasi
pemahaman yang berbeda mengenai pertanian adalah terjaminnya suatu produk karena telah
organik. Departemen Pertanian pada tahun 2002, memenuhi seluruh kaidah yang disyaratkan.
membuat aturan dasar bagi pelaksanaan pertanian Keuntungan yang didapatkan ada pada pihak
organik di Indonesia yang disahkan dalam bentuk produsen dan konsumen. Produsen memiliki posisi
SNI Sistem Pangan Organik tawar yang lebih baik pada barang yang
diproduksinya sedangkan

PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI INDONESIA Henny Mayrowani

104
konsumen memiliki kepastian/jaminan terha- dap mendegradasi bahan kimia yang tersisa didalam
barang/produk yang dikonsumsi. tanah. Pada masa konversi ini produk biasanya
Hingga saat ini, sertifikasi masih menjadi dikatakan sebagai ’transisi organik’ atau saat ini ada
masalah yang belum terselesaikan, sehingga yang menyebut ’Go-Organic’. Setelah melalui masa
pernyataan mengenai produk organik harus konversi atau jangka waktu tertentu yang
disampaikan langsung oleh produsen pertanian ditetapkan, produk hasil dari lahan tersebut dan
organik pada konsumennya. Studi yang dilakukan diproduksi dengan sistem pertanian organik, baru
oleh Sugino dan Mayrowani (2010) mengatakan dapat dilabel "organik". Persyaratan inilah yang
bahwa bagi konsumen asing sertifikat pangan sering dilupakan oleh pelaku agribisnis. Persyaratan
organik adalah penting, sedangkan bagi konsumen lain yang penting dalam produk pangan organik
domestik sertifikasi itu penting jika tidak antara lain tidak menggunakan produk GMO
mempengaruhi harga produk dan jika produsen (bibit/benih), dan diproduksi tanpa irradiasi.
menjamin produknya atau kualitasnya dapat Di Indonesia melalui konsensus yang
dipercaya, sertifikat tidak diperlukan lagi. Sehingga dikoordinasikan oleh Pusat Standardisasi dan
untuk konsumen domestik, produsen pertanian Akreditasi - Deptan pada tanggal 8 Juli 2002, telah
organik harus terus-menerus menyampaikan/ dihasilkan SNI No. 01-6729-2002 tentang Sistem
menginformasikan bahwa produk yang dihasilkan Pangan Organik. Di dalam SNI ini telah tertulis
adalah produk organik pada kegiatan promosi, berbagai hal yang mengatur tentang lahan, saprodi,
pameran, negosiasi dan penjualan. Dalam hal ini pengolahan, labelling sampai pemasaran produk
produsen yang harus berbicara dan bukan pangan organik. SNI ini merupakan adopsi dengan
produknya yang berbicara. Namun, bagaimanapun modifikasi dari standar internasional Codex
juga sistem sertifikasi harus tetap membuka akses GL/32.1999, rev.I 2001. Tujuan utama dari standar
bagi petani berskala kecil untuk bisa masuk. ini adalah untuk memfasilitasi produsen produk
Kegiatan lainnya dalam pengem- bangan pangan organik di Indonesia yang akhir-akhir ini
pertanian organik adalah promosi pasar, semakin marak, agar mempunyai acuan di dalam
industrialisasi dan perdagangan. Tiga hal ini adalah melabel produknya.
pekerjaan berat lainnya yang belum banyak Tidak mudah mendapatkan sertifikat/ label
disentuh dan dikembangkan sehingga diperlukan SNI organik karena untuk mendapatkan label
kerja keras untuk menyelesaikan permasalahan organik pada produk terlebih dahulu harus
yang melingkupi ketiganya. Promosi pasar dilakukan serangkaian kegiatan sertifikasi organik
memerlukan dukungan produsen dan media untuk oleh lembaga sertifikasi produk pangan organik
menyebarluaskan tentang produk, kualitas, harga yang kredibel, dan sebagian konsumen tidak
dan keistimewaan-keistimewaan yang dimiliki oleh mewajibkan produk bersertifikat. Dalam penelitian
produk organik. Industrialisasi dan perdagangan Sugino dan Mayrowani (2010), diketahui bahwa
memerlukan dukungan para pelaku budidaya, sebagian besar konsumen tidak tahu standar produk
pengusaha, perbankan dan pemerintah untuk organik yang ditetapkan pemerintah (SNI). Adapun
membangun industri dan perdagangan pangan perlunya sertifikasi sebagian besar responden
organik. mengatakan bahwa sertifikasi tidak perlu asalkan
Hingga saat ini, pada umumnya, kualitas makanan organik terjamin dengan cara
pengertian tentang pangan organik masih berbeda lain. Ada juga yang menyatakan bahwa sertifikasi
antar pelaku. Beberapa pelaku menganggap bahwa penting, namun tidak mempengaruhi harga produk
apabila suatu produk pertanian sudah tidak organik. Hal ini mencerminkan perbedaan
diproduksi dengan bahan kimia sintetis, termasuk pengetahuan mengenai sertifikasi dan kecemasan
pupuk atau pestisida, maka produk dapat dijual akan kenaikan harga produk organik bersertifikasi.
dengan label “organik”. Pengertian ini Untuk menuju pertanian organik,
menyesatkan, karena apabila lahan pernah Departemen Pertanian (2002) telah menyusun
digunakan untuk pertanian konvensional yang sistem sertifikasi bertahap. Ada empat jenis
menggunakan bahan kimia, perlu masa konversi sertifikat, yaitu : (1) sertifikat label BIRU untuk
untuk

PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI INDONESIA Henny Mayrowani

105
produk non pestisida; (2) serifikat label KUNING produksi pangan organik hanya dimulai pada saat
untuk transisi organik; (3) sertifikat label HIJAU produksi telah mendapat sistem pengawasan dan
untuk produk setara dengan SNI organik; dan (4) pada saat unit produksi telah mulai menerapkan
produk pertanian yang tumbuh secara organik tatacara produksi yang telah ditentukan. Untuk
dengan sendirinya (Organically Grown). Dengan produk ternak, hewan ternak yang dipelihara untuk
mekanisme seperti ini, diharapkan dapat mencegah produksi organik harus menjadi bagian integral dari
para produsen melabel organik tanpa verifikasi dari unit usahatani organik dan harus dikelola sesuai
pihak berwenang; membedakan produk unggulan dengan kaidah-kaidah organik secara standar.
dengan yang biasa; mendidik produsen untuk Pengelolaan peternakan organik harus dilakukan
meningkatkan mutu produk; dan memantau residu dengan menggunakan metode pembibitan
pestisida. (breeding) yang alami, meminimal- kan stress,
mencegah penyakit, secara prog- resif menghindari
PRINSIP-PRINSIP PERTANIAN ORGANIK penggunaan obat hewan jenis kemoterapetika
(termasuk antibiotik) alopati kimia (chemical
allopathic), mengurangi pakan ternak yang berasal
Prinsip-prinsip pertanian organik menjadi dari binatang (misalnya tepung daging) serta
dasar dalam penumbuhan dan pengembangan menjaga kesehatan dan kesejahteraannya.
pertanian organik. Menurut IFOAM (2008) prinsip- Jika ada kasus yang membahayakan atau
prinsip pertanian organik adalah : (1) Prinsip ancaman yang serius terhadap tanaman dimana
kesehatan : pertanian organik harus melestarikan tindakan pencegahan dapat digunakan bahan alami
dan meningkatkan kesehatan tanah, tanaman, seperti: pestisida yang diekstrak dari tanaman atau
hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuan pemberian musuh alami. Benih harus berasal dari
dan tak terpisahkan; (2) Prinsip ekologi : Pertanian otoritas/ lembaga sertifikasi resmi. Pengumpulan
organik harus didasarkan pada sistem dan siklus tanaman dan bagian tanaman yang dapat dimakan,
ekologi kehidupan. Bekerja, meniru dan berusaha yang tumbuh secara alami di daerah alami,
memelihara sistem dan siklus ekologi kehidupan. kawasan hutan dan pertanian, dapat dianggap
Prinsip ekologi meletakkan pertanian organik metode produksi organik apabila: (a) produknya
dalam sistem ekologi kehidupan, yang bahwa berasal dari areal yang jelas batasnya sehingga
produksi didasarkan pada proses dan daur ulang dapat dilakukan tindakan sertifikasi/inspeksi; (b)
ekologis. Siklus- siklus ini bersifat universal tetapi areal tersebut tidak mendapatkan perlakuan dengan
pengoperasiannya bersifat spesifik-lokal; (3) bahan-bahan kimia selama 3 (tiga) tahun sebelum
Prinsip keadilan : Pertanian organik harus pemanenan; (c) pemanenannya tidak meng- ganggu
membangun hubungan yang mampu menjamin stabilitas habitat alami atau pemeliharaan spesies
keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan didalam areal koleksi; dan (d) produknya berasal
hidup bersama; dan (4) Prinsip perlindungan : dari oparator yang mengelola pemanenan atau
Pertanian organik harus dikelola secara hati-hati pengumpulan produk, yang jelas identitasnya dan
dan bertanggung jawab untuk melindungi mengenal benar areal koleksi tersebut.
kesehatan dan kesejahteraan generasi sekarang dan
mendatang serta lingkungan hidup. Prinsip produk pangan organik untuk
hewan ternak lebih rumit, karena bervariasi antar
Badan Standardisasi Nasional (2002) jenis hewan ternak. Hewan ternak yang dipelihara
menjelaskan prinsip-prinsip pertanian organik ini untuk produksi organik harus menjadi bagian
secara lebih rinci. Untuk produk tanaman, prinsip- integral dari unit usahatani organik dan harus
prinsip produksi pangan organik diterapkan pada dikelola sesuai dengan kaidah-kaidah organik.
lahan yang sedang dalam periode konversi paling Jumlah ternak dalam areal peternakan harus dijaga
sedikit 2 (dua) tahun sebelum penebaran benih, atau dengan mempertimbangkan kapasitas produksi
kalau tanaman tahunan selain padang rumput, pakan, kesehatan ternak, keseimbangan nutrisi dan
minimal 3 tahun sebelum panen hasil pertama- nya. dampak lingkungannya. Pengelolaan pe-
Berapapun lamanya masa konversi,

PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI INDONESIA Henny Mayrowani

106
ternakan organik harus dilakukan dengan Perlakuan dan pengelolaan sarang lebah harus
menggunakan metode pembibitan (breeding) yang menghargai prinsip-prinsip pertanian organik,
alami, meminimalkan stress, mencegah penyakit, sumber nektar alami dan polen harus berasal dari
secara progresif menghindari penggunaan obat tanaman organik dan/atau vegetasi alami (liar).
hewan jenis kemoterapetika (termasuk antibiotik) Sarang lebah harus terbuat dari bahan alami yang
alopati kimia (chemical allopathic), mengurangi terhindar dari risiko kontaminasi lingkungan atau
pakan ternak yang berasal dari binatang (misalnya produk lebah. Jika lebah ditempatkan pada areal
tepung daging) serta menjaga kesehatan dan alami, pertimbangan harus diberikan kepada
kesejah- teraannya. Pemilihan bangsa, galur populasi insek lokal. Sarang lebah untuk peternakan
(strain) dan metode pembibitan harus konsisten lebah harus ditempatkan di areal dimana vegetasi
dengan prinsip-prinsip pertanian organik, terutama alami atau yang ditanam patuh pada ketentuan-
yang menyangkut: adaptasinya terhadap kondisi ketentuan produksi pertanian organik. Otoritas atau
lokal; vitalitas dan ketahanannya terhadap penyakit; lembaga sertifikasi harus memberikan persetujuan
dan bebas dari penyakit tertentu atau masalah pada areal sehingga meyakinkan sumber bahan
kesehatan. Ternak tidak boleh ditransfer antara unit madu, nektar dan polen berdasar informasi yang
organik dan non-organik. disediakan oleh operator dan/atau melalui proses
Jika lahannya mencapai status organik inspeksi. Dalam hal ini otoritas atau petugas
serta ternak dari sumber non-organik dimasukkan, sertifikasi dapat menetapkan radius tertentu dari
dan jika produknya kemudian dijual sebagai sarang lebah dimana lebah mempunyai akses ke
organik, maka ternak tersebut harus diternakkan nutrisi yang cukup yang memenuhi ketentuan
menurut standar ini untuk paling sedikit selama pedoman ini. Dengan adanya prinsip-prinsip
periode berikut : pertanian organik ini diharapkan adanya sebuah
(a) Sapi dan kuda : 12 bulan untuk produksi daging, ketentuan tentang persyaratan produksi, pelabelan
6 bulan untuk bakalan dan 90 hari untuk produksi dan penga- kuan terhadap produk pangan organik
susu; (b) Domba dan kambing : yang dapat disetujui bersama.
6 bulan untuk produksi daging dan 90 hari untuk
produksi susu; (c) Babi : 6 bulan; (d) Unggas
PELUANG DAN KENDALA
pedaging : seluruh umur hidup, dan petelur 6
PENGEMBANGAN PERTANIAN
minggu.
ORGANIK
Dalam hal nutrisi, prinsip yang harus
diterapkan adalah : produk peternakan akan tetap
mempertahankan statusnya sebagai organik jika 85 Peluang Pasar
persen (berdasar berat kering) pakan ternak
rumunansianya berasal dari sumber organik atau Potensi pasar produk pertanian organik di
jika 80 persen pakan ternak non-rumunansianya dalam negeri masih sangat kecil, penggunaan
berasal dari sumber organik. Cara pembibitan produk organik hingga saat ini masih terbatas pada
harus berpedoman pada prinsip-prinsip peternakan kalangan menengah dan atas. Hal tersebut
organik dengan mempertimbangkan: (a) Bangsa disebabkan kurangnya informasi tentang
dan galur dipelihara dalam kondisi lokal dan pentingnya produk organik bagi kesehatan, tidak
dengan sistem organik; (b) Pembiakannya lebih ada jaminan mutu dan standard kualitas organik dan
baik dengan cara alami walaupun inseminasi harga produk pangan organik masih tergolong
buatan dapat digunakan; mahal. Demikian juga dengan produsen pertanian
(c) Teknik transfer embrio dan penggunaan hormon organik di Indonesia yang masih sangat terbatas,
reproduksi dan rekayasa genetikan tidak boleh kendala yang dihadapi oleh produsen untuk
dilakukan. Dalam hal pengelolaan kandang, mengembangkan pertanian organik antara lain
umumnya dilakukan secara alamiah dengan adalah : 1) belum ada insentif harga yang memadai
memenuhi kenyamanan hewan. untuk produsen produk pertanian organik, 2) perlu
investasi mahal pada awal pengembangan karena
Selain ternak dan tanaman, madu harus memilih lahan yang benar-benar steril dari
merupakan produk organik yang mempunyai bahan agrokimia, 3) belum ada kepastian
permintaan pasar yang cukup tinggi.

PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI INDONESIA Henny Mayrowani

107
pasar, sehingga petani enggan memproduksi koperasi, asosiasi atau korporasi masih sangat
komoditas tersebut. Produk dari Indonesia belum relevan. Namun yang paling penting lembaga tani
banyak yang dapat bersaing di pasar global. Baru tersebut harus dapat memperkuat posisi tawar
beberapa produk yang dapat bersaing di pasar petani.
global diantaranya baru produk kopi Arabika yang
dibudidayakan berdasarkan prinsip pertanian
organik oleh Kelompok Tani Kopi Arabika di Potensi dalam Meningkatkan Pendapatan
daerah Gayo, Kabupaten Aceh Tengah. Produk Petani
kopi yang diekspor telah memperoleh akreditasi Di Indonesia, perhatian terhadap produk
dari Bio- coffee IFOAM dan memperoleh label organik masih kurang, namun seperti telah
ECO dari negeri Belanda. Untuk pasar domestik, dikemukakan diatas, sebagian masyarakat telah
baru PT Bina Sarana Bakti, Cisarua yang memahami akan pentingnya mengkonsumsi
membudidayakan sayuran secara organik, yang makanan yang aman dan sehat. Karena itu produk
telah memiliki konsumen tetap dan “green shop” organik memiliki prospek yang cukup baik untuk
di Jakarta (Sutanto, 2002). dikembangkan di masa depan, baik untuk pasar
Secara bisnis pertanian organik di domestik maupun luar negeri. Harga pupuk dan
Indonesia masih memiliki peluang yang besar. pestisida semakin mahal, tidak terjangkau petani
Dengan jumlah penduduk yang demikian besar sehingga petani akan mencari alternatif pengganti
menjadi potensi yang besar sebagai konsumen yang lebih murah dan selalu tersedia dan melimpah
produk organik. Walaupun tidak semua kalangan di daerah yaitu bahan- bahan organik (alamiah).
masyarakat Indonesia mampu membeli hasil Walaupun perkembangannya kurang
pertanian organik, karena harga hasil produk memuaskan namun Gerakan Go Organic 2010 yang
pertanian organik biasanya tergolong cukup mahal. telah dicanangkan Kementerian Pertanian
Peluang bisnis produk pertanian organik ini sudah memberikan hasil yang positif terhadap para petani.
mulai banyak dimanfaatkan terbukti ada Mereka merasakan manfaat pertanian organik
peningkatan jumlah lahan pertanian organik karena mampu mendongkrak pendapatan 20-30
Indonesia berdasarkan data Statistik Pertanian persen (Mayrowani et al., 2010). Pada umumnya
Organik Indonesia (Ariesusanty, 2010). Trend petani berharap mendapat harga yang tinggi untuk
bahan organik juga mulai merambah ke rumah produk-produk organis mereka setelah lahan
makan, hotel, restoran, catering yang menyediakan mereka organik. Tetapi, bila harga tertinggi tidak
menu organik sehat. Dari sejumlah pengguna hasil terpenuhi, sebenarnya petani organik sudah
pertanian organik, ternyata tidak hanya pengguna mendapatkan keuntungan karena biaya produksi
langsung melainkan pelaku bisnis lain pun mulai organik lebih rendah dibandingkan non organik.
melirik hasil pertanian organik untuk mereka Beberapa
jadikan bahan baku makanan. keuntungan membudidayakan padi secara organik
Indonesia memiliki potensi yang cukup adalah : (1) kesehatan konsumen; (2) penggunaan
besar untuk bersaing di pasar internasional pupuk organik yang mengem- balikan kesuburan
walaupun secara bertahap. Hal ini karena berbagai tanah dan kelestarian lingkungan; dan (3)
keunggulan komparatif antara lain : meningkatkan pendapatan petani, karena harga
1) masih banyak sumberdaya lahan yang dapat jualnya lebih tinggi dari beras konvensional.
dibuka untuk mengembangkan sistem pertanian Sayangnya pangsa pasar produk organik di
organik, 2) teknologi untuk mendukung pertanian Indonesia belum termonitor. Karena itu dengan
organik sudah cukup tersedia seperti pembuatan tingkat harga yang menarik tersebut, petani akan
kompos, tanam tanpa olah tanah, pestisida hayati tergerak dan termotivasi untuk mengembangkan
dan lain-lain. Pengembangan pertanian organik di pertanian organik. Hasil/ keuntungan tidak hanya
Indonesia belum memerlukan struktur bergantung pada produktifitas tetapi juga harga
kelembagaan baru, karena sistem ini hampir sama yang diberikan oleh pasar. Menurut Saptana (2006),
halnya dengan pertanian intensif seperti saat ini. jaminan harga dan pemasaran dapat dilakukan
Kelembagaan petani seperti kelompok tani, melalui kemitraan.

PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI INDONESIA Henny Mayrowani

108
Beberapa hasil penelitian mengatakan produk pertanian organik yang disebabkan
bahwa pertanian organik memberikan keuntungan pergeseran selera konsumen, terutama konsumen
yang lebih besar dan berpengaruh nyata terhadap yang memiliki kesadaran akan makanan yang sehat.
pendapatan petani (da Costa, 2012; Rahmawati et Pergeseran ini menyebabkan kenaikan permintaan
al., 2012). Hasil penelitian dibeberapa daerah di akan produk organik. Saat ini, bagi petani yang
Indonesia mengenai padi organik menunjukkan hal belum mempunyai pasar khusus produk pertanian
yang sama, seperti hasil penelitian Trisanti (2002) organik masih menggunakan acuan harga pasar
di Kabupaten Klaten, hasil penelitian Mulyaningsih umum yang belum menggunakan acuan kualifikasi
(2010) dan Rachman (2012) di Kabupaten Cianjur, produk yang ditawarkan. Artinya bahwa pertanian
serta hasil penelitian Yanti (2005) dan Mayrowani organik masih berada pada tataran upaya
et al. (2010) di Kabupaten Sragen. Di Kabupaten mengurangi biaya untuk produksi, bukan dalam
Sragen R/C untuk usahatani padi organik adalah meningkatkan nilai tukar produk pertanian.
2,83 dan untuk usahatani padi non-organik 1,81. Sedangkan mengenai nilai tukar produknya sendiri
(Mayrowani et al., 2010). Harga produksi sayuran sangat ditentukan oleh pasar.
organik di Jawa Barat dua kali lipat dari harga
produk konvensional, sedangkan biaya bahan Beberapa hal yang perlu dipersiapkan
produksi organik adalah setengah dari produksi adalah peran pemerintah dalam mengem- bangkan
konvensional, namun biaya tenaga kerja adalah 5,5 dan mempromosika produksi pertanian organik.
kali lebih tinggi dibandingkan dengan usahatani Dari sisi pendapatan petani, tingginya harga produk
konvensional. Secara total keuntungan bersih organik tersebut akan menjadi peluang yang baik,
produk organik hanya 1,2 kali dari produk namun bagi masyarakat yang bekerja di luar sektor
konvensional (Sugino, 2010). Namun, mengingat pertanian dan tinggal di perkotaan akan kesulitan
pertanian organik terintegrasi antara produksi dan membeli makanan yang sehat, karena makanan
pemasaran sehingga keuntungan lain didapat dari yang layak dan sehat baru dimiliki oleh masyarakat
marjin pemasaran. Dapat disimpulkan bahwa yang mampu secara ekonomi.
keuntungan dari pertanian organik lebih baik
daripada pertanian konvensional, terutama jika Pertanian Organik sebagai Sistem
antara produksi dan pemasaran terintegrasi. Pertanian Berkelanjutan
Dalam pertanian organik terdapat dua Konservasi merupakan faktor yang penting
pertanyaan kunci, yaitu (1) masalah lahan sempit dalam pertanian berwawasan lingkungan.
yang dapat ditingkatkan produksinya, dan (2) Konservasi sumberdaya terbarukan berarti
masalah nilai tukar produk pertanian organik. sumberdaya tersebut harus dapat difungsikan secara
Menghadapi permasalahan tersebut, pertanian berkelanjutan (continous). Kita sadar akan adanya
organik tidak mampu menjawab secara langsung, potensi teknologi, kerapuhan lingkungan, dan
tetapi merupakan sebuah peluang. Pertanian kemampuan budi daya manusia untuk merusak
organik mempunyai peluang yang kuat dalam lingkungan, sedangkan ketersediaan sumberdaya
memenuhi kebutuhan rumah tangga petani. adalah terbatas. Pertanian ramah lingkungan yang
Pengalaman pertanian organik yang dilakukan PT salah satunya adalah dengan menerapkan pertanian
BSB, menunjukkan bahwa pertanian organik organik, merupakan upaya untuk memfungsikan
mampu mengatasi persoalan lahan untuk produksi. sumberdaya secara berkelanjutan. Beberapa
Pola pertanaman yang multikultur dengan perinsip dasar yang perlu diperhatikan dalam
diversifikasi jenis dan pola tumpangsari bisa menjaga keberlanjutan produksi yang ramah
mengatasi hal tersebut. Khusus untuk sayuran, lingkungan adalah: (1) pemanfaatan sumberdaya
sangat memadai untuk dibudidayakan secara alam untuk pengembangan agribisnis (terutama
organik di lahan yang sempit, karena harga sayur lahan dan air) secara lestari sesuai dengan
relatif lebih baik sehingga penerimaan petani masih kemampuan dan daya dukung alam, (2) proses
cukup untuk menutup biaya produksi. Bagi rumah produksi atau kegiatan usahatani yang dilakukan
tangga petani tambahan pendapatan adalah karena secara akrab lingkungan, sehingga
kenaikan harga

PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI INDONESIA Henny Mayrowani

