Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Desa Batu Merah adalah salah satu desa di Kecamatan Lampihong

Kabupaten Balangan di Kalimantan Selatan yang mayoritas penduduknya

bermata penaharian sebagai petani karet. Berdasarkan Peraturan Presiden

Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman

Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal merupakan acuan bagi

Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam melakukan perencanaan,

penyelenggaraan, evaluasi dan pengendalian Percepatan.

Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang

peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat

ditunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau

bekerja pada sektor pertanian atau dari produk nasional yang berasal dari

pertanian. Pada abad ke-15 dan 16 bangsa-bangsa Portugis, Belanda, Inggris

dan bangsa Eropa Barat lainnya datang ke Indonesia dan negara-negara Asia

lainnya untuk memperoleh rempah-rempah dari dunia timur yang banyak

diminta oleh pasar Eropa barat. Tidak berapa lama kemudian bangsa Belanda

datang dengan jalan kekerasan dengan menghadapi perlawanan-perlawanan

dari raja-raja di Indonesia pada saat itu berhasil menguasai kepulauan

Nusantara, dikarenakan Indonesia pada waktu itu menjadi pusat produksi

bahan-bahan mentah pertanian yang penting (Mubyarto, 1989). Pertanian

merupakan sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduk Negara

berkembang seperti Indonesia. Padi merupakan produk pertanian pangan

yang utama dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan nasional dan

memberikan lapangan pekerjaan bagi sebagian penduduk Indonesia.


Beberapa faktor yang menyebabkan pentingnya keberadaan padi di

Indonesia diantaranya, proses produksi beras menyediakan kesempatan kerja

bagi 21 juta keluarga petani, beras merupakan bahan pangan pokok bagi

sekitar 95% penduduk Indonesia, dan sekitar 30% dari total pengeluaran

rumah tangga miskin dialokasikan untuk membeli beras (Suryana dkk, 2001).

Ada beberapa alasan mengapa sektor pertanian perlu dibangun terlebih

dahulu. Pertama, barang-barang hasil industri memerlukan dukungan daya

beli masyarakat. Karena sebagian besar calon pembelinya adalah masyarakat

petani yang mayoritas penduduk negara-negara sedang berkembang, maka

tingkat pendapatan mereka perlu ditingkatkan melalui pembangunan

pertanian. Untuk membangun pabrik-pabrik yang modern dan efisien,

diperlukan ukuran minimum, yaitu luas produksi yang optimal. Karena disini

diperlukan kelompok masyarakat yang lebih luas dengan daya beli yang

memadai. Kedua, untuk menekan ongkos produksi dari komponen upah dan

gaji diperlukan tersedianya bahan-bahan makanan yang murah, sehingga

upah dan gaji yang diterima dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan pokok

buruh dan pegawai. Ini bisa dicapai apabila produksi hasil pertanian, terutama

pangan, dapat ditingkatkan sehingga harganya bisa lebih murah dan

terjangkau oleh daya beli. Ketiga, industri juga membutuhkan bahan mentah

yang berasal dari sektor pertanian, dan karena itu produksi bahan-bahan

industri memberikan basis bagi pertumbuhan industri itu sendiri. Ditinjau dari

perspektif pertanian secara lebih luas lagi, pembangunan pertanian setidak-

tidaknya perlu mendapat perhatian yang memadai, sekalipun pilihan prioritas

pada kebijaksanaan industrialisasi sudah dijatuhkan. Pertama adalah adanya

keyakinan bahwa pertanian memiliki kemampuan untuk menghasilkan


surplus. Dan hal ini hanya mungkin terjadi jika produktivitas diperbesar

sehingga dapat menghasilkan pendapatan petani yang lebih tinggi yang

memungkinkan mereka menabung dan mengakumukasikan modal. Dengan

tingkat pendapatan yang lebih tinggi itu pula, pemerintah bisa menarik pajak

tanah atau pajak pendapatan yang lebih tinggi (Rahardjo, 1984). Sebagian

besar penduduk Indonesia adalah petani yang mana pada kenyataannya

masih merupakan petani yang tingkat kesejahteraannya rendah. Para petani

sangat mengharapkan adanya perubahan-perubahan dalam tingkat

kesejahteraannya hidupnya. Salah satu usaha bagi kita yang telah menjadi

ahli dalam pertanian atau yang masih menekuni ilmu pertanian adalah turut

menyampaikan harapan dari para petani itu dalam meningkatkan produksi

usaha taninya yaitu dengan melakukan penyuluhan-penyuluhan pertanian

agar terjadi perubahan-perubahan yang positif dalam pengelolaan usaha tani

mereka (Wiriatmadja, 1986).

Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) Berbasis Sumber Daya

Lokal. Kegiatan P2KP ini dibuat untuk mencapai kondisi konsumsi pangan

yang belum sesuai harapan dan belum optimalnya pangan lokal dalam

mendukung penganekaragaman konsumsi pangan (Badan Ketahanan

Pangan, 2009). Pemenuhan keragaman konsumsi pangan selain berkaitan

dengan status kesehatan dan gizi masyarakat dapat juga dijadikan sebagai

gambaran pencapaian target Indikator Millenium Development Goals (MDGs).

Masih tingginya angka gizi kurang salah satunya disebabkan karena kualitas

makanan sebagian besar masyarakat masih belum bergizi seimbang

(Hermina & Prihatini, 2011).


Keragaman konsumsi pangan di Negara berkembang cenderung masih

rendah. Makanan sumber karbohidrat, terutama kelompok padi-padian

menjadi penyumbang utama energi untuk makanan yang dikonsumsi oleh

rumah tangga dibandingkan dengan kelompok makanan lainnya. Ruel (2003b)

dan Mekuria, Wubneh, dan Tewabe (2017) dalam penelitiannya menyebutkan

bahwa penduduk di negara berkembang, terutama pada kelompok penduduk

miskin cenderung lebih banyak mengonsumsi kelompok pangan yang

mengandung tepung, seperti beras, gandum, jagung dan kurang

mengonsumsi produk hewani, buah-buahan, dan sayuran segar.

Konsumsi makanan yang tidak diimbangi dengan kecukupan asupan sayuran,

buah, biji-bijian utuh, dan sumber pangan hewani memiliki konsekuensi

berupa densitas makronutrien dan mikronutrien rendah dan

ketersediaan biologis mineral yang rendah dan akan mengakibatkan

gangguan pertumbuhan, perkembangan, dan pertahanan terhadap

infeksi (Michaelsen dkk, 2009).

Keragaman konsumsi pangan merupakan upaya untuk mewujudkan

kecukupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Hal ini didasarkan pada fakta

bahwa tidak ada tidak ada makanan tunggal apapun yang mengandung

semua nutrisi yang dibutuhkan tubuh (Suryana, 2008). Semakin banyak

kelompok makanan yang dikonsumsi sehari-hari, maka semakin besar

peluang nutrisi tubuh dapat tercukupi(Labadarios, Steyn, dan Nel, 2011). Oleh

karena itu, penganekaragaman konsumsi pangan perlu dilakukan untuk

meminimalkan risiko defisiensi nutrisi tertentu akibat konsumsi yang bertumpu

hanya pada bahan pangan tertentu. Konsumsi pangan yang beragam dan

bergizi seimbang terbukti berdampak positif terhadap peningkatan kualitas


hidup Sumber Daya Manusia (SDM) (Parappurathu dkk, 2015; Hamid,

Setiawan, dan Suhartini, 2013; Suryana, 2008). Jika dihubungkan dengan

tingkat ketahanan pangan, keragaman konsumsi pangan berkontribusi

menopang pilar ketahanan pangan (Hoddinott dan Yohannes, 2002; Ruel,

2003; Parappurathu dkk, 2015). Ismiasih (2014) menyimpulkan dalam

penelitiannya bahwa tingkat diversifikasi atau penganekaragaman konsumsi

pangan dapat meningkatkan peluang rumah tangga untuk semakin tahan

pangan. Konsumsi energi dari berbagai macam jenis pangan menjadikan

konsumsi tidak hanya terfokus pada kelompok pangan tertentu saja, tetapi

menjadi semakin beragam alternative jenis pangan yang dapat dikonsumsi.

