Anda di halaman 1dari 86

SKRIPSI

Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


1
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara Agraris yang merupakan
bidang sangat strategis karena menyangkut sendi kehidupan manusia.
Kebutuhan manusia akan hidup itu dengan apa yang di makan,
berdasarkan kenyataan ini bahwa masyarakat di Indonesia memahami
dan mengetahui apa saja kebutuhan manusia untuk keberlangsungannya
dalam kehidupan.
Kecukupan akan pangan dan gizi bagi setiap individu selamanya
mendapatkan prioritas utama serta perhatian lebih pada masyarakat
dunia, Baik di Negara maju maupun Negara sedang berkembang. Salah
satu indikatornya seperti yang dikemukakan Suryana dikutip oleh Rakhby
(2003:101-102)
.Dengan berlangsungnya world for summit
pertama oleh FAO pada tahun 1974 penyataan yang
paling utama yakni semua negara dan masyarakat dunia
secara keseluruhan mengupayakan untuk menghilangkan
kelaparan dan kekurangan gisi dalam waktu satu
dekade...

Memahami bahwa data di atas menunjukkan adanya pernyataan dari
FAO sehingga kebutuhan akan pangan merupakan salah satu yang utama
untuk keberlangsungan hidup masyarakat.

SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


2
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
Data Badan Pusat Statistik menunjukkan luas tanam jagung tahun
2007 hanya 3.797 hektare, atau turun jauh dibanding tahun 2006 yang
mencapai 4.499 hektare. Penurunan pun terjadi pada produksi jagung dari
26.265 ton tahun 2006 menjadi 23.711 ton tahun 2007. Kepala Kantor
Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian Perikanan Kehutanan
Kulon Progo Bambang Tri Budi mengatakan saat ini pihaknya masih terus
mencari cara untuk meningkatkan jumlah produksi jagung, salah satunya
dengan menggunakan bibit unggul hibrida (http://www.kompas.com).
Untuk memperkuat komitmen bersama tersebut maka pada
konferensi tingkat tinggi pangan sedunia pada tahun 1996 yang
diselenggarakan oleh FAO yang memberikan penekanan yang lebih besar
akan pentingnya konsep ketahanan pangan bagi setiap orang dalam
upaya menghilangkan kelaparan di seluruh negara.
Bagi indonesia, jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah
padi. Bahkan, di beberapa tempat, jagung merupakan bahan makanan
pokok utama pengganti beras atau sebagai campuran beras. Kebutuhan
jagung di indonesia saat ini cukup besar yaitu lebih dari 10 juta ton pipilan
kering per tahun.
Di Indonesia tanaman jagung sangat dimanfaatkan sepenuhnya
sehingga merupakan makanan pokok sebagai sumber karbohidrat selain
nasi di daerah tersebut. Sehingga dalam beberapa aspek Jagung
merupakan tanaman semusim dalam satu siklus, hidupnya diselesaikan
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


3
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
dalam 80-150 hari paruh pertama dari siklus tersebut merupakan tahap
pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua tahap pertumbuhan generatif
(http://id.wikipedia.org/wiki/Jagung).
Indonesia mencerminkan perbedaan yang sangat beragam dari
bermacam-macam budaya baik antara suku bangsa di Indonesia maupun
dari budaya luar. Berawal dari pandangan umum bahwa makanan di
setiap wilayah tidak dapat dilepaskan dari tiga faktor penting yaitu iklim,
sumber daya alam, dan kebiasaan masyarakat, sehingga di indonesia
makanan sangat beragam jenisnya dan menarik, Jadi ketiga faktor
tersebut melatarbelakangi perkembangan budaya makan yang terkait
dengan aspek-aspek historis dan di samping kultur masyarakat setempat.
Sulawesi Selatan merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang
memiliki nilai strategis dalam konstalasi pembangunan Indonesia. Selain
memiliki sumberdaya alam yang cukup besar, khususnya di bidang
Pertanian salah satunya yaitu Perkebunan Jagung. Di Sulawesi selatan
jagung merupakan tanaman pangan yang banyak ditanam petani
Sulawesi Selatan akhir-akhir ini karena ekspor yang cukup baik untuk
permintaan pakan ternak. Total produksi jagung Sulawesi Selatan adalah
lebih kurang 661.241 ton dengan luas tanam 192.456 ha.
Mempertimbangkan luas lahan yang tersedia dan maksimalisasi teknologi,
diperkirakan produksi jagung masih dapat dinaikkan hingga 2 kali lipat.
Daerah yang potensial untuk pengembangan komoditi ini terutama adalah
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


4
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
Kabupaten Takalar, Bone, Jeneponto, Bulukumba dan Gowa.Oleh karena
itu Sulawesi Selatan memiliki keunggulan komparatif sekaligus kompetitif
untuk kegiatan investasi.
Budaya makan yang berdampak munculnya masyarakat yang
konsumtif untuk memahami bahwa masyarakat sebagai masyarakat
penyantap makanan memiliki hak untuk mendapatkan makanan baik dan
hak untuk mendapatkan proses produksi makanan yang baik pula
Kepercayaan suatu masyarakat tentang makanan berakibat pada
kebiasaan makan serta berakibat pula pada kondisi gizinya. Bagi
antropologi kebiasaan makan sebagai sesuatu yang sangat kompleks
karena menyangkut tentang cara memasak, suka atau tidak suka serta
adanya berbagai kepercayaan dan persepsi mistis atau takhayul yang
berkaitan dengan kategori makan, produksi, persiapan dan konsumsi
makanan (Foster dan Anderson, 1986:313).
Keterikatan sosial pada makanan muncul ketika makanan
disajikan dalam berbagai peristiwa yang dialami individu ataupun
masyarakat. Peristiwa yang mengacu pada siklus kehidupan manusia
seperti kelahiran, menikah dan kematian selalu dihadirkan dan ditandai
dengan berbagai ritual yang dilengkapi dengan adanya ragam makanan
serta makan bersama baik dengan anggota keluarga maupun teman.
Kebersamaan menjadi inti dari keterikatan masyarakat ketika makan
bersama Maka dengan itu masyarakat merupakan pelaku yang sangat
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


5
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
konsumtif mengingat kebijakan atas asumsi tersebut tidak semuanya
berasal dari sasaran gizi yang ditentukan secara khusus dan telah
dianalisa, Melainkan hal yang ingin dicapai dalam peningkatan hasil
produksi tersebut diarahkan dan terjadi ketergantungan akan makanan
pokok pada penyalur-penyalur luar negeri dan lebih untuk memperluas
barang-barang mentah untuk keperluan industri dan sebagai penyedia
bahan makanan yang cukup bagi setiap konsumen guna menjaga
stabilitas harga (Alan Berg dikutip oleh Rakhby, 1986:77).
Berbagai hasil penelitian dari aspek sosial budaya pangan yang
pernah dilakukan di wilayah Indonesia seperti Maluku, Nusa Tenggara
Timur, Sulawesi Tenggara, Papua menunjukkan bahwa masyarakat di
wilayah-wilayah tersebut memiliki kebiasaan menggunakan pangan yang
spesifik yang disesuaikan dengan ketersediaan pangan setempat.
Selama ini politik pangan pemerintah telah menempatkan beras
sebagai salah satu makanan pokok masyarakat. Namun ukuran
ketahanan pangan selalu dilihat dari jumlah produksi padi dan
ketersediaan beras yang dikuasai pemerintah sehingga tidak dapat
dipungkiri lagi bahwa beras sudah menjadi bahan pokok yang paling
mutlak di negeri ini. Terkait dengan masalah bagaimana untuk memilih
jenis makanan tertentu sebagai bahan makanan yang dianggap mudah
untuk didapatkan jenisnya, makanan tersebut bisa tersedia selama
mereka hidup.dengan modal budaya yang dimiliki. Tidak jarang suatu
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


6
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
masyarakat memberikan makna tertentu pada jenis makanan dan bahan
makanannya dalam lingkungan sosial budayanya dimana pada titik
tertentu bisa menjamin ketersediaan dan kestabilan pangan sehingga
mudah untuk dikonsumsi oleh masyarakat yang ada dalam lingkungan
sosial budaya tersebut (Adam Sulaeman, 2008:2-3).
Sampai saat ini makanan yang berbasis jagung sangat berarti dan
merupakan bahan pangan yang sangat dibutuhkan di dalam masyarakat
selain itu juga sagu, kentang dan ubi jalar. Jagung di luar negeri
merupakan bahan pangan yang sangat penting selain gandum dan padi
sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika tengah dan Amerika
Selatan dan jagung merupakan sumber pangan di Amerika serikat.
Dengan beranjak pada kenyataan-kenyataan di atas maka penulis
tertarik untuk mengangkat masalah ini dalam penulisan skripsi dengan
judul Kanre Lumu ( Studi Tentang Kebiasaan Makan Berbasis
Jagung Di Desa Batujala Kecamatan Bontoramba ).
B. Rumusan Masalah
Bagi sebagian besar masyarakat di indonesia, jagung sudah
menjadi konsumsi sehari-hari. Biasanya jagung di buat dalam bentuk
makanan seperti nasi jagung atau kanre lumu (yang merupakan makanan
pokok), bubur jagung, dan juga sebagai bahan kue, serta masih banyak
lagi makanan tradisional yang terbuat dari jagung.
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


7
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
Sehingga diajukan beberapa permasalahan yaitu:
1. Bagaimana pengetahuan masyarakat di komunitas Batujala mengenai
jagung sebagai makanan pokok/pangan utama?
2. Apa saja jenis-jenis makanan yang berbasis jagung yang ada di
komunitas Batujala?
3. Bagaimana proses pengolahan dan penyajian makanan berbasis
jagung di komunitas Batujala?
C. Tujuan dan Kegunaan
1. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian
yakni:
a. Untuk mengetahui alasan masyarakat di komunitas Batujala
memilih kanre lumu (nasi jagung) sebagai makanan pokok
b. Menjelaskan jenis-jenis makanan yang berbasis jagung yang ada
di komunitas Batujala
c. Guna mempelajari proses pengolahan dan penyajian makanan
berbasis jagung di komunitas Batujala
2. Kegunaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam
kegiatan praktis maupun akademik antara lain sebagai berikut :
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


8
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
a. Sebagai bahan acuan pemerintah khususnya di kabupaten
Jeneponto untuk lebih memperkenalkan kanre lumu sebagai salah
satu makanan pokok di daerah jeneponto selain beras.
b. Sebagai bahan referensi mahasiswa dan kerangka acuan
penelitian selanjutnya
D. Kerangka Konseptual
Banyak faktor yang mendasari sehingga terjadi kebiasaan yang di
lakukan secara sadar dan berulang-ulang. Sugeng (2006) membahas
bahwa:

..kebiasaan-kebiasaan individu yang dimiliki oleh
sebagian besar warga masyarakat dan menjadi kebiasaan
sosial maka hal tersebut dapat di katakan sebagai
kebudayaan

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kebiasaan
makan nasi jagung atau kanre lumu merupakan kegiatan yang dilakukan
secara berulang-ulang dan terjadi kebudayaan yang secara tidak sadar
dilakukan. Selain itu juga kebiasaan merupakan kelakuan-kelakuan yang
tersusun dan terbentuk secara tidak disengaja atau tidak sadar.
Dari perspektif antropologi, gaya hidup merupakan hasil
penyaringan dari serentetan interaksi sosial, budaya dan keadaan.
Beberapa aspek sangat mempengaruhi gaya hidup dalam sebuah
masyarakat yang lebih khusus dalam kasus kebiasaan makan nasi jagung
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


9
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
atau kanre lumu. Ada beberapa variabel sepeti yang diungkapkan Pelto
(1981) yakni:
.karakteristik fisiologis masyarakat tersebut,
pemukiman atau lingkungan yang menyertainya dan
tentunya struktur keluarga itu sendiri dalam pengambilan
keputusan...

Seperti yang telah di kemukakan di atas, berasumsi bahwa faktor
terpenting selain dari gaya hidup, dan merupakan faktor yang sangat
penting dalam memenuhi tuntutan hidup adalah mengambil keputusan
dalam keluarga sehingga untuk memenuhi tuntutan hidup yakni dengan
kebiasaan makan keluarga.
Almatsier (2003:3 dan 8) berpendapat bahwa bahan selain obat yang
mengandung zat-zat gizi dan unsur-unsur atau ikatan kimia yang dapat
diubah menjadi zat gizi oleh tubuh. Makanan yang biasa dikonsumsi manusia
mempunyai berbagai macam jenis nama dan bentuknya serta kandungan
gizinya, seperti yang dikatakan Almatsier :
,,,,,,Makanan yang mengandung zat gizi banyak terdapat
pada bahan alami seperti padi-padian, umbi-umbian, sayur-
sayuran, biji-bijian, serealia, unggas dan sejenisnya.
Makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan
memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk tubuh,,,,,

Sedangkan Foster dan Anderson (2005:313) berpendapat bahwa
makanan dalam konteks budaya menurut para ahli antropologi
memandang kebiasaan makan sebagai suatu kompleks kegiatan masak
memasak, masalah kesukaan dan ketidaksukaan, kearifan rakyat,
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


10
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
kepercayaan-kepercayaan, pantangan-pantangan dan takhayul yang
berkaitan dengan produksi, persiapan konsumsi makanan. Pendeknya
sebagai kategori budaya yang penting dan sebagai suatu kategori budaya
yang penting ahli-ahli antropologi melihat makanan mempengaruhi dan
berkaitan dengan banyak kategori budaya lainnya meskipun mereka
mengetahui bahwa makanan yang utama bagi kehidupan.
Oleh karena itu makan merupakan kebutuhan biologis dan apa
yang dimakan dan segala sesuatu yang dimakan merupakan budaya.
Seperti yang dikatakan oleh Frans Apomfires (2002:1) menyatakan bahwa
makanan dalam pandangan sosial-budaya, memiliki makna yang lebih
luas dari sekedar sumber nutrisi terkait dengan kepercayaan, status,
prestise, kesetiakawanan dan ketentraman. Di sambung lagi menurut Sairi
Sjahfri dkk (2002:2) bahwa gagasan tentang apa yang boleh dan tidak
untuk dikonsumsi itu bukanlah pilihan individu tetapi adalah pilihan
masyarakat lingkungan individu untuk menjadi anggotanya. Artinya bahwa
masyarakat tempat individu itu menjadi bagian yang tidak terpisahkan
telah mewariskan gagasan yang berpola pada anggotanya tentang mana
yang termasuk makanan dan mana pula yang tidak.
Menurut (Irmayanti Meliono dan Budianto, 2004:65) kategori
makanan yang muncul adalah makanan yang boleh dimakan dan
makanan yang tidak boleh dimakan. Kategori tersebut berasal dari latar
belakang budaya masyarakat yang mengijinkan orang untuk untuk
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