109
tidak menimbulkan dampak negatif dan pertanian tertentu dengan diberi tulisan organik,
eksternalitas pada masyarakat, (3) penanganan dan bukan organik dari lembaga berwenang. Gejala ini
pengolahan hasil, distribusi dan pemasaran, serta memperlihatkan keterbatasan pasar domestik yang
pemanfaatan produk tidak menimbulkan masalah masih akan menjadi kendala utama dalam jangka
pada lingkungan (limbah dan sampah), (4) produk pendek dan jangka menengah.
yang dihasilkan harus menguntungkan secara
bisnis, memenuhi preferensi konsumen dan aman Kendala yang bersifat mikro adalah
dikonsumsi (Sihotang, 2009) kendala yang dijumpai di tingkat usaha tani,
khususnya petani kecil. Beberapa kendala mikro
Pertanian organik, jika dilakukan dengan tersebut akan diuraikan sebagai berikut :
tepat, akan mengurangi biaya input terutama pupuk (1) Petani belum banyak yang beminat untuk
dan pestisida, secara dramatis akan meningkatkan bertani organik. Keenganan tersebut terutama masih
kesehatan petani dan kesuburan tanah mereka belum jelasnya pasar produk pertanian organik,
secara alami. Masalah dalam pengembangan termasuk premium harga yang diperoleh. Minat
pertanian organik ini adalah insentif yang tepat petani untuk mempraktekkan pertanian organik ini
untuk petani dalam mengkonversi usahataninya akan meningkat apabila pasar domestik dapat
menjadi usahatani organik yang bisa berkelanjutan, ditumbuhkan. Oleh karena itu, upaya
dimana pada awalnya usahatani ini belum mempromosikan keunggulan-keunggulan produk
dianggap efektif. Masyarakat menghendaki produk pertanian organik kepada para konsumen perlu
pangan yang baik dan sehat, tetapi mereka tidak digiatkan; (2) Kurangnya pemahaman para petani
mau membayar tinggi. Petani ingin mendapatkan terhadap sistem pertanian organik. Pertanian
bayaran yang wajar atas usaha/kerjanya dalam organik sering dipahami sebatas pada praktek
memproduksi pangan organik dan mensuport pertanian yang tidak menggunakan pupuk
usahataninya untuk masa yang akan datang. anorganik dan pestisida. Seperti telah dikemukakan
Namun, sistem ini belum tersedia saat ini. diatas, pengertian tentang sistem pertanian organik
Sertifikasi yang mahal, keahlian mereka hilang dan yang benar perlu disebarluaskan pada masyarakat.
uang yang petani keluarkan untuk memproduksi Sebagai acuan untuk penyebarluasan pengertian
pangan yang baik hilang, dalam hal ini hilang ke pertanian organik sebaiknya menggunakan standar
pedagang (middlemen) (da Costa, 2012). dasar yang dirumuskan oleh IFOAM dan SNI; (3)
Organisasi di tingkat petani merupakan kunci
Kendala Pengembangan Pertanian Organik penting dalam budidaya pertanian organik. Hal ini
terkait dengan masalah penyuluhan dan sertifikasi.
Kendala-kendala dalam pengembang- an Agribisnis produk organik di tingkat petani kecil
pertanian organik yang bersifat makro antara lain akan sulit diwujudkan tanpa dukungan organisasi
pasar dan kondisi iklim. Sejak dua dasawarsa petani. Di beberapa daerah organisasi petani sudah
terakhir permintaan pasar dunia terhadap produk terbentuk dengan baik, tetapi masih banyak yang
pertanian organik mulai tumbuh. Pertumbuhan belum terbentuk dengan baik. Dorongan pemerintah
pasar ini, khususnya di Eropa, merupakan salah agar para petani membentuk asosiasi seperti yang
satu pertimbangan utama dalam pemberlakuan terjadi pada akhir-akhir ini, khususnya di sektor
Council Regulation (EEC) No. 2092/91. Namun perkebunan, akan dapat berdampak positif terhadap
pertumbuhan pasar produk pertanian organik masih pengembangan agribisnis produk organik; dan (4)
lambat. Konsumen produk organik masih terbatas Kemitraan petani dan pengusaha, upaya
pada orang-orang yang memiliki keperdulian membentuk hubungan kemitraan antara petani dan
tinggi terhadap kelestarian lingkungan dan pengusaha masih belum memberikan hasil seperti
kesehatan. Kepedulian tersebut mendorong mereka yang diharapkan petani. Kemitraan antara petani
bersedia memberikan premium harga terhadap dan pengusaha merupakan salah satu kunci sukses
produk-produk organik. Pasar produk domestik dalam pengembangan produk pertanian organik,
terhadap pertanian masih belum tumbuh. Kadang- khususnya apabila diarahkan untuk eksport. Pola
kadang di Supermarket dijual produk kemitraan ini

PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI INDONESIA Henny Mayrowani

110
sering disebut dengan pola bapak angkat. Dalam program sertifikasi organik Indonesia diakui dunia
hal ini pengusaha sebagai bapak antara lain dan para petani kita tidak perlu membayar mahal
berkewajiban memasarkan produk yang dihasilkan biaya sertifikasi. Pelatihan Internal Control
kelompok tani, memfasilitasi kegiatan penyuluhan, System (ICS) perlu diperluas sehingga lebih
mengurus sertifikasi, dan menyalurkan saprodi banyak lagi kelompok tani yang tersentuh oleh
(Mawardi, 2002). Apabila kondisi sudah program ini. Beberapa hal penting perlu dilakukan
memungkinkan, fungsi pengusaha sebagai bapak antara lain adalah membebaskan petani berskala
angkat dapat digantikan oleh koperasi yang dimiliki kecil dari keharusan membuat sertifikat, membuat
oleh para petani sendiri. regulasi yang sesuai budaya petani, pengakuan
sistem penjaminan berbasis komunitas, dukungan
PENUTUP dana sertifikasi, dan mengkampanyekan
perdagangan yang adil.
Pengembangan selanjutnya pertanian
Pertanian organik merupakan pertanian organik di Indonesia harus ditujukan untuk
yang berwawasan lingkungan karena ikut meningkatkan peluang pasar produk organik, baik
melestarikan lingkungan dan memberikan domestik maupun global dengan jalan menjalin
keuntungan pada pembangunan pertanian. Dengan kemitraan antara petani dan pengusaha yang
melihat kondisi permintaan produk pertanian bergerak dalam bidang pertanian. Hal lain yang
organik terus meningkat sehubungan dengan perlu diperhatikan selain permasalahan diatas
masyarakat mulai menyadari akan bahaya makanan adalah perlu adanya kebijakan pemerintah, baik
non organik maka perlu bagi pemerintah dan semua pusat maupun daerah, untuk mewujudkan
pihak segera mewujudkan go organic and back kemandirian petani padi organik dengan
to nature untuk terus memanfaatkan potensi yang pengembangan sarana/prasarana dan
masih cukup besar untuk dikembangkan. pengembangan lembaga sertifikasi produk organik
Terbatasnya produk pertanian organik yang juga penguatan lembaga-lembaga pendukung
diperdagangkan di pasar internasional merupakan seperti kelompok tani, penyuluh, dan lembaga
peluang cukup besar untuk pengembangan pemasaran.
pertanian organik bagi Indonesia.
Keberhasilan pengembangan pertani- an
organik akan terwujud ketika ada dukungan dari DAFTAR PUSTAKA
pemerintah baik dalam bentuk pelatihan, modal
produksi serta regulasi masing-masing tingkat Ariesusanty, L., S. Nuryanti, R. Wangsa. 2010. Statistik
Pemerintah Daerah. Keberhasilan untuk Pertanian Organik Indonesia. AOI. Bogor.
meningkatkan kesejahteraan petani juga akan
diiringi oleh kecintaan akan lingkungan hidup, AOI. 2011. Produsen dan Produk Organik Bersertifikat
karena akan terciptanya lingkungan yang sehat, Meningkat. Bogor.
asri, alami, yang akan mendorong pada kedalam http://www.organicindonesia.org/05infodata
pertanian hijau. Pengembangan selanjutnya
pertanian organik di Indonesia harus ditujukan -news.php?id=221 diunduh 29 Maret 2011.
untuk memenuhi permintaan pasar global. Oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN). 2002. Standar
sebab itu komoditas-komoditas eksotik seperti Nasional Indonesia (SNI) 01-6729- 2002. Sistem
sayuran dan perkebunan seperti kopi dan teh yang Pangan Organik. Jakarta.
memiliki potensi ekspor cukup cerah perlu segera
dikembangkan. Da Costa, Anna. 2012. Can Organic Farming Enhance
Untuk meningkatkan kepercayaan pasar, Livelihoods for India’s Rural Poor?
program sertifikasi dan pembinaannya perlu terus guardian.co.uk http://www.guardian.
ditingkatkan baik oleh pemerintah maupun co.uk/global-development/poverty-matters/
lembaga/perusahaan peduli dengan pengembangan 2012/mar/15/organic-farming-india-rural-
pertanian organik ini, sehingga poor 15 March 2012 07.00 GMT.

Damardjati, D.S. 2005. Kebijakan Operational


Pemerintah dalam Pengembangan Pertanian
Organik di Indonesia. Materi workshop dan

PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI INDONESIA Henny Mayrowani

111
kongres nasional II MAPORINA, 21 December
2005, Jakar

PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI INDONESIA Henny Mayrowani

112
B. RESUME JURNAL 2

PENGGUNAAN PESTISIDA NABATI SEBAGAI KEARIFAN LOKAL


DALAM PENGENDALIAN HAMA TANAMAN MENUJU SISTEM
PERTANIAN ORGANIK1)

Agus Kardinan

Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik

Jalan Tentara Pelajar No. 3, Bogor 16111

Telp. (0251) 8321879, Faks. (0251) 8327010

e-mail: balittro@litbang.deptan.go.id

Diajukan: 4 Agustus 2011; Disetujui: 25 Oktober 2011 Pengembangan


Inovasi Pertanian 4(4), 2011: 262-278 1)Naskah disarikan dari bahan Orasi
Profesor Riset yang disampaikan pada tanggal 1 April 2009 di Bogor.

Kualitas dan kuantitas produk pertanian dapat di tingkatkan dengan cara


melakukan kegiatan bertani yang baik dan tepat. Salah satu contoh dari
implementasi dari kegiatan pertanian yang baik dan tepat adalah dengan bertani
organik. Pertanian organikadalah pertanian yang menggunakan bahan-bahan
alami yang tersedia di alam dan tanpa menggunakan produk pupuk dan pestisida
kimia. Produk organik banyak diminati oleh masyarakat menengah ke atas
dikarenakan produk pertanian organik memiliki kualitas yang baik, sehat dan
ramah lingkungan.pada tahun 1980 lahan sawah di Indonesia 65% merupakan
lahan kritis yang dimana karbon organik yang terkandung dibawah 1,5% dan
pada 1999 meningkat menjadi 80%. Dan pada penambahan dosis pupuk pada
tanaman padi cenderung tidak meningkatkan hasil yang dimana pada tahun 1980
dengan dosis pupuk 268kg/ha hasil padi 3,8t/ha, tahun 1990 5,1t/ha dengan dosis
pupuk 403t/ha dan pada tahun 1999 pemberian dosis 417kg/ha hasil padi turun
menjadi 4,8t/ha. Apabila penggunaan pupuk organik tidak di galakan maka lahan
krisis yang ada di Indonesia akan semakin meluas.
Masalah utama yang sering terjadi dalam budidaya pertanian organik
adalah adanya organisme pengganggu tanaman (OPT). Oleh sebab itu
diperlukannya pestisida yang terbuat dari bahan organik yang berasal dari alam
agar terjaganya Kesehatan lingkungan. Beberapa dampak negatif penggunaan
pestisida sintetis meliputi polusi lingkungan (kontaminasi tanah, air, dan udara),
serangga hama menjadi resisten, resurgen maupun toleran terhadap pestisida,
serta dampak negatif lainnya. Pestisida sangat berarti dalam dunia pertanian
dikarenakan dengan pertambahan jumlah penduduk yang sangat pesat sehingga
kebutuhan bahan makanan juga melesat dengan cepat. Maka para petani dituntut
untuk mampu meningkatkan hasil produksinya dengan menggunakan pestisida
untuk menekan kehilangan hasil yang di sebabkan oleh OPT. dengan berjalannya
waktu dunia telah membuka matanya akan bahaya yang di timbulkan oleh
pestisida sintetis. Dampak negatif yang dirasakan tidak terbatas pada tempat
pestisida di semprotkan akan tetapidapat terbawa melalui rantai makanan seperti
plankton yg tercemar pestisida akan dimakan oleh predator yang lebih besar dan
seterusnya, yang akhirnya sampai ke manusia. Dengan kebutuhan pangan yang
tinggi maka pada saat itu, subsidi pestisida mencapai 80% sehingga pestisida
murah dan mudah didapat, selain adanya dorongan pemerintah. Petani
menggunakan pestisida secara berjadwal, 2-3 kali per minggu. Pestisida
merupakan garansi keberhasilan Bertani sehingga ketergantungan petani pada
pestisida sangat tinggi. Pada tahun 1985, Indonesia berhasil berswasembada
beras. Namun, keadaan ini tidak bertahan lama karena munculnya dampak negatif
penggunaan pestisida yang tidak terkendali, yaitu terjadinya pencemaran
lingkungan yang mengakibatkan terganggunya keseimbangan ekologi, residu
pestisida pada tanah, air, dan tanaman, resistensi dan resurgensi pada hama
sasaran, terbunuhnya musuh alami dan serangga bukan sasaran, serta dampak
negatif lainnya. Terjadinya resistensi pada suatu jenis hama akan meningkatkan
dosis dan frekuensi insektisida yang digunakan sehingga terjadi pemborosan dan
pencemaran serius terhadap lingkungan. Pascaswasembada Beras Suatu
penelitian pada tahun 1983 menduga bahwa sekitar 1.000 orang meninggal setiap
tahun di negara-negara berkembang akibat keracunan pestisida dan sekitar 400
ribu orang mengalami penderitaan akut (World Commission on Environment and
Development 1987).

Kesejahteraan suatu bangsa yang semakin baik akan meningkatkan


kebutuhan baik kuantitas dan kualitas. Salah satu contohnya adalah makanan
yang berkualitas, sehat dan aman di konsumsi. Untuk menghasilkan makanan
yang baik dapat melalui proses pertanian organik yang dimana dalam proses
penanaman menggunakan bahan penunjang yang berasal dari alam sehingga
makan tidak tercemar oleh bahan kimia. Hal ini adalah suatu peluang untuk
mengembangkan pestisida nabati yang lebih baik sebagai salah satu sumber
usaha. Dalam pemanfaatannya pestisida nabati memiliki kendala atau kekurangan
yang dimana memiliki respon yang lambat dalam menekan serangan OPT, bahan
baku yang relatif terbatas, lebih susah untuk dibuat dan di dapat.

