Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FIQIH

“MAKANAN DAN PENYEMBELIHAN”

DOSEN PENGAMPU:

Yusnimar yusri,M.Pd.I

DISUSUN OLEH:

Akmal

Aprillia

Nur Aisyah

Asti Maharani

Astiah Malika

Mushawir Salam

Destria Dhara Kunanti

i
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGERUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU

2023

KATA PENGANTAR
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Alhamdulillah segala puji dan syukur atas kehadirat Allah Ta’ala yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayahNya. Shalawat serta salam tercurah kepada junjungan alam
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassalam, sehinngga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “MAKANAN DAN PENYEMBELIHAN”.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibuk
Yusnimar Yusri, M.Pd.I pada mata kuliah “Fiqih”. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang “MAKANAN DAN PENYEMBELIHAN” bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Makalah ini juga masih tergolong makalah yang belum sempurna, karena dari itu kami selaku
pembuat makalah ini, mohon dengan sangat agar para pembaca dapat memberikan kritik dan
saran yang membangun agar kami dapat memperbaiki kesalahan yang terdapat pada makalah
kami. Dan tidak lupa kami sangat berharap agar makalah ini sangat bermanfaat bagi para
pembaca. Terimakasih

Pekanbaru, 29 Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1
A.Latar Belakang................................................................................................................................1
B .Rumusan Masalah.........................................................................................................................1
C . Tujuan Masalah :..........................................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................2
A.Pengertian Penyembelihan Hewan................................................................................................2
B.Macam-Macam Penyembelihan Hewan.........................................................................................2
C. Tujuan Penyembelihan..................................................................................................................3
D.Rukun atau Ketentuan Penyembelihan Hewan..............................................................................4
E. Tata Cara Menyembelih Hewan.....................................................................................................5
F. Hikmah Penyembelihan Hewan.....................................................................................................7
A. Pengertian Makanan.....................................................................................................................7
B.Hikmah Halal Dan Haram...............................................................................................................9
BAB III..................................................................................................................................................10
PENUTUP.............................................................................................................................................10
A. Kesimpulan......................................................................................................................................10
DAFTAR PUSAKA..............................................................................................................................10

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Merupakan sesuatu yang tak dapat dipungkiri, Setiap yang hidup membutuhkan makanan dan
minuman sebagai pokok. Masalah yang terjadi bahwa prinsip dasar Islam, Setiap muslim
yang mukalaf itu mempunyai taklifan hukum syar'i. Oleh karena itu sudah selayaknya
muslim tersebut mengetahui akan halal dan haram perbuatannya dalam memenuhi
kebutuhannya. termasuk dalam hal ini, halal dan haaramnya makanan dan minuman.

Allah swt telah memerintahkan agar kita memakan makanan dan minuman yang halal dan
baik (thoyyib), itu merupakan dua kesatuan yang tak dapat dipisahkan . Dalam artian Halal
dalam segi syari'ah dan baik dalam segi kesehatan,gizi, estetika dan lainnya.  Berkaitan
dengan hal tersebut penting sekali dikaji mengenai penentuan status hukum halal atau
tidaknya suatu makanan dan minuman, yang telah menjadi pokok kehidupan kita.

B .Rumusan Masalah :

1.Apa pengertian makanan dan penyembelihan ?

2.Bagaimana saja ciri-ciri makanan halal dan haram?

3.Bagaimana jenis makanan halal dan haram?

4.Bagaimana dasar hukum dan rukun penyembelihan?

5.Bagaimana syarat-syarat penyembelihan ?

C . Tujuan Masalah :
1.Untuk mengetahui apa pengertian dari makanan dan penyembelihan

2.Untuk mengetahui apa saja makanan halal dan haram

3.Untuk mengetahui jenis-jenis makanan halal dan haram

4.Untuk mengetahui dasar hukum dan rukun penyembelihan

5.Untuk mengetahui apa saja syarat-syarat penyembelihan

iv
BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Penyembelihan Hewan

Penyembelihan Menurut Bahasa ialah menyempurnakan kematian. Sedangkan


Menurut Istilah ialah memutus jalan makan, minum,nafas, dan urat nadi pada leher
hewan dengan alat tajam, selain gigi, kuku, tulang, dan sesuai syariat1. Sembelihan dalam
istilah fikih disebut al-Zakah yang bermankna baik atau suci.Digunakan istilah al-Zakah
untuk sembelihan, karena dengan penyembelihan yang sesuaidengan ketentuan syara’
akan menyebabkan hewan yang disembelih itu baik, suci danhalal dimakan.
Penyembelihan halal Al zabilah adalah perkara yang sangat penting dalam syariat islam
dan dari segi bahasa yaitu potong atau menyembelih bagi menghilangkan nyawa
binatang. Dari segi syarat pula ialah menyembelih binatang yang mampu di kuasai dan
harus dimakan dengan memutuskan urat darah dikiri dan kanan leher binatang
dengan alat yang tajam karena Allah.

