Abstract
The development of organic products in Indonesia has triggered the formation of
government rules about organic certification systems that aim to protect consumers and
producers. However, in its implementation, this system facing problems that cause polemics
in society. Farmers need to make maneuver to maintain their existence under the
development of the polemics. The purpose of this study is to analyze the dialectics of
structures in the form of an organic certification system with the agency owned by farmer
that manifested in farming style and the background of his decision in determining the
farming style. This study uses a qualitative research design with a case study approach.
Analysis tools using micro-macro linkages. The location of this study was chosen purposely.
The results of this study show that every farmer has different perspective towards existing
polemics of the structure so that it creates its own responses. The difference in response
caused by the differences in the structural condition that belong to each farm. Those
responses can be seen from the different styles of farming between Semai Organik and Eco
Camp.
Keywords: Dialectics, Organic Certification System, Farming Styles, Organic Farmer
1
Agricore Volume 4 Nomor 2, Des 2019
Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian UNPAD
p-ISSN No. 2528-4576 / e-ISSN No. 2615-7411
negatif yang ditimbulkan oleh sistem berbagai pandangan dan gaya baru dalam
pertanian konvensional (Esje dan Daniel, bertani (farming styles).
1998). Sejauh ini, sistem pertanian organik mendapat
Bahaya penggunaan bahan kimia sintetis yang respon positif dari berbagai kalangan
berlebihan pada produk pangan, masyarakat di Indonesia. Selain pemerintah,
meningkatkan kesadaran masyarakat dunia lembaga non pemerintah pun turut serta
akan membangun sektor pertanian yang berkontribusi dalam pembangunan pertanian
mengedepankan aspek ekologi dan organik (Husnain et. al, 2005). Sayangnya,
lingkungan. Salah satu alternatif untuk masih banyak masyarakat maupun pelaku
memperbaiki lahan pertanian adalah dengan agribisnis yang kurang tepat menafsirkan
mengaplikasikan praktek pertanian organik makna pertanian organik (Pusat Standardidasi
(Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Akreditasi, Deptan 2002).
Kementrian Pertanian, 2016). Pertanian Dalam upaya menyeragamkan persepsi
organik adalah suatu sistem manajemen pelaku agribisnis mengenai pertanian organik,
pertanian yang holistik atau menyeluruh yang pemerintah menyusun pedoman melalui
mengedepankan kesehatan agroekosistem Standar Nasional Indonesia (SNI) No.01-
termasuk biodiversitas, siklus biologi, dan 6729-2002 mengenai Sistem Pertanian
aktivitas biologi tanah (FAO/WHO Codex Organik. Hal-hal yang diatur dalam SNI ini
Alimentarius Commission, 1999). Sistem berupa aturan mengenai lahan, saprodi,
pertanian organik tidak memperbolehkan pengolahan, labelling, hingga pemasaran
penggunaan bahan kimia sintetis (pupuk, produk pangan organik (Pusat Standardisasi
pestisida, dan zat pengatur tumbuh) pada dan Akreditasi Pertanian, 2002).
proses produksi tanaman (Sugiyanta dan
Sandra, 2016). Setiap petani organik di Indonesia harus
mengikuti prosedur sistem pertanian organik
Meningkatnya kesadaran masyarakat dunia
minimal sesuai dengan SNI pertanian organik
mengenai pola hidup sehat yang akrab dengan yang paling baru, yaitu SNI No.01-6729-
kelestarian lingkungan, meningkatkan 2016. Cara untuk memastikan petani organik
permintaan produk organik dunia (Direktorat memproduksi produknya sesuai kaidah
Jenderal Tanaman Pangan, 2016). organik dan mengacu pada SNI No.01-6729-
Berdasarkan data statistik yang bersumber
2016 adalah dengan memberlakukan sistem
dari Fur Biologischen Landbau (FiBL, 2018), sertifikasi organik.
menunjukkan data dari tahun 1999 hingga
tahun 2016 jumlah penjualan produk organik Pada kenyataannya, masih banyak produsen
secara global mengalami peningkatan. organik yang tidak mau mensertifikasi
produknya dikarenakan tingginya biaya
Perkembangan atau kembalinya sistem sertifikasi dan rumitnya prosedur serta sistem
pertanian secara organik pun terjadi di dokumentasi yang ada (Sulaeman, 2009).