Salah satu factor pembatas produksi dalam bidang pertanian adalah hama
tanaman yang dimana mampu menurunkan hasil panen hingga 30-40%. Salah
satu hama yang sering menyerang tanaman hortikultura yaitu lalat buah. Selain
membuat buah-buahan menjadi rusak, serangan ham aini juga membuat buah
menjadi busuk dan di hinggapi oleh belatung. Dalam pengendalian lalat buah
mampu menghabiskan biaya yang banyak, seperti Jepang mengahbiskan biaya
hingga Rp.94 miliar dalam suatu usaha pengendalian, pada Australia akan
mengalami kerugian Rp. 146 miliar jika tidak mengalami penanganan pada lalat
buah. Di Indonesia mengalami kerugian hingga Rp.250miliar pertahun yang
disebabkan oleh lalat buah. Pengendalian lalat buah bisa di lakukan dengan
menggunakan atraktan/zat pemikat dengan cara kerja zat atraktan diletakan di
dalam sebuah perangkap dan akan memikat lalat buah jantan untuk dating
sehingga lalat buah jantan yang dating akan terperangkap. Beberapa penelitian
menunjukkan, penggunaan atraktan metil eugenol dapat menurunkan intensitas
serangan lalat buah pada mangga sebesar 39-59%.

Tanaman Penghasil Atraktan Nabati Di alam, metil eugenol terdapat pada


beberapa jenis tumbuhan, antara lain daun melaleuca dan selasih. Selasih dan
melaleuca dapat menghasilkan minyak atsiri yang mengandung metil eugenol
melalui proses penyulingan. Dalam engujian di beberapa lokasi pada beberapa
komoditas menunjukkan, atraktan dari daun M. bracteata memiliki efektivitas
yang cukup tinggi dalam mengendalikan lalat buah. Aplikasi Atraktan Nabati
Aplikasi atraktan nabati cukup sederhana, yaitu dengan menempatkannya dalam
perangkap. Jumlah perangkap berkisar antara 15-20 buah/ha yang dipasang
tersebar merata di area kebun. Atraktan dapat dicampur dengan insektisida nabati
lainnya, seperti mimba, sehingga dalam pemakaiannya tidak diperlukan
perangkap karena lalat yang telah menempel pada atraktan akan teracuni dan mati
oleh mimba. Dari hasil penelitian di dapatkan bahwa metil eugenol dari tanaman
melaleuca dan selasih efektif dalam menekan serangan lalat buah. Dalam sebuah
survei dikatakan bahwa pendapatan petani belimbing meningkat
Rp13.600/pohon/ musim. Keuntungan setiap keluarga bergantung pada jumlah
pohon yang dimiliki. Apabila satu keluarga di Jagakarsa ratarata memiliki lima
pohon belimbing maka peningkatan pendapatan setiap keluarga mencapai
Rp68.500/musim. Belimbing dapat dipanen tiga kali dalam setahun sehingga
peningkatan pendapatan setiap keluarga (bagi yang memiliki lima pohon
belimbing) mencapai Rp204.000/tahun.

Untuk menekan kerugian akibat lalat buah dapat dilakukan beberapa


pendekatan pengendalian, sesuai dengan tujuan akhir dari tindakan pengendalian
itu sendiri. Di beberapa negara yang telah melaksanakan tindakan pengendalian
terdapat dua tujuan akhir pengendalian, yaitu memusnahkan populasi lalat buah
atau menjaganya agar populasinya berada di bawah ambang batas yang tidak
merugikan. Melihat letak geografis Indonesia, sulit untuk menerapkan cara ini,
kecuali pada kawasan pulau kecil yang terisolasi. Untuk menjaga Populasi pada
Taraf Tidak Merugikan Untuk mencapai tujuan ini, lokasi pengendalian tidak
perlu terisolasi, namun cara pengendaliannya harus serempak dan terintegrasi
pada hamparan yang luas, serta terus-menerus secara berkala. Apabila dilakukan
secara sendiri-sendiri, lokasi yang tidak dikendalikan akan menjadi sumber
infeksi bagi yang dikendalikan sehingga tindakan pengendalian menjadi kurang
efektif.
Pestisida nabati merupakan kearifan local di Indonesia yang sangat
potensial untuk dimanfaatkan dalam pengendalian OPT, Pemanfaatan pestisida
nabati oleh petani dengan menggunakan alat sederhana dan bahan tanaman yang
ada di sekitar petani dapat mengendalikan hama utama tanaman hortikultura,
khususnya lalat buah. Beberapa jenis pestisida nabati, seperti mimba dan
atraktan lalat buah sudah siap dikomersialkan dengan harga yang kompetitif dan
sudah digunakan oleh petani sehingga pestisida nabati dapat menjadi komoditas
ekspor nonmigas sebagai penghasil devisa negara. Agar penanganan OPT pada
lahan pertanian lebih ampuh di perlukan sosialisasi mengenai cara penanganan
dan anjuran untuk mengurangi penggunaan pestisida sintetis yang dapat
menyebabkan OPT menjadi resisten. Dalam penggunaan pestisida nabati juga
dapat menekan biaya oprasional dan serangan OPT sehingga mampu
meningkatkan hasil tanaman yang di tanam dan meningkatkan keuntungan.
Pengembangan Inovasi Pertanian 4(4), 2011: 262-278
262 Agus Kardinan

PENGGUNAAN PESTISIDA NABATI SEBAGAI KEARIFAN LOKAL


DALAM PENGENDALIAN HAMA TANAMAN MENUJU SISTEM
PERTANIAN ORGANIK1)

Agus Kardinan

Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik


Jalan Tentara Pelajar No. 3, Bogor 16111

Telp. (0251) 8321879, Faks. (0251) 8327010

e-mail: balittro@litbang.deptan.go.id

Diajukan: 4 Agustus 2011; Disetujui: 25 Oktober 2011

ABSTRAK

Penggunaan biopestisida, khususnya pestisida nabati merupakan kearifan lokal bangsa Indonesia.
Pemanfaatan pestisida nabati mendapat perhatian penting seiring dengan munculnya dampak negatif
penggunaan pestisida sintetis terhadap kesehatan dan lingkungan. Permintaan akan pestisida nabati
meningkat seiring dengan berkembangnya pertanian organik maupun adanya larangan penggunaan
pestisida kimia sintetis. Indonesia merupakan negara kedua terbesar di dunia setelah Brasil yang memiliki
kekayaan keanekaragaman hayati, termasuk tanaman bahan pestisida nabati. Beberapa formula pestisida
nabati yang terbukti manjur untuk mengendalikan OPT telah diproduksi dan sebagian diekspor ke
negara tetangga. Namun, pengembangan pestisida nabati menghadapi beberapa kendala, antara lain: (1)
daya kerjanya lambat sehingga petani lebih memilih pestisida sintetis yang cara kerjanya cepat
terlihat;

(2) banyaknya pestisida sintetis yang beredar di pasaran sehingga petani mempunyai banyak pilihan
dan kemudahan untuk memperoleh pestisida dan tidak tertarik pada pestisida nabati; (3) sulitnya
memperoleh bahan baku dalam jumlah banyak karena masyarakat enggan mengembangkannya dan
hanya mengandalkan pada alam; dan (4) sulitnya proses pendaftaran dan perizinan karena umumnya
pestisida nabati dikembangkan oleh pengusaha kecil. Oleh karena itu, perlu menjadi pemikiran
bersama agar penggunaan pestisida nabati dapat berkembang sehingga selain mengurangi ketergantungan
pada pestisida sintetis serta menjaga lingkungan dan kesehatan, petani dapat memenuhi kebutuhan
sendiri akan pestisida dan Indonesia mampu memenuhi kebutuhan pestisida di dalam negeri.

Kata kunci: Pestisida nabati, pengendalian hama, kearifan lokal, pertanian organi

PENDAHULUAN Kualitas produk pertanian antara lain dapat


ditingkatkan melalui cara bertani yang
baik (good agricultural practice - duktivitas. Hal ini sudah dirasakan, misal-
GAP). Di beberapa negara, GAP juga nya penambahan dosis pupuk pada
diimplementasikan dalam bentuk tanam- an padi cenderung tidak
pertanian organik. Secara sederhana, meningkatkan hasil, bahkan menurun.
pertanian organik didefinisikan sebagai Pada tahun 1980, dengan dosis pupuk
kegiatan bertani yang menggunakan 268 kg/ha, hasil padi 3,8 t/ha. Pada tahun
asupan bahan alami, tanpa bahan kimia 1990, hasil padi mencapai 5,1 t/ha
sintetis, khusus- nya pupuk dan dengan dosis pupuk 403 kg/ha. Namun
pestisida serta benih hasil rekayasa pada tahun 1999, pemberian pupuk
genetik. Produk organik banyak dengan dosis 417 kg/ha, hasil padi turun
diminati kalangan menengah ke atas, menjadi 4,8 t/ha (Damardjati 2006).
terutama di perkotaan dan di negara Masalah utama yang sering dihadapi
maju. dalam kegiatan pertanian organik adalah
Pertanian organik bukan saja adanya organisme pengganggu tanaman
bertujuan untuk menghasilkan produk (OPT), terutama di daerah tropis karena
yang ber- kualitas dan sehat, tetapi juga kondisi iklim tropis akan sangat men-
untuk mem- perbaiki dan menghasilkan dukung perkembangan OPT. Oleh karena
lingkungan yang bersih, dengan itu, diperlukan pengendalian OPT yang
mempertimbangan faktor ekonomi dan intensif, antara lain dengan
sosial, termasuk ke- arifan lokal. Pada menggunakan pestisida. Penggunaan
tahun 1980, tercatat 65% lahan sawah di pestisida kimia sintetis dilarang dalam
Indonesia mengandung karbon organik di sistem pertanian organik sehingga
bawah 1,5% (kritis) dan pada 1999 penggunaan pestisida nabati menjadi
meningkat menjadi 80%. Apabila sangat strategis. Dampak negatif
penggunaan pupuk organik tidak penggunaan pestisida sintetis meliputi
digalak- kan maka lahan kritis akan polusi lingkungan (kontaminasi tanah,
makin meluas dan berakibat terhadap air, dan udara), serangga hama menjadi
menurunnya pro- resisten, resurgen maupun toleran
terhadap pestisida, serta dampak negatif
lainnya.
264 Agus Kardinan

DINAMIKA Spring” telah membuka mata dunia


PENGGUNAAN akan bahaya pesti-
PESTISIDA

Pra-Revolusi Hijau

Sejak 1945, pertanian di Indonesia


umum- nya masih bersifat subsisten atau
tradisi- onal, dengan asupan bahan kimia
sintetis seperti pupuk dan pestisida
minimal. Namun, pertambahan jumlah
penduduk menuntut penyediaan pangan
yang makin meningkat. Oleh karena itu,
dituntut sistem bertani yang intensif
sehingga dimulailah usaha untuk
meningkatkan produksi pangan yang
didukung oleh penggunaan pestisida
untuk menekan kehilangan hasil yang
disebabkan oleh OPT.
Pestisida yang masuk ke Indonesia
saat itu adalah jenis organoklorin, yaitu
DDT, BHC, heptaklor, aldrin, dan
dieldrin (Gunandini 2006). Selama
beberapa tahun penggunaan pestisida
tersebut cukup sukses dan OPT dapat
dikendalikan dengan baik. Namun,
penggunaan satu jenis pestisida secara
terus-menerus atau lebih dari 10 tahun
dapat menimbulkan resistensi pada hama
sasaran (Brown 1958). Hal ini terjadi
pada DDT, yang me- nyebakan beberapa
jenis hama menjadi resisten terhadap
DDT. Pestisida golongan organoklorin
ini memiliki persistensi yang cukup
panjang di alam, dapat ber- tahan sampai
puluhan tahun, sehingga mencemari
lingkungan.