Oleh karena itu, konsumsi pangan yang beragam menjadi hal yang penting

untuk dilakukan. Adapun indikator untuk mengukur keragaman konsumsi

pangan adalah Pola Pangan Harapan (PPH).

Berdasarkan Badan Ketahanan Pangan tahun 2022, keragaman

konsumsi pangan penduduk Kabupaten Balangan selama periode 2021-2022

dalam peningkatan PPH, terbukti dengan meningkatnya skor dari 86,6

menjadi 89,1, namun masih belum memuaskan, dimana skor yang dicapai

belum mencapai skor idealnya yaitu 100. Selain itu skor PPH Kabupaten

Balangan selama kurun waktu 2021-2022 selalu berada di bawah skor PPH

nasional yaitu pada tahun 2021 mencapai skor 95,70 sedangkan tahun 2022

mencapai skor 96,80. Padahal jika ditinjau dri ketersediaan panganny,

Kabupaten Balangan terutama Desa Batu Merah 1 Kecamatan Lampihong

merupakan salah satu wilayah yang menghasilkan berbagai jenis pangan.

Selain itu, jika ditinjau dari aspek ketahanan wilayahnya, Desa Batu Merah

1merupakan desa terindentifikasi sebagai wilayah tahan pangan. Oleh karena


itu, kondisi keragaman konsumsi pangan di Desa Batu Merah menarik untuk

diteliti.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul “Analisis Keragaman Konsumsi

Pangan Keluarga Tani Di Desa Batu Merah 1 Kecamatan Lampihong”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana analisis keragaman konsumsi pangan keluarga tani Di Desa

Batu Merah 1 Kecamatan Lampihong?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka

tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana analisis keragaman konsumsi pangan

keluarga tani Di Desa Batu Merah 1 Kecamatan Lampihong.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

bagi Pemerintahan Desa Batu Merah 1 Kecamatan Lampihong dalam

memenuhi keragaman pangan konsumsi pada keluarga tani.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat untuk dapat

memberikan informasi yang konstruktif dan sistematis untuk dijadikan


bahan pertimbangan pemerintah Desa Batu Merah 1 Kecamatan

Lampihong dalam memenuhi keragaman pangan konsumsi pada keluarga

tani.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi meliputi usaha suatu masyarakat untuk

mengembangkan kegiatan ekonomi dan mempertinggi tingkat pendapatan

masyarakatnya, sedangkan keseluruhan usaha-usaha pembangunan juga

meliputi juga usaha-usaha pembangunan sosial, politik, kebudayaan. Dengan

adanya pembatasan diatas, pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai

suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk

masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Dari definisi tersebut diatas

dapat dilihat bahwa pembangunan ekonomi mempunyai 3 sifat penting, yaitu:

a. Suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi secara terus menerus.

b. Usaha untuk menaikkan tingkat pendapatan.

c. Kenaikan pendapatan perkapita itu terus berlangsung dalam jangka

panjang

Salah satu indikator utama untuk mengukur kemampuan masyarakat

adalah dengan mengetahui tingkat pendapatan masyarakat. Pendapatan

menunjukkan seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari

penggunaan kekayaan atau jasa yang diterima oleh seseorang atau rumah

tangga selama jangka waktu tertentu pada suatu kegiatan ekonomi. Setiap

responden yang bekerja menginginkan pendapatan atau keuntungan yang

maksimal supaya dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Pendapatan

seringkali digunakan sebagai indikator pembangunan suatu negara selain


untuk membedakan tingkat kemajuan ekonomi antara negara maju dengan

negara berkembang.

Pendapatan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam

menentukan laba atau rugi suatu usaha. Laba atau rugi diperoleh dengan

melakukan perbandingan antara pendapatan dengan beban atau biaya yang

dikeluarkan atas pendapatan tersebut. Pendapatan dapat digunakan sebagai

ukuran dalam menilai keberhasilan suatu usaha dan juga faktor yang

menentukan keberlangsungan suatu usaha. Penerimaan adalah hasil kali

antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pendapatan petani

merupakan penerimaan yang dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan

dalam usahatani dan pemasaran hasil pertanian. Berbagai faktor yang dapat

mempengaruhi pendapatan petani padi sawah diantaranya adalah luas lahan,

pendidikan formal dan kompetensi petani.

