Anda di halaman 1dari 3

PERTANIAN ORGANIK

Oleh: M Rofi' Ilman Habib

Pertanian organik adalah sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu yang
mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga mampu
menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan.

Secara sederhana, pertanian organik didefinisikan sebagai sistern pertanian yang


mendorong kesehatan tanah dan tanaman melalui berbagai praktek seperti pendaur ulangan
unsur hara dan bahan‑bahan organik, rotasi tanaman, pengolahan tanah yang tepat serta
menghindarkan penggunaan pupuk dan pestisida sintetik (IASA dalam Dimyati, 2002). Pertanian
organik merupakan teknik pertanian yang tidak menggunakan bahan kimia (non sintetik), tetapi
memakai bahan‑bahan organik (Pracaya, 2002). Sedangkan pengertian organik menurut FAOI
adalah suatu sistem manajemen yang holistik yang mempromosikan dan meningkatkan
pendekatan sistem pertanian berwawasan kesehatan lingkungan, termasuk biodiversitas, siklus
biologi dan aktivitas biologi tanah.

Ada Beberapa jenis tanaman Indonesia yang berpotensi untuk dikembangkan dengan
teknik tersebut, diantaranya adalah tanaman padi, hortikultura yang meliputi tanaman sayur,
buah, bunga, dan tanaman obat (contohnya: brokoli, kubis merah, jeruk, dll.), tanaman
perkebunan (kopi, teh, kelapa, dll.), dan rempah-rempah.

Beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan dalam pertanian organic adalah

1. Pemanfaatan sumberdaya alam untuk pengembangan agribisnis hortikultura (terutama lahan


dan air) secara lestari sesuai dengan kemampuan dan daya dukung alam;

2. Proses produksi atau kegiatan usahatani itu sendiri dilakukan secara akrab lingkungan,
sehingga tidak menimbulkan dampak negatif dan eksternalitas pada masyarakat;

3. Penanganan dan pengolahan hasil, distribusi dan pemasaran, serta pemanfaatan produk
tidak menimbulkan masalah pada lingkungan (limbah dan sampah)

4. Produk yang dihasilkan harus menguntungkan secara bisnis, memenuhi preferensi konsumen
dan aman konsumsi. Keadaan dan perkembangan permintaan dan pasar merupakan acuan
dalam agribisnis hortikultura ini.

Perkembangan pertanian organik di Indonesia masih sangat lambat. Namun minat


bertani dengan sistem organik akhir-akhir ini sudah mulai tumbuh. Hal ini diharapkan akan
berdampak positif terhadap pengembangan petanian organik yang waktu-waktu yang akan
datang. Banyak kendala dalam pengembangan pertanian organik yang bersifat makro antara
lain peluang pasar, penelitian dan pengembangan, dan kondisi iklim.

Organisasi di tingkat petani merupakan kunci penting dalam budidaya pertanian organik.
Hal ini terkait dengan masalah penyuluhan dan sertifikasi. Agribisnis produk organik di tingkat
petani kecil akan sulit diwujudknan tanpa dukungan kelompok tani. Di beberapa daerah
organisasi petani sudah terbentuk dengan baik, tetapi sebaiknya di daerah-daerah lain
organisasi pertani masih sulit diwujudkan. Kemitraan petani dan pengusaha, upaya
membentuk hubungan kemitraan antara petani dan pengusaha yang pernah dilakukan
beberapa waktu yang lalu yang masih belum memberikan hasil seperti yang diharapkan petani.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/17/
http://www.sinartani.com/iptek/peluang-pertanian-organik-bagi-petani-miskin-1212387034
htm

http://galeriukm.web.id/unit-usaha/agrobisnis-unit-usaha/mengembangkan-usaha-pertanian-
organik

Anda mungkin juga menyukai