11
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
memakan makanan tertentu sehingga latar belakang budaya dapat
berasal dari pandangan tradisional atau adat istiadat, pandangan hidup
ataupun agama. Makanan yang tidak boleh dimakan berarti makanan
tersebut dianggap sebagai makanan yang tidak sepatutnya dimakan atau
dengan kata lain dianggap haram karena tidak diijinkan oleh norma
budaya yang ada dan agama sehingga seseorang tidak akan bahagia
atau keselamatan kita terancam karena memakan makanan yang
seharusnya tidak dimakan.
Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah makan, kebutuhan
makan merupakan kebutuhan mendasar manusia sebagai bentuk-bentuk
dorongan, kebutuhan fisiologi yang ada pada semua organisme. Secara
biologi manusia adalah hewan, sehingga dengan demikian sekurang-
kurangnya menurut teori manusia tunduk pada hukum biologi. Bates yang
dikutip oleh Sulaiman (2007:12) menyatakan bahwa setiap manusia harus
berhubungan dengan kebutuhan makan sekaligus melakukan
penyesuaian yang memuaskan dengan makanan agar dapat
mempertahankan kelangsungan hidupnya namun demikian sebagai
hewan yang berkebudayaan manusia itu unik. Karena kebudayaan
tersebut merupakan unsur penambah bagi keteraturan-keteraturan
biologi manusia. Dalam hal ini makan sebagai bentuk kelakuan manusia.
Yang selalu tertata kehidupannya dalam pola budaya masyarakatnya
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


12
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
seringkali memodifikasinya, menghambat dan mengubahnya melalui
berbagai cara.
Kedudukan jagung dalam susunan menu makanan masyarakat
telah menjadi bagian dari budaya pada beberapa golongan etnik di
Sulawesi Selatan. Kebiasaan makan melalui proses sosialisasi dalam
sistem sosial masyarakat bersangkutan dan ditunjang oleh ketersediaan
bahan makanan di alam. Ketersediaan sumber daya alam ditentukan oleh
alam dan lingkungan geografisnya, hubungan antara makanan dan
dengan lingkungan fisik yang didukung oleh sektor ekonomi dan budaya
dan agama atau kepercayaan (Sulaiman,2008)
Asal mula produksi pangan bercocok tanam dan memelihara
binatang tak henti-hentinya dikaji secara arkeologis ini yang membuat
perdebatan secara teoritis mengapa hal itu bisa terjadi dan bagaimana hal
itu bisa berubah. Maka menurut Keesing (1999:42) salah satu alasan
ialah bahwa produksi pangan membawa perubahan besar pada
masyarakat ia meningkatkan populasi manusia dengan pesat dan
mengubah tata cara kehidupan di setiap benua kecuali Australia. Lalu
alasan yang kedua ialah bahwa produksi pangan, seperti halnya
urbanisasi, telah menghadapi tantangan serius pemberian teoritis untuk
pemahaman kita bagaimana dan apa sebabnya budaya berubah. Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bahan pangan tidak terlepas
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


13
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
dari kehidupan kita, sehingga produksi pangan mengalami evolusi secara
terpisah.
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling hakiki.
Sehingga konsep tentang ketahanan pangan di Indonesia berdasar pada
Undang-Undang nomor 7 tahun 1996, bahwa konsep ketahanan pangan
dapat diterapkan untuk menyatakan situasi pangan pada berbagai
tingkatan yaitu tingkat global, nasional dan tingkat rumah tangga serta
individu yang merupakan suatu rangkaian sistem hirarki
(file:///meningkatkan-ketahanan-pangan-indonesia-berbasis-sumber-daya-
lokal.html).
Foster dan Anderson (1986:330) berpendapat bahwa dalam
antropologi kesehatan, kemiskinan dan kekurangan akan pangan yang
memadai pada tingkatan tertentu, membatasi kemungkinan untuk
memperbaiki pangan jutaan penduduk yang menderita kurang pangan.
Sebaliknya sungguh mengecewakan untuk melihat betapa seringnya
praktek-praktek budaya menimbulkan kekurangan kebutuhan dasar,
kesadaran akan praktek-praktek demikian dan pengetahuan tentang
hambatan-hambatan yang harus diatasi untuk dapat merubah mereka
adalah sangat penting untuk membantu masyarakat memaksimalkan
sumber-sumber pangan yang tersedia bagi mereka.
Sehingga sangat berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan
seperti yang diungkapkan Nugraha Trisnu Brata (2007:130) bahwa
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


14
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
keluarga merupakan unit sosial terkecil yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak-anak. Sehingga keluarga terbentuk dari ikatan cinta kasih antara
seorang pria dengan wanita yang diresmikan atau diakui dalam suatu
lembaga perkawinan sesuai dengan peraturan pemerintah, adat atau
agama yang dianutnya
Uraian di atas menjelaskan keterkaitan antara keluarga dan
kebiasaan makan nasi jagung atau kanre lumu komunitas di desa
Batujala yang merupakan satu unit keluarga yang berperan aktif dalam
kegiatan konsumsi serta bahan pangan yang bersumber dari jagung
selain beras. Maka dari itu dapat dipastikan keluarga merupakan pelaku
konsumsi yang utama dalam satu komunitas tersebut. Selain itu keluarga
atau biasa juga disebut dengan rumah tangga menurut Koentjaraningrat
(1992:108) mengemukakan sebagai akibat dari perkawinan akan terjadi
suatu kesatuan sosial yang kesatuan ini mengurus ekonomi rumah tangga
sebagai kesatuan sosial.
Menurut Koentjaraningrat (2002:180) bahwa kebudayaan
merupakan keseluruhan sistem gagasan,tindakan dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri
manusia dengan belajar. Hal tersebut berarti bahwa hampir seluruh
tindakan manusia adalah kebudayaan. Karena hanya amat sedikit
tindakan manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang tak perlu
dibiasakannya dengan belajar yaitu hanya beberapa tindakan naluri
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


15
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
beberapa refleks, beberapa tindakan akibat proses fisiologi atau kelakuan
apabila ia sedang membabi buta. Bahkan berbagai tindakan manusia
yang merupakan kemampuan naluri yang terbawa oleh makhluk manusia
dan gen-nya bersama kelahirannya seperti misalnya makan, minum atau
berjalan dengan kedua kakinya, juga dirombak olehnya menjadi tindakan
kebudayaan.
Secara universal tidak ada kebudayaan yang tidak berubah dan
tidak adaptif terhadap berbagai bentuk perubahan. Hal inilah yang yang
menyebabkan kebudayaan bersifat dinamis dan adaptif, dinamika dan
adaptasi budaya berlangsung karena adanya perubahan-perubahan yang
melingkupi kehidupan manusia, baik yang bersifat fisiologis, demografis
maupun perubahan sosial.
E. Metode Penelitian
1. Tipe
Tipe ini ialah deskriptif kualitatif, yaitu dengan menguraikan
kebiasaan makan berbasis jagung di komunitas batujala terkait dengan
kanre lumu.
2. Teknik pemilihan lokasi
Dalam penelitian kualitatif lokasi penelitian ditentukan secara
purpossive (sengaja) Di Desa Batujala Kecamatan Bontoramba
Kabupaten Jeneponto, dengan pertimbangan bahwa di tempat inilah
komunitas batujala mengkonsumsi kanre lumu sebagai makanan pokok.
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


16
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
3. Teknik Pemilihan Informan
Pemilihan informan dalam penelitian ini ditentukan secara sengaja,
secara khusus mereka yang dianggap memahami betul dan dapat
memberikan informasi yang benar berkaitan dengan masalah penelitian,
diantaranya yaitu kanre lumu
4. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder, adapun metode pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Kajian pustaka dilakukan dengan cara membaca literatur yang
berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Pengumpulan
data seperti ini digunakan sebagai pengetahuan dasar dan juga
sebagai bahan perbandingan dalam melengkapi data-data yang
diperlukan selama proses penelitian.
b. Penelitian lapangan, yakni teknik pengumpulan data yang
dilakukan langsung dilokasi penelitian untuk memperoleh data
dengan menggunakan tehnik observasi dan wawancara.
Observasi, dilakukan dalam rangka melihat dan mengamati
aktivitas kehidupan masyarakat sebagai objek penelitian, dalam
kaitannya dengan masalah-masalah yang diteliti, dan ikut serta
dalam aktivitas-aktivitas tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk
memahami secara dekat dan agar yaitu teknik pengumpulan
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


17
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
data dengan melakukan pengamatan langsung terhadap
aktivitas masyarakat yang sedang diteliti. Wawancara, yaitu
teknik pengumpulan data dengan Tanya jawab langsung
dengan informan.
5. Metode Analisis
Mengingat penelitian ini adalah penelitian kulitatif, maka dalam
proses analisisnya penelitian ini akan sangat relevan jika menggunakan
model analisis deskriptif, untuk itu kemudian dikonstruksikan tahapan
analisis dengan diawali pengumpulan data, setelah itu dilakukan
kategorisasi dan diakhiri dengan pengintegrasian setiap isu dengan
melakukan reduksi data (pengambilan data). Data yang diperoleh
selanjutnya diklasifikasikan menurut proporsi kebutuhan penelitian,
artinya penulis berusaha menggambarkan serta menjelaskan tentang
bagaimana pengaruh kanre lumu terhadap kebiasaan makan pada
komunitas Batujala.







SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


18
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan nantinya akan di susun dan di
uraikan dalam lima bab sebagai berikut:
1. Bab Pertama : Berisi pendahuluan yang memuat uraian mengenai
latar belakang masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka
konseptual, metode dan teknik penelitian serta komposisi bab.
2. Bab Kedua : Memuat tinjauan Pustaka mengenai judul yang di
teliti
3. Bab ketiga : Gambaran umum lokasi penelitian yaitu daerah
yang akan di jadikan objek penelitian.
4. Bab keempat : Memuat data penelitian berupa data-data yang di
peroleh selama mengadakan penelitian serta pembahasan hasil
penelitian
5. Bab kelima : Penutup dan membuat hasil kesimpulan dari hasil
penelitian yang telah di lakukan serta saran-saran yang bersifat
membangun agar penelitian selanjutnya dapat lebih baik lagi.






SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


19
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebiasaan Makan
Menurut Suhardjo dkk (2006.13) yang dalam bukunya berjudul
Pangan, Gizi dan Pertanian mengemukakan bahwa kebiasaan makan
adalah cara seseorang atau sekelompok orang memilih pangan dan
memakannya sebagai reaksi terhadap pengaruh-pengaruh fisiologik,
psikologi, budaya dan sosial. Kebiasaan makan juga merupakan pola
pangan.
Para ahli antropologi, memandang kebiasaan makan merupakan
kompleks keseluruhan dari aktifitas yang berhubungan dengan dapur,
kegemaran, dan ketidaksukaan pada suatu jenis makanan, pepatah-
pepatah rakyat, kepercayaan, larangan-larangan dan takhyul yang
berhubungan dengan produksi, persiapan pengolahan makanan dan
konsumsi makan sebagai kategori pokok dari kebudayaan (Anderson,
1978).
Kebiasaan makan pada kelompok yang didasarkan status
hubungan rumah tangga mempengaruhi distribusi makanan kepada
anggota kelompok, yang menyangkut mutu dan jumlah makanan.
Foster (1986 : 313) mengemukakan para ahli antropologi
memandang kebiasaan makan sebagai suatu kompleks kegiatan masak-
memasak, masalah kesukaan dan ketidaksukaan, kearifan lokal,
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


20
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
kepercayaan-kepercayaan, pantangan-pantangan, dan tahayul-tahayul
yang berkaitan dengan produksi, persiapan dan konsumsi makanan,
dengan kata lain pangan memiliki kategori budaya yang penting. Dan
sebagai kategori budaya yang penting, pangan berkaitan dengan banyak
kategori budaya lainnya.
B. Konsep Makanan Pokok
Makanan pokok yang digunakan dalam suatu negara biasanya
menempati kedudukan tinggi. Penggunaan makanan tersebut lebih luas
daripada jenis makanan lainnya, besar kemungkinannya berkembang
karena dihasilkan dari tanaman setempat atau setelah dibawa ke tempat
tersebut tumbuh dengan cepat (Suhardjo, 2003). Makanan pokok
merupakan sumber energi atau tenaga untuk bekerja, bergerak,
bernafas, dan sebagainya.
Selain sebagai makanan pokok dapat digunakan sebagai makanan
selingan. Makanan pokok dapat dipilih dari :
1. Jenis padi-padian : beras, jagung, jewarut, gandum, dan hasil olahan
seperti tepung jagung, tepung beras, roti, mie.
2. Jenis umbi-umbian : ubi jalar, talas, kentang, gembili, serta tepung-
tepung seperti tepung singkong, tepung gaplek.
3. Jenis lain : sagu, pisang, sukun (Depkes RI, 1991).
Pola makanan yang diturunkan secara turun-temurun mempunyai
susunan cukup baik dan dapat memberikan zat-zat makanan yang
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


21
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
memenuhi kebutuhan gizi. Nilai yang baik ini dapat menurun, jika susunan
lauk pauk dan bahan makanan pokok yang digunakan berubah.
Penduduk Gunung Kidul misalnya pada mulanya menggunakan beras
sebagai makanan pokok. Adanya musim paceklik, penduduk mengubah
bahan makanan pokok itu dengan singkong. Tetapi perubahan itu tidak
disertai perubahan lauk pauk, karena singkong mempunyai nilai gizi lebih
rendah daripada beras, maka keadaan gizi masyarakat di daerah tersebut
sangat tidak memuaskan. Di Nusa Tenggara, sagu merupakan bahan
makanan pokok, dimakan bersama ikan dalam jumlah cukup banyak, ikan
cukup mudah ditangkap di daerah tersebut. Susunan zat-zat makanan
dalam pola makanan itu baik meskipun sagu sendiri bernilai gizi rendah
(Soedarmo dan Sediaoetama, 1985).
Makanan pokok sumber hidrat arang tidak perlu terpaku hanya
pada beras, tetapi dapat diselingi dengan sumber hidrat arang yang lain.
Dalam tubuh hidrat arang berguna antara lain untuk mendapatkan energi,
sebagai cadangan tenaga, dan memberi rasa kenyang. Salah satu
keuntungan hidrat arang adalah mempunyai volume yang besar. Hal ini
disebabkan oleh serat pada bahan makanan merupakan sumber hidrat
arang. Volume yang besar ini dapat memberikan rasa kenyang (Moehji,
1989).


SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


22
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
C. Jenis Makanan Pokok
Menurut Sutarwodjo (1983) bahan makanan pokok yang banyak
dikonsumsi di Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Beras
Merupakan bahan makanan pokok yang paling digemari bangsa
Asia pada umumnya termasuk Indonesia. Menu Indonesia sebagian
besar terdiri dari karbohidrat, hal ini dapat dilihat pada besarnya porsi
nasi setiap hari dihidangkan. Macam beras yang dikenal adalah beras
tumbuk, beras giling, dan beras merah. Beras adalah bahan makanan
yang susunan zat gizinya terdiri dari karbohidrat, phospor, dan thiamin
atau vitamin B1. Zat makanan lain meskipun kadarnya di dalam beras
rendah tetapi karena dimakan dalam jumlah banyak menjadi banyak
pula (Sediaoetama,1999).
Pada Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM, 2005), tiap 100
gram beras memiliki energi sebanyak 357 kkal, protein sebanyak 8,4
gram, hidrat arang sebanyak 73 gram. Selain dapat memberikan
energi dalam jumlah yang cukup, juga dapat memberikan protein
dalam jumlah cukup. Hal ini merupakan syarat utama yang harus
dipenuhi oleh bahan-bahan makanan yang akan digunakan sebagai
makanan pokok terutama bagi daerah yang sedikit sekali
menggunakan bahan-bahan makanan berasal dari hewani. Di daerah
yang masyarakatnya menggunakan makanan pokok bukan beras,
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


23
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
sering dijumpai adanya busung lapar karena kekurangan protein
dalam makanannya. Selain protein dan hidrat arang yang terdapat
pada beras cukup tinggi, beras juga mengandung vitamin B1 dalam
jumlah yang cukup (Moehji, 1989).
2. Jagung
Menurut sifatnya, jagung dibedakan sebagai berikut :
(Sediaoetama,1999).
1. Menurut warna butir jagung : putih, kuning, merah dan sebagian
berwarna ungu.
2. Menurut bentuk butiran jagung : butir gepeng dan bulat
3. Menurut konsistensi biji : biji butir keras (flint) dan biji lunak.
Di Indonesia jagung diolah sebagai bentuk beras untuk dimasak
lebih lanjut menjadi bahan makanan pokok, dapat pula direbus atau
dibakar sebagai makanan selingan. Pengolahan secara teknologi
makanan moderen ini mengubah nilai sosial jagung menjadi sangat
meningkat, dan merupakan suatu cara untuk membuat jagung lebih
banyak diterima masyarakat untuk dikonsumsi sebagai pilihan
alternatif pengganti beras.
Negara Meksiko dan negara-negara Amerika Tengah, jagung
menjadi bahan makanan pokok dan dikonsumsi dalam bentuk tortilla,
sejenis kue gepeng seperti opak di Indonesia (Sediaoetama, 1999).
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


24
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
Dalam Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM, 2005), tiap 100
gram jagung mengandung energi 366 kkal dan 9,8 gram protein.
Sediaoetama (1999) disebutkan kadar berbagai zat gizi di dalam
jagung pada umumnya sedikit lebih tinggi daripada beras, namun
demikian pengolahan dan digestibilitasnya lebih sulit dan lebih rendah
daripada beras.
Kadar protein, lemak, phospor, dan tiamin lebih tinggi di dalam
jagung bahkan aktivitas vitamin A jagung kuning menunjukkan kadar
tinggi, sedangkan beras tidak mengandung vitamin A. Sebaliknya
perbandingan kadar Ca terhadap P di dalam jagung terlalu rendah
sehingga tidak mendukung penyerapan Ca di dalam usus.
3. Singkong atau Ubi Kayu
Dari segi ilmu gizi, sebenarnya ubi kayu atau umbi-umbian
lainnya tidaklah tepat digunakan sebagai pengganti beras. Karena
selain memberi kandungan protein yang jauh lebih rendah juga
kandungan energi kurang. Rendahnya kadar protein di dalam ubi kayu
atau gaplek yang digunakan sebagai makanan pokok sering terkena
penyakit busung lapar yang disebabkan kekurangan protein (Moehji,
1989). Singkong diberi nilai sosial rendah oleh masyarakat sebagai
makanan kampung, sehingga agak sulit untuk menggalakkan
konsumsi singkong. Di beberapa daerah di Jawa, Sulawesi dan bagian
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


25
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
timur Indonesia, singkong digunakan sebagai campuran makanan
pokok selain beras dan jagung (Sediaoetama,1999).
Ada jenis-jenis singkong yang mengandung racun asam sianida
atau HCN. Jenis singkong ini biasanya digunakanuntuk membuat
tapioka, karena kadar patinya sangat tinggi. Susunan hidangan yang
berdasarkan singkong sebagai bahan makanan pokok memerlukan
suplementasi kebutuhan zat-zat gizi yang lebih banyak pada lauk-pauk
dan sayuran, serta buah.
Bila hal tersebut kurang makan akan terjadi defisiensi. Kadar
protein singkong sangat rendah, tidak mengandung vitamin A maupun
vitamin C. Kuantitas dan kualitas lauk pauk harus ditingkatkan
termasuk sayuran hijau (Sediaoetama, 1999).
4. Ubi jalar
Ubi jalar berwarna putih, kuning, orange sampai merah dan ada
juga yang berwarna kebiru-biruan, violet atau bintikbintik biru. Ubi yang
berwarna kuning, orange sampai merah banyak mengandung
karotenoid, merupakan unsur vitamin A.
Menurut wahida yang mengutip dari Hasil penelitian Haskell,
dkk (2004), menunjukkan bahwa kebiasaan mengkonsumsi ubi jalar
pada masyarakat pedesaan Bangladesh dapat meningkatkan kadar
vitamin A laki-laki dewasa sebesar 0,029 mmol. Penelitian yang
serupa juga dilakukan Jaarsveld . P, et.al (2005) ditemukan bahwa
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


26
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
dengan mengkonsumsi ubi jalar dapat meningkatkan kadar vitamin A
pada anak sekolah dasar.
Timbunan energi dalam ubi jalar berbentuk karbohidrat
sedangkan kandungan protein sangat rendah. Beberapa daerah di
Indonesia mengkonsumsi ubi jalar sebagai makanan pokok adalah
Irian Jaya, Mentawai, dan Nias. Ubi jalar diberi nilai sosial rendah oleh
masyarakat sehingga tidak banyak diminati untuk digunakan sebagai
makanan pokok sehari-hari (Sediaoetama,1999).
5. Sagu
Sagu adalah hasil ekstraksi bagian inti batang pohon sagu. Di
tepi-tepi pantai Sumatera Timur, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya
serta beberapa kepulauan Maluku dan Mentawai, terdapat hutan sagu
yang tumbuh liar secara alamiah. Sebagian masyarakat di daerah
tersebut memanfaatkan sagu untuk diambil pati atau amilum yang
terdapat di bagian tengah batangnya. Satu pohon sagu dapat
menyediakan bahan tepung untuk menyediakan bahan makanan
pokok bagi suatu rumah tangga yang terdiri atas 5 orang selama satu
bulan. Susunan zat-zat makanan di dalam sagu mirip dengan
singkong, bahkan kadar proteinnya lebih rendah (Sediaoetama, 1999).
Dalam Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM, 2005) disebutkan
untuk 100 gram sagu mengandung energi 231 kkal dan 0,6 gram
protein. Di daerah Maluku dan Sulawesi Utara, sagu dikenal sebagai
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


27
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
makanan papeda dan dalam bentuk kue kering. Papeda adalah
sejenis masakan bubur yang dapat ditambahkan sayur dan potongan
ikan. Di Pulau Siberut pada Kepulauan Mentawai, sagu digunakan
sebagai makanan pokok penduduk (Soedarmo dan Sediaoetama,
1985)
D.Konsep mengenai Ketahanan Pangan

.Menurut Suhardjo (2006 : 13) dalam
bukunya yang berjudul pangan, gizi dan
pertanian yakni pangan merupakan bahan-
bahan yang yang di makan sehari-hari untuk
memenuhi kebutuhan bagi pemeliharaan,
pertumbuhan, kerja dan pengganti jaringan tubuh
yang rusak...

Sejalan dengan yang di kemukakan ulang suhardjo (2006 : 13)
mengenai pangan yang bersifat pokok, Pangan dikenal sebagai pangan
pokok jikalau dikonsumsi secara teratur oleh suatu kelompok penduduk
dalam jumlah cukup besar untuk menyediakan bagian terbesar dari
konsumsi energi total yang dihasilkan oleh makanan.
Seperti pula yang dikatakan oleh Ginandjar Kartasasmitha (2005 :
01) mengatakan pangan merupakan segala sesuatu yang berasal dari
sumber hayati dan air, baik diolah maupun tidak diolah. Dimana sumber
hayati tersebut diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi
konsumsi manusia. Termasuk di dalamnya bahan tambahan pangan,
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


28
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
bahan paku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses
penyiapan, pengolahan serta pembuatan makanan atau minuman.
Hal serupa juga menegaskan tentang konsep tentang ketahanan
pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang
tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya, aman, merata dan terjangkau (Ginandjar Kartasasmita,2005
:01).
.............Menurut FAO 1992 ketahanan pangan
yakni situasi dimana semua orang dalam segala
waktu memiliki kecukupan jumlah atas pangan
yang aman dan bergizi demi kehidupan yang
sehat dan aktif (Jonathan Lassa, 2005)


Dengan demikian ketehanan pangan nasional merupakan agregat
dari ketahanan pangan rumah tangga yang perlu di perhatikan di sini adalah
bahwa konsep ketahanan pangan ini tidaklah harus sama artinya dengan
konsep swasembada pangan. Beberapa ahli sepakat bahwa ketahanan
pangan minimal mengandung dua unsur pokok yakni ketersediaan pangan
dan aksesbilitas masyarakat terhadap bahan pangan tersebut. Jika salah
satu unsur tersebut tidak terpenuhi, maka suatu negara belum dapat
dikatakan mempunyai ketahanan pangan yang baik. Walaupun stok pangan
cukup tersedia di tingkat nasional dan regional, tetapi jika akses individu
untuk memenuhi kebutuhan pangannya yang tidak merata, maka ketahanan
pangan dikatakan rapuh.
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


29
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
Menurut Adam Sulaiman (2008) yakni Masalah pangan
berdampak langsung terhadap ekonomi, berupa; (1) biaya untuk
pencegahan, pengobatan dan rehabilitasi, (2) biaya untuk pengobatan
penyakit sebagai akibat dari kurang makan, (3) biaya untuk makanan bayi
jika terjadi penurunan air susu ibu. Sedangkan dampak tak langsung berupa
(1) kehilangan produktivitas sekunder karena kecacatan fungsi kognitif, (2)
gangguan pertumbuhan fisik, (3) hilangnya kemampuan belajar, (4)
perubahan kebiasaan, (5) efek negatif terhadap kekurangan, (6)
berkurangnya kenikmatan hidup individu.
Masalah pangan di Indonesia sejak awal Pelita I sampai sekarang
dapat ditandai bentuknya sebagai berikut ; (1) kurang energi protein, (2)
kurang vitamin , (3) anemia, (4) gangguan akibat kurang yodium.









SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


30
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Kabupaten Jeneponto adalah salah satu daerah tingkat II di provinsi
Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibukota kabupaten ini terletak di Bontosunggu.
Kabupaten ini memiliki luas wilayah 749,79 km
2
dan berpenduduk sebanyak
330.735 jiwa. Kondisi tanah (topografi) pada bagian utara terdiri dari dataran
tinggi dengan ketinggian 500-1400 m, bagian tengah 100-500 m dan pada
bagian selatan 0-150 m di atas permukaan laut.
A. Sejarah, Kondisi Geografis dan Penduduk
Desa Batujala adalah salah satu desa dari dua belas desa/kelurahan
yang berada dalam wilayah kecamatan Bontoramba kota Jeneponto
Sulawesi Selatan. Desa ini sendiri memiliki sejarah yang cukup menarik.
Menurut cerita rakyat yang sudah turun temurun bahwa sebenarnya Batujala
itu diambil dari suatu cerita rakyat. Dimana pada zaman dahulu kala di
gunung Saukanga atau di Saukanga tiba-tiba muncul sebuah cahaya
kemudian menjelma menjadi seekor ayam bercampur emas. Masyarakat
kaget atas kejadian itu lalu semuanya berkumpul sambil berdoa tujuh hari
tujuh malam (abbarata/bertafakur). Saat itu matahari pun nampak kedinginan,
anginnya tenang, ayam tidak berkokok dan akhirnya kampung itu dinamakan
Parang Barata. Pada hari ketujuh ayam itu terbang menuju salah satu
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


31
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
perkampungan lalu kemudian masyarakat mengejarnya kemudian burung itu
ditangkap dengan alat yang sekarang disebut batujala. Namun ternyata alat
tersebut tidak dapat menangkapnya. Burung itu terbang ke Bontoramba
berubahlah menjadi seorang perempuan yang sangat cantik dan kelihatan
rambutnya. Kemudian perempuan itu menuju ke Maero di kampung itu
perempuan disebut dengan istilah mau atau ero.
Selain itu di zaman kerajaan Binamu hanya empat Toddo yang dapat
mengangkat raja atau karaeng Binamu yaitu Toddo Lentu, Toddo Bangkala,
Toddo Layu dan Toddo Batujala.
Pada tahun 1980 Desa Bulusibatang dimekarkan menjadi 3 Desa yaitu
Desa Bulusibatang, Desa Bulusuka dan Desa Persiapan Batujala yang
dipimpin oleh Abd Azis. Pada tahun 1983-1993 desa Batujala dipimpin oleh
Manganataran Dg. Labbang. Pada tahun 1993-2003 desa Batujala dipimpin
oleh H. Fakkihi Sikki setelah mengalahkan H. Sila dan Muh Yunus. Pada
tahun 2003-2008 desa Batujala dipimpin oleh Hartono setelah mengalahkan
delapan orang calon. Kemudian pada tahun 2008 kembali diadakan pilkades
dengan tiga orang calon desa Batujala kembali dipimpin oleh Hartono.
Desa Batujala terletak pada bahagian utara Kecamatan Bontoramba, sekitar
20 km dari ibukota kabupaten Jeneponto dengan batas-batas sebagai berikut
:
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


