ABSTRAK
Usaha diversifikasi pangan hingga kini belum menunjukkan hasil seperti yang
diharapkan pemerintah. Salah satu kebijakan pemerintah di bidang konsumsi pangan
yaitu mengembangkan diversifikasi pangan dengan menggali sumber karbohidrat dan
teknologi pengolahan pangan pokok yang berasal dari lokal. Teknologi pengolahan
berbasis pangan pokok lokal yang telah ada di daerah masih dilakukan secara tradisional.
Oleh karena itu perlu diperbaiki, digalakkan dan dikemas menjadi pangan pokok siap
saji yang diterima masyarakat Indonesia menjadi makanan pokok pengganti beras.
Sebagai contoh produk makanan pokok lokal yang telah diperbaiki teknologinya antara
lain makanan Ledok (bubur dari bahan jagung dan singkong) menjadi produk Ledok
Instan, Beras Aruk menjadi Beras Singkong Semi-Instan (BSSI), Beras ubi (Rasbi), Tiwul
instan dan Beras Sagu Tiruan. Berdasarkan sebarannya, produk pangan pokok di
Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 3 golongan yaitu : untuk wilayah Indonesia
Bagian Barat mengkonsumsi makanan pokok ”nasi non beras”, untuk wilayah Indonesia
Bagian Tengah mengkonsumsi makanan pokok ”bubur dari bahan tepung” dan untuk
wilayah Indonesia Bagian Timur mengkonsumsi makanan pokok ”bubur dari bahan pati”.
kata kunci : diversifikasi pangan, pangan pokok lokal
ABSTRACT
Efforts on food diversification has yet resulted in what expected by the government.
One of government policies in food consumption sector is to develop food diversification
by exploring the local sources of carbohydrate and local food processing technology.
Local-staple-food-based processing technology that has already existed in the area is
still traditionally operated. Therefore, the products need to be improved, promoted and
packaged into ready-to-eat staple food that can be consumed as the substitution of rice
as staple food by the people of Indonesia. For examples, the improved technology of
local staple food products among others are Ledok foods (porridge made from maize
and cassava) which have been formed into instant products, and Aruk grain which has
been transformed into Semi Instant Cassava Grains (BSSI), Cassava grain (Rasbi),
Tiwul instant and artificial Sago grain. Based on their distribution, staple foods in Indonesia
can be classified into 3 basic non-rice categories. First, boiled kernel non rice is consumed
in the Western parts of Indonesia; second, porridge made from flour is consumed as the
staple food in Middle zones of Indonesia; and third, slurry of starch material is eaten
eastern regions of Indonesia.
keyword: diversification of food, the local staple food.
Pengembangan Diversifikasi Pangan Pokok Lokal (Suismono dan Nikmatul Hidayah) 297
Tabel 2. Sifat Amilografi Tepung Biji-bijian, Umbi-umbian dan Buah Sumber Karbohidrat
III. JENIS-JENIS PANGAN POKOK LOKAL lokal di Indonesia. Berdasarkan sebaran produk
DI INDONESIA pangan pokok di Indonesia, maka dapat
dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu:
Ketika pemerintah menjadikan beras
(i). untuk wilayah Indonesia Bagian Timur
sebagai bahan pangan pokok secara nasional,
(Papua dan Maluku) konsumsi makanan pokok
masih ada masyarakat di sejumlah daerah
berupa “bubur dari bahan pati” seperti
yang tetap memakan singkong, ubi, sagu, dan
Papeda (bubur pati sagu), kapurung (bubur
jagung sebagai makanan pokoknya. Kearifan
pati sagu), bubur ubi (makanan enbal); (ii).
tersebut terbukti dapat membebaskan mereka
untuk wilayah Indonesia Bagian Tengah
dari krisis pangan ketika pasokan beras (Sulawesi, Kalimantan dan Bali) mengkonsumsi
berkurang dan harga beras melambung seperti makanan pokok “bubur dari bahan tepung”
yang terjadi akhir-akhir ini. Berikut ini adalah seperti bubur Menado, Basang (bubur jagung),
beberapa contoh pangan pokok lokal yang bubur tepung ubi (makanan Ledok); dan (iii).
masih dikonsumsi masyarakat dan bisa ditemui untuk wilayah Indonesia Bagian Barat (Jawa
di beberapa daerah di Indonesia (Tabel 3). dan Sumatra) konsumsinya berupa “nasi non
Tabel 3 menunjukkan bahwa berdasarkan beras” seperti nasi tiwul, nasi ampok (nasi
peta wilayah asal makanan pokok pangan jagung), nasi ubi (nasi aruk).