B. Penganekaragaman Pangan

Penganekaragaman Konsumsi Pangan, adalah beranekaragamnya jenis

pangan yang dikonsumsi penduduk mencakup pangan sumber energi, protein

dan zat gizi lainnya, dalam bentuk bahan mentah maupun pangan olahan

sehingga dapat memenuhi kebutuhan pangan penduduk baik kuantitas

maupun kualitas (Pusat Pengembangan Konsumsi Pangan, 2002). Dengan

adanya program penganekaragaman konsumsi pangan, diharapkan dapat

meningkatkan perkembangan gizi lebih mencukupi pada tingkat daerah

pedesaan, regional, dan nasional. Untuk mencapai keanekaragaman pangan

dan ketahanan pangan, maka perlu dilakukan adanya diversifikasi pangan.

Diversifikasi/ Penganekaragaman Pangan, adalah proses pemilihan pangan


yang tidak tergantung kepada satu jenis saja, tetapi terhadap macam-macam

bahan pangan mulai dari aspek produksi, aspek pengolahan, aspek distribusi

hingga aspek konsumsi pangan tingkat rumah tangga.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keragaman Konsumsi Pangan

Adapun terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keragaman

konsumi pangan yaitu sebagai berikut:

1. Umur

Umur sangat berkaitan dengan kemampuan fisik seseorang dalam

kegiatan usaha, pengalaman berusaha dan pengambilan keputusan

terhadap suatu kegiatan yang menyangkut dirinya, yang tentunya

berpengaruh terhadap pendapatan keluarga.

2. Pendidikan

Tingkat pendidikan formal merupakan salah satu indikator untuk

mengetahui kemampuan berpikir dan kualitas seseorang

3. Pendapatan

Pendapatan merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan rumah

tangga dalam berusaha dan merupakan indikator kesejahteraan

masyarakat dan pendapatan juga dapat berpengaruh pada pola konsumsi

4. Jumlah tanggungan keluarga

Jumlah tanggungan keluarga dalam suatu keluarga merupakan

beban keluarga dalam penyediaan segala kebutuhan hidup, tetapi disisi

lain merupakan sumber tenaga kerja untuk melaksanakan kegiatan usaha.


5. Pola Konsumsi Pangan

Rumah Tangga Pola pengeluaran dapat dipakai sebagai salah satu

alat untuk menilai tingkat kesejahteraan (ekonomi) penduduk, dan

perubahan komposisinya sebagai indikasi perubahan tingkat

kesejahteraan.

D. Penelitian Terdahulu

1. Alwiyah dan Dyah Hrilistyorini, dengan judul Kajian diversifikasi konsumen

pangan masyarakat dengan tingkat pendapatan keluarga di Kabupaten

Sumenep. Tujuan penelitian untuk Menganalisis bagaimana diversifikasi

pola konsumsi pangan masyarakat pada berbagai tingkat pendapatan

keluarga di Kabupaten Sumenep. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

Faktor rendahnya tingkat pendapatan masyarakat memberikan kontribusi

besar terhadap rendahnya skor PPH. Skor PPH yang rendah dapat

mendominasi pada setiap kelompok pendapatan, meskipun mempunyai

kecenderungan penurunan persentase dengan adanya kenaikan

pendapatan keluarga pada kelompok tingkat pendapatan yang tinggi

(diatas 1,5 juta perbulan), persentase skor PPH rendah (<60,9) masih

paling tinggi dibandingkan kelompok skor PPH diatasnya, meskipun

perbedaannya tidak begitu signifikan. Hal ini dimungkinkan karena pada

dasarnya banyak hal yang dapat mempengaruhi pola konsumsi pangan

masyarakat.