32
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
Sebelah Utara : Desa Marayoka Kec. Bangkala
Sebelah Timur : Desa Abulosibatang dan Kel. Bontoramba
Sebelah Selatan : Desa Maero
Sebelah Barat : Desa Bulusuka dan Desa Kapita Kec. Bangkala
Luas wilayah desa Batujala adalah 947 Km yang terdiri dari lahan
pertanian, kemudian persawahan tadah sekitar +100Ha, lalu lading/tegal
sekitar +650Ha, untuk pemukiman +14,80Ha dan sisanya daerah hutan
serta fasilitas umum sekitar 182,20Ha.
Jenis tanamannya berupa jagung kuning, padi, kacang-kacangan
(kedelai, kacang tanah,kacang panjang, kacang hijau), ubi kayu, bawang
merah dan sebagian lahan kering terisi dengan tanaman tembakau
terutama pada musim kemarau.
Pada umumnya iklim desa Batujala hampir sama dengan desa lain
di Kabupaten Jeneponto. Dimana curah hujan berkisar enam bulan yang
dimulai dari bulan Oktober sampai April. Sedangkan enam bulan
berikutnya adalah musim kemarau dimulai dari bulan Mei sampai
September. Desa Batujala memiliki tiga sungai hujan seperti halnya
sungai hujan yang ketika musim kemarau tiba sungai-sungai tersebut
mengalami kekeringan dan hanya akan mengalir ketika musim penghujan.
Desa Batujala memiliki jenis tanah berwarna abu-abu, tekstur tanah
lempungan dan berbatu-batu.
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


33
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
Untuk jumlah penduduk Desa Batujala per- April 2010 adalah 4.650
jiwa dengan jumlah kepala keluarga (KK) 1.223. gambaran penduduk
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel III.1
Keadaan penduduk Desa Batujala
Per April 2010

B. Pemerintahan dan Partisipasi Politik
Pemerintah adalah lembaga pelayanan masyarakat, dan lembaga
pemimpin masyarakat dalam membangun dirinya. Di bidang
pemerintahan, Desa Batujala telah memiliki balai desa/kantor Desa
namun tidak difungsikan secara optimal oleh masyarakat. Karena jarak
perkampungan penduduk dan kantor desa cukup berjauhan, sehingga
rumah kepala desa difungsikan sebagai pusat pelayanan masyarakat.
Balai desa berfungsi pula sebagai kantor Badan Pertimbangan Desa
(BPD) dan kantor PKK desa Batujala.
Desa Batujala terdiri dari tujuh dusun, yaitu Dusun Batujala, Dusun
Borongkeloro, Dusun Ballarompo I, Dusun Ballarompo II, Dusun Barata,
Jenis
Kelamin
Dusun
Batujala
Dusun
Borong
keloro
Dusun
Ballarompo I
Dusun
Ballarompo II
Dusun
Barata
Dusun
Saluloe
Dusun
Tabuakang
Jumlah
Pria 331 262 234 350 370 300 318 2.165
Wanita 315 348 226 300 370 310 320 2.189
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


34
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
Dusun Saluloe, dan Dusun Tabuakang. Kepala dusun bertugas
melaksanakan tugas pelayanan masyarakat di tingkat dusun. Kepala
dusun di lingkungan desa Batujala belum memiliki kantor sendiri. Oleh
karena pelayanan masyarakat dilakukan di rumah masing-masing kepala
dusun. Kepala dusun dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh
beberapa kepala RK dan RT.
Partisipasi masyarakat di bidang politik berjalan sebagaimana yang
diharapkan. Hal ini tampak dari keikutsertaan warga masyarakat yang
telah memenuhi syarat dalam kegiatan pemilihan umum, baik pemilihan
umum legislatif, presiden/wakil presiden, gubernur/wakil gubernur, bupati/
wakil bupati dan pemilihan kepala desa.
Berdasarkan jumlah wajib pilihnya, desa Batujala dibagi menjadi
tujuh tempat pemungutan suara (TPS) yang tersebar di tiga dusun kecuali
kalau pemilihan kepala desa hanya dilakukan pada satu tempat
pemungutan suara (TPS). Partisipasi masyarakat di bidang politik terlihat
pula dari adanya beberapa warga masyarakat yang menjadi pengurus
partai politik.



SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


35
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
C. Mata Pencaharian
Pembangunan bidang Ekonomi Desa Batujala berjalan sebagai
mana yang diharapkan masyarakat, bahkan mengalami kemajuan. Hal ini
dapat dilihat dari sektor mata pencaharian masyarakat, antara lain :
1. Pertanian : Pada sektor pertanian, masyarakat Desa Batujala
mengalami Kemajuan dimana sebelumnya lahan kebun pertanian
hanya di tanami jagung putih untuk dijadikan makanan pokok. Namun
saat ini masyarakat desa Batujala memampaatkan lahan tersebut
untuk penanaman jagung kuning. Selain itu masyarakat juga telah
memanfaatkan lahan sawahnya di musim kemarau dengan menanam
jagung, kacang. Sehingga tanaman jagung kuning adalah komoditas
andalan masyarakat desa Batujala.
2. Perikanan ; Desa Batujala terdapat satu lahan cekdam yang terletak di
kaki Gunung Bulusuka untuk penangkaran ikan tawar dimanfaatkan
oleh masyarakat untuk mencari ikan
3. Koperasi dan UKM ; desa Batujala memiliki dua kelompok Simpan
Pinjam Perempuan (SPP) yang beranggotakan masing-masing 20
orang yang berdiri tahun 2009.
Sumber mata pencaharian masyarakat desa Batujala yaitu petani
90%, pedagang kecil 5%, dan sebagian kecil PNS (Pegawai Negeri
Sipil)2%, dan lainnya 3%. Pada musim kemarau sebagian masyarakat
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


36
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
Batujala keluar daerah untuk mencari pekerjaan dan akan kembali ketika
musim hujan tiba.
Berikut tabel pekerjaan masyarakat Batujala berdasarkan hasil
peringkat kesejahteraan.
Tabel III.2
Mata Pencarian Masyarakat Desa Batujala
Per-April Tahun 2010


Pekerjaan
Dsn.
Batujala
Dsn.
Borongkeloro
Dsn.
Tabuakang
Dsn.
Saluloe
Dsn.
Barata
Dsn.
Ballarompo I
Dsn. Ballarompo II
PNS 11 KK 12 KK 1 KK 1 KK 4 KK 6 KK
Petani,
Tukangbatu/
Kayu
88 KK 1 KK 3 KK 12 KK 20 KK 5 KK 6 KK
Petani,
Sopir
6 KK 9 KK 7 KK 18 KK 52 KK 8 KK 10 KK
Petani,
pedagang
10 KK 6 KK 5 KK 5 KK 9 KK 3 KK 5 KK
Petani
Tukang
becak
4 KK 7 KK 9 KK 9 KK 6 KK 10 KK 13 KK
Petani, ojek
Dokar
6 KK 5 KK 2 KK 2 KK 4 KK 5 KK 7 KK
Petani 63 KK 118 KK
Buruh 12 KK 12 KK 3 KK 9 KK 12 KK 10 KK 10 KK
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


37
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
Berdasarkan tabel III.2 di atas mengemukakan bahwa sebahagian mata
pencaharian komunitas di batujala yakni mendominasi status pekerjaannya
sebagai petani shingga jika di persentasekan berkisar 85 % orang berstatus
sebagai petani.
D. Agama dan Pendidikan
Dalam pembangunan Desa Batujala menuju Desa yang sehat dan
sejahtera. Penduduk Desa Batujala secara keseluruhan memeluk agama
Islam dengan mempunyai sarana peribadatan terdiri dari :
M a s j i d : 9 Buah
Kelompok Pengajian (TPA/TKA) : 9 Kelompok
Remaja Masjid : 9 Kelompok
Selain itu untuk meningkatkan pelayanan masyarakat di bidang
keagamaan, maka di desa Batujala terbentuk iman/pembantu pencatat
nikah yang dibantu beberapa iman pembantu dalam setiap dusun yaitu
sebagai berikut:
Iman / PPN Desa Batujala : H. Asis Genra
Iman Dusun Batujala : H. Kamiseng
Iman Dusun Borongkeloro : Arifuddin Nompo
Iman Dusun Ballarompo II : Basoding Liwang
Imam Dusun Barata : H. Abdul Rahman
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


38
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
Imam Dusun Saluloe : H. Ledeng
MAM Dusun Tabuakang : Abdullah Dawa
Dengan adanya kelompok pengajian (TPA/TKA) yang dibina
langsung oleh para anggota remaja masjid, maka telah membantu
program pemerintah dalam pemberantasan buta baca Al-quran yang
telah menamatkan + 70 santri.
Kemudian untuk menumbuhkembangkan syiar Islam maka remaja
masjid desa Batujala bersama pemerintah setempat dan masyarakat
setiap tahunnya melaksanakan kegiatan keagamaan berupa.
Perayaan hari-hari Besar Islam
Pelaksanaan MTQ tingkat desa Batujala setiap tahun dalam bulan
ramadhan
Melaksanakan pelatihan baca khutbah
Selanjutnya untuk bidang pendidikan berperan penting dalam
upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) desa Batujala.
Dalam pembangunan sektor ini Desa Batujala telah memiliki sarana
pendidikan , antara lain :
Sekolah Menengah Pertama (SMP) : 1 unit
Sekolah Dasar (SD) : 4 unit
Taman Kanak-Kanak (TK) : 3 unit
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


39
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
Selain lembaga pendidikan formal, telah dibentuk pula lembaga
pendidikan non formal antara lain :
Play group / Taman Bermain Anak : 2 kelompok
Perpustakaan / Taman Bacaan : 1 kelompok
Kejar Paket A : 3 kelompok
Kejar Paket B : 2 kelompok
E. Organisasi Sosial
1. Bidang Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
Keamanan dan ketertiban juga merupakan indikator keberhasilan
pembangunan suatu desa. Keamanan dan ketertiban desa Batujala
berada dalam kondisi terkendali. Hal ini didukung oleh kesadaran warga
masyarakat dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat,
ditambah dengan peran serta tokoh masyarakat dan kepolisian dalam
memberikan penyuluhan kamtibmas.
Dalam rangka mempertahankan kondisi keamanan dan
ketertiban di desa Batujala telah lama berjalan sistem keamanan
masyarakat (Siskamling). Pada setiap dusun terdapat pos-pos kamling.
Setiap warga masyarakat dengan kesadarannya berpartisipasi aktif
dalam menjaga keamanan lingkungan pada jadwal yang telah
ditentukan.

SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


40
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
2. Bidang Pemuda Olahraga dan Kesehatan
Pembinaan Pemuda dan Olahraga di desa Batujala berjalan
sebagaimana yang diharapkan. Beberapa organisasi pemuda sebagai
wadah pembinaan generasi muda telah terbentuk di desa Palajauujala
antara lain karang taruna, remaja masjid, dan grup qasidah rebana.
Untuk bidang kesehatan desa Batujala telah memiliki Puskesmas
Pembantu (Pustu) dan beberapa pos pelayanan terpadu (Posyandu).
Keberadaan kader-kader kesehatan sangat membantu dalam membina
kesehatan masyarakat. Terwujudnya kesehatan masyarakat juga
didukung oleh kesadaran warga masyarakat untuk membuang sampah
pada tempatnya dan menyapu pekarangan rumah dan melakukan
tindakan hidup sehat lainnya.
3. Bidang Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK)
Kegiatan PKK desa Batujala berjalan melalui peran aktif dan
kerja sama anggota-anggota PKK. Merealisasi sepuluh program PKK
merupakan tujuan utama kegiatan PKK Desa Batujala. Selanjutnya
untuk mempererat kekeluargaan sesama anggota PKK, setiap bulannya
diadakan kegiatan arisan yang ditempatkan di balai desa Batujala.
Dalam arisan inilah anggota-anggota PKK berkumpul membicarakan
pelaksanaan program-programnya.
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


41
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
F . Konsumsi Makanan Pokok
Menurut kamus ilmiah populer menjelaskan bahwa makna konsumsi
merupakan pemakaian barang-barang produksi, makanan dan
sebagainya. Sedangkan makanan pokok merupakan suatu kegiatan
makan yang utama dalam suatu masyarakat tertentu.
Pola makan (food pattern) adalah kebiasaan memilih dan
mengkonsumsi bahan makanan oleh sekelompok individu. Pola makan
dapat memberi gambaran mengenai kualitas makanan masyarakat.
Wahidah yang mengutip dari Suparlan, (1993). Pola konsumsi makanan
dapat dikenal atas beberapa peristilahan atau sebutan yang kesemuanya
merujuk pada pengertian yang sama seperti pola pangan, pola makan,
kebiasaan pangan, dan kebiasaan makan. Berkaitan dengan pola makan
atau kebiasaan makan ada banyak hal atau faktor yang berhubungan
dan saling terkait di dalamnya, Koentjaraningrat sebagaimana dikutip
oleh Chrisanty, mengatakan bahwa pola makan antara lain dipengaruhi
oleh factor-faktor budaya yang meliputi juga cara-cara seseorang berpikir
atau berpengetahuan, berperasaan, dan berpandangan tentang
makanan. Apa yang ada dalam pikiran, perasaan, dan pandangan itu
kemudian dituangkan dalam bentuk tindakan memilih makanan. Adaptasi
menuntut pengembangan pola-pola perilaku, yang akhirnya membantu
suatu organisme agar mampu memanfaatkan suatu lingkungan tertentu
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


42
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
demi kepentingannya, baik untuk memperoleh bahan pangan maupun
menghindari diri dari bahaya.
Pangan yang dikonsumsi oleh anggota rumahtangga tidak hanya dilihat
dari segi kuantitas, tetapi juga sangat tergantung pada kualitas bahan
pangannya. Kualitas konsumsi pangan meliputi jumlah makanan yang
dimakan, sedangkan kuantitas meliputi ragam/jenis dan mutu biologi dari
makanan yang dikonsumsi (Tarwotjo, 1987). Bahan makanan yang dipilih
sedapat mungkin bersumber dari bahan pangan nabati maupun hewani yang
mengandung beragam makanan yang diperlukan tubuh.
Soeharjo, et al (1988), menyatakan bahwa kebiasaan makan seseorang
atau sekelompok orang dipengaruhi oleh faktor produksi pangan untuk rumah
tangga, pengeluaran untuk konsumsi pangan, serta tersedianya bahan
pangan di pasar. Untuk mengetahui ketersediaan pangan di Indonesia dapat
diketahui dari Neraca Bahan Makanan Indonesia tahun 1996. Banyaknya
energi yang tersedia untuk dikonsumsi penduduk adalah sebesar 26,60 gram
kalori, 58,22 gram protein dan 49,96 gram lemak perkapita kalori. Protein
nabati sebesar 35,65 gram, 61,23% berasal dari kelompok padi-padian,
21,86% dari buah-buahan dan biji-bijian, 16,91 berasal dari hewani, lemak
sebanyak 91,83% bersumber dari nabati dan 8,17% dari hewan (Anonim,
1988).
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