Pengembangan Diversifikasi Pangan Pokok Lokal (Suismono dan Nikmatul Hidayah) 299
3.1. Deskripsi Pangan Pokok Lokal di pisang yang dikenal sebagai papeda bungkus.
Indonesia Cara makannya yang dikombinasikan dengan
3.1.1. Papeda ikan serta sayuran berkuah. Papeda biasanya
Papeda merupakan bubur sagu yang disantap dalam keadaan panas bersama kuah
menjadi makanan pokok masyarakat Maluku kuning yang terbuat dari ikan tongkol atau ikan
dan Papua. Makanan sejenis papeda juga mubara dan dibumbui kunyit dan jeruk nipis.
dikenal di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Papeda masih banyak dijumpai di warung-
Tenggara masing-masing dikenal sebagai warung makanan tradisional sepanjang kota
kappurung dan sinonggi. Persamaan ketiga Ternate dan bisa menjadi salah satu daya tarik
jenis makanan tersebut terletak pada bahan wisata kuliner bagi wisatawan dari luar Maluku
baku utamanya berupa pati sagu. (Nita Femmilia, 2010). Akan tetapi
Pembuatan papeda melalui proses pengembangannya sebagai salah satu pangan
gelatinisasi pati dengan cara memasukkan air pokok alternatif pengganti beras belum banyak
mendidih ke dalam sempe sambil diaduk dilakukan oleh pemerintah setempat. Tak perlu
dengan cepat dan merata sehingga terbentuk khawatir dengan nilai gizi papeda, kenyataan
gel kenyal yang transparan. Gel inilah yang menunjukkan bahwa masyarakat yang
dinamakan papeda (Gambar 1). Tekstur gel mengkonsumsi papeda lengkap dengan lauk
papeda yang diinginkan dapat diperoleh pauknya, tidak pernah menghadapi masalah
dengan cara mengatur rasio jumlah air panas kekurangan zat gizi.
terhadap pati sagu yang digunakan. Jumlah 3.1.2. Ledok.
air yang ditambahkan pada pembuatan papeda
Ledok adalah sejenis bubur makanan
lunak lebih banyak dibandingkan dengan
papeda yang bertekstur keras. Karena kadar tradisional masyarakat Nusa Penida,
airnya tinggi, maka daya simpan papeda Kabupaten Klungkung, Bali. Ledok dibuat
relatif sangat singkat dibandingkan produk dengan menggunakan bahan baku utama
semi basah atau produk kering. Untuk berupa jagung dan singkong, ditambah bahan-
memperpanjang daya simpan papeda, bahan lain seperti kacang panjang, kacang
masyarakat setempat biasanya menyimpan merah, kemangi dan terkadang juga dicampur
papeda yang masih dalam keadaan panas ke dengan ikan laut segar. Makanan ini diberi
dalam batang bambu bersih yang baru nama ledok karena selama proses
ditebang dan ditutup rapat. Dengan cara pembuatannya terutama pada tahap
tersebut papeda dapat bertahan 3-4 hari. perebusan selalu dilakukan pengadukan
Papeda juga dapat dibungkus dengan daun (dalam bahasa daerah Bali disebut ngeledokin).