Era Revolusi Hijau

Dengan berjalannya waktu dan ber-


kembangnya ilmu pengetahuan tentang
pestisida dan dampak negatifnya
terhadap lingkungan, Carson (1962)
dalam buku- nya yang berjudul “Silent
sida, khususnya DDT. Dampak negatif
pestisida tidak hanya terbatas pada daerah
tempat pestisida tersebut digunakan, namun
meluas melalui rantai makanan yang dikenal
dengan istilah magnification effect atau
efek bola salju; binatang kecil seperti
plankton yang tercemar pestisida akan
dikonsumsi oleh predator yang lebih besar
dan seterusnya, yang akhirnya sampai ke
hewan besar, termasuk manusia. Dari isu
tersebut, pada tahun 1969 penggunaan
DDT dan sejenisnya dihentikan (Kardinan
dan Iskandar 1999d; Kardinan 2000a).
Setelah generasi pestisida DDT dan
sejenisnya dianggap mencemari ling-
kungan, muncul pestisida generasi baru
yang dianggap lebih ramah lingkungan,
yaitu golongan organofosfat. Walaupun
masuk ke Indonesia pada awal 1970,
sebenarnya jenis pestisida ini sudah di-
perkenalkan di dunia sejak 1950, di
antaranya diklorfos, parathion, malathion,
dimeton, schradan, dan TEPP. Pada saat ini
diperkenalkan beberapa jenis pestisida
baru, antara lain golongan karbamat, yaitu
karbaril dan propoxur. Sebenarnya jenis ini
telah diperkenalkan di dunia sejak 1960 dan
baru saat itu masuk ke Indonesia
(Gunandini 2006).
Kebutuhan pangan yang makin me-
ningkat seiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk mendorong pemerintah
terus berusaha meningkatkan produksi
pangan, khususnya beras, dengan ber-
bagai usaha, yang dikenal dengan era
Revolusi Hijau. Pada saat itu, subsidi
pestisida mencapai 80% sehingga pesti-
sida murah dan mudah didapat, selain
adanya dorongan pemerintah (political
will) dalam penggunaan pestisida untuk
meminimalkan kehilangan hasil oleh OPT.
Petani menggunakan pestisida secara
berjadwal, 2-3 kali per minggu. Pestisida
merupakan garansi keberhasilan bertani
Penggunaan pestisida nabati sebagai kearifan lokal ... 265

sehingga ketergantungan petani pada tersebut, pemerintah mengambil beberapa


pestisida sangat tinggi. kebijakan, antara lain mengeluarkan
Pada tahun 1985, Indonesia berhasil Inpres No. 3/1986 yang melarang
berswasembada beras. Namun, keadaan penggunaan 57 formula insektisida,
ini tidak bertahan lama karena disusul kebijakan pada tahun 1989 yang
munculnya dampak negatif penggunaan mencabut subsidi pestisida sehingga
pestisida yang tidak terkendali, yaitu pestisida menjadi mahal. Selain itu,
terjadinya pencemaran lingkungan yang pemerintah meluncurkan peraturan
mengakibat- kan terganggunya tentang batas maksimum residu (BMR)
keseimbangan ekologi, residu pestisida suatu pestisida pada suatu produk
pada tanah, air, dan tanaman, resistensi (Ditjentanhorti 1997).
dan resurgensi pada hama sasaran, Pada era ini, diperkenalkan jenis pes-
terbunuhnya musuh alami dan serangga tisida yang dianggap lebih ramah ling-
bukan sasaran, serta dampak negatif kungan, yaitu piretroid, yang merupakan
lainnya. Terjadinya resistensi pada suatu sintetis dari piretrin yang dihasilkan oleh
jenis hama akan meningkatkan dosis dan tanaman piretrum (Chrysanthemum
frekuensi insektisida yang digunakan cinerariaefolium) (Kardinan 1997d;
sehingga terjadi pemborosan dan pence- Kardinan et al. 1999b; Kardinan 2000c).
maran serius terhadap lingkungan. Per- Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
kembangan resistensi lebih cepat terjadi piretrin dari bunga piretrum sangat efektif
pada insektisida tunggal dibandingkan mengendalikan beberapa jenis hama ta-
dengan insektisida ganda atau campuran namam (Kardinan 1995, 1996b, 1997b).
(Sutrisno 1987). Resurgensi mengakibat- Tren penggunaan pestisida di dunia
kan hama semakin meledak akibat peng- sudah mengarah ke pestisida alami
gunaan insektisida karena terstimulasi sehingga pemanfaatan tumbuhan sebagai
untuk memproduksi keturunan. Jumlah pestisida nabati pun mulai dilirik. Hal ini
telur meningkat, daur hidup lebih singkat ditunjang oleh hasil penelitian yang me-
sehingga populasi meningkat cepat. nunjukkan bahwa pestisida nabati cukup
Serangga dewasa dapat hidup lebih lama efektif dan ramah lingkungan (Kardinan
dengan kemampuan makan yang me- et al. 1994; Kardinan 1996a, 1998b). Pada
ningkat dan pesaing (limiting factor/ saat itu, banyak petani yang beralih ke
competitor) seperti musuh alami kearifal lokal, dengan memanfaatkan
terbunuh sehingga pertumbuhan populasi tumbuhan sebagai pestisida, atau dikenal
semakin tinggi (Harnoto et al. 1983; dengan pestisida nabati.
Mochida 1986).

Era Revolusi Hijau Lestari


Pascaswasembada Beras
Beberapa pemberitaan, di antaranya in-
Suatu penelitian pada tahun 1983 ternet, menyebutkan bahwa delapan jenis
mendu- ga bahwa sekitar 1.000 orang pestisida yang digunakan dalam budi
meninggal setiap tahun di negara-negara daya hortikultura ditengarai dapat
berkembang akibat keracunan pestisida menimbulkan kanker (karsinogenik).
dan sekitar 400 ribu orang mengalami Hampir 1,4 juta kasus kanker di dunia
penderitaan akut (World Commission on disebabkan oleh pestisida. Efek terberat
Environment and Development 1987). dialami anak-anak
Menanggapi masalah
266 Agus Kardinan

dengan risiko empat kali lipat dibanding POTENSI, PELUANG,


orang dewasa. Pestisida dapat menim- DAN KENDALA
bulkan cacat lahir, kerusakan syaraf, dan PEMANFAATAN
mutasi genetik. Satu juta orang PESTISIDA NABATI
mengalami keracunan pestisida setiap
tahun. Hasil penelitian menunjukkan Potensi
bahwa residu insektisida seperti
organoklorin, hepta- klor, endrin,
dieldrin, dan endrin masih ditemukan Indonesia merupakan negara yang memi-
setelah 25 tahun aplikasi (Ardiwinata liki keanekaragaman hayati terluas kedua
dan Djazuli 1992). Hingga saat ini petani di dunia setelah Brasil. Tumbuhan meru-
sayuran masih bergantung pada pakan gudang berbagai senyawa kimia
pestisida kimia sintetis untuk yang kaya akan kandungan bahan aktif,
mengendalikan hama (Untung 2007). antara lain produk metabolit sekunder
Kasus residu pestisida pada beberapa (secondary metabolic products), yang
produk hortikultura dapat terlihat secara fungsinya dalam proses metabolisme
kasat mata, baik di lapangan maupun di tum- buhan kurang jelas. Kelompok
pasaran (Kardinan dan Wikardi 1994; senyawa ini berperan penting dalam
Kardinan 2004). proses berinter- aksi atau berkompetisi,
Penggunaan pestisida yang tidak ter- termasuk melin- dungi diri dari gangguan
kendali di Indonesia tidak terlepas dari pesaingnya (Kardinan dan Wikardi
kebijakan politik dagang negara-negara 1995a). Produk metabolit sekunder dapat
maju. Hal ini dapat dipahami karena me- dimanfaatkan sebagai bahan aktif
reka ingin memasarkan produknya yang pestisida nabati (Grainge dan Ahmed
berupa bahan kimia. Pada tahun 1983, 1987; Kardinan dan Wikardi 1997a).
volume pemakaian bahan kimia mencapai Pestisida nabati tidak hanya me-
seperempat investasi langsung negara ngandung satu jenis bahan aktif (single
industri di negara berkembang dalam active ingredient), tetapi beberapa jenis
produk manufaktur, di antaranya pesti- bahan aktif (multiple active ingredient).
sida, yaitu Jepang (23%), Amerika Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Serikat (23%), Inggris (27%), dan beberapa jenis pestisida nabati cukup
Republik Federal efektif terhadap beberapa jenis hama,
Jerman (14%) (Sumantri 1988). baik hama di lapangan, rumah tangga
Di negara-negara industri, komunikasi (nyamuk dan lalat), maupun di gudang
mengenai bahan kimia, termasuk (Kardinan dan Iskandar 1999a, 1999c).
pestisida yang sudah tidak digunakan, Beberapa jenis pestisida nabati efektif
berlangsung dengan baik, namun tidak mengendalikan hama gudang (Kardinan
demikian halnya di negara-negara dan Wikardi 1995b), seperti pestisida
berkembang seperti Indonesia. Hal ini dari biji beng- kuang, akar tuba, abu serai
berpeluang terjadinya pelemparan dapur, kayu manis, dan brotowali
produk kimia, khususnya pestisida yang (Kardinan 1997c; Kardinan dan Wikardi
sudah dilarang atau di- batasi 1997b; Kardinan dan Iskandar 1998).
penggunaannya di negara industri ke Tidak hanya terhadap hama serangga,
negara berkembang sehingga mengaki- pestisida nabati juga efektif terhadap
batkan makin terjadinya kerusakan keong mas (Kardinan 1997e) dan sebagai
lingkungan. rodentisida (Kardinan
Penggunaan pestisida nabati sebagai kearifan lokal ... 267

1997a, 1998a, 2000b). Manfaat pestisida Pestisida nabati sudah banyak digu-
nabati juga dapat dirasakan di rumah nakan untuk pertanian di dalam dan luar
tangga, yaitu untuk mengendalikan rayap negeri, misalnya pestisida nabati mimba
(Kardinan dan Jasni 2001). (Azadirachta indica) yang diekspor ke
Taiwan dan Jepang, dan akhir-akhir ini
Thailand berminat pula. Hal ini tidak ter-
lepas dari kemanjuran pestisida tersebut
Peluang
terhadap beberapa jenis hama tanaman
(Kardinan 1999b, 1999c; Kardinan dan
Kesejahteraan suatu bangsa yang makin
Iskandar 1999b).
baik akan meningkatkan kebutuhan, baik
Dari sekian jenis pestisida nabati,
kuantitas maupun kualitasnya. Salah satu
minyak atsiri selasih (Ocimum spp.) dan
kebutuhan dasar manusia adalah makanan
Melaleuca bracteata merupakan atraktan
yang berkualitas, sehat, dan aman dikon-
nabati pengendali hama lalat buah paling
sumsi, termasuk bebas dari cemaran
diminati. Hal ini karena lalat buah meru-
bahan kimia beracun seperti pestisida.
pakan hama utama pada tanaman horti-
Untuk menghasilkan pangan sehat dan
kultura dan sampai saat ini masih sulit
aman (toyiban food), antara lain dapat
dan mahal pengendaliannya (Kardinan
dilakukan melalui pengembangan
2003). Apabila pestisida nabati ini di-
pertanian organik, yang melarang
kembangkan, selain dapat
penggunaan pestisida kimia sintetis dan
mengendalikan lalat buah, petani juga
menggantinya dengan pesti- sida nabati
mendapat peng- hasilan tambahan dari
dan cara-cara pengendalian alami
penjualan pestisida nabati.
lainnya. Hal ini merupakan peluang bagi
pengembangan pestisida nabati yang
ramah lingkungan dan aman bagi kese-
Kendala
hatan.
Pestisida nabati tidak hanya dibutuh-
Pemanfaatan pestisida nabati dalam kegi-
kan dalam bidang pertanian, tetapi telah
atan bertani dianggap sebagai cara pe-
meluas ke rumah tangga, seperti untuk
ngendalian hama yang ramah lingkungan
mengendalikan nyamuk. Hal ini
sehingga diperkenankan penggunaan-
didukung oleh hasil penelitian yang
nya dalam pertanian organik. Namun,
menyatakan bahwa pestisida nabati dapat
pengembangan pestisida nabati di Indo-
digunakan untuk mengendalikan hama
nesia menghadapi beberapa kendala,
pemukiman (urban pest) (Kardinan
antara lain: (1) reaksinya relatif lambat
1999f, 2005a, 2007b). Saat ini sudah
dalam mengendalikan hama, berbeda
dirintis proteksi massal produksi
dengan pestisida kimia sintetis yang
antinyamuk demam ber- darah dengan
berlangsung relatif cepat sehingga petani
bahan aktif dari tanaman (pestisida
lebih memilih pestisida kimia sintetis
nabati). Pestisida nabati juga dapat
dalam pengendalian OPT; (2)
digunakan sebagai bahan pembersih
membanjirnya produk pestisida ke
lantai, kaca, antiseptik, dan lainnya untuk
Indonesia, antara lain dari China yang
kebersihan rumah tangga, rumah sakit,
harganya relatif murah serta longgarnya
gedung perkantoran, dan lainnya melalui
peraturan pendaftaran dan perizinan
kerja sama dengan PT Petrokimia Gresik
pestisida di Indonesia. Hal
yang mulai peduli dengan kesehatan
ling- kungan.
268 Agus Kardinan