43
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
Melihat pentingnya jagung bagi peningkatan kualitas sumber daya
manusia sehingga upaya untuk meningkatkan konsumsi jagung tersebut
dilakukan dengan memodifikasi kebiasaan makan jagung sebagai cerminan
perilaku masyarakat dalam konsumsi jagung. Soeharjo (1988) menyatakan
bahwa istilah kebiasaan makan memberi konotasi sesuatu yang stabil,
sedangkan perilaku makan mempunyai makna yang dinamis. Perilaku
konsumsi pangan mencakup beberapa pertanyaan yaitu apa, mengapa dan
bagaimana suatu perilaku.
Perbaikan konsumsi pangan penduduk berarti meningkatkan jumlah,
mutu yang konsumsinya. Upaya memperbaiki konsumsi pangan adalah
memberikan perhatian khusus kepada beragam faktor yang berpengaruh,
seperti penyediaan (terutama produksi dan impor) dan faktor-faktor sosial,
ekonomi,budaya dan teknologi (Suharjo, 1988).
Sementara adam sulaiman (2008) mengutip dari Chen (1987),
mengatakan bahwa kebiasaan makan keluarga dan susunan hidangan
merupakan salah satu manivestasi kebudayaan dalam rumahtangga yang
disebut gaya hidup. Gaya hidup ini merupakan hasil kondensasi Adam
sulaiman mengutip dari valdecanoes, et al (1986), mengemukakan bahwa
kebiasaan makan dipengaruhi oleh faktor ketersediaan pangan, ekonomi,
keluarga, politik dan sosial budaya. Variabel-variabel tersebut dapat
mempengaruhi perilaku individu maupun lingkungan masyarakat.
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


44
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
Peningkatan perilaku pangan manusia adalah dengan meningkatkan
adataptasi pada lingkungannya melalui pengetahuan tentang hal yang
berpengaruh pada proses pemilihan makanannya (Kronde dan Lau, 1985).
Rendahnya pengetahuan, kebiasaan dan kepercayaan yang dipengaruhi oleh
cara berpikir tradisional utamanya dalam peningkatan pangan merupakan
penghambat terciptanya perilaku sehat di dalam masyarakat dan juga adanya
(Ngatimin, 1987).
Lebih lanjut dikemukakan bahwa budaya sebagai suatu gambaran
bagaimana setiap individu memandang dunia ini termasuk makanan dan
kebutuhan fisiknya serta cara memperoleh dan menggunakan makanan, nilai
dan kesesuaian serta budaya sebagai satu kesatuan dalam sosial budaya
dan tak dapat dipisahkan. Masalah pangan mencakup suatu lingkup yang
cukup luas yaitu meliputi aspek produksi, konsumsi dan distribusi. Pada
tingkat rumah tangga ternyata konsumsi energi dan protein bervariasi
tergantung pada ciri-ciri demografis, sosial dan ekonomi serta potensi
sumberdaya setempat.
Secara umum dikatakan bahwa masalah pangan merupakan sebagian
dari masalah kesejahteraan pribadi, keluarga dan masyarakat akibat adanya
ketimpangan antara kebutuhan persediaan, permintaan pangan dan
kesehatan. Permintaan pangan mempunyai kaitan erat dengan pendapatan,
harga pangan dan non pangan, pendidikan rumahtangga terutama ibu serta
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


45
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
adat (cultur) dan kebiasaan (Sukirman, 1988). Hal senada dikemukakan juga
oleh Soekirman dan Tarwotjo (1987) bahwa secara mikro jumlah dan jenis
pangan yang dikonsumsi oleh masyarakat tidak saja dipengaruhi oleh
produksi, ketersediaan pangan nasional atau ketersediaan pasar, tetapi
dipengaruhi juga oleh daya jangkau ekonomi (daya beli), kesukaan,
pendidikan dan nilai sosial budaya yang berlaku di masyarakat.
Dilihat dari sisi budaya dan kebiasaan, sebagian orang Indonesia
beranggapan belum merasa makan kalau belum makan jagung, meskipun
sudah menikmati berbagai jenis makanan pokok lainnya. Jagung dianggap
begitu berharga sehingga banyak pantangan / hal tabu yang beredar di
masyarakat.
Pola makan pada dasarnya merupakan konsep budaya bertalian
dengan makanan yang banyak dipengaruhi oleh unsur social budaya yang
berlaku dalam kelompok masyarakat itu, seperti nilai sosial, norma sosial dan
norma budaya bertalian dengan makanan, makanan apa yang dianggap baik
dan tidak baik (Sediaoetama, 1999). Faktor sosial budaya yang berpengaruh
terhadap kebiasaan makan dalam masyarakat, rumah tangga dan individu
menurut Koentjaraningrat meliputi apa yang dipikirkan, diketahui dan
dirasakan menjadi persepsi orang tentang makanan dan apa yang dilakukan,
dipraktekkan orang tentang makanan. Kebiasaan makan juga dipengaruhi
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


46
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
oleh lingkungan (ekologi, kependudukan, ekonomi) dan ketersediaan bahan
makanan.
G. Jagung Merupakan Makanan Pokok
Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian
dari keluarga rumput-rumputan, berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia
dan Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa dan ke Amerika. Sekitar
abad ke-16 oleh orang Portugal menyebarluaskannya ke Asia termasuk
Indonesia. Orang Belanda menamakannya mais sedangkan orang inggris
menamakannya corn.
Sebagai tanaman serelia, jagung bisa tumbuh di hampir seluruh dunia,
jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber
karbohidrat kedua setelah beras. Sebagai salah satu sumber bahan pangan,
jagung juga telah menjadi komoditas utama setelah beras. Bahkan beberapa
daerah di Indonesia, jagung dijadikan sebagai bahan pangan utama. Tidak
hanya sebagai bahan pangan, jagung juga dikenal sebagai salah satu bahan
pakan ternak dan industri.
Salah satu bahan makanan yang tersedia dimasyarakat adalah jagung.
Jagung merupakan komoditas penting dan strategis bagi bangsa Indonesia
mengingat jagung adalah salah satu bahan makanan pokok manusia, yang
pengadaannya dapat dipenuhi oleh masyarakat di beberapa lokasi tertentu.
Dalam hal produksi jagung pemerintah telah mengatur dengan peraturan
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


47
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
pemerintah dalam hal menyelenggarakan pengaturan, pembinaan,
pengendalian dan pengawasan, sementara masyarakat menyelenggarakan
proses produksi dan penyediaan, perdagangan, distribusi serta berperan
sebagai konsumen yang berhak memperoleh pangan yang cukup dalam
jumlah dan mutu, aman, bergizi, beragam, merata, dan terjangkau oleh daya
beli mereka.
Masyarakat Indonesia umumnya memahami bahwa jagung bukanlah
makanan pokok, melainkan makanan pengganti beras. Pemahaman ini
didasari oleh beberapa faktor, antara lain karena jagung tidak
mengenyangkan bila dibandingkan dengan mengkonsumsi beras. Akan tetapi
dari segi ekonomi di komunitas batujala bahan pangan jagung merupakan
bahan makanan pokok yang di konsumsi secara keseluruhannya sehingga
mereka beranggapan makan jagung sangat mengennyangkan selain
mengkonsumsi beras tersebut.
Menurut Sarasutha (dalam Suarni dan Saenong) mengatakan bahwa
Jagung merupakan komoditas palawija utama di Indonesia ditinjau dari aspek
pengusahaan dan penggunaan hasilnya, yaitu sebagai bahan baku pangan
dan pakan, dan selain itu dapat juga menghasilkan devisa negara karena
jagung merupakan komoditas yang laris di pasar internasional.
Jagung merupakan komoditas pertanian strategis karena digunakan
secara luas dalam berbagai industri. Bulirnya tidak hanya sebagai bahan
pangan dan pakan, tetapi juga merupakan bahan baku industri untuk
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


48
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
dijadikan tepung, sirup, dan methanol. Tongkol muda dipetik sebagai sayuran
untuk konsumsi dalam negeri dan ekspor atau dimakan langsung misal,
jagung bakar, beras jagung .
Menurut Purwono dan Rudi Hartono (2010 : 13) mengatakan bahwa
terdapat banyak jenis jagung untuk mengenali maka pembagian jagung
didasarkan pada bentuk dan kandungan pati dalam jagung tersebut
1. Jagung gigi kuda
Disebut tipe jagung gigi kuda (dent corn) karena terdapat
lekukan di puncak biji, lekukan tersebut terjadi karena pati keras
terdapat di pinggir dan pati lembek di puncak biji. Jagung gigi kuda
umumnya berwarna kuning. Hampir 95% jagung yang di import
merupakan jagung gigi kuda dan varietas baru juga umumnya tipe
jagung gigi kuda.
2. Jagung mutiara
Jagung mutiara (flint corn) bentuknya bulat dan umumnya
berwarna putih. bagian luar biji keras dan licin karena terdiri dari
pati keras. Jagung jenis lokal indonesia umumnya tipe jagung
mutiara, jagung mutiara biasanya berumur genjah sehingga
hasilnya relatif rendah, meskipun demikian banyak yang menyukai
jenis ini karena bila di campur dengan beras tidak kentara.


SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


49
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
3. Jagung manis
Jagung manis (sweet corn) mengandung lebih banyak gula
daripada pati sehingga bila kering, bijinya keriput. Jagung manis
pada mulanya berkembang dari jagung gigi kuda dan jagung
mutiara yang kemudian melalui pemuliaan tanaman yang diperoleh
jenis yang manis
Budidaya jagung manis mulai berkembang di indonesia
walaupun masih terbatas pada daerah dekat perkotaan, harga
benih yang mahal dan ancaman penyakit bulai merupakan kendala
utama pembudidayaan jagung manis.
4. Jagung berondong
Jagung berondong (pop corn) merupakan jagung tipe
mutiara, tetapi bagian bijinya terdiri dari pati keras pada saat biji
dipanaskan. Uap air yang yang terdapat dalam biji akan
mengembang dan akan menerobos keluar dan meletuskan biji.
Kadar air optimum untuk proses peletusan sekitar 14%.
5. Jagung tepung
Jagung tepung (flour corn) banyak di tanam di daerah kering
di amerika serikat dan beberapa negara amerika selatan. Seluruh
bagian biji terdiri dari pati lunak. Susunan pati lunak pada jagung
tepung sangat mudah di cerna sehingga banyak di gunakan
sebagai makanan bayi.
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


50
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
6. Jagung polong
Jagung polong (pod corn) merupakan jenis jagung yang
langka dan aneh, masing-masing biji di bungkus dengan kelobot.
Sementara seluruh tongkol juga terbungkus oleh kelobot.
7. Jagung ketan
Jagung ketan (waxi corn) memiliki kandungan amilopektin
lebih besar dari amilosa dan endospermanya. Amilopektin yang
tinggi menyebabkan rasa pulen pada jagung.
Jagung pulut atau sebagian orang menyebutnya jagung
ketan merupakan salah satu jenis jagung yang memiliki karakter
spesial yaitu pulut atau ketan. Jagung ini disebut pulut atau ketan
karena lengket dan pulen seperti ketan ketika di rebus (kandungan
amilopektin tinggi). Jagung ketan ditemukan di China pada awal
tahun 1900 dengan karakter endosperm berwarna kusam seperti
lilin (waxy). Karakter waxy disebabkan adanya gen tunggal waxy
(wx) bersifat resesif epistasis terletak pada kromosom sembilan.
Secara fenotif endosperm jagung ketan yang berwarna kusam,
dapat dibedakan dengan jelas dibandingkan jagung jenis lain pada
saat kadar air biji 16% atau kurang dari 16%.


SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


51
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
H. Karakteristik Informan
Dalam rentan waktu penelitian sejumlah keterangan dan informasi
di dapat dari beberapa informan yang dipilih secara selektif dengan
mempertimbangkan bahwa informan tersebut adalah orang-orang yang
beraktifitas sebagai petani yang berada sekitar di komunitas Batujala
dengan dasar latar belakang diangkat yang terkait dengan masalah
kebiasaan makan Kanre lumu di komunitas Batujala maka terdapat dua
kelompok kategori informan remaja yang bermukim di sekitar Batujala dan
orang tua yang terlibat langsung sebagai petani jagung dengan tingkatan
umur 25-58 Tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut :








SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


52
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
Tabel III.3
Daftar Nama Informan Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
No. Nama Informan
Jenis
Kelamin
Umur
(Tahun)
Pekerjaan
L P
1. Dg. Bali 23 Petani
2. Lisa 24 Petani
3. Dg. Tawang 29 Petani
4. Dg. Tene 30 Petani
5. Dg. Ranca 35 Petani
6. Dg. Bau 52 Petani
7. Dg. Ngilang 58 Petani
8. Agus Pribadi 30 Pedagang/Petani
9. Nurbaya 47 Pedagang/Petani

Dari table di atas dapat dilihat bahwa informan yang diwawancarai oleh
penulis berjumlah 9 orang yang terdiri dari 5 orang informan laki-laki dan 4
orang informan perempuan. Informan yang berumur antara 23-58 tahun
merupakan informan yang bekerja sebagai petani jagung.


SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


53
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
I. Rumah Tangga Konsumsi Dan Makanan Berbasis Jagung
Masyarakat yang ada di komunitas Batujala didominasi oleh
masyarakat yang rata-rata kehidupan ekonominya berada pada golongan
kelas menengah kebawah. Dengan demikian pola konsumsi makanan
yang berbasis jagung berbeda pula, yang sesuai dengan kemampuan
daya beli mereka serta cara pengolahannya. Peneliti mencoba
menklasifikasikan rumah tangga yang berada di komunitas Batujala yang
dikaitkan dengan jenis makanan berbasis jagung yang mampu dia
konsumsi secara berulang-ulang.
Rumah tangga di komunitas Batujala diklasifikasi berdasarkan
tingkatan kehidupan ekonomi rumah tangga dibuat menjadi tiga kategori
yakni, (a) Sejahtera I berpenghasilan berkisar antara Rp 3.500.000 < Rp
1.000.000. (b) Sejahtera II berpenghasilan berkisar antara Rp 1.000.000
< Rp 500.000. (c) Sejahtera III berpenghasilan berkisar antara Rp
500.000 < Rp 0 (tidak menentu), ini berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh penulis.
Berikut ini tabel klasifikasi rumah tangga berdasarkan jenis
makanan berbasis jagung sehingga makanan tersebut bisa di
kategorikan sesuai dengan tingkat pendapatan rumah tangga konsumsi
berikut ini merupakan tabel klasifikasinya berdasarkan jenis makanan
yang di konsumsi setiap harinya dalam komunitas batujala







SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


54
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
Tabel III. 4.
Klasifikasi rumah tangga berdasarkan jenis makanan berbasis jagung

No. Jenis Makanan Klasifikasi Rumah Tangga Keterangan
1.
Nasi Jagung (Kanre
Lumu)
Sejahtera I, II dan III
Didominasi Oleh
Sejahtera III
2.
Keripik Jagung
(Lappo)
Sejahtera II dan III
Didominasi Oleh
Sejahtera II
3.
Jagung Goreng
(Kero)
Sejahtera II dan III
4.
Jagung Masak
(Bassang)
Sejahtera I, II dan III
5. Kue Lapis Jagung Sejahtera I
6. Perkedel Jagung Sejahtera I dan II
7
Bubur Jagung
(Bonnyo)
Sejahtera I, II dan III

Berdasarkan klasifikasi dari tabel III.4, Dapat di lihat bahwa dari tingkat
pendapatannya maka berbeda pula jenis makanan yang di konsumsi terlihat
bahwa jenis makanan yang sedikit mewah di dominasi oleh golongan
sejahtera I sedangkan khususnya makanan kanre lumu itu sendiri lebih
banyak di dominasi oleh kelompok sejahtera I di karenakan jenis makanan
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


55
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
yang di konsumsi adalah makanan pokok. Akan tetapi adapun makanan
pokok yakni kanre lumu biasa juga di konsumsi oleh golongan sejahtera I
dan golongan sejahtera II hanya semata-mata untuk makanan alternative
saja berbeda halnya dengan golongan sejahtera III makanan kanre lumu
adalah makanan utama atau pokok.
Klasifikasi makanan dari tabel III.4 salah penggambaran dalam
penentuan jenis apa saja yang di konsumsi oleh dari tiga golongan tersebut
sehingga dapat di uraikan satu-persatu untuk mengetahui dari semua jenis
makanan yang di konsumsi oleh ketiga golongan tersebut di atas, ini
memberikan perbedaan yang sangat besar dalam tingkatan golongan di
komunitas batujala sebagai komunitas yang mengkonsumsi kanre lumu
sebagai makanan pokok yang utama.










SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


56
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
BAB IV
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Manusia sebagai mahluk individu mengarah kepada karakteristik yang
khas yang dimiliki manusia sebagai mahluk hidup yang membedakan dirinya
dengan mahluk hidup yang lain, serta dengan manusia yang lain, karakter
khas yang dimiliki manusia dan berbeda dengan manusia yang lain ini
meliputi fisik,kepribadian,yaitu sifat khas yang dimliki seseorang, sifat ,sikap
dan tempramen, watak atau karakter, tipe, dan minat dalam hal tertentu
setiap manusia adalah sama seperti semua manusia lain, sama seperti
manusia lain dan beberapa manusia lainnya.
Demikian halnya dengan kepribadian, ditinjau dari segi fisik, masih
sering ditemukan adanya kesamaan antar manusia, tetapi dari kepribadian,
tidak ada manusia yang mempunyai kepribadian sama, walaupun yang
bersangkutan dilahirkan kembar. Keberbedaan yang dimiliki oleh setiap
manusia, menjadi kekhasan yang melekat pada diri manusia yang
bersangkutan, dan menjadi identitas dari yang bersangkutan, serta yang
membedakan dengan manusia yang lainnya. Karakter yang khas ini
mempengaruhi kebutuhan manusia dan cara-cara yang dilakukan manusia
dalam memenuhi kebutuhannya.

SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


57
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
Kharakteristik khas ini dimiliki oleh setiap manusia, tetapi tiap manusia
memiliki kekhasan yang berbeda. Misalnya saja, setiap manusia
membutuhkan makanan, tetapi tidak setiap manusia memerlukan nasi untuk
memenuhi kebutuhan makanannya, karena ada manusia makanannya dari
roti, sagu, dan jagung, bahkan dari umbi-umbian.
Demikian halnya dengan jumlahnya. Inilah yang menyebabkan
manusia itu dikategorikan sebagai makluk individu. Sebagai makhluk individu,
manusia mempunyai keinginan, kebutuhan, kebiasaan, cita-cita yang
berbeda antara satu dengan yang lainnya, walaupun mereka saudara
kandung, bertempat tinggal di lokasi yang sama, dan tidur atau sekolah di
tempat yang sama. Oleh karena itu, mereka mempunyai kebiasaan,
keinginan, kebutuhan, serta sikap dan perilaku yang berbeda dengan kita
dalam suatu hal, tetapi sama dalam hal yang lain.
Makan adalah kata yang menggambarkan aktifitas kita sehari-hari untuk
mengkonsumsi guna memenuhi kebutuhan hidup manusia, setiap hari kita
makan akan tetapi terlalu banyak insan yang belum menyadari bahwa
bagaimana dan apa yang kita makan mempengaruhi kuantitas dan kualitas
hidup kita bahkan makanan telah mempengaruhi kualitas hidup manusia
semenjak masih dalam kandungan ibu, singkatnya makanan yang bermutu
baik yaitu sesuai dengan komposisi yang baik serta nilai gizi yang sesuai
dengan takaran yang dibutuhkan tubuh harus diperhatikan, makanan itu
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


58
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
harus dapat di cerna di serap kemudian di mamfaatkan oleh tubuh secara
optimal.
Mengkonsumsi makanan yang terbuat dari jagung merupakan hal yang
sangat luar biasa bagi komunitas batujala di karenakan makanan tersebut
adalah makanan pokok atau wajib yang di konsumsi selain harganya yang
murah atau terjangkau juga dapat membuat perut merasa kenyang makanan
ini di sebut kanre lumu.
A. Pengetahuan Komunitas Batu Jala Tentang Jenis-Jenis Jagung
1. Pandangan Tentang Jagung
Jagung merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
terpenting selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di
amerika tengah dan selatan, jagung juga menjadi alternative sumber
pangan di amerika serikat, sedangkan penduduk beberapa daerah di
indonesia misalnya Madura dan Nusa Tenggara juga menggunakan
jagung sebagai pangan utama.
Sebagai tanaman serelia, jagung bisa tumbuh hampir di seluruh
dunia dunia. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan
sumber karbohidrat kedua setelah beras. Sebagai salah satu sumber
bahan pangan, jagung telah menjadi komoditas utama setelah beras.
Bahkan di beberapa daerah di indonesia jagung di jadikan sebagai bahan
pangan utama.
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


59
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
Jagung sebagai sumber bahan makanan pokok, bahan baku pakan
dan sumber devisa bagi komunitas di batujala dalam menunjang
pembangunan ekonomi daerah di samping tipe iklim yang baik dengan 3
bulan hujan rata-rata dan musim kemarau yang panjang yang di rasakan
hanya cocok untuk menanam jagung, aspek lain yang mendukung
terciptanya pasar baik local maupun regional sehingga jagung merupakan
lahan dan usaha tani yang cukup bagus.
Pandangan tentang jagung bagi komunitas di batujala memang
sangat luas melihat dari segi fungsi dan peranannya untuk mengolah dan
menjual merupakan salah satu hal yang di lakukan sehari-hari sebagai
kegiatan ekonomi. Selain itu juga menanam jagung merupakan sumber
pendapatan keluarga sehingga untuk mendapatkannya butuh kerja keras
dalam berusaha sehingga secara tidak masyarakat di komunitas batujala
menopang hidup dari menanam selain padi.
Menanam jagung bagi mereka merupakan hal yang sangat
diwajibkan terlihat dari beberapa informan yang di wawancarai yakni.
Seperti yang di ungkapkan dg, Bali (23 thn)
,,,,,,,,,Makanan pokokku makan nasi jagung, jadi ku tanam
baru ku bawa ke pasar untuk di jual trus lebihna ku makanmi ka
ini tommi yang ku tanam di kebunku,,,,,
Nasi jagung bagi mereka memang merupakan makanan pokok
selain itu juga sebagian dari hasil menanam jagung mereka jual untuk
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


60
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
bisa membeli kebutuhan lainnya.selain itu juga adapun faktor pendukung
dalam menanam jagung yakni faktor cuaca Pandangan komunitas
batujala dengan menanam jagung menjadikan lebih memahami dan
mengerti tentang struktur cuaca yang baik sehingga menghasilkan jagung
yang baik pula ini menambah pengetahuan, pengalaman dan
menerapkan system tanam yang baik seperti yang di kemukakan
dg.ngilang (58 thn)
,,,,,,,,,,cuaca siga tana baji na kulle tawwa nanang
batara asselena gaga na batara kulle baji nanpa di
balukangmi mi ri pasaraka,,,,,,,,,
,,,,,,,,Artinya bahwa cuaca yang baik menentukan
sehingga bisa menghasilkan jagung yang baik pula
sehingga bagus untuk di jual di pasar ,,,,,,,,,,,,,,

Seperti yang di kemukakan dg. Ngilang di atas dapat kita ketahui
ada dua hal yang mereka bisa tentukan dalam menanam jagung yakni
faktor cuaca dan juga faktor bagaimana supaya jagung itu bisa di jual di
pasar dengan kualitas jagung yang bagus sehingga nilai jualnya menjadi
tinggi untuk di pasarkan.
Dalam berbagai aspek jagung bagi merupakan salah satu sumber
pendapatan utama, dalam proses penanaman pun dapat di bedakan
seperti contohnya untuk jagung yang jenis varietas unggul yakni jagung
kuning adalah salah jagung paling mahal jika di pasarkan dikarenakan
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


61
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
nilai jual yang sedikit tinggi sehingga mereka lebih berkonsentrasi untuk
menanam jagung jenis varietas unggul selain jagung putih (koasa).
Seperti yang di kemukakan oleh suryani (23 thn)
.Biasanya saya tanamka jagung kuning
karna itumi jagung paling mahalki hargana di
bandingkangi dengan batara koasa (jagung putih) kalo
di jual, terus beda tommi itu cara tanamnya ka kalau
jagung kuning biasana di kebun depan dusunnga klo
batara koasa biasa ku tanam di kebun dekat
gunungnga..

Dari hasil wawancara di atas menunjukkan adanya perbedaan
dalam proses penanaman jenis jagung varietas unggul dengan jenis
jagung untuk di jadikan kanre lumu dapat di simpulkan bahwa untuk
varietas unggul ada perawatan yang lebih ekstra untuk mendapat hasil
yang bagus sehingga nilai jualnya tinggi
Manusia dengan etos kerja yang tinggi berpandangan bahwa
menanam jagung merupakan rahmat tuhan walaupun itu sebagai petani,
rahmat yang akan di syukurinya, yang di terimanya tanpa syarat, dan
karena rahmat pekerjaan itu sehingga ia tidak akan merespon pekerjaan
yang di sandangnya dengan tidak serius dan di lakukannya dengan penuh
semangat sebagai bagian dari rasa syukur.

SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


62
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
2. Jenis-Jenis Jagung
Jagung merupakan bahan pangan yang berperan penting dalam
perekonomian Indonesia, dan merupakan pangan tradisional atau
makanan pokok di beberapa daerah dan termasuk di komunitas Batu
Jala.
Melihat dari kandungan gizi jagung ini merupakan varietas yang
sangat bagus karena kandungan gizinya yang tidak kalah dengan beras
atau terigu, bahkan jagung memiliki keunggulan karena merupakan
pangan fungsional dengan banyak kandungan serat pangan, adapun
beberapa jenis-jenis jagung local yang di ketahui oleh masyarakat di
komunitas batujala yaitu:
a. Jagung Pulut.
Di komunitas Batujala, Jagung pulut dikonsumsi sebagai
makanan ringan atau makanan cemilan, dan juga di gunakan sebagai
jagung rebus karena rasanya yang enak dan gurih.
Hasil jagung pulut umumnya rendah di karenakan tidak tahan
dengan penyakit bulai, sampai saat ini pemuliaan jagung pulut masih
sangat rendah kualitasnya dalam segi ekonomi belum dapat perhatian
terutama dalam potensi hasilnya padahal permintaan jagung pulut terus
meningkat sehingga penanamannya juga dalam segala aspek sangat
menguntungkan bagi masyarakat lokal.
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


63
Rachmatia Syam Khalik
E51105016

Seperti yang di kemukakan oleh Dg.Tawang (29 thn)
,,,,,,,,,,senang sekalika makan ini jagung punu karena
enak apalagi kalo di masakki, kalau masalah jualna biasa
juga banyak mau beli ki dan hasil tanamnya juga baguski
tapi itu mami tidak terlalu baguski ka biasa juga kalau
menanam kena ki hama,,,,,,,,
Dalam varietas jagung pulut sangat menguntungkan bagi
komunitas batujala akan tetapi masalah hama biasa tidak bisa teratasi
oleh masyarakat setempat akan tetapi semua ini bukan suatu masalah
besar dalam mengatasinya dari segi aspek ekonomi jagung pulut sangat
di gemari bagi masyarakat local.
b. Jagung Putih (Koasa)
Jagung putih merupakan jagung yang di konsumsi sebagai
kanrelumu karena tekstur bijinya yang keras dan warna yang sedikit
terang dan mencolok sehingga bagus untuk di buat nasi jagung oleh
karena itu komunitas di batujala mengkonsumsinya setiap hari, dalam
penanamannya tidak memakan waktu yang sangat lama untuk proses
penanaman jagung putih tersebut serta pengolahan yang tidak terlalu
sulit sehingga cara masaknya pun tidak terlalu rumit.
Dibandingkan dengan tanaman padi, tanaman jagung
mempunyai kelebihan untuk di kembangkan di lahan kering di dataran
tinggi karena lebih tahan dari kekurangan air, tanaman jagung berbiji
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