Pengembangan Diversifikasi Pangan Pokok Lokal (Suismono dan Nikmatul Hidayah) 301
3.1.3. Beras Aruk Proses berikutnya adalah ubikayu dihancurkan
Beras aruk merupakan sebutan untuk sambil diremas-remas dalam air mengalir agar
beras yang berasal dari ubikayu yang menjadi patinya hilang, kemudian dilakukan
makanan pokok masyarakat Desa Tempilang, penumbukan sampai halus. Selanjutnya tepung
Bangka Barat sejak sebelum era penjajahan ubikayu dimasukkan dalam karung untuk
Belanda. Makanan olahan dari singkong ini proses pengepresan dengan cara dihimpit,
berbentuk butiran-butiran kecil dengan tekstur lalu diayak dengan ayakan butiran kecil. Hasil
dan rasa yang khas. Beras aruk sampai tahun ayakan selanjutnya disangrai (ditambahkan
1980-an masih banyak dikonsumsi oleh sedikit minyak goreng) dan dijemur selama 12
masyarakat Pulau Bangka sebagai pangan jam (Gambar 3). Untuk mengolah beras aruk
alternatif, akan tetapi dengan maraknya menjadi nasi aruk biasanya dilakukan dengan
makanan cepat saji beras aruk mulai proses pemasakan (pengukusan) selama satu
ditinggalkan sebagai makanan pokok (Tuti dan jam setelah beras aruk direndam terlebih
Wulan, 2009). Saat ini beras aruk masih dahulu dalam air selama satu jam. Nasi aruk
banyak disajikan sebagai camilan atau menu biasanya dihidangkan dengan sayur, terutama
sarapan serta sebagai hidangan pokok pada yang bersantan dan ikan laut. Kandungan
acara tertentu (pesta). Menurut hasil penelitian nutrisi beras aruk terdiri dari kadar air 12,5
kandungan karbohidrat beras aruk cukup tinggi persen, protein 0,6 persen, lemak 0,8 persen,
yaitu 85 persen, akan tetapi rendemennya karbohidrat 85,9 persen, abu 0,2 persen dan
sangat kecil hanya sekitar 12 persen. energy 353 kkal dengan dasar berat basah
(Tuti dan Wulan, 2009).
Proses pembuatan beras aruk dilakukan
melalui beberapa tahapan. Pertama 3.1.4. Jeppa
pengupasan ubikayu, selanjutnya ubikayu Jeppa merupakan makanan tradisional
kupas dimasukkan ke dalam karung dan bagi masyarakat suku Bugis Mandar di Pulau
direndam dalam air bersih yang mengalir Laut, Kotabaru, Kalimantan Selatan. Jeppa
selama tiga hari. Setelah perendaman selesai, dibuat dari singkong melalui proses pengolahan
ubikayu ditiriskan dan dibuang serat sumbunya. yang sederhana. Pertama singkong dikupas
Pengembangan Diversifikasi Pangan Pokok Lokal (Suismono dan Nikmatul Hidayah) 303
3.1.6. Baalo Binthe makananpokok khas masyarakat Bugis,
Baalo Binthe merupakan makanan pokok Makassar, Mandar, dan Toraja. Proses
tradisional sebagian penduduk di Kabupaten p e m b u a ta n B a s a n g d i a w a l i d e n g a n
Pahuwato dan Boalemo, Gorontalo (Badan pengeringan dan pengelupasan kulit ari jagung
Ketahanan Pangan. 2011). Makanan ini dibuat terlebih dahulu. Jagung tanpa kulit kemudian
dari campuran beras dan jagung giling dengan digiling kasar dan direndam dalam air kapur
perbandingan 3:1. Sebelum dicampur dengan selama beberapa menit. Proses dilanjutkan
beras, jagung giling direndam terlebih dahulu dengan pemasakan jagung yang telah
dalam air selama 30 menit supaya direndam tadi dengan santan cair dan
teksturnya lebih lunak. Proses selanjutnya garam sampai matang. Setelah tekstur agak
adalah pemasakan sampai matang seperti lembek ditambahkan santan kental dan gula
halnya penanakan nasi biasa (Gambar 6). (Gambar 7). Basang biasa dihidangkan panas
3.1.7. Basang sebagai makanan pokok masyarakat di daerah
Basang merupakan bubur jagung, Makassar (Wahyu Tri Rahmawati, 2010).
