Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KESEDIAAN MEMBAYAR KONSUMEN TERHADAP


PRODUK SAYUR SAWI ORGANIK DI KOTA BANJARBARU

BAYU NURKHOLIS
1810514210026

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2021
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Gaya hidup sehat dan ramah lingkungan telah menjadi tren baru, dan
orang-orang mulai meninggalkan gaya hidup kuno yang menggunakan bahan
kimia non-alami (seperti pupuk, pestisida kimia sintetis, dan hormon
pertumbuhan). Pola hidup sehat ini mensyaratkan bahwa produk pertanian harus
memiliki ciri keamanan pangan, kandungan gizi tinggi dan ramah lingkungan.
Kondisi kesehatan tersebut mensyaratkan atau mengharuskan jika produk
pertanian harus memiliki karakteristik keamanan pangan, kandungan gizi yang
tinggi dan ramah lingkungan. Pangan yang sehat dan bergizi tinggi ini dapat
diproduksi dengan metode pertanian organik salah satunya yaitu sayuran organik
(Mayrowani, 2012).
Masyarakat mulai percaya bahwa makanan yang dikonsumsi berkontribusi
terhadap kesehatan (Siro et al 2008). Hal ini ditunjukkan dengan adanya
perubahan pola konsumsi dimana kecenderungan mengkonsumsi makanan yang
tinggi lemak, garam, karbohidrat, kolesterol, bahan tambahan pangan (BTP) dan
rendah serat telah berubah menjadi kecenderungan konsumen memilih makanan
alami dan sehat yang berfungsi untuk mencegah penyakit-penyakit yang mungkin
muncul (Winarno dan Kartawidjajaputra 2007). Saat ini tren utama industri
pangan mengarah kepada suatu konsep “Healthy, Functional, and Satisfied
Foods” dalam menghasilkan suatu produk.
Produk dengan konsep “Healthy, Functional, and Satisfied Foods” harus
memperhatikan keseimbangan antara gizi, mutu dan keamanan bahan baku yang
digunakan. Peningkatan kualitas ini mendorong munculnya trend baru di berbagai
negara dan masyarakat Indonesia bahwa masyarakat sudah mulai meninggalkan
pangan kimia dan sintetik dan kembali pada konsep alam. Salah satunya adalah
dengan memilih bahan makanan organik. Jenis bahan pangan ini tidak
mengandung residu pestisida kimiawi dan tidak memerlukan penggunaan pupuk
kimia. Pestisida yang digunakan untuk membasmi hama tanaman pada produk
bahan pangan organik berbahan baku alami, pestisida ini disebut dengan pestisida
nabati. Berbeda dengan pestisida konvensional yang memiliki bahan beracun
seperti timbal, antimon, arsen, merkuri, selenium, seng, fluorida dan zat beracun
lainnya. Residu kimiawi yang tinggi dalam makanan (terutama sayuran non-
organik) secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kesehatan
manusia.
Sayur organik banyak dijumpai di pasar modern karena sasaran pasar
sayur organik merupakan konsumen kalangan menengah atas. Sayuran organic
juga tersedia di outlet outlet yang menyediakan bahan pangan prganik. Faktor
harga menjadi salah satu penyebab belum meratanya penyebaran produk karena
produk sayur organik memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan
sayur anorganik. Persepsi mengenai harga sayur organik yang dianggap mahal
merupakan kendala bagi produsen, oleh karena itu dalam penentuan harga jual
penting untuk diketahui seberapa besar kesediaan konsumen membayar atau
willingness to pay (WTP) untuk mendapatkan produk sayur organik.
Sawi merupakan tanaman hortikultura yang dapat memperbaiki dan
memperlancar pencernaan. Hampir setiap orang gemar akan sawi karena rasanya
segar dan banyak mengandung vitamin A, vitamin B dan sedikit vitamin C
(Yuniarti et al., 2000).
Potensi permintaan konsumen terhadap produk organik di Indonesia cukup
besar, namun pemasaran pangan organik di Indonesia terkendala oleh persepsi
mengenai harga pangan organik yang dianggap mahal. Pada riset pendahuluan
terhadap responden yang terbatas menunjukkan bahwa konsumen masih memiliki
persepsi produk organik sebagai produk yang mahal. Untuk itu, produsen produk
organik perlu menentukan strategi harga yang cocok untuk konsumen di
Indonesia, maka diperlukan penelitian yang membahas seberapa besar kemauan
membayar (Willingness to Pay atau WTP) konsumen terhadap produk-produk
pangan organik. WTP digunakan sebagai metode untuk mengetahui nilai
maksimum yang bersedia dibayarkan oleh konsumen dari peningkatan kualitas
sebuah produk.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana karakteristik konsumen sayur sawi organik di kota Banjarbaru?


2. Berapa nilai kesediaan untuk membayar sayur sawi organik di kota
Banjarbaru?
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi kesediaan membayar sayur sawi
organik?

Tujuan Penelitian

1. Mengetahui karakteristik konsumen sayur sawi organik di kota Banjarbaru


2. Mengetahui nilai kesediaan membayar sayur sawi organik di kota Banjarbaru
3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar sayur sawi
organik.

Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi karakteristik konsumen sayur sawi organik di kota


Banjarbaru
2. Memberikan informasi nilai kesediaan membayar sayur sawi organic di kota
Banjarbaru
3. Memberikan informasi tentang faktor yang mempengaruhi kesediaan
membayar sayur sawi organik.
Daftar Pustaka

Mayrowani. 2012. Pengembangan Pertanian Organik di Indonesia. Forum


Penelitian Agro Ekonomi, 30(2), 91–108.
Siro I, Kapolna E, Kapolna B, Lugasi A. 2008. Functional food. Product
development, marketing and consumer acceptance - A review. Journal of
Appetite. 51(3): 456-467.DOI:10.1016/j.appet.2008.05.060.
Winarno FG, Kartawidjajaputra F. 2007. Pangan Fungsional dan Minuman
Berenergi. M-brio press. Bogor.
Yuniarti, Z. Arifin, E. Korlina, R. Hardianto, P. Santoso dan Yuwoko. 2000.
Analisis mutu dan ketersediaan gizi sayuran hemat air di lahan sawah
tadah hujan. Prosiding Seminar dan Ekspose Hasil Penelitian. Pengkajian
BPTP Jawa Timur. 145-156. Jawa Timur.

Anda mungkin juga menyukai