64
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
putih selain banyak di mamfaatkan sebagai bahan pangan nasi jagung
atau istilah di komunitas batujala (kanre lumu), juga di mamfaatkan
sebagai bahan paku industry rumah tangga seperti marning jagung atau
komunitas di batujala mengatakan kero.
Jagung putih (koasa) local sudah biasa di tanam petani di lahan
kering dataran tinggi di desa Batujala karena kebanyakan di wilayah
Desa Batujala Kecamatan Bontoramba menggunakan jagung putih
sebagai makanan pokok sebagai bahan makanan, jagung banyak
mengandung karbohidrat, protein,lemak dan nutrisi.
Seperti yang di ungkapkan oleh dg.bau (umur 52 tahun)
,,,,,,,,,,Biasa ka saya makan kanrelumu tidak di
campurkanngi dengan beras jadi enakki apalagi ini
jagung putih mudah sekaliji di dapat dan tanamnya juga
bagus ka semua orang di sini tanam semua jagung putih
untuk di makan, ka rumahku di sini banyak gunung jadi
baguski kalo menanam jagung putiah,,,,,,,,,
Seperti juga yang dikatakan dg.tene (30 thn)
Saya juga makan kanrelumu ka itumi selalu di
makan di sini setiap hari, dan di tanam juga sendiri ka
ada kebunku terus hasilnya di jual atau biasaka juga
sinpanki di pammakang rumah,,,,,,,,,,
Dari hasil wawancara di atas menunnjukkan bahwa jagung putih
merupakan bahan utama pembuatan nasi jagung (kanre lumu),di
karenakan bahan paku utama ini memang cocok untuk nasi jagung dan
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


65
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
harganya sedikit agak terjangkau di bandingkan dengan jenis jagung
yang lain sehingga banyak kita jumpai di daerah dataran tinggi di desa
batujala tersebut.
b. Jagung Kuning atau jagung manis
Jagung manis atau yang lebih di kenal dengan nama sweet corn
mulai di kembangkan di indonesia pada awal tahun 1980 di usahakan
secara komersial dalam skala kecil untuk memenuhi kebutuhan hotel dan
restoran. Sejalan dengan berkembangnya toko-toko dan swalayan dan
meningkatnya daya beli masyarakat, meningkat pula permintaannya.
Jagung manis dapat tumbuh pada daerah beriklim sedang sampai
beriklim tropik. Pertumbuhan terbaik didapatkan di daerah beriklim tropik,
hal ini berarti bahwa usaha untuk memperdagangkannya pun sedikit lebih
baik. Jagung kuning merupakan salah satu jagung paling digemari setiap
orang di seluruh dunia, di Indonesia tanaman jagung kuning juga sangat
digemari karena rasa dan kandungan Karbohidrat yang tinggi sehingga
membuat rasa kenyang dalam perut.
Harga jenis jagung kuning sangat relative tinggi jika di jual di pasar
mengingat jagung ini sangat di gemari masyarakat di indonesia maupun
di sulawesi selatan dan juga diu beberapa daerah lainnya termasuk
komunitas batujala sendiri, sehingga permintaannya pun meningkat
sehingga mengapa harganya mahal, di bandingkan dengan jenis jagung
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


66
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
seperti jagung putih ( koasa) harga jualnya relatif lebih murah di
karenakan rasa dan teksturnya hanya cocok untuk nai jagung saja yaitu
kanre lumu, walaupun seprti itu jagung putih dan jagung kuning
merupakan varietas unggulan bagi komunitas di Batujala.
3. Jenis Makanan Berbasis Jagung
Keanekaragaman makanan tradisional yang di produksi oleh
masyarakat sebagai pengetahuan tradisional dalam memamfaatkan
sumber-sumber potensi ekonomi, olahan makanan rakyat melalui tradisi
kuliner masyarakat menunjukkan pola-pola kesamaan dalam hidup dan
interaksi social sehingga secara local menggambarkan kearifan local
pangan yang menginformasikan keadaan taraf atau taraf tingkat
kehidupan sehat, social, religi dan inisiatif-inisiatif local.
Peneliti mencoba mengelompokkan jenis makanan yang berbahan
dasar jagung berdasarkan variatif makanan yang ada di komunitas
Batujala, yang dapat diperlihatkan pada tabel berikut :




SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


67
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
Tabel IV.1
Jenis Makanan yang berbahan dasar jagung serta pengelompokannya
No.
Jenis Makanan
Berbahan Dasar
Jagung
Variatif Makanan
Keterangan
Kue Non Kue
1.
Nasi Jagung (Kanre
Lumu)

Makanan
Pokok
2.
Keripik Jagung
(Lappo)

Cemilan /
Makanan
Ringan
3. Jagung Goreng (Kero)
Cemilan /
Makanan
Ringan
4.
Jagung Masak
(Bassang)

Cemilan /
Makanan
Ringan
5. Kue Lapis Jagung
Cemilan /
Makanan
Ringan
6. Perkedel Jagung Lauk Pauk
7.
Bubur Jagung
(Bonnyo)
Sarapan Pagi

Dikomunitas batujala makanan merupakan salah satu kegiatan makan
yang selalu dilakukan dan makanan yang menjadi bahan pokok yaitu kanre
lumu, akan tetapi ada banyak juga makanan yang di hasilkan dari jagung
yang bermacam-macam bentuk dan rasanya mulai dari yang rasa asin
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


68
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
hingga rasa yang manis tergantung bagaimana cara mereka membuat
makanan tersebut antara lain yaitu:
a. Nasi jagung (kanre lumu)
Jagung merupakan bahan pangan utama, kandungan protein
jagung putih lebih tinggi bila di bandingkan dengan beras giling atau
beras sosoh. Seperti jagung putih tersebut di jadikan nasi jagung karena
karbohidrat lebih tinggi Nasi jagung merupakan makanan pokok bagi
masyarakat desa batujala dengan bahan utama jagung putih.
Seperti yang di kemukakan oleh Nurbaya (47 tahun)
,,,,,,,,Kanre lumu makanan utama ku ka itumi di makan
setisp hari ka inimi na yang bahanna dari jagung putih
yang sudahmi di giling di pabrik terus ku masak dan ku
makanmi sama anakku dan suamiku,,,,,,,
Lanjut yang di katakan oleh agus pribadi ( 30 tahun).
,,,,,,,, Biasana iniji memang ku makan saya karna
memang iniji yang ku sanggup beli karena ku tanam tonji
juga jadi mau tidak mau makan kanre lumu tonja baru
kanre lumu cepat bikin orang kenyang dari pada nasi
siang laparmi sedeng oranga,,,,,,,,,,
Salah satu keunggulan serta mamfaat dari jagung putih (koasa)
yakni memberikan rasa kenyang jika dikonsumsi sehingga komunitas
batujala memilih jagung putih ini sebagai bahan utama pembuatan nasi
jagung (koasa). Jenis ini paling banyak di tanam karena mempunyai
kualitas untuk konsumsi dan pengolahan yang baik.
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


69
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
b. Keripik jagung (lappo)
keripik jagung merupakan makanan khas dari meksiko,di Negara
ini keripik jagung di namakan tortilla. Makanan tersebut popular di
amerika serikat. Keripik jagung di buat dari bahan dan alat yang
sederhana,. Di indonesia makanan keripik jagung ini biasanya di makan
pada saat nonton di bioskop ataupun menonton televise di rumah.
Di komunitas batujala makanan keripik jagung atau yang biasa
mereka sebut dengan lappo juga merupakan makanan selingan atau
cemilan, di makan pada saat ada tamu yang datang dan menjamu
dengan lappo tersebut di rumah ataupun memakannya sambil berbicara
dengan sesama komunitas di batujala, biasanya berlokasi di bawah
kolong rumah mereka.
c. Jagung goreng (Kero)
Kero merupakan makanan yang sangat khas di kalangan
komunitas setempat karena rasanya yang enak dan juga gurih rasanya,
karena makanan ini di masak dengan cara di goreng tanpa minyak dan di
beri sedikit garam dan hasilnya siap di makan, akan tetapi di daerah lain
sudah banyak orang yang mengelolanya dengan memakai minyak dan di
kreasikan dengan memakai perasa gula yg warna-warni.

SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


70
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
d. Jagung Masak (Bassang)
Bassang atau jagung masak merupakan makanan yang sangat di
gemari oleh seluruh masyarakat hamper seluruh orang yang ada di
indonesia banyak yang mengkonsumsi bassang. Dalam segala suasana,
bahkan di pinggir jalan banyak di jumpai penjual bassang. Hal ini yang
membuat makanan ini sangat di gemari baik muda ataupun orang yang
lebih tua sehingga makanan ini di jadikan cemilan.
e. Kue Lapis Jagung
Makanan ini merupakan makanan yang manis yang di buat dengan
bahan dasar jagung yang di parut dan di campur dengan gula merah dan
sedikit gula pasir kemudian di kukus selama 25 menit.
f. Perkedel jagung
Makanan ini merupakan salah makanan yang sangat di gemari
semua orang, dan juga banyak di jumpai di setiapa daerah. Makanan
yang rasanya asin ini adalah makanan yang mengenyangkan bagi semua
orang, makanan yang terbuat dari bahan dasar jagung ini yg di
campurkan dengan sedikit tepung terigu,garam,gula,udang dan bawang
seledri yang semuanya di campurkan dan di goreng setelah itu di tiriskan
dan siap di makan.

SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


71
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
g. Bubur Jagung (Bonnyo)
Makanan ini merupakan makanan khas tradisional orang Makassar
Sulawesi selatan yang termasuk makanan manis yang bahan dasarnya
terbuat dari jagung hanya saja makanan ini agak berbeda dengan yang
lain di karenakan proses pengolahannya yang sedikit rumit sehingga
makanan ini sangat jarang di temui di pasar atau di toko akan tetapi bisa
di dapatkan dan di temui dalam kehidupan rumah tangga, akan tetapi
proses penyajiannya jagung di campur dengan santan, tepung terigu, air,
gula dan garam.Dalam pembuatan bubur jagung menggunakan jagung
pulut di karenakan jagung ini cocok untuk pembuatan bubur jagung atau
bonnyo
B. Proses Pengolahan Dan Penyajian Makanan
Dalam proses pengolahan dan penyajian makanan yang semua
berbahan dasar dari jagung, cara mengolahnya tidak terlalu sulit dan
semua orang bisa melakukannya sehingga makanan yang berbahan
dasar jagung ini sangat di gemari walaupun tinggkat pasarannya agak
sedikit relatif rendah kecuali jagung kuning, dalam mengolah jagung
menjadi sebuah makanan merupakan salah satu makanan yang
berkarbohidart tinggi seperti di komunitas batujala kanre lumu ini sangat
sering disajikan di meja makan. Seperti yang di ungkapkan oleh Nurbaya
(45 tahun).
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


72
Rachmatia Syam Khalik
E51105016

,,,,,,,,tidak pernah itu tidak masakka kanre lumu, seperti
sakitki kepalayya kalo tidak makanka seharian itu kanre
lumu. Kalo cara masakna juga gampangji tinggal di
campurkangi dengan air baru nu aduk-aduk sampai dia
keras jadimi kanre lumu tapi biasa juga kalau ada beras di
campurkangi sedikit, setelah itu sudahmi tinggal di
makan,,,,,,,,,
Dari hasil wawancara di atas menjelaskan bahwa mengkonsumsi
kanre lumu serta proses pengolahannya pun sangat mudah dan sangat
terjangkau karena mereka sendiri yang menanam jagung tersebut.
Berikut ini adalah beberapa contoh berbagai makanan yang berbahan
dasar jagung serta pengolahannya yang dapat lihat yakni:
1. Nasi jagung
Bahan yang di gunakan :
a. Jagung pulut atau pipilan baru 5 kg
b. Air dingin secukupnya
c. Air hangat secukupnya
Cara membuat :
Pilih jagung pulut yang baru, lalu tumbuk kasar dan ayak, hasil ayak di
tampi agar tembaga dan kulit arinya hilang, hasil pengayakan di cuci, lalu
pisahkan bagian-bagian yang mengapung. Bagian jagung yang di gunakan
di rendam dalam air bersih selama 2 hari setelah itu ganti air rendaman
setiap hari, setelah di rendam cuci dan tiriskan.
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


73
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
Jagung selanjutnya di tumbuk halus dan di ayak. Bila jagung yang di
tumbuk masih kasar, tumbuk lagi kemudian ayak kembali, hingga diperoleh
jagung berbentuk tepung. Tepung di letakkan pada tampah, beri sedikit air
demi sedikit sambil tepung sering di aduk. Bolak-balik dengan tangan
hingga membentuk butiran-butiran tepung.
Butiran hasil pengayakan tersebut, di masukkan sedikti demi sedikit
pada dandang, lalu di kukus selama 30 menit, angkat dan letakkan pada
tampah dan tiriskan, bolak-balik sambil beri air hangat sedikit demi sedikit
kemudian hasilnya didinginkan, hasil penjemuran kemudian di kukus
kembali selama 1 jam. Hasil kukusan selanjutnya diangkat dan didinginkan,
hasil yang diperoleh dinamakan nasi jagung. Dalam penyajiannya makanan
nasi jagung di hidangkan dengan lauk pauk dan sayur mayur.
Adapun alat yang di gunakan untuk membuat beras jagung yakni
spesifikasi alat adalah panjang 80 cm, lebar 80 cm, dan tinggi 90 cm.
tenaga penggerak alat tersebut secara manual, dengan kapasitas yang
dapat di selesaikan dengan sebanyak 25 kg jagung. Bahan pembuat alat ini
adalah kayu balok, Kayu papan, dan besi cor.
Fungsi alat pembuat beras jagung ini adalah menghancurkan jagung
pipilan menjadi butiran jagung yang berukuran beras untuk dip roses lebih
lanjut cara kerjanya jagung yang akan di olah di masukkan dalam hopper
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


74
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
atau kotak tempat pemasukkan biji jagung yang tersedia. Kemudian,
tangkai pemutar di gerakkan bolak-balik setengah lingkaran. Cincin
pengatur ukuran jagung yang akan di buat di atur sesuai dengan ukuran
butiran yang diinginkan, mesin pemipil jagung modern adapun mesin yang
langsung. Alat yang di rancang oleh tropical products institute dari inggris.
Dengan spefikasi tinggi alat 19 cm dan lebarnya 7,5 cm..
Alat pemipil jagung manual ini menggunakan tenaga manusia
langsung, berfungsi untuk memipil dan melepaskan butir-butir jagung dari
tongkolnya hingga butir-butir disortasi. Alat ini mempunyai cara kerja
sebagai berikut:
1. Siapkan tongkol jagung keringyang akan di pipil
2. Masukkan jagung kering tersebut pada lubang tempat pemipilan
3. Putarkan alatnya dan tongkoljagung diam, atau putarkan tongkol
jagungnya sedangkan alatnya didiamkan.
4. Selesai memipil seluruh jagung, alat di bersihkan kembali supaya dapat
di gunakan kembali dengan baik.
2. Jagung Goreng
Bahan yang digunakan :
a. Jagung pulut
b. Kapur sirih
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