di Makassar, bahkan juga telah masuk ke dalam air selama 30 menit dan
beberapa restoran bersanding dengan penumbukan sampai menjadi tepung halus
makanan modern. Di daerah Luwu sendiri, (Gambar 9). Untuk pembuatan tepung teratai
Kapurung sering di sebut Pugalu. Secara dipilih biji teratai yang sudah cukup tua yang
umum proses pembuatan Kapurung tidak biasanya berwarna cokelat. Kandungan
berbeda jauh dengan Papeda dimana proses karbohidrat, protein, dan mineral biji bunga
gelatinisasi pati sagu menjadi prinsip utamanya. teratai tak kalah dibanding beras dan terigu
Setelah tepung sagu disiram dengan air sehingga Talipok dapat dikembangkan sebagai
mendidih dan terbentuk gel, kemudian dibentuk salah satu alternatif pangan pokok non beras
bulatan kecil-kecil seperti bakso. Untuk terutama di daerah Kalimantan Selatan.
Pengembangan Diversifikasi Pangan Pokok Lokal (Suismono dan Nikmatul Hidayah) 305
Gambar 10. Proses Pembuatan Produk Embal
Pengembangan Diversifikasi Pangan Pokok Lokal (Suismono dan Nikmatul Hidayah) 307
Gambar 14. Proses Pembuatan Makanan Bubur Hanjeli
3.1.14. Bubur Hanjeli berbahan baku singkong atau kasava baik dari
Bubur hanjeli merupakan makanan bubur gaplek maupun dari tepung kasava. Komposisi
yang dibuat dari bahan tepung biji hanjeli kimia tiwul instan adalah kadar air 10 persen,
(jagung jali) yang berasal dari Jawa Barat. protein 1,65 persen, lemak 0,45 persen, abu
Proses pembuatan bubur hanjeli adalah tepung 1,5 persen serat kasar 1,63 persen (dasar
anjeli direbus selama 20 menit sambil dilakukan berat basah). Dengan banyaknya penelitian
pengadukan sampai rata sehingga dihasilkan tentang Tiwul, eksistensi Tiwul juga berhasil
bubur hanjeli. merambah dunia industri dengan diproduksinya
tiwul instan oleh PT. Sinar Sukses Sentosa di
IV. PENGEMBANGAN PANGAN POKOK Gunungkidul. Tiwul instan di buat untuk
LOKAL menyederhanakan proses pembuatan tiwul
Pengembangan makanan pokok berbasis dan mempermudah distribusi ke konsumen.
pangan pokok lokal telah dilaksanakan melalui 4.2. Beras Singkong Semi Instan (BSSI)
beberapa hasil penelitian, baik yang ada di Proses pembuatan Beras Singkong Semi
Laboratorium milik Litbang, perguruan tinggi instan (BSSI) dimulai dengan pembersihan
maupun perusahaan industri pangan. kulit dan memotong secara melintang singkong
4.1. Tiwul Instan segar dengan ukuran panjang 2 cm. Setelah
Tiwul instan dibuat dari bahan utama itu rendam dalam air perendam pertama
berupa tepung singkong yang diperkaya dengan menggunakan larutan soda kue
(difortifikasi) melalui pencampuran bahan (NaHCO 3 ) 2 persen atau menggunakan
tepung jagung, vitamin dan mineral serta air. campuran dua pelarut, yaitu larutan soda kue
M e l a l u i p r o s e s p e n g e r i n g a n ta n pa (NaHCO 3 ) 2 persen dan larutan natrium
menggunakan bahan pengawet. Produk tiwul metafosfat (Na 2 PO 4 ) 0,1 persen, masing-
instan bisa tahan disimpan sampai hampir satu masing selama 6 jam. Cuci sampai bersih dari
tahun. bahan kimia perendam, selanjutnya dipotong
Proses pembuatan tiwul instan sendiri dengan ukuran 0,2 cm x 2 cm (seukuran
sebetulnya relatif sederhana. Pertama, beras). Kemudian dikukus selama 5 menit,
singkong yang telah dikupas dan dicuci, ditiriskan dan dikeringkan menggunakan oven.