Indonesia. Berakhirnya masa Orde Baru pada Biaya sertifikasi organik meliputi biaya
tahun 1998 menandakan juga berakhirnya surveilance, honor inspektur, transportasi dan
program Revolusi Hijau yang sangat akomodasi inspektur, serta biaya uji
menggenjot pemakaian bahan kimia sintetis di laboratorium. Biaya-biaya tersebut
sektor pertanian. Petani memasuki babak baru dibebankan pada klien atau petani organik
dalam era Reformasi dimana terdapat (Sustainable Development Services, 2016).
kebebasan untuk bertani. Dampak negatif dari Marketing & Business Support PT. Sufocindo,
program Revolusi Hijau pun turut Aidilfitri (2013) mengungkapkan bahwa
meningkatkan kesadaran produsen dan biaya sertifikasi organik rata-rata sekitar 15-
konsumen untuk menerapkan sistem 30 juta rupiah dan hanya berlaku selama 3
pertanian yang ramah lingkungan tahun. Pada setiap tahunnya harus dilakukan
(Mayrowani, 2012). Hal ini pun menciptakan
2
Agricore Volume 4 Nomor 2, Des 2019
Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian UNPAD
p-ISSN No. 2528-4576 / e-ISSN No. 2615-7411
3
Agricore Volume 4 Nomor 2, Des 2019
Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian UNPAD
p-ISSN No. 2528-4576 / e-ISSN No. 2615-7411
5
Agricore Volume 4 Nomor 2, Des 2019
Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian UNPAD
p-ISSN No. 2528-4576 / e-ISSN No. 2615-7411
mempercepat waktu penguraian dan Tak dapat dipungkiri, peran agama dan nilai-
fermentasi pupuk, sedangkan Semai Organik nilai spiritual cukup kentara terlihat dari
hanya memanfaatkan MOL untuk bahan pandangan petani dan gaya bertani di Eco
pengurai. Proses pencacahan bahan pupuk di Camp. Dapat disimpulkan demikian karena
Eco Camp pun lebih singkat karena berdasarkan wawancara, beberapa pengelola
menggunakan mesin chrusher, sedangkan Eco Camp kerap menjelaskan hubungan nilai-
proses pencacahan di Semai Organik nilai ketuhanan dengan sistem pertanian di
dilakukan manual menggunakan golok karena Eco Camp. Hal ini dipengaruhi oleh peran
rusaknya mesin chrusher. seorang pastur dan suster yang menjadi
pengelola di Eco Camp. Di sela-sela kegiatan
Budaya Petani
Eco Camp pun selalu disisipi waktu-waktu
Latar budaya memiliki pengaruh yang untuk berdoa yang ditandai dengan bunyi
signifikan dalam menentukan gaya bertani di lonceng.
Semai Organik dan Eco Camp. Pengelola
Bentuk kuatnya nilai spiritualitas di Eco
Semai Organik tidak memiliki latar belakang
Camp terlihat dari kepercayaannya terhadap
pertanian, melainkan kumpulan mantan
cairan pengurai yang bernama bio compound.
insinyur dan teknisi pesawat terbang. Menurut
Bio compound digunakan hampir pada
Schlossberger (1995), seorang insinyur
seluruh input produksi di Eco Camp seperti
cenderung memiliki tanggungjawab lebih
pembuatan media tanam, pupuk, pestisida,
dalam mentaati sebuah aturan. Keunikan latar
dan perendaman benih. Bahkan, bio
belakang itulah yang memberi kelebihan pada
compound diminum dan dipercaya
Semai Organik, yaitu dalam mentaati
menyembuhkan berbagai penyakit. Menurut
prosedur budidaya organik sesuai SNI 6729-
Suster Kristiana, Bio compound mengandung
2016 dan kedisiplinannya dalam
mikroorganisme pengurai yang dapat
pendokumentasian usaha tani. Ibu Yusi juga
mengembalikan kondisi suatu objek seperti
menyatakan bahwa profesinya yang terdahulu
ketika Tuhan menciptakannya.