75
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
c. Bawang putih
d. Bawang merah
e. GaraM
Cara pengolahannya:
Membuat jagung goring bukan pekerjaan yang sulit berikut ini adalah
langkah-langkahnya yakni mula-mula jagung pipilan yang sudah di kering di
bersihkan dari kotoran kemudian di rendam selama semalam, jagung selama
1-2 jam atau setelah ada butiran jagung, jika sudah merekah barulah jagung
diangkat, saat perebusan bubuhkan sedikit garam dan bumbu yang
bumbunya itu bawang merah, bawang putih setelah itu jagung di angkat dan
di tiriskan, setelah dingin sebaiknya di cuci dengan air bersih sambil di
hilangkan kulit arinya, tahap pengeringan kunci utamanya supaya jagung
goreng enak dan renyah.
Sebetulnya pada proses pengeringan dan penjemuran waktu
penjemuran harus rajin membolak-balikan butiran jagung sehingga keringnya
merata, butiran jagung rebus yang telah kering siap untuk di goreng, saat
penggorengan nyala api harus stabil supaya jagungnya bias masak dengan
merata, bila jagung tidak betul-betul kering hasilnya akan keras jadi tingkat
kekeringannya pun nantinya menentukan kualitas jagung goring tersebut.
Dalam segi penyajiannya jagung goreng di santap di waktu senggang, dan
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


76
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
juga kadang-kadang di hidangkan pada saat kerabat dan sanak family
berkunjung.
3. Perkedel Jagung.
Bahan yang di gunakan :
a. 80 gram tepung beras
b. Dua sendok makan tepung terigu
c. Setengah sendok teh garam
d. Setengah sendok the merica
e. satu kaldu blok
f. 125 ml air
g. 100 gram udang kupas, lalu potong sesuai keinginan
h. Enam butir bawang merah
i. Tiga suing bawang putih cincang halus
j. 325 gram jagung manis segar yang telah di pipil
k. Minyak untuk menggoreng
Cara membuatnya :
Campurkan tepung beras, terigu,garam,merica,kaldu blok, lalu aduk
hingga merata, tuangkan air kemudian aduk kembali hingga merata,
masukkan udang, bawang merah, bawang putih, lalu aduk kembali sampai
rata, masukkan jagung pipilan lalu aduk lagi sampai seluruhnya merata
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


77
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
setelah itu panaskan minya, masukka 2 sendok adonan jagung, masak
hingga kekuningan keemasan lalu angkat dan tiriskan. Biasanya
penyajiannya ini di hidangkan dengan nasi jagung atau kanre lumu.
4. Bubur Jagung (Bonnyo)
Bahan yang di gunakan :
a. Jagung pulut kupas di rendam semalam
b. Santan encer
c. Santan kental
d. Daun pandan
e. Garam
f. Tepung terigu
Cara membuat :
Masak jagung dengan air banyak sampai jagung lunak, setiap airnya
habis di tambahkan terus lagi sampai di dapatkan jagung yang mulai lunak,
apabila air sudah menyusut tambahkan santan encer dan daun pandan,
masak terus sampai jagung benar-benar lembut. Siapkan santan kental dan
beberapa sendiok tepung terigu, masukkan sedikit-demi sedikit air bubur
kedalam bubur jagung aduk rata dan biarkan mendidih dan kental. Siapkan
dan hidangkan selagi masih panas dan tambahkan gula pasir.

SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


78
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
C. Pandangan Masyarakat Tentang kanre lumu
Nasi jagung atau biasa orang menyebut di komunitas batujala
dengan sebutan kanre lumu telah lama dikenal oleh masyarakat namun
karena proses membuat dari bentuk jagung pipil hingga nasi yang lama,
meliputi proses penumbukan berulang serta penjemuran, maka
penerimaannya sebagai bahan pangan pokok lebih rendah daripada nasi
biasa. Oleh karena itu pengolahan jagung menjadi beras jagung diperlukan
untuk mempersingkat waktu pembuatan jagung menjadi nasi jagung. Rasa
nasi jagung, seperti halnya nasi dari beras, dipengaruhi oleh kandungan
amilosa. Makin rendah kandungan amilosa, rasa nasi jagung menjadi
semakin pulen (Zuraida et al, 2001). Pati jagung normal mengandung 74-
76% amilopektin dan 24-26% amilosa. Dengan kadar amilosa tersebut
diharapkan nasi yang terbentuk dari beras jagung masih bersifat pulen dan
tidak keras saat dingin karena kadar amilosa yang tidak terlalu tinggi.
Keunggulan jagung tidak kalah oleh nasi/beras bila dilihat dari segi gizi
yang dihasilkan, bila mengkonsumsi jagung yang dosisnya setara dengan
nasi jagung akan lebih tahan lama (rasa kenyang) dibandingkan dengan nasi
serta kalori yang dihasilkan dari jagung setara dengan nasi. Manfaat jagung
sangat baik pula untuk kesehatan dan harga dipasaran per liter relative lebih
murah dibandingkan beras.
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


79
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
Seperti yang dikemukakan oleh Lisa (24 tahun)
,,,,,,,samaji dengan nasi tapi kalau saya lebih
ku pilih Kanre Lumu karena kurasa lebih cepatka
kenyang, lamaka baru lapar lagi klo Kanre Lumu,
Kalo pagi kumakan Kanre Lumu sorepi baru laparka
lagi, tidak sama kalo nasi, siang na lapar meki
lagi,,,,,,,
Lain lagi yang diungkapkan oleh Dg. Ranca (35 tahun)
,,,,,,,,,kalo makanka Kanre Lumu lebih sehatka
kurasa, juga jarangka sakit. Kuat juga smua badanku
kurasa, kalo kerjaka lamapi baru kurasa capekna. Klo
jagung nda bellima kodong, karena kutanam ji
sendiri,,,,,,,,
Pengolahan jagung menjadi beras jagung menciptakan alternatif
makanan pokok selain beras dengan sifat organoleptis yang hampir sama,
rasa yang netral, dan waktu proses pembuatannya yang sama dengan nasi
dari beras. Didukung dengan keunggulan kandungan nutrisi serta keinginan
masyarakat untuk mencoba mengkonsumsi kanre lumu, Beras jagung
memiliki potensi yang baik sebagai alternatif makanan pokok selain beras.
Dengan demikian diharapkan beras jagung dapat mensukseskan
program diversifikasi pangan pemerintah dan mengurangi ketergantungan
Indonesia terhadap beras sehingga menciptakan swasembada pangan dan
ketahanan pangan dapat terwujud. Dilihat dari keunggulan nasi jagung hal ini
bisa di manfaatkan sebagai peluang bisnis kuliner dengan mengangkat
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


80
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
tradisional food sebagai keunggulan kuliner yang ditawarkan. Prospek ini
sangat menggairahkan karena saat ini masyarakat lebih concern terhadap
makanan tradisional yang lebih sehat di bandingkan makanan fast food yang
ada sekarang. Selain itu banyak di kota-kota besar masyarakatnya belum
familiar terhadap nasi jagung sehingga bisa di tawarkan sebagai makanan
pokok alternatif baru yang lebih sehat.
Pembuatan nasi jagung sangatlah sederhana, supaya empuk, jagung
direndam semalam, jika akan memasak tinggal dicampur dengan beras dan
dikukus hingga tanak. Nasi jagung biasanya dipadukan dengan lauk pauk
telur petis, daging tolotoh, kering kentang, pindang tongkol. Sedangkan untuk
sayurnya bisa ditambah dengan tumisan sayur.
Membuka usaha bisnis makanan nasi jagung dapat memberikan
nuansa baru di dunia kuliner sebagai makanan pokok alternatif bagi
masyarakat. Selain melestarikan budaya kuliner kita, nasi jagung juga
menyehatkan masyarakat dan memberikan keuntungan secara finansial bagi
pemiliknya karena harganya yang lebih terjangkau.



SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


81
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap masalah dari
pembahasan yang telah diuraikan maka penulis menarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam beberapa aspek di komunitas Batujala lebih menerapkan
ketersediaan makanan pokok yaitu kanre lumu sebagai bahan
utama untuk dikonsumsi (Makanan pokok).
2. Ketersediaan bahan dasar berupa jagung jenis lokal berasal dari
hasil perkebunan yang dilakukan oleh komunitas Batujala itu
sendiri.
3. Faktor lingkungan serta cuaca menjadi pendukung tumbuhnya
jagung di daerah Batujala, dikarenakan daerah tersebut merupakan
dataran tinggi.
4. Ada 3 jenis jagung local pada komunitas Batujala yang mereka
ketahui yakni Jagung Pulut, Jagung Putih, Jagung Kuning.
5. Ada beberapa variatif makanan berbahan dasar jagung di
komunitas Batujala selain nasi jagung (kanre lumu) yakni Keripik
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


82
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
Jagung (Lappo), Jagung Goreng (Kero), Jagung Masak (Bassang),
Kue Lapis Jagung, Perkedel Jagung, Bubur Jagung (Bonnyo)
6. Pada umumnya Proses pengolahan dan penyajian makanan
berbahan dasar jagung yang ada di komunitas Batujala cukup
mudah, tidak membutuhkan proses waktu yang lama serta biaya
yang dikeluarkan tidak terlalu besar.
7. Pandangan komunitas Batujala tentang nasi jagung (Kanre Lumu)
selain sebagai makanan pokok, juga dapat memberikan manfaat
bagi kesehatan tubuh mereka serta mengenyangkan jika
dikonsumsi dan juga kalori yang dihasilkan lebih besar
dibandingkan dengan menkonsumsi nasi putih.
B. Saran
Dari gambaran yang di sajikan pada bab-bab di muka, maka
penulis ajukan saran sebagai berikut:
1. Pemerintah lebih memperhatikan hasil produksi jagung di Batujala
agar produksi jagung tidak menurun.
2. Dari segi pemasaran sebaiknya komunitas Batujala agar
mempromosikan jagung putih menjadi lebih bernilai ekonomis.
3. Lebih menambah lagi variasi makanan yang dapat diolah dari
bahan dasar jagung menjadi makanan jenis kue maupun non kue.
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


83
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
4. Perlunya pemerintah mensosialisasikan bahwa makanan berbasis
jagung setara dengan nasi bila ditinjau dari segi nilai gizi serta
harga jagung local relative lebih murah dibandingkan dengan
beras.


















SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


84
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta

Apomfires, Frans. 2002 Jurnal Antropologi Papua, Makanan Pada
Komuniti Adat Jae: (Catatan Sepintas-Lalu Dalam Penelitian
Gizi1 Volume 1. No. 2, Desember 2002)

Aryani mewa. 2004. Diservikasi konsumsi pangan di indonesia:antara
harapan dan kenyataan.pusat analisis sosial ekonomi dan
kebijakan pertanian.Bogor

Adam sulaeman. 2008. Kebiasaan Makan Masyarakat Berbasis jagung di
Desa Tompo Kabupaten Barru. Makassar. Skripsi Jurusan
Antropologi

Brata, Trisnu Nugraha. 2007. Buku Antropologi Sma Kelas 3:Erlangga.
Jakarta.

Foster,George. M dan Anderson. 1986. Antropologi Kesehatan. Jakarta :
UI press.

Jonatan lassa. 2005. Politik Ketahanan Pangan Indonesia. Artikel kompas
2005;

Keesing, Roger. M. 1999. Antropologi Budaya Suatu Perspektif
Kontenporer:Erlangga. Jakarta

Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Rineka Cipta: Jakarta
1992. Beberapa Pokok Antropologi Sosial.Dian
Rakyat:Jakarta

Khumaidi, M. 1994. Bahan Pengajaran Gizi Masyarakat. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.

Maleong, Lexy. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakaraya;
Bandung

SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


85
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
Meliono irmayanti dan Budiarto. 2002 Dimensi Etis Terhadap Budaya
Makan dan Dampaknya Pada Masyarakat. ( Makara, Sosial
Humaniora, vol. 8, no. 2, Agustus 2004: 65-70)

Moehji, S .1989, Ilmu Gizi Jilid II: penerbit Bharata Karya Aksara, Jakarta,
pp.9.

Mapandin. Y. Wahidah. 2006. Hubungan factor-faktor social budaya dengan
Konsumsi Makanan Pokok Rumah Tangga Pada Masyarakat di
Kecamatan Wamena. Kabupaten Jayawijaya Tahun 2005;
Program Pasca Sarjana Universitas Di Ponegoro. Semarang.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan perilaku kesehatan. PT.
Rineka Cipta. Jakarta.

Pujileksono Sugeng. 2006. Petualangan antropologi:UUM Press: Malang

Purwono dan Hartono Rudi. 2010. Bertanam Jagung Unggul : Penebar
Swadaya; Jakarta

Sairin, Safri An Al. 2002. Pengantar Antropologi Ekonomi. Pustaka Pelajar:
Yogyakarta

Sediaoetama, A.D. 1999. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid II.
Penerbit Dian Rakyat, Jakarta

Soedarmo, Poerwo Dan Sediaoetama .1985, ilmu gizi; penerbit Dian
Rakyat ; Jakarta

.
Suhardjo. 2005. Perencanaan pangan dan gizi ; Bekerjasama Dengan Pusat
Antar Universitas- Pangan Dan Gizi Institut Pertanian Bogor ;
Penerbit Bumi Aksara.Bogor.

Suhardjo. 2006. Pangan, gizi dan pertanian; Ui press; Penerbit Universitas
Indonesia. Jakarta
Sutarwodjo, 1983, Penyelenggaraan Makanan Keluarga, Departemen
SKRIPSI
Kanre lumu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto)


86
Rachmatia Syam Khalik
E51105016
Kesehatan RI. AKZI, Jakarta
Rakhby. 2006. Pola Konsumsi Dan Pengetahuan Gizi Masyarakat Petani Di
Kelurahan Manarang:Makassar. Skripsi Jurusan Antropologi

http://gastronomika,nyonyafood.com/pdf/Bab%2015.budaya.makan.pdf.
Diakses pada tanggal 12 maret 2010)

file:///meningkatkan-ketahanan-pangan-indonesia-berbasis-sumber-daya-
lokal.html) (di akses pada tanggal 5 februari 2010)
(http://www.kompas.com ( diakses pada tanggal 12 maret 2010)
http://id.wikipedia.org/wiki/Jagung ( di akses pada tanggal 20 januari 2010)
http://www.ginandjar.com/public/30MembangunKemandirianPangan.pdf ( di
akses pada tanggal 3 maret 2011)

Anda mungkin juga menyukai