dipotong tipis-tipis menjadi gaplek lalu direndam Setelah kering, disimpan dalam kantong plastik
dalam air bersuhu 4oC. Setelah direndam yang digunakan untuk makanan dan beras
sambil diaduk untuk beberapa lama, kemudian singkong semi instan siap digunakan (Faisal
ditiriskan dan dikeringkan. Selanjutnya, digiling Anwar, 2004).
halus menjadi tepung gaplek. Tahapan Teknologi proses pembuatan BSSI ini
berikutnya untuk memperkaya rasa, tepung menggunakan 2 cara perendaman, yaitu
singkong itu diberi tepung terigu atau tepung perendaman dengan menggunakan larutan
jagung, tepung gula, garam, dan air. Setelah soda kue dan perendaman campuran larutan
dicampur, adonan tepung itu diayak, dikukus, soda kue dengan larutan natrium meta fosfat.
dikeringkan dan digiling kembali menjadi bubuk Penggunaan soda kue lebih mudah dan praktis
yang siap dikemas setelah diberi formula rasa. karena soda kue sudah biasa digunakan di
Tiwul instan merupakan produk olahan rumah tangga, sehingga penerimaan dapat
Tabel 5. Kadar Zat Gizi dan Lama Waktu Masak Ledok Tradisional dan Ledok Instan
Keterangan : *) Ledok instan ukuran bahan baku utama alamiah (butiran utuh)
**) Ledok instan ukuran bahan baku utama (beras jagung, umbi ketela pohon,
kacang tanah dan kacang merah
Sumber : Suter (2010)
Pengembangan Diversifikasi Pangan Pokok Lokal (Suismono dan Nikmatul Hidayah) 309
adonan. Selanjutnya dilakukan bars adalah tepung terigu, namun dapat
penghabluran dengan menggunakan ayakan disubstitusi dengan tepung lain yang berbasis
berdiameter 8 mesh. Kemudian, tepung yang pangan lokal seperti tepung ubijalar. Produk
telah mengalami penghabluran dilakukan snack bar yang dijual di pasaran adalah Soy
proses pembutiran dengan alat pembutir. Pada Joy.
saat pembutiran, sesekali disemprotkan air
IV. PROSPEK PENGEMBANGAN PANGAN
dan sesekali ditambahkan campuran tepung
LOKAL
sehingga total air yang digunakan sebanyak
65 – 75 persen. Butiran yang dihasilkan Pangan lokal sesungguhnya merupakan
disortasi dengan ayakan 80 mesh, kemudian bentuk kekayaan budaya kuliner Indonesia.
disangrai pada suhu 45 – 50oC selama 5-7 Keanekaragamannya yang terbentuk atas
menit, setelah itu dikeringkan pada suhu 60oC dasar ketersediaan bahan baku dan kebutuhan
selama 72 jam (Suismono dkk., 2004). lokal, menjadikannya memiliki tingkat
4.6. Nasi Sorghum Kering kesesuaian yang tinggi dengan kebutuhan
masyarakat akan energi bagi tubuhnya. Selain
Pembuatan nasi sorghum kering dilakukan itu pemanfaatan berbagai pangan lokal akan
dengan menggunakan metode hasil modifikasi berdampak baik bagi stabilitas pangan suatu
metode pembuatan bubur nasi kering daerah. Sistem pangan lokal inilah yang
(Mulyana, 1988). Bahan nasi sorghum kering menjadi andalan untuk menjamin pemenuhan
adalah beras sorgum direbus dengan air kebutuhan pangan dan mengatasi ancaman
dengan perbandingan air : beras sorghum, 2 dari bahaya kelaparan atau krisis pangan.
