Anda di halaman 1dari 3

KAJIAN MAKANAN DAN PENYEMBELIHAN DALAM ISLAM

A. Macam-Macam Makanan yang Haram (Binatang dan Tumbuhan)


Makanan yang diharamkan dalam Islam terbagi menjadi haram lidzhatihi dan haram
lighairihi; yaitu makanan yang pada asalnya halal namun ada faktor lain yang haram
menjadikannya haram. Makanan yang diharamkan lidzatihi oleh al-Qur’an dan hadis secara jelas
antara lain darah (dam masfuh), daging babi, khamr (minuman keras), binatang buas yang bertaring,
burung bercakar yang memangsa dengan cakarnya seperti elang, binatang yang dilarang dibunuh,
binatang yang diperintahkan untuk dibunuh, keledai rumah (humur ahliyah), binatang yang lahir
dari perkawinan silang yang salah satunya diharamkan, anjing, binatang yang menjijikkan dan
kotor, dan semua makanan yang berbahaya bagi kesehatan manusia.
Sedangkan makanan yang haram lighairihi, diantaranya adalah binatang yang disembelih
untuk sesajian, binatang yang disembelih tanpa menyebut nama Allah (basmalah), bangkai dengan
berbagai kriterianya, makanan halal yang diperoleh dengan cara haram dan diperuntukkan untuk hal
yang dilarang, jallalah atau binatang yang sebagian besar makanannya kotoran atau bangkai, dan
makanan halal yang tercampur dengan najis dalam bentuk cair, namun bila berbentuk padat, maka
cukup membuang yang terkena najis saja.1
Kedua, tumbuh-tumbuhan (benda nabati). Dari golongan benda ini dihalalkan memakannya,
kecuali tumbuh-tumbuhan yang dapat menghilangkan akal manusia, atau merusak kesehatan
manusia. Tumbuh-tumbuhan yang menghilangkan akal manusia seperti ganja, khamr, opium, dan
segala tumbuhan yang memabukkan. Yang menghilangkan nyawa manusia seperti racun (tumbuh-
tumbuhan beracun), dan yang merusak kesehatan manusia adalah obat-obatan dari tumbuh-
tumbuhan yang digunakan pada tidak waktunya atau over dosis.2

B. Minuman yang Haram


Minuman keras (khamr) merupakan minuman memabukkan yang diharamkan dalam islam.
Memiliki banyak dampak negatif baik dari segi kesehatan fisik maupun mental. Pengharaman
khamr dilakukan melalui tiga tahapan. Pengharaman pertama terdapat dalam QS. An-Nahl/16: 67:
“Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minuman yang memabukkan dan yang baik.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang
memikirkan.”
Alkohol yang terdapat dalam minuman keras meskipun dalam jumlah yang sedikit, tetap
dapat menyebabkan stimulasi pada berbagai organ. Seseorang yang terbiasa meminum minuman
1
Nur Wahyuni, “Study Analisis Sertifikasi Halal dan Keamanan Pangan”, Jurnal SOCIA AKADEMIKA, Vol. 1, No. 1, Juni
2013.
2
Al-Ghazali dan Abu Hamid, Kitab al-Halal wa al-Haram min Ihya’ ‘Ulum al-Din, (Beirut, Dar al-Kutub al- ‘Ilmiyyah,
1993), Cet. III, hlm. 13.
keras dapat mengidap penyakit alkoholisme. Akoholisme termasuk penyakit otak yang dapat
mempengaruhi berbagai jaringan tubuh. Selain itu, minuman beralkohol dapat menimbulkan
hipertensi. Alkohol juga berpotensi dapat menyebabkan kanker kolorektal. Alkohol dianggap
sebagai karsinogen yang menyerang organ aerodigestif seperti kanker esofagus.3

C. Penyembelihan
Penyembelihan di sini berasal dari kata adz-dzakah yang berarti menrakai wewangian.
Seperti dikatakan; raihah dzakiyyah, artinya aroma yang wangi. Disebut penyembelihan karena
legalitas syariat menjadikannya halal. Ada yang mengatakan bahwa adz-dzakah di sini artinya
penyempurnaan. Seperti dikatakan fulan dzakiy, maksudnya dia memiliki pemahaman yang
sempurna. Namun yang dimaksud di sini adalah penyembelihan atau pemotongan hewan dengan
memutuskan kerongkongan atau tenggorokannya. Hewan yang diperbolehkan untuk dikonsumsi
tidak boleh dimakan darinya sedikit pun kecuali dengan proses penyembelihan, kecuali ikan dan
belalang.4