ini menyebabkan jumlah pestisida yang Untuk menuju sistem pertanian or-
beredar di pasaran semakin bervariasi, ganik, pestisida nabati merupakan alter-
hingga saat ini tercacat sekitar 3.000 natif untuk mengurangi dampak negatif
jenis pestisida yang beredar di Indonesia. pestisida sintetis. Uraian berikut menya-
Kondisi ini membuat petani mempunyai jikan satu contoh permasalahan dalam
banyak pilihan dalam menggunakan bidang hortikultura, yaitu serangan hama
pestisida kimia sintetis karena bersifat lalat buah.
instan sehingga menghambat pengem-
bangan penggunaan pestisida nabati; (3)
bahan baku pestisida nabati relatif
terbatas karena kurangnya dukungan Jenis Lalat Buah di
pemerintah dan rendahnya kesadaran Indonesia
petani terhadap penggunaan pestisida
nabati sehingga enggan menanam atau Drew et al. (1978) menyatakan bahwa
memperbanyak tanamannya; (4) lalat buah yang banyak terdapat di
peraturan perizinan pesti- sida nabati Indonesia adalah dari genus Bactrocera
disamakan dengan pestisida kimia dan salah satu jenis yang sangat penting
sintetis sehingga pestisida nabati sulit dan ganas adalah Bactrocera dorsalis
mendapat izin edar dan diperjual- Hendel kompleks. Disebut B. dorsalis
belikan. Akibatnya, bila pengguna kompleks karena jenis ini diketahui
memer- lukan pestisida dalam jumlah sebagai B. papayae dan B. carambola,
banyak, pilihan akan jatuh pada pestisida yang satu dengan lainnya sulit
kimia sintetis karena salah satu dibedakan secara kasat mata (Siwi et al.
persyaratan dalam pembelian adalah
2006).
sudah terdaftar dan diizinkan
penggunaannya. B. dorsalis merupakan lalat buah
yang bersifat polifag, mempunyai sekitar
26 jenis inang (Balai Karantina Pertanian
Jakarta 1994), seperti belimbing, jambu
PERAN PESTISIDA NABATI
biji, tomat, cabai merah, melon, apel,
DALAM SISTEM
nangka kuning, mangga, dan jambu air.
PERTANIAN ORGANIK
Selain merusak buah-buahan, seperti
jatuhnya buah muda yang terserang,
Salah satu faktor pembatas produksi
serangan hama ini juga menyebabkan
dalam bidang pertanian adalah hama
buah menjadi busuk dan dihinggapi
tanaman. Hama dapat menurunkan hasil
belatung (Putra 1997; Kardinan 2000a,
panen 30- 40%, bahkan pada beberapa
2003). Lalat buah juga merupakan vektor
kasus dapat mengakibatkan gagal panen.
bakteri Escherichia coli, penyebab
Pada ta- naman hortikultura, biaya
penyakit pada manusia (Paimin 2000)
produksi untuk pengendalian hama dapat
sehingga dapat dijadikan alasan untuk
mencapai 40%, bahkan lebih karena pada
menghambat perdagangan.
tanaman horti- kultura ada hama penting
Untuk mencegah masuknya spesies
yang saat ini menjadi isu nasional dan
baru lalat buah ke Indonesia, pemerintah
menjadi faktor pembatas perdagangan
mengeluarkan Permentan No.37/2006
(trade barrier), yaitu lalat buah.
yang menetapkan hanya tujuh pintu
Komoditas ekspor suatu negara dapat
masuk buah segar ke Indonesia, yaitu
ditolak oleh negara lain dengan alasan
Batu Ampar, Batam; Ngurah Rai, Bali;
terdapat lalat buah.
Makassar; Belawan, Medan; Tanjung
Priok, Jakarta;
Penggunaan pestisida nabati sebagai kearifan lokal ... 269

Tanjung Perak, Surabaya, dan penyemprotan tanaman dan buahnya


Cengkareng, Jakarta. dengan insektisida (cover spraying), dan
Intensitas serangan lalat buah di perangkap dengan atraktan (trapping),
bebe- rapa daerah di Jawa Timur dan selain menjaga sanitasi kebun
Bali sangat bervariasi, berkisar antara (Broughton et al. 2004).
6,4-70,0% (Sarwono 2003). Intensitas
serangan lalat buah pada mangga
berkisar antara 14,8- 23,0% (Sodiq Pengendalian dengan Atraktan (Zat
1993). Pada belimbing dan jambu biji, Pemikat)
kerusakan yang diakibatkan lalat buah
mencapai 100% (Kardinan 2003). Penggunaan atraktan metil eugenol me-
rupakan cara pengendalian yang ramah
lingkungan dan terbukti efektif (Metcalf
dan Flint 1951). Atraktan dapat
Pengendalian Lalat
digunakan untuk mengendalikan lalat
Buah
buah dalam tiga cara, yaitu: (1)
mendeteksi atau memantau populasi lalat
Pengendalian hama lalat buah membu-
buah; (2) menarik lalat buah untuk
tuhkan biaya besar. Jepang
kemudian diperangkap; dan (3) me-
menghabiskan biaya sekitar Rp94 miliar
ngacaukan lalat buah dalam perkawinan,
dalam suatu usaha pengendalian. Apabila
berkumpul, dan cara makan (Metcalf dan
tidak diken- dalikan, kerugian akan lebih
Luckmann 1982).
besar. Di Australia, lalat buah dapat
Atraktan merupakan zat yang bersifat
menyebabkan kerugian Rp146 miliar
menarik (lure), mengandung bahan aktif
apabila tidak dilakukan pengendalian
metil eugenol (C12H24O2). Penggunaan
(Balai Karantina Pertanian Jakarta 1994).
metil eugenol sebagai atraktan lalat buah
Di Indonesia, kerugian akibat serangan
tidak meninggalkan residu pada buah dan
lalat buah pada komoditas hortikultura
mudah diaplikasikan pada lahan yang
mencapai Rp250 miliar per tahun
luas. Karena bersifat mudah menguap,
(Daryanto 2003).
daya jangkau atau radiusnya cukup jauh,
Di Hawaii, pengendalian lalat buah
men- capai ratusan bahkan ribuan meter,
memadukan beberapa teknik pengenda-
ber- gantung pada arah angin. Daya
lian, antara lain dengan atraktan dalam
tangkap atraktan bervariasi, bergantung
perangkap, yang dapat menekan peng-
pada lo- kasi, cuaca, komoditas, dan
gunaan pestisida kimia sintetis hingga
keadaan buah di lapangan. Beberapa
75-95% (Vargas 2007). Beberapa teknik
penelitian menun- jukkan, penggunaan
pe- ngendalian telah banyak
atraktan metil eugenol dapat menurunkan
dikembangkan, seperti penggunaan
intensitas serangan lalat buah pada
gibberellic acid (GA), yaitu membuat
mangga sebesar 39-59% (Sarwono 2003;
penampilan buah-buahan tidak matang
Priyono 2004).
sehingga lalat buah enggan meletakkan
Atraktan berbahan aktif metil eugenol
telur pada buah (Jessica 2007). Selain itu,
tergolong food lure, artinya lalat jantan
pelepasan serangga mandul, khususnya
tertarik datang untuk keperluan makan,
jantan mandul, telah dikem- bangkan
bukan untuk seksual. Selanjutnya, metil
pula dan memberi hasil yang
eugenol diproses dalam tubuh lalat jantan
memuaskan. Teknik lain yang berhasil
untuk menghasilkan feromon seks yang
dikembangkan di Australia adalah peng-
gunaan umpan beracun (foliage baiting),
270 Agus Kardinan

diperlukan saat perkawinan guna beberapa lokasi pada beberapa


menarik lalat betina (Nishida dan komoditas menunjukkan, atraktan dari
Fukami 1988; Nishida 1996). daun M. bracteata memiliki efektivitas
yang cukup tinggi dalam mengendalikan
lalat buah (Kardinan 1998c, 1999a,
Tanaman Penghasil Atraktan Nabati 1999d, 1999e).

Di alam, metil eugenol terdapat pada


beberapa jenis tumbuhan, antara lain Aplikasi Atraktan Nabati
daun melaleuca (M. bracteata) dan
selasih (Ocimum spp.) (Kardinan dan Aplikasi atraktan nabati cukup
Iskandar 2000, 2001; Kardinan 2006). sederhana, yaitu dengan
Selasih dan melaleuca dapat menempatkannya dalam perangkap.
menghasilkan minyak atsiri yang Jumlah perangkap berkisar antara 15-20
mengandung metil eugenol melalui buah/ha yang dipasang tersebar merata di
proses penyulingan. Minyak atsiri dari area kebun. Atraktan dapat dicampur
daun melaleuca mengandung metil dengan insektisida nabati lainnya, seperti
eugenol sekitar 80%, sedangkan dari mimba, sehingga dalam pemakaiannya
selasih 63% (Kardinan 2005b). tidak diperlukan perangkap karena lalat
Selasih memiliki beberapa spesies, yang telah menempel pada atraktan akan
bahkan dalam satu spesies terdapat bebe- teracuni dan mati oleh mimba (atractant
rapa bentuk sehingga dikenal sebagai bait). Selain itu, penggunaan- nya dapat
tanaman yang bersifat polimorfis. dicampur dengan perekat se- hingga lalat
Terdapat dua kelompok tanaman selasih yang mendekat akan menempel dan mati
dengan kandungan utama yang berbeda, (sticky trap).
yaitu kelompok penghasil eugenol (O. Hasil penelitian terhadap metil
basi- licum, O. gratisimum dan lainnya) eugenol dari tanaman melaleuca dan
dan kelompok penghasil metil eugenol selasih pada belimbing, jambu biji,
(O. tenuiflorum, O. sanctum, O. jambu air, nangka kuning, mangga, cabai
minimum, dan lainnya). Hasil penelitian merah, tomat, dan lainnya menunjukkan
di lapangan me- nunjukkan, selasih bahwa atraktan nabati ini efektif
sangat efektif sebagai perangkap hama memerangkap hama lalat buah (Kardinan
lalat buah (Kardinan 1999g; Kardinan et 2002, 2007a). Daya tangkap atraktan
al. 1999a; Kardinan dan Iskandar 2006). berkisar antara puluhan hingga ribuan
Melaleuca merupakan genus dari lalat tiap perangkap per minggu,
famili Myrtaceae dan biasanya tumbuh di bergantung pada musim, lokasi, dan jenis
se- panjang sungai, sekitar rawa atau tanaman. Dari hasil pengujian, atraktan
danau. Semakin tinggi tempat tumbuh, dari
semakin baik pertumbuhannya. M. bracteata pada awalnya memiliki
Rendemen minyak dari daunnya sekitar daya tangkap yang lebih baik daripada
1,3% dan minyaknya memiliki daya atraktan dari selasih, namun atraktan
tangkap yang lebih baik (491 selasih lebih tahan dan stabil dalam
ekor/perangkap/minggu) dibandingkan menjebak lalat buah dalam perangkap
dengan atraktan sintetis yang beredar sehingga total tangkapan tiap bulan tidak
secara komersial (315 ekor/perangkap/ berbeda nyata. Kedua atraktan nabati ini
minggu) (Djatmiadi 2004). Pengujian di mempunyai efektivitas yang tidak
berbeda nyata dengan atraktan sejenis
yang beredar di pasaran (Kardinan dan
Iskandar 2000).
Penggunaan pestisida nabati sebagai kearifan lokal ... 271

yaitu memusnahkan

Penggunaan atraktan nabati dapat


menekan kerusakan tanaman budi daya
hingga 30%, dan diharapkan akan terus
meningkat jika penggunaannya dilakukan
secara terus-menerus dan serempak di
beberapa daerah. Dengan demikian,
populasi lalat buah di alam dapat ditekan
sampai pada tingkat yang tidak
merugikan (Kardinan 2002). Penurunan
tingkat kerusakan tidak langsung terjadi
pada panen pertama setelah dipasang
perang- kap, namun baru terlihat pada
panen kedua atau ketiga setelah
pemasangan perangkap dan
penurunannya pun secara perlahan dan
bertahap.
Hasil survei di Jagakarsa, Jakarta Se-
latan, menunjukkan pendapatan petani
belimbing meningkat Rp13.600/pohon/
musim. Keuntungan setiap keluarga ber-
gantung pada jumlah pohon yang
dimiliki. Apabila satu keluarga di
Jagakarsa rata- rata memiliki lima pohon
belimbing maka peningkatan pendapatan
setiap keluarga mencapai
Rp68.500/musim. Belimbing dapat
dipanen tiga kali dalam setahun sehingga
peningkatan pendapatan setiap keluarga
(bagi yang memiliki lima pohon
belimbing) mencapai Rp204.000/tahun.
Kenyataannya, satu keluarga di
Jagakarsa memiliki lebih dari lima
pohon, bahkan puluhan pohon belimbing
(Zahara et al. 1998).