: 5, sampai menjadi bubur yang ditandai Indonesia memiliki pangan lokal yang beragam
dengan terbentuknya adonan kental, jumlah dan mulai dilupakan seiring kencangnya
air perebusan yang berkurang atau habis, dan kampanye makan nasi selama Orde Baru.
terbentuknya warna adonan yang jernih
Untuk mengembalikan kejayaan pangan
(melewati suhu gelatanisasi). Kemudian
lokal diperlukan perhatian dan dukungan yang
dilakukan pengeringan dengan menggunakan
nyata dari pemerintah melalui banyak cara,
drum dryer sehingga dihasilkan hancuran
mulai dari bantuan teknologi pascapanen,
lembaran tipis-tipis. Tahapan selanjutnya,
penyediaan bibit berkualitas, pengembangan
hancuran tersebut ditepungkan dengan
teknologi pengolahan pangan, penyediaan
menggunakan mesin penepung dan diayak
infrastruktur gudang, penjaminan pasar, sampai
sehingga dihasilkan tepung sorgum matang.
promosi produk. Potensi pangan berbasis
4.7. Snack Bars sumber daya lokal di Indonesia seperti
Snack bars merupakan makanan padat singkong, jagung, ubi jalar, talas, sagu, kacang-
yang dibuat dari campuran beberapa bahan kacangan, pisang, dan kentang cukup
makanan (blended food) yang diperkaya melimpah. Namun, penganekaragaman
dengan nutrisi yang dibentuk menjadi padat konsumsi pangan ini menyangkut budaya,
dan kompak (a food bar form) (Zakaria, dkk., sosial, ekonomi, dan teknologi. Dari aspek
2010). Snack bars mempunyai beberapa budaya, masih ada persepsi yang terbentuk
keunggulan yaitu umur simpan yang panjang, di masyarakat, "belum makan jika belum
tidak mudah rusak saat didistribusikan dan makan nasi". Padahal jika ditinjau dari segi
mengandung kalori serta protein yang tinggi. energi, 100 gram nasi setara dengan 100 gram
Snack bars diharapkan dapat mencukupi singkong atau 50 gram jagung atau 200 gram
kebutuhan kalori rata-rata orang Indonesia kentang atau 50 gram sagu. Selain itu masih
yaitu sebesar 2100 kkal dengan kandungan ada anggapan di masyarakat bahwa
protein 7-12 persen dari total kalori, dan lemak mengonsumsi pangan lokal dianggap
35-45 persen. Bahan utama pembuatan snack mempunyai nilai sosial yang rendah,
Pengembangan Diversifikasi Pangan Pokok Lokal (Suismono dan Nikmatul Hidayah) 311
Dewi R.S.G.S. 1999. Pengaruh Ukuran Butiran Samad, M. Y. 2003. Pembuatan Beras Tiruan
dan Konsentrasi Tepung Campuran Umbi (Artificial Rice) dengan Bahan Baku Ubikayu
Kimpul (Xanthosoma sagitifolium L. Schott) dan Sagu. Prosiding Seminar Teknologi untuk
terhadap sifat Fisik dan Kimia Cookies. Skripsi. Negeri 2003. Vol. II. Hal36-40/Humas-
Fak. Tek. Industri. Unpas. Bandung BPPT/ANY, BPPT. Jakarta.
Faisal Anwar. 2004. Solusi : Pemberagaman Suismono. 1995. Kajian Pembutan Tepung Ubijalar
Kemandirian Pangan : Manfaat dan Peluang dan Manfaatnya untuk Produk Ekstrusi Mie
Bisnis. Rubrik ”Inspirasi Kompas, hal. 10. Basah. Tesis. Fateta. IPB. Bogor.
Edisi Senin 2 Februari 2004. Jakarta. Suismono, Sri Yuliani, Sri Widowati, Purwani E.Y.,
Femilia, Nita. 2007. Papeda Ternate Bikin Memble Hadi Setyanto, Sri Usmiati dan Puji Raharto.
https://goorme.com/article/papeda-ternate- 2003a. Penelitian Pengembangan Sumber
bikin-memble [diakses januari 2011]. Pangan lokal Labu Kuning. Laporan hasil
Kusumanto Dian, 2009. ELOI, Makanan pokok dari penelitian. BB Pascapanen Pertanian. Bogor.