2. Setiani, dengan judul Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi berbagai

bahan pangan dari pembeli oleh rumah tangga petani desa tahan dan

rawan pangan. Adapun tujuan penelitian Untuk menganalisis faktor-faktor


yang mempengaruhi konsumsi berbagai bahan pangan dari pembeli oleh

rumah tangga petani desa tahan dan rawan pangan. Hasil penelitian

menunjukkan Hasil penelitian adalah sebagai berikut: (1) konsumsi serealia

dari pembelian di kedua lokasi penelitian secara nyata dipengaruhi oleh

jumlah produksi padi dan jumlah anggota rumah tangga; (2) konsumsi ubi-

ubian dari pembelian di kedua lokasi penelitian secara nyata dipengaruhi

oleh faktor jumlah anggota rumah tangga; (3) konsumsi pangan hewani

dari pembelian di desa Rawan Pangan dipengaruhi secara nyata oleh

pengetahuan ibu dan pendapatan, sedangkan di desa tahan pangan hanya

dipengaruhi secara signifikan oleh pengetahuan ibu.

3. Martina dan Rahmi Yuristia, dengan judul Analisis Pendapatan Dan

Pengeluaran Rumah Tangga Petani Padi Sawah Di Kecamatan Sawang

Kabupaten Aceh Utara. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis

pendapatan dan pengeluaran rumah tangga petani padi sawah di

Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Utara. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa pendapatan rumah tangga petani bersumber dari pendapatan

pertanian dan non pertanian dengan total pendapatan seluruh responden

sebesar Rp.1.311. 543.637/tahun dengan rata-rata sebesar Rp 37.472.675,

34/KK/tahun dan dari pendapatan tersebut dimanfaatkan untuk memenuhi

kebutuhan pangan dan non

pangan sebesar Rp 33.473.514,29/KK /tahun. Sedangkan tingkat

kesejateraan rumah tangga petani tergolong rendah berdasarkan struktur

pendapatan dan struktur pengeluaran tersebut.

4. Purwati, dengan judul Analisis Konsumsi Pangan Dan Pendapatan

Rumah Tangga Peserta Program Pekarangan Pangan Lestari (P2l)


Di Kota Pekanbaru. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

karakteristik peserta, profil usahatani P2L, konsumsi pangan, pendapatan

dan pengeluaran rumahtangga serta faktor-faktor yang mempengaruhi

konsumsi pangan rumah tangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pada umumnya umur peserta P2L berada pada kelompok usia produktif

dengan tingkat pendidikan tamatan SMA dan jumlah anggota keluarga 3-4

orang. Modal usahatani P2L berasal dari bantuan Badan Ketahanan

Pangan Kementerian Pertanian. Modal kelompok P2L pengembangan

sebesar Rp 15.000.000, sedangkan modal kelompok P2L penumbuhan

sebesar Ro 60.000.000. Pengalaman usahatani P2L peserta adalah 1-2

tahun.

5. Dewi Prasetyaningtyas, Triska Susila Nindya. Dengan judul Hubungan

Antara Ketersediaan Pangan Dengan Keragaman Pangan Rumah Tangga

Buruh Tani. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

ketersediaan pangan dengan keragaman pangan rumah tangga buruh tani

di Kabupaten Bojonegoro. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

hubungan antara ketersediaan pangan dengan keragaman pangan rumah

tangga buruh tani di Kabupaten Bojonegoro.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini adalah metode diskriptif dengan teknik

kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan tipe penelitian yang bertujuan untuk

menggambarkan sebuah karakter suatu variabel, kelompok atau gejala sosial

yang sedang terjadi ditengah masyarakat. penelitian deskriptif kualitatif pada

hakikatnya adalah metode penelitian yang digunakan untuk peneliti objek

yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik

pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data

bersifat indukatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari

pada generalisasi (Sugiyono, 2018:1).

B. Populasi dan Sampel

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini memakai teknik

sampel acak sederhana yaitu bila setiap orang dalam populasi diberi peluang

yang sama untuk terpilih. Metode ini merupakan metode yang cukup mudah

dan biasa digunakan pada populasi yang memuat karakteristik unit yang

bersifat relatif homogen.