memiliki andil sehingga dirinya terbiasa
bekerja dengan teliti, sesuai prosedur, dan Bio compound sendiri dibuat oleh Pak Budi,
mencatat segala yang dilakukan. Kebiasaan seorang penggiat lingkungan. Menurut Suster
dalam pendokumentasian usaha tani menjadi Kristiana, Pak Budi melewati berbagai
nilai lebih Semai Organik dalam meraih perjalanan spiritual dalam menemukan bio
sertifikat organik. compound. Bahan dasar bio compound adalah
kotoran sapi yang difermentasi. Menurut
Berbeda dengan Semai Organik, budaya yang
Nugrah yang merupakan KS, kotoran sapi
mempengaruhi penentuan gaya bertani
dipilih karena sapi termasuk hewan yang
organik di Eco Camp adalah budaya kecintaan
disebut dalam semua kitab suci.
terhadap lingkungan. Hal ini didasari oleh
latar belakang pendiri Eco Camp yang Kekuatan Jaringan Sosial Petani
merupakan pemerhati lingkungan dan
pendidikan. Pada dasarnya, bentuk Eco Camp Semai Organik dan Eco Camp memiliki
pun bukanlah usaha tani melainkan yayasan jaringan sosial yang berbeda-beda. Perbedaan
edukasi berbasis lingkungan hidup. Jadi, dasar jaringan ini menimbulkan dampak yang
sikap organik yang diterapkan di Eco Camp berbeda bagi keduanya. Pihak Semai Organik
bukan semata-mata untuk meningkatkan nilai memiliki akses yang cukup baik terhadap
tambah produk, melainkan untuk kepentingan lembaga-lembaga pemerintahan, seperti dinas
edukasi dalam menciptakan model pertanian pertanian dan kementerian pertanian. Hal ini
yang memiliki kontribusi seminimal mungkin dikarenakan peran Ibu Yusi selaku pengelola
terhadap kerusakan lingkungan. yang tergabung dalam Lembaga Sertifikasi
Profesi (LSP) I.
Peran Agama dan Nilai Spiritualitas Petani
6
Agricore Volume 4 Nomor 2, Des 2019
Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian UNPAD
p-ISSN No. 2528-4576 / e-ISSN No. 2615-7411
7
Agricore Volume 4 Nomor 2, Des 2019
Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian UNPAD
p-ISSN No. 2528-4576 / e-ISSN No. 2615-7411
8
Agricore Volume 4 Nomor 2, Des 2019
Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian UNPAD
p-ISSN No. 2528-4576 / e-ISSN No. 2615-7411
Pihak pemerintah lewat Ibu Chakrawati menghasilkan pemikiran baru atau sintesis.
mengatakan bahwa komitmen petani organik Pemikiran baru tersebut terlihat dari gaya
terkait sertifikasi masih rendah. Inkonsistensi bertani yang dilakukan petani. Gaya bertani
petani dalam bertani organik ini diakui sangat yang akan dibahas di sub bab ini tidak hanya
menyulitkan pihak pemerintah yang ingin yang berkaitan dengan budidaya, melainkan
membantu petani. Hal ini pun akan seluruh manuver petani dalam menghadapi
menyebabkan target tercapai. Kerja keras dan struktur yang ada. Gaya bertani di Semai
dana yang telah digulirkan pemerintah pun Organik dan Eco Camp memiliki perbedaan
akan sia-sia. Kejadian ini sudah cukup sering yang tercermin dalam berbagai aspek yang
terjadi, bahkan dikonsiderasikan sebagian akan dijelaskan pada tabel berikut.