TEKNOLOGI
PENGEDALIAN
LALAT BUAH

Untuk menekan kerugian akibat lalat


buah dapat dilakukan beberapa
pendekatan pengendalian, sesuai dengan
tujuan akhir dari tindakan pengendalian
itu sendiri. Di beberapa negara yang telah
melaksanakan tindakan pengendalian
terdapat dua tujuan akhir pengendalian,
et al. 2004). Hal ini sesuai dengan
pendapat Decker dan Messing (2007)
populasi lalat buah atau yang menyatakan bahwa hingga saat ini
menjaganya agar populasinya hanya atraktan berbahan aktif metil
berada di bawah ambang batas eugenol yang mampu memerangkap dan
yang tidak merugikan. sekaligus mematikan lalat buah jenis

Pemusnahan Populasi
(Eradikasi)

Pengendalian lalat buah dengan


tujuan memusnahkan populasi
memerlukan biaya besar. Selain
itu diperlukan persyaratan yang
spesifik, antara lain lokasi
pengen- dalian harus terisolasi,
seperti dipisahkan oleh lautan
(pulau) atau ada suatu barrier
yang mencegah re-infestasi atau
migrasi lalat buah dari daerah
lain ke daerah yang sudah
dikendalikan. Melihat letak geo-
grafis Indonesia, sulit untuk
menerapkan cara ini, kecuali
pada kawasan pulau kecil yang
terisolasi.
Pemusnahan populasi
memerlukan dua tahapan
pendekatan. Pertama, menurunkan
populasi lalat buah jantan di alam
untuk mengurangi pesaing jantan
mandul yang akan dilepas.
Kedua, jantan mandul yang
dihasilkan dengan radiasi sinar
gama cobalt-60 dipelihara di
laboratorium (Nasroh 2004).
Oleh karena itu, diperlukan
proses adaptasi sebelum dilepas
ke alam, khususnya dalam
mendapatkan lalat betina untuk
proses perkawinan. Sering kali
jantan mandul yang dilepas kalah
bersaing dengan jantan yang
sudah ada di alam. Dengan
aplikasi atraktan nabati berbahan
aktif metil eugenol yang lebih
spesifik memerangkap lalat buah
jantan, khususnya B. dorsalis,
penurunan popu- lasi jantan yang
ada di alam akan efektif (Nasroh
272 Agus Kardinan

Bactrocera spp. Di Australia Selatan, dapat 18 jenis lalat buah di Indonesia (Siwi
sekitar lima juta pupa yang sudah di- et al. 2006).
mandulkan per minggu dikirim ke lokasi
untuk dilepas di lapangan (Department
of Agriculture and Food, State of
Western Australia 2006).
Sosialisasi dan Pemasyarakatan
Teknologi
Menjaga Populasi pada Taraf
Teknologi atraktan telah dikaji di
Tidak Merugikan
beberapa sentra produksi hortikultura,
khususnya buah-buahan, dengan
Untuk mencapai tujuan ini, lokasi pe-
melibatkan petani atau stakeholder
ngendalian tidak perlu terisolasi, namun
lainnya bekerja sama dengan Balai
cara pengendaliannya harus serempak
Pengkajian Teknologi Pertanian
dan terintegrasi pada hamparan yang luas
(BPTP), seperti pengkajian di Kabupaten
(wide area control), serta terus-menerus
Sumedang dan Indramayu pada
secara berkala. Apabila dilakukan secara
komoditas mangga. Di Sumedang, para
sendiri-sendiri (parsial), lokasi yang
petani melalui kelompok tani berhasil
tidak dikendalikan akan menjadi sumber
menekan kerusakan mangga dan
infeksi bagi yang dikendalikan sehingga
komoditas buah-buahan lainnya berkisar
tindakan pengendalian menjadi kurang
antara 10- 30%. Petani berhasil pula
efektif. Teknik pengendalian dapat
memproses atraktan dengan alat
mengguna- kan semua tindakan, seperti
penyuling sederhana yang mereka buat
atraktan, atractant bait, protein bait,
sendiri. Walaupun hasil minyak atsirinya
sticky trap, musuh alami, sanitasi
masih berbentuk emulsi yang keruh
lingkungan, pem- bungkusan buah,
(campuran minyak dan air), namun
pengasapan, dan tin- dakan lain yang
masih efektif memerangkap lalat buah.
dianggap dapat menu- runkan populasi.
Kelompok tani ini sering dikunjungi
kelompok tani lain untuk studi banding
cara penanggulangan lalat buah, bahkan
Pencegahan melalui sem- pat ditayangkan di televisi yang
Karantina diinisiasi oleh Kementerian Pertanian.
Diseminasi hasil penelitian tidak hanya
Walaupun Indonesia berhasil mengenda- menyebarkan teknologi, tetapi juga
likan lalat buah, apabila jenis atau bahan tanaman (melaleuca dan selasih),
spesies lalat buah baru masuk ke alat pengolah, maupun teknologi
Indonesia melalui komoditas impor maka pengolahannya.
usaha pengenda- lian akan makin sulit.
Tindakan pence- gahan melalui karantina
akan lebih mudah daripada
ARAH DAN
pemberantasan. Untuk itu, koleksi
STRATEGI
spesimen lalat buah yang telah ada di
PENGEMBANGAN
Indonesia serta pengetahuan jenis dan
identifikasi lalat buah perlu dikuasi oleh
Arah dan Sasaran
petugas karantina. Sedikitnya ter-

1. Pengurangan penggunaan pestisida


sintetis sampai pada tingkat terendah
sehingga tidak menimbulkan ekster-
nalitas negatif terhadap lingkungan.
Penggunaan pestisida nabati sebagai kearifan lokal ... 273

2. Pengembangan pestisida nabati


KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
secara in situ untuk memenuhi
KEBIJAKAN
kebutuhan pestisida bagi petani
secara berkelan- jutan (pesticide self-
Kesimpulan
sufficiency).
3. Peningkatan produksi pertanian, khu-
susnya pangan yang bebas residu 1. Pestisida nabati merupakan kearifan
pes- tisida sehingga aman dan sehat lokal di Indonesia yang sangat po-
bagi konsumen (toyiban food). tensial untuk dimanfaatkan dalam
pengendalian OPT guna mendukung
sistem pertanian organik.
Strategi Pengembangan 2. Pemanfaatan pestisida nabati oleh
ke Depan petani dengan menggunakan alat
sederhana dan bahan tanaman yang
1. Penyiapan bahan baku pestisida ada di sekitar petani dapat mengen-
nabati sehingga tidak bergantung dalikan hama utama tanaman horti-
pada alam, tetapi harus sudah mulai kultura, khususnya lalat buah.
dibudidaya- kan dan dimasyarakatkan 3. Beberapa jenis pestisida nabati,
agar petani mau menanam bahan seperti mimba dan atraktan lalat buah
baku pestisida. sudah siap dikomersialkan dengan
2. Teknik pengolahan yang mudah dan harga yang kompetitif dan sudah
murah agar pestisida nabati dapat digunakan oleh petani sehingga
disediakan sendiri oleh petani guna pestisida nabati dapat menjadi
memenuhi kebutuhannya. komoditas ekspor non- migas sebagai
3. Peningkatan pemahaman masyarakat penghasil devisa negara.
terhadap pestisida nabati agar tidak
bergantung pada pestisida sintetis dan
sadar bahwa masih ada alternatif pe- Implikasi Kebijakan
ngendalian, yaitu pemanfaatan pesti-
sida nabati. 1. Perlunya sosialisasi pestisida nabati
4. Distribusi dan pemasaran agar pes- untuk mengurangi ketergantungan
tisida nabati terdistribusi ke daerah pada pestisida sintetis.
sehingga petani mudah memperoleh- 2. Perlunya aturan khusus mengenai
nya pada saat memerlukan. kebijakan perizinan dan peredaran
5. Penelitian dan pengembangan untuk pestisida nabati di Indonesia (tidak
mengatasi kelemahan pestisida nabati disamakan dengan pestisida sintetis).
selain memperoleh temuan baru. 3. Pelatihan terhadap petugas dan petani
6. Pengembangan indikator keberlan- mengenai pengenalan dan budi daya
jutan, antara lain dapat dilihat dari: tanaman penghasil pestisida nabati
(a) keuntungan petani; (b) penurunan serta cara membuatnya sehingga
pasokan pestisida kimia sintetis; (c) bahan baku tersedia dan petani dapat
rendahnya residu pestisida kimia mem- buat sendiri pestisida untuk
pada tanaman, tanah, dan air; serta (d) memenuhi kebutuhan sehari-hari.
pene- rimaan masyarakat terhadap 4. Perlunya dukungan pemerintah dalam
pestisida nabati. penelitian dan pengembangan pesti-
274 Agus Kardinan

sida nabati, khususnya dalam Department of Agriculture and Food,


perizinan dan State of Western Australia. 2006.
pemasyarakatan/sosialisasi pesti- sida Fly, be free
nabati ke masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Ardiwinata, A.N. dan M. Djazuli. 1992.


Dampak penggunaan insektisida
organoklorin di masa silam di Jawa
Barat. hlm. 313-317. Prosiding Sim-
posium Penerapan PHT. Balai Pene-
litian Tanaman Pangan, Sukamandi.
Balai Karantina Pertanian Jakarta. 1994.
Hasil pemantauan daerah sebar hama
lalat buah (Diptera: Tephritidae)
berikut tanaman inangnya. Makalah
Seminar Nasional Hasil Pemantauan
Hama Lalat Buah, Jakarta, 10-11
Februari 1994. 30 hlm.
Broughton, S., F.D. Lima, and B.
Woods. 2004. Control of Fruit Fly in
Back- yards. Dept. of Agric. State of
Western Australia Publication, London.
368 pp. Brown, A.W.A. 1958.
Insecticides Resis- tance in Arthopods.
WHO, Geneva. 240
pp.
Carson, R. 1962. Silent Spring.
Houghton Mifflin Harcourt, Boston.
378 pp.
Damardjati, D.S. 2006. Kebijakan
Depar- temen Pertanian dalam
Pengembangan Produk Pangan
Organik. Direktorat Jenderal
Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Pertanian, Jakarta.
Daryanto. 2003. Petani rugi Rp250 milyar
akibat OPT. Bisnis Indonesia XVIII
(5869), 12 Maret 2003.
Decker, L. and R. Messing. 2007. Intro-
duction to managing fruit flies in Ha-
waii. Dept. of Entomology,
University of Hawaii. http://www.
extento.hawaii.
edu/kbase/reports/fruit.pest.htm.
and reduce your population. http://
www.agric.wa.gov.av.pls/portal30/
docs/folder.IKMP/EDCFRUIT.
Ditjentanhorti (Direktotar Jenderal Ta-
naman Pangan dan Hortikultura). 1997.
Batas Maksimum Residu Pestisida pada
Hasil Pertanian. Direktorat Bina
Perlindungan Tanaman, Ditjentanhorti,
Jakarta. 117 hlm.
Djatmiadi, D. 2004. Perkembangan se-
rangan hama lalat buah pada tanaman
buah-buahan di Wilayah Indonesia
Bagian Barat. 30 hlm.Prosiding Loka-
karya Masalah Kritis Pengendalian
Layu Pisang, Nematoda Sista Kuning
pada Kentang dan Lalat Buah. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Horti-
kultura, Jakarta.
Drew, R.A.I., G.H.S. Hooper, and M.A.
Bateman. 1978. Economic Fruit Flies of
the South Pacific Region. Dept. of
Primary Industries, Queensland. 133
pp.
Grainge, M. and S. Ahmed. 1987. Hand-
book of Plants with Pest-Control
Properties. A Wiley-Interscience Publ.,
New York. 470 pp.
Gunandini, D.J. 2006. Bioekologi dan
pengendalian nyamuk sebagai vektor
penyakit. hlm. 43-48. Prosiding Seminar
Nasional Pestisida Nabati III. Balai
Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik,
Bogor.
Harnoto, Mujiono, dan A. Naito. 1983.
Pengaruh insektisida pada konsen- trasi
sublethal terhadap keperidian
Spodoptera litura Fabricus. hlm. 24-
28. Prosiding Kongres Entomologi II.
Jessica, S. 2007. Tougher peel repells fruit
flies. http://www.encyclopedia.com/
doc/IGI.13418916.htm.
Kardinan, A. dan E.A. Wikardi. 1994.
Pengaruh abu limbah serai dapur dan
tepung bawang putih terhadap hama
Penggunaan pestisida nabati sebagai kearifan lokal ... 275

cinerariae- folium) pada serangga


Tribolium castaneum. hlm. 295-301.
gudang Callosobruchus analis. Bu- Prosiding
letin Penelitian Tanaman Rempah
dan Obat 9(1): 3-7.

Kardinan, A., M. Iskandar, dan E.A.


Wikardi. 1994. Uji toksisitas ekstrak
daun Aglaia odoratalour. Prosiding
Simposium Penelitian Bahan Obat
Alami VIII, Bogor 24-25 November
1994.
Kardinan, A. 1995. Effect of pyrethrum,
Pachyrhyzus and Vitex on the adult
of Callosobruchus analis. J. Spice
Med. Crops 3(3): 37-41.
Kardinan, A. dan E.A. Wikardi. 1995a.
Uji hayati produksi metabolit
sekunder tumbuhan sebagai
insektisida nabati terhadap serangga
gudang. Proc. Seminar on
Chemistry of Natural Products of
Indonesian Plants. Unesco
- Universitas Indonesia.
Kardinan, A. and E.A. Wikardi. 1995b.
The prospect of botanical insecticides
on stored food insects management.
Proc. the Symposium on Pest
Management for Stored Food.
SEAMEO-BIOTROP, Bogor.
Kardinan, A. 1996a. Pemanfaatan limbah
buah srikaya (Annona squamosa)
sebagai bahan insektisida botani. hlm.
54-57. Prosiding Seminar dan
Pameran Ilmiah. Universitas Pakuan,
Bogor.
Kardinan, A. 1996b. Penampilan
beberapa klon piretrum terhadap
beberapa aspek biologi serangga
Callosobruchus analis. Jurnal
Penelitian Tanaman Industri 3(2): 78-
84.
Kardinan, A. 1997a. Potensi kunyit, kecu-
bung, gadung dan senggugu sebagai
bahan rodentisida nabati. Jurnal
Pene- litian Tanaman Industri 3(1):
31-36.
Kardinan, A. 1997b. Toksisitas ekstrak
piretrum (Chrysanthemum
antifertilitas. Warta Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Industri 4(3):
Seminar Nasional PEI XXI. 3-4.
PEI (Perhimpunan Kardinan, A. 1998b. Prospek
Entomologi Indonesia), penggunaan pestisida nabati di
Jakarta. Indonesia. Jurnal Penelitian dan
Kardinan, A. 1997c. Pengaruh Pengembangan Per- tanian 17(1): 1-9.
daun salam (Eugenia Kardinan, A. 1998c. Pengaruh cara
polyantha) terhadap bebe- aplikasi minyak suling Melaleuca
rapa aspek biologi serangga bracteata dan metil eugenol terhadap
Carpo- philus sp. hlm. 331- daya pikat
338. Prosiding Seminar
Nasional PEI XXI. Per-
himpunan Entomologi
Indonesia, Jakarta.
Kardinan, A. 1997d. Preliminary
study of the pyrethrum
flower toxicity (Chry-
santhemum
cinerariaefolium). Jurnal
Fakultas Pertanian UMY 5(1):
25-32.