C. Jenis dan Sumber Data

1. Data primer

Data primer dalam proses penelitian didefinisikan sebagai

sekumpulan informasi yang diperoleh peneliti langsung dari lokasi


penelitian melalui sumber data pertama (responden atau informen,

melalui wawancara) atau melalui hasil pengamatan yang dilakukan sendiri

oleh peneliti (Martono:2014).

a. Observasi

Observasi yaitu teknik yang digunakan secara langsung pada

objek untuk mendapatkan data dengan melihat, mengamati, dan

mencatat mengenai hal-hal yang ada kaitannya dengan permasalahan.

b. Wawancara

Teknik wawancara yaitu teknik yang dilakukan dengan

mengadakan tanya jawab secara langsung kepada pihak-pihak yang

berkaitan atau yang berkompeten dengan cara mengadakan wawancara

secara bebas dan memfokuskan pertanyaan-pertanyaan pada

masalahnya yang sudah terstruktur serta adanya izin dari pihak instansi

terkait untuk memberikan keterangan terhadap permasalahan dalam

penelitian dan juga keterbukaan informan dalam memberikan

pernyataan terkait permasalahan tersebut.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah benda atau objek yang memiliki Karakteristik

berupa tek tertulis (Martono, 2014). Dokumen ini dapat berupa dokumen

pemerintah, hasil penelitian, foto-foto atau gambar, buku harian,

rekaman video, laporan, keuangan, undang-undang, hasil karya

seseorang, dan sebagainya. Dokumen tersebut dapat menjadi sumber

data pokok, dapat pula hanya menjadi data penunjang dalam

mengeksporasi masalah penelitian (Matono, 2014).


Dokumentasi merupakan sebuah metode pengumpulan data yang

dilakukan dengan mengumpulkan berbagai dokumen yang berkaitan

dengan masalah penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder dimaknai sebagai data yang tidak diperoleh dari

sumber pertama. Dalam hal ini, peneliti berada dalam posisi orang

pertama yang mengumpulkan data. Dengan memanfaatkan data

pendukung yang dapat mendukung dan memperjelas data primer agar

mampu menjawab permasalahan penelitian. Data sekunder diperoleh dari

kegiatan penelaahan baik berupa buku maupun informasi-informasi yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti.

Data Sekunder dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh

berupa data mentah hasil dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

Maret 2022. Wilayah yang menjadi fokus penelitian ini adalah Desa Batu

Merah 1 Kecamatan Lampihong dengan unit analisis yang diteliti adalah

rumah tangga sebanyak sampel.

D. Metode Analisis Data

Teknik analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,catatan lapangan, dan

bahan lainnya sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat di

infromasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2013:244).

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif

dan analisis inferensial berupa analisis regresi logistik biner untuk

menganalisis faktor sosial demografi dan ekonomi yang memengaruhi


keragaman konsumsi pangan, sedangkan untuk mengkaji apakah terjadi

variasi keragaman konsumsi pangan antarwilayah ekskeresidenan digunakan

analisis kruskal wallis. Analisis korelasi spearman digunakan dalam penelitian

ini untuk mengkaji adanya hubungan antara keragaman konsumsi pangan dan

tingkat ketahanan pangan keluarga tani.

E. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan untuk menganalisis faktor sosial demografi dan

ekonomi yang memengaruhi keragaman konsumsi pangan rumah tangga

dibagi menjadi dua, yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Variabel terikat

yang digunakan adalah keragaman konsumsi pangan rumah tangga. Variabel

tersebut diukur melalui skor pola pangan harapan (skor PPH).

Adapun variabel bebas yang digunakan yaitu umur, jenis kelamin, dan

pendidikan kepala rumah tangga, pendapatan perkapita rumah tangga, status

daerah tempat tinggal, dan jumlah anggota rumah tangga.

Sementara itu, untuk menganalisis hubungan antara keragaman

konsumsi pangan dengan tingkat ketahanan pangan di Desa Batu Merah 1

Kecamatan Lampihong Kabupaten Balangan, maka variabel bebas yang

digunakan adalah keragaman konsumsi pangan yang diukur menggunakan

skor PPH, sedangkan variabel terikatnya adalah tingkat ketahanan pangan

keluarga tani diukur menggunakan metode klasifikasi Jonsson dan Toole.

F. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Batu Merah 1 Kecamatan Lampihong

Kabupaten Balangan.

Anda mungkin juga menyukai