kejadian “biasa”. penciptaan petani organik Gaya bertani Gaya bertani
yang tersertifikat tak kunjung No Kegiatan
Semai Organik Eco Camp
Sistem Pengawasan Produk Organik 1 Pemiliha • Benih
n benih • Benih komersial
Pihak Inofice menyatakan masih banyak komersial direndam
modus-modus penyalahgunaan sertifikat direndam semalaman
semalaman menggunaka
organik oleh petani terutama di toko besar, menggunakan n bio
seperti supermarket. Dalam menangani air mineral) compound
beberapa kasus penyalahgunaan sertifikat • Beberapa • Menggunaka
organik seperti di atas, Inofice mengaku tanaman n benih yang
kewalahan. Menurut Rizky, SDM LSO tidak menggunakan diklaim
benih hasil organik dari
akan mampu melakukan pengawasan secara
pembenihan Pastur
intensif di tiap toko. Maka, Ia sangat sendiri dari Agatho
mengandalkan laporan dari distributor, kebun organik (hanya
konsumen, dan masyarakat lainnya. sedikit)
Meskipun jarang, Inofice sudah pernah 2 Proses • Media semai • Media semai
beberapa kali mendapat laporan dari penyema dibuat dari menggunaka
ian pupuk bokashi, n pupuk
masyarakat terkait penyalahgunaan sertifikat. tanah, dan kompos yang
Selain LSO, pihak lain yang berwenang untuk sekam bakar diayak dan
(1:1:1) dicampur
melakukan sanksi seperti pencabutan baglog
sertifikat adalah Penyidik Pegawai Negeri 3 Pembibit • Seluruh bibit • Bibit yang
Sipil (PPNS) dari Kementerian Pertanian. an yang digunakan
Menurut Rizky, LSO sudah beberapa kali digunakan sebagian
mengirimkan surat terkait penyalahgunaan adalah bibit merupakan
sertifikat organik tetapi tidak pernah ada organik hasil bibit organik
produksi hasil
tanggapan. Pihak dinas melalui Ibu sendiri produksi
Chakrawati pun menyatakan tidak ada sendiri, dan
lembaga khusus dari pemerintah yang sebagian
mengawasi pemasaran produk organik. kecil
membeli dari
Hasil Dialektika Struktur dan Agensi pihak luar
4 Pengolah • Tanah diolah • Tanah diolah
Semai Organik dan Eco Camp an lahan secara manual dengan
Setiap petani memiliki agensi tersendiri dalam menggunakan teknik
cangkul double
menanggapi struktur yang ada. Agensi petani
• Tanah digging
tersebut dipengaruhi oleh latar belakang dicampur • Media tanam
pengetahuan dan pengalamannya selama dengan pupuk terbuat dari
bertani. Proses dialektika yang terjadi antar bokashi olahan
agensi petani dengan struktur yang mengikat • Apabila pH sampah
tanah asam, rumah
9
Agricore Volume 4 Nomor 2, Des 2019
Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian UNPAD
p-ISSN No. 2528-4576 / e-ISSN No. 2615-7411
10
Agricore Volume 4 Nomor 2, Des 2019
Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian UNPAD
p-ISSN No. 2528-4576 / e-ISSN No. 2615-7411
No Kegiatan
Gaya bertani Gaya bertani 2016 dan lebih berhati-hati dalam
Semai Organik Eco Camp menentukan bahan input produksi dibanding
sudah berakhir,
Eco Camp. Jadi walaupun input produksi
pengelola
menengaskan tersebut belum ada kejelasan dalam SNI,
bahwa pihak Eco Camp tanpa ragu akan
keorganikan menggunakan bahan tersebut selama
produknya tidak menurutnya tidak merusak alam.
berubah
Ucapan Terimakasih
Kesimpulan
Ucapan terimakasih sebesar-besarnya saya
Adanya ketentuan yang tertuang dalam sampaikan kepada seluruh pihak yang
Permentan 64 tahun 2013 dan SNI 6729- membantu penulis hingga jurnal ini bisa
2002 mengenai kewajiban petani organik diselesaikan. Adapun berbagai pihak yang
untuk mensertifikasi produknya telah bersedia menjadi informan dalam jurnal
menimbulkan berbagai macam polemik. ini yaitu pihak Semai Organik, Eco Camp,
Menanggapi polemik tersebut, seharusnya Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura
pihak pemerintah, LSO, petani dan pihak Provinsi Jawa Barat, dan pihak Inofice.