Kardinan, A. 1997e. Pengaruh


beberapa jenis ektrak
tanaman sebagai molus-
kisida nabati terhadap keong
mas (Pomacea canaliculata).
Jurnal Per- lindungan
Tanaman Indonesia 3(2): 86-
93.
Kardinan, A. dan E.A. Wikardi.
1997a. Pengaruh ekstrak akar
tuba terhadap imago dan
telur Callosobruchus
analis. Jurnal Penelitian
Tanaman Industri 3(1): 13-
19.
Kardinan, A. dan E.A. Wikardi.
1997b. Uji hayati ekstrak biji
bengkuang (Pachy- rhyzus
erosus) pada serangga
Sitophi- lus sp. hlm. 493-497.
Prosiding Seminar Nasional
PEI XXI. Perhimpunan Ento-
mologi Indonesia, Jakarta.
Kardinan, A. 1998a. Prospek
gadung (Dioscorea
composita) sebagai bahan
rodentisida nabati yang
bekerja seba- gai
276 Agus Kardinan

lalat buah Bactrocera dorsalis. Jurnal selasih sebagai atraktan nabati


Perlindungan Tanaman Indonesia hama lalat buah. hlm. 29-34.
4(1): 38-46. Prosiding Forum

Kardinan, A. dan M. Iskandar. 1998.


Pengaruh ekstrak batang brotowali
terhadap aktivitas biologi serangga
Tribolium castaneum. Warta Tum-
buhan Obat Indonesia 4(2): 17-22.
Kardinan, A. 1999a. Prospek minyak
daun Melaleuca bracteata sebagai
pengen- dali populasi hama lalat
buah Bactro- cera dorsalis di
Indonesia. Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Perta- nian 18(1): 10-
18.

Kardinan, A. 1999b. Mimba


(Azadirachta indica) pestisida nabati
yang sangat menjanjikan.
Perkembangan Teknologi Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat 11(2): 5-
13
Kardinan, A. 1999c. Pengaruh
azadirachtin A terhadap serangga
Dolleschalia polibete. Jurnal
Penelitian Tanaman Industri 5(1): 8-
13.
Kardinan, A. 1999d. Pengaruh beberapa
konsentrasi metil eugenol dari daun
Melaleuca bracteata sebagai atraktan
hama lalat buah. 7 hlm. Prosiding Se-
minar Kimia Bahan Alam.
Universitas Indonesia-Unesco.
Kardinan, A. 1999e. Pengaruh daya pikat
ekstrak sederhana daun Melaleuca
terhadap lalat buah. Prosiding Se-
minar Nasional Entomologi, Perhim-
punan Entomologi Indonesia 1: 259-
265.
Kardinan, A. 1999f. Pengaruh CNSL ter-
hadap imago dan larva Sitophilus sp.
Prosiding Seminar Nasional Entomo-
logi, Perhimpunan Entomologi Indo-
nesia 1: 217-223.
Kardinan, A. 1999g. Daya tangkap dan
daya tahan metil eugenol dari daun
Komunikasi Ilmiah Pestisida Nabati.
Badan Litbang Pertanian, Jakarta.
Kardinan, A. dan M. Iskandar. 1999a.
Potensi Tephrosia vogelii sebagai
insektisida nabati. Prosiding Seminar
Nasional Entomologi, Perhimpunan
Entomologi Indonesia 1: 207-217.
Kardinan, A. dan M. Iskandar. 1999b.
Pengaruh ekstrak daun dan biji mimba
terhadap pertumbuhan serangga. hlm.
255-260. Prosiding Seminar Nasional
Kimia Bahan Alam. Universitas Indo-
nesia-Unesco.
Kardinan, A. dan M. Iskandar. 1999c. Uji
pendahuluan potensi akar wangi (Veti-
vera zizaniodes). Prosiding Forum
Komunikasi Ilmiah Pestisida Nabati,
Badan Litbang Pertanian. hlm.13-17
Kardinan, A. dan M. Iskandar. 1999d.
Sinergisme beberapa insektisida nabati
piretrum, serai wangi, nilam dan
jeringau. hlm. 58-63. Prosiding Forum
Komunikasi Ilmiah Pestisida Nabati.
Badan Litbang Pertanian, Jakarta.
Kardinan, A., M. Iskandar, S. Rusli, dan
Ma’mun. 1999a. Potensi daun selasih
sebagai atraktan nabati untuk pengen-
dali hama lalat buah Bactrocera dor-
salis. Makalah pada Forum Komunikasi
Ilmiah Pemanfaatan Pestisida Nabati.
Bogor, 9-10 November 1999. 10 hlm.
Kardinan, A., J.T. Juhono, dan E.A.
Wikardi. 1999b. Kajian aplikasi insek-
tisida nabati piretrum pada pertanaman
kubis petani. Buletin Penelitian Tanam-
an Rempah dan Obat 10(1): 9-14.
Kardinan, A. 2000a. Pestisida Nabati,
Ramuan dan Aplikasi. Cetakan ke-2.
Penebar Swadaya, Jakarta. 80 hlm.
Kardinan, A. 2000b. Penelitian penda-
huluan pengaruh daun manggis seba-
gai rodentisida nabati pada mencit Mus
musculus. Jurnal Perlindungan Tanam-
an Indonesia 4(1): 7-12.
Penggunaan pestisida nabati sebagai kearifan lokal ... 277

Kardinan, A. 2000c. Piretrum, bahan Kardinan, A. 2005b. Penggunaan atraktan


insektisida nabati potensial. Jurnal nabati untuk mengendalikan hama
Penelitian dan Pengembangan Per- lalat buah dalam sistem pertanian
tanian 19(4): 122-130. organik. hlm.145-155. Prosiding Work-
Kardinan, A. dan M. Iskandar. 2000. shop Masyarakat Pertanian Organik
Kemampuan atraktan nabati selasih Indonesia.
dan melaleuca dalam memerangkap Kardinan, A. 2006. Bioekologi dan
lalat buah pada jambu batu, strategi pengendalian lalat buah. hlm.
belimbing dan cabai merah. Jurnal 49-59. Prosiding Seminar Nasional
Penelitian Pertanian UISU 19(2): 141- dan Pa- meran Pestisida Nabati III.
147. Balai Penelitian Tanaman Rempah
Kardinan, A. and M. Iskandar. 2001. dan Obat, Bogor.
Ocimum sanctum (Labiatae) and Kardinan, A. dan M. Iskandar. 2006.
Melaleuca bracteata (Myrtaceae) the Pengaruh beberapa jenis sinergis
most promising botanical attractants minyak selasih terhadap daya tang-
for fruit flies. p. 305-311. Proc. Inter- kap pada lalat buah. hlm.121-125.
national Seminar on Natural Products Pro- siding Seminar Nasional dan
Chemistry and Utilization of Natural Pameran Pestisida Nabati III. Balai
Resources. Unesco-University of Penelitian Tanaman Rempah dan
Indonesia. Obat, Bogor.
Kardinan, A. and Jasni. 2001. Effect of Kardinan, A. 2007a. Pengaruh campuran
some botanical insecticides against beberapa jenis minyak nabati
dry wood termites Cryptotermes terhadap daya tangkap lalat buah.
cynocep- halus. p. 238-243. Proc. Buletin Pe- nelitian Tanaman
International Seminar on Natural Rempah dan Obat 18(1): 15-21.
Products Chemistry and Utilization of Kardinan, A. 2007b. Potensi selasih
Natural Resources. Unesco- sebagai repellent terhadap nyamuk
University of Indonesia. Aedes aegypti. Jurnal Penelitian
Kardinan, A. 2002. Beberapa jenis Tanaman Industri 13(2): 39-42
tanaman penghasil atraktan nabati Metcalf, R.L. and W.P. Flint. 1951. Des-
pengendali hama lalat buah. tructive and Useful Insects: Their
Perkembangan Tek- nologi Tanaman habits and control. Mc. Graw-Hill
Rempah dan Obat 16 (1): 17-25. Book Co., Inc. p. 760-762.
Kardinan, A. 2003. Tanaman Pengendali Metcalf, R.L. and W.H. Luckmann.
Hama Lalat Buah. Agromedia 1982. Introduction to Insect Pest
Pustaka, Jakarta. 80 hlm. Manage- ment. 2nd Ed. A Wiley-
Kardinan, A. 2004. Pengaruh minyak biji Interscience Publ., New York. p. 279-
mimba (Azadirachta indica) sebagai 314.
daya penolak makan dan insektisida Mochida, O. 1986. A Review of BPH
pada serangga Dolleschalia pollibete. Resugence Induced by Application of
Jurnal Ilmiah Pertanian Gakuryoku Insecticide. IRRI, the Philippines.
10(2): 153-156. Nasroh, A. 2004. Teknik iradiasi untuk
pengendalian hama lalat buah pasca-
Kardinan, A. 2005a. Daya proteksi zodia panen melalui perlakuan keselamatan
terhadap nyamuk Aedes aegypti. Jur- tumbuhan. 7 hlm. Prosiding
nal Ilmiah Pertanian Gakuryoku Lokakarya Masalah Kritis
11(1): 49-53. Pengendalian Layu
278 Agus Kardinan
Pisang, Nematoda Sista Kuning pada Kentang dan Lalat Buah. Pusat Pene- litian dan Pengembangan
Hortikultura, Jakarta.
Nasroh, A., Herdrajat, dan D. Djatmiadi. 2004. Aplikasi teknik serangga mandul untuk pengendalian lalat
buah di In- donesia. Lokakarya Masalah Kritis Pengendalian Layu Pisang, Nematode Sista Kuning pada
Kentang dan Lalat Buah. Pusat Penelitian dan Pengem- bangan Hortikultura, Jakarta. 9 hlm.
Nishida, R. and H.Fukami. 1988. Cis-3,4- dimethoxy cinnamyl alcohol from the rectal glands of male
oriental fruit fly Dacus dorsalis. Chem. Express 3: 207-
210.
Nishida, R. 1996. Pheromone commu- nication in the oriental fruit moth and oriental fruit fly. p.102-113.
Proc. International Symposium on Insect Pest Control with Pheromone, Suwon, Korea, 18-19 October
1996. Korean Society of Applied Entomology.
Paimin, F.R. 2000. Lalat buah penyebab
Escherichia coli. Trubus 31(365): 75. Priyono, D. 2004. Evaluasi dan pengem-

bangan peramalan dan pengendalian lalat buah pada tanaman mangga skala luas di Kabupaten
Majalengka, Jawa Barat. Lokakarya Masalah Kritis Pengendalian Layu Pisang, Nematoda Sista
Kuning pada Kentang dan Lalat Buah. Pusat Penelitian dan Pengem- bangan Hortikultura, Jakarta. 11
hlm.
Putra, N.S. 1997. Hama Lalat Buah dan Pengendaliannya. Kanisius, Yogya- karta. 44 hlm.
Sarwono. 2003. PHT lalat buah pada mangga. Buletin Teknologi dan Infor- masi Pertanian. hlm. 142-149.
Siwi, S.S., P. Hidayat, dan Suputa. 2006. Lalat Buah Penting di Indonesia.
Cetakan ke-2. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian,
Bogor. 65 hlm.
Sodiq, M. 1993. Aspek Biologi dan Sebaran Populasi Lalat Buah pada Ta- naman Mangga dalam Kaitan
dengan Pengembangan Model Pengendalian Hama Terpadu. Disertasi, Program Pascasarjana Universitas
Airlangga.
Sumantri, B. 1988. Hari Depan Kita Bersama. Terjemahan dari Our Common Future. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta. 516 hlm.
Sutrisno. 1987. Resistensi Wereng Coklat,
N. lugens (Stal.) terhadap Insektisida di Indonesia. Edisi Khusus No. 1 Wereng Coklat. Balai Penelitian
Ta- naman Pangan, Bogor. hlm. 55-68.
Untung, K. 2007. Kebijakan Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada Univ. Press, Yogyakarta. 256 hlm.
Vargas, R. 2007. Local research, but everyone watching. Agriculture Re- search Service – Hawaii Area Wide
Fruit Fly Control Program. 4 pp. http:// www. findarticles.com/p/articles/
mi.m3741/is.2.52/ai.113457520.
World Commission on Environment and Development. 1987. Our Common Future, Report of the World
Commiss- ion on Environment and Development. Development and International Co- operation:
Environment.
Zahara, H., M. Kasim, dan R. Indrasti. 1998. Pengkajian Teknologi untuk Mening- katkan Produktivitas dan
Kualitas Belimbing Manis. Instalasi Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Perta- nian, Jakarta. 15 hlm.

Anda mungkin juga menyukai