Singkong Masyarakat Pedalaman Kabupaten Suismono, H. Setyanto,, S Wwidowati, R. Wylis
Nunukan Kalimantan Timur. Nunukan. Arief, dan Amrizal. 2003b. Pengembangan
http./www.ipteknet.com [diakses pada 28 Model Agroindustri tepung kasava skala kecil
Januari 2011] menengah. Laporan hasil penelitian. BB
Louw, J. 2005. Pengkajian sagu berwawasan Pascapanen Pertanian. Bogor.
agribisnis di Kabupaten Yapen. Laporan Hasil Suismono dan M. Pujoyuwono. 2006. Prospek
Penelitian. Balai Pengkajian Teknologi Tepung Kasava Modifikasi secara Biologis
Pertanian Papua. (Biological Modified cassava Flour/ BIMO-CF)
Mulyana, 1988. Pengaruh Varietas Beras, Perlakuan di Indonesia. Seminar Hasil Penelitian Kacang-
dan Suhu Pengeringan pada Pembuatan Bubur kacangan dan Umbi-umbian. Balitkabi. Malang.
Nasi Kering. IPB. Bogor. Suismono, Purwani E.Y., Sri Yuliani, Sri Usmiati,
Mulyadi A. 1999. Pengaruh Pergantian Air dan 2004. Penelitian Pengembangan Teknologi
Jenis Air t erhadap Sifat Fisikokimia dan Pengolahan Pangan berbasis Sagu, Sukun
Fungsional Pati Umbi Ganyong. Skripsi. Fak. dan labu kuning. Laporan hasil penelitian. BB
Tek. Industri. Unpas. Bandung. Pascapanen Pertanian. Bogor.
Prawirautama M.I.F. 1998. Pengaruh Proses Suismono. 2004. Teknologi Pembuatan Tepung
Pengepresan dan Perendaman terhadap Sifat Ubijalar. Seminar Appresiasi Teknologi
Fisikokimia dan Fungsional Tepung Sawut Pengolahan Ubijalar tanggal 1-2 Oktober 2004
Umbi Gadung (Dioscorea Hispida Dennts). yang diselenggarakan oleh Direktorat Jendral
Skripsi. Fak. Tek. Industri. Unpas. Bandung Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Purwani E.Y., Nur Richana, Sunarmani, Rahmawati Pertanian. Kuningan
N., Yetty Setyawati dan S.J. Munarso. 2003. Suismono, Nur Richana, S. Widowati, Widaningrum,
Pengembangan teknologi Pangan Tradisional Misgiyarta, Pujoyuwono M., Heti Herawati, dan
Prospektif sebagai Alternatif Pangan Pokok. Nanan N. 2007. Teknologi Pengolahan Ubikayu
Laporan hasil Penelitian balitpasca. Jakarta dan Ubijalar untuk Diversifikasi Konsumsi
Rahmawati, Wahyu Tri. 2010. Bassang instan, pangan. Laporan Hasil Penelitian. BB Litbang
sereal jagung instan dari Makassar. Makasar. Pascapanen. Bogor.
(Diakses 6 Oktober 2011) Suter I.K. 2010. Pangan Tradisional Ledok sebagai
Sagita, R.H. 1999. Mempelajari Karakteristik Pangan Alternatif. Universitas Udayana, Bali.
Fisikokimia Campuran Tepung Umbi ganyong Tuti Soenardi, dan Sri Wulan . 2009. Hidangan
(Canna adulis Ker) pada Pembuatan Produk Nikmat Bergizi dari Bumi Indonesia: Aneka
Cookies. Skripsi. Fak. Tek. Industri. Unpas. Sajian Mi dan Olahan Lain. PT. Gramedia
Bandung. Pustaka Utama. Jakarta.
BIODATA PENULIS :
Suismono, saat ini berprofesi sebagai Peneliti
Utama pada Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor.
Beliau meyelesaikan pendidikan S1 pada tahun
1980 di Fakultas Pertanian Universitas Negeri
Sebelas Maret, Surakarta dan S2 tahun 1995
di Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor jurusan Teknologi Pascapanen.
Nikmatul Hidayah, adalah staf Peneliti pada
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Pascapanen Pertanian, Bogor. Beliau
meyelesaikan pendidikan S1 pada tahun 2006
di Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas
Gajah Mada, Yogyakarta.
Pengembangan Diversifikasi Pangan Pokok Lokal (Suismono dan Nikmatul Hidayah) 313