akademisi bersinergi untuk mendiskusikan
polemik tersebut dalam suatu forum yang Daftar Pustaka
nantinya akan menghasilkan revisi kebijakan
dan program riil seperti kebijakan biaya Badan Standardisasi Nasional, 2016. Sistem
sertifikasi dan perbaikan sistem pengawasan Pertanian Organik SNI 6729:2016.
produk organik. Creswell, J. W. 1998. Research Design
Qualitative and Quantitative
Keberadaan sertifikat organik pada usaha tani Approaches. London. Sage
organik belum tentu menentukan Publications.
keorganikan produk yang dihasilkannya. Daniel. Gudon Esje. 1998. Menggugat
Sebagai contoh di Semai Organik yang masa Revolusi Hijau Order Baru. Wacana
berlaku sertifikat organiknya sudah berakhir No.12/Juli-Agustus
sejak tahun 2013 dan Eco Camp yang sama Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian
sekali tidak pernah melakukan sertifikasi Pertanian. 2016. Dukungan
organik. Keduanya tetap menjaga Perlindungan Perkebunan
keorganikan produk yang dihasilkannya. Hal Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2016.
yang membuat Semai Organik tetap Petunjuk Teknis Pengembanga Desa
mempertahankan keorganikkan produknya Pertanian Organik Padi Tahun 2016.
yaitu harapan untuk resertifikasi dan budaya Fibl. 2018. Organic Agriculture Worldwide
pengelola. Di Eco Camp, prinsip pelestarian 2016: Current Statistics.
lingkungan dan nilai agama yang kuat Hebinck, PGM, and JD Van der Ploeg. 1997.
menjadikan Eco Camp tetap bertani secara Dynamics of Agricultural Production.
organik. An Analysis of Micro-Macro
Terdapat perbedaan gaya bertani dan cara Linkages". in: Haan, de H and N. Long
pandang petani yang pernah disertifikasi (eds.), Images and realities of rural
(Semai Organik) dan petani yang belum life. Wageningen perspectives on rural
pernah disertifikai (Eco Camp). Perbedaan transformations, Assen, Royal van
ini disebabkan oleh perbedaan struktur dan Gorcum, 1997, pp. 202-226.
agensi yang dimiliki petani Semai Organik Husnain.Et.Al.2005. Mungkinkah Pertanian
dan Eco Camp. Petani di Semai Organik Organik Di Indonesia? Peluang Dan
cenderung lebih menaati peraturan budidaya Tantangan. Inovasi
organik yang tercantum dalam SNI 6729- Vol.4/XVII/Agustus 2005
Inofice. 2017. Biaya Sertiffikasi.
11
Agricore Volume 4 Nomor 2, Des 2019
Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian UNPAD
p-ISSN No. 2528-4576 / e-ISSN No. 2615-7411
http://Inofice.Com/Index.Php/Biayas
ertifikasi (Diakses 23 November
2018 pk. 07.32)
Khoirulika.Rizka. 2014.Dialektika Petani
dalam Memilih Melakukan Pertanian
Organik.Skripsi. Universitas Gajah
Mada.
Mayrowani, Henny. 2012. Perkembangan
Pertanian Organik di Indonesia.
Bogor. Pusat Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pertanian.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor.
64/Permentan/OT.140/2013 Tentang
Sistem Pertanian Organik
Pusat Standardisasi Dan Akreditasi
Departemen Pertanian.2002.
Sertifikasi Bertahap Menuju
Pertanian Organik. Infomutu: Berita
Standardisasi Mutu Dan Keamanan
Pangan
Statistik Pertanian Organik Indonesia. 2013.
Bogor. Aliansi Organis Indonesia
12