D. Tata Cara Penyembelihan


Ada beberapa hal yang diwajibkan dalam penyembelihan berdasarkan syariat:
1. Orang yang menyembelih harus sehat akalnya, baik dia itu laki-laki maupun perempuan,
muslim maupun Ahli Kitab.
2. Alat yang digunakan untuk menyenrbelihnya harus tajam yang memungkinkan dapat
menumpahkirn darah dan mernotong tenggorokan, seperti pisau, batu, kayu, pedang,
kacir, batirng yang tajam hingga memungkinkan dapat digunakan untuk memotong
seperti pisau dan tulang, kecuali gigi dan kuku.
3. Memotong tenggorokan dan kerongkongan nanlun tidak disvaratkan keduanya harus
dipenggal hingga terpisah tidak pula pemotongan dua urat leher, karena keduanya
rnerupakan tempat aliran makanan dan rnitrurnatr yang tidak ada kehidupan padanya
yang merupakan tujuan penyembelihan hingga mati.
4. Mengucapkan basmalah. 5

E. Udhhiyah

3
Usman dan Suhardi, “Halal dan Tayyib dalam QS Al-Naḥl/16:114 (Tinjauan Ekonomi dan Kesehatan)”, Jurnal Al-
Wajid, Vol. 1, No. 2, Desember 2020, hlm. 246-247.
4
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Terj. Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Jilid 5, hlm. 352.
5
Syaikh Abu Abdurrahman Adil bin Yusuf Al Azazy, Tamammul Minnah Shahih Fiqih Sunnah, Terj. Syaikh Abu
Ishaq Al-Huwaini, dkk., Jilid 2, hlm. 352-356.
Udhhiyah: hewan yang di sembelih pada hari 'idul adha dalam rangka mendekatkan diri
kepada Allah disebut juga dengan: udhhiyah, idhhiyah, dhahiyyah, dan udhhah. Jumhur ahli ilmu
berpendapat bahwasanya hukumnya sunnah, dan hal tersebut telah shahih dari para sahabat.
Dari Hudzaifah bin Usaid ia berkata, “Aku telah melihat Abu Bakar dan Umar keduanya
tidak melaksanakan udhhiyah karena khawatir mereka berdua akan diikuti." Dari Abi Mas'ud an-
Nadwi ia berkata, "Sungguh aku bermaksud akan meninggalkan udhhiyah, padahal sesungguhnya
aku adalah orang paling kaya di antara kalian karena takut manusia mengira bahwasanya ia adalah
mesti dan wajib."
Demikianlah, sementara itu Abu Hanifah telah berpendapat bahwasanya udhhiyah adalah
wajib hukumnya, dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah cenderung kepada pendapat ini. disyaratkan
dalam udhhiyah tersebut berupa seekor musinnah yaitu yang telah berumur dua tahun, dan
bahwasanya tidaklah sah jadza'ah dari dha'n kecuali apabila kesulitan mendapatkan musinnah
tersebut.6

F. Aqiqah
Kalau kita telurusi makna kata aqiqah secara bahasa, kita akan menemukan ada cukup
banyak pengertian kata ini secara bahasa. Al-Imam Ahmad bin Hanbal menyebutkan bahwa kata itu
ّ DD‫)ع‬yang artinya memotong atau membelah. Pengertian seperti ini
berasal dari kata ‘aqqa (‫ق‬
dirajihkan oleh Ibnu Abdil Barr. Ibnu Manzhur dalam kamus Lisanul Arab, Abu Ubaid Al-Ashma’i,
Az-Zamakhsyari dan yang lainnya, bahwa makna aqiqah dalam bahasa Arab adalah:
‫ال َّش ْع ُر الَّ ِذي َعلَى ْال َموْ لُوْ ِد‬.
Rambut yang tumbuh di atas kepala bayi sejak masih ada di dalam perut ibunya.
Penyebutan itu dilatar-belakangi dari dicukurnya rambut hewan tersebut saat disembelih.
Sedangkan secara istilah syariah, makna istilah aqiqah itu adalah hewan yang disembelih atas
seorang bayi yang lahir sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah dengan niat dan syarat-syarat
tertentu.
Ada perbedaan pendapat tentang kebolehan menggunakan istilah aqiqah. Sebagian ulama
melarang penggunaan istilah aqiqah, namun sebagian lain membolehkan. Menurut para ulama,
daging hewan aqiqah lebih dianjurkan dan lebih afdhal untuk disajikan dalam bentuk masakan yang
siap disantap. 7

6
Ibid, hlm. 581-582.
7
Ahmad Sarwat, Seri Fiqih Kehidupan (11): Sembelihan, (Jakarta Selatan, DU Publishing, 2011), Cet. 1, hlm. 234-241.

Anda mungkin juga menyukai