Menyembelih dalam syariat Islam adalah langkah melenyapkan ruh binatang


dengan cara memotong leher kerongkongan dan tenggorokan serta dua urat nadi dengan
alat yang tajam, kecuali gigi, tulang dan kuku atau cara lain yang dibenarkan oleh syariat
Islam. Namun perlu diketahui ada dua jenis hewan yang halal dikomsumsi tanpa
disembelih terlebih dahulu yaitu ikan dan belalang.

B.Macam-Macam Penyembelihan Hewan

Penyembelihan hewan dalam rangka taqarrub kepada allah itu ada empat macam,
berikut Empat macam penyembelihan hewan dalam islam:

1. Dam Haji, yaitu setiap orang terkena kewajiban menyembelih seekor kambing, dan
bisa diganti dengan seekor sapi atau unta untuk tujuh orang.
2. Hadyu, untuk disembelih disekitar masjidil haram buat orang-orang miskin. Tidak
ditentukan seekor untuk berapa orang.
3. Aqiqah , untuk seorang anak laki-laki dua ekor, dan seorang anak perempuan satu
ekor kambing .
4. Qurban idul adha , seekor kambing untuk seluruh anggota keluaga tanpa
dibatasi.Setiap anggota keluarga tidak harus qurban setiap orang dengan seekor.
Namun, kalua ada yang melakukan demikian ,boleh-boleh saja.

1
Sulaiman, Rasjid.(2010).Fiqh Islam.Bandung:sinar baru algensindo Hal:470-472

v
Menyembelih pada asalnya terbagi kepada 4 bentuk;

1. Menyembelih hewan yang halal dikonsumsi untuk taqarrub (mendekatkan diri)


kepadaAllah Ta’ala dan mengagungkan Nya, seperti qurban pada Idul Adha (al udhhiyah)
dan saat haji tamattu’ dan qiran (diistilahkan dengan al hadyu). Seperti juga menyembelih
untuk bersedekah dengan dagingnya kepada orang-orang fakir. Yang seperti
inidisyari’atkan dan termasuk dalam ibadah.

2. Menyembelih hewan yang halal dikonsumsi untuk tamu, atau untuk walimah
pernikahan dan yang semacamnya. Yang seperti ini diperintahkan entah dalam bentuk
perintah wajib atau bersifat anjuran.

3. Menyembelih hewan yang halal dikonsumsi untuk diperdagangkan dengan


menjual dagingnya, atau untuk dimakan, dan yang semacamnya. Yang seperti ini hukum
asalnya adalah mubah.

4. Menyembelih untuk mendekatkan diri kepada makhluk, mengagungkannya


dan merendahkan diri kepadanya. Yang seperti ini adalah ibadah, dan tidak boleh
bertaqarrubdengannya kepada selain Allah Ta’ala. Siapa yang menyembelih dalam rangka
untukbertaqarrub kepada makhluk dan mengagungkannya, maka ia telah terjatuh kepada
syirikakbar, sembelihannya haram dan tidak boleh dimakan. Sama saja makhluk
tersebutadalah seorang manusia, atau jin, atau dari kalangan malaikat, atau berbentuk
sebuahkubur dan lain-lain.

C. Tujuan Penyembelihan

Tujuan penyembelihan adalah untuk membedakan apakah hewan yang telah matitersebut
halal atau haram dimakan. Hewan yang disembelih sesuai dengan ketentuansyara’ (hukum
agama) halal dimakan. Hewan yang disembelih tetapi tidak sesuai denganketentuan syara’,
haram dimakan, misalnya: menyembelih tidak menyebut nama Allah tetapi menyebut selain-
Nya. Hewan yang mati tidak karena disembelih juga haram untukdimakan, seperti bangkai
(kecuali ikan dan belalang).2

D.Rukun atau Ketentuan Penyembelihan Hewan

Adapun rukun menyembelih ada empat perkara yaitu penyembelihan atau


sembelihan, penyembelih, hewan yang disembelih dan alat penyembelihan. Sehubungan
dengan itu, penyembelihan diangap sah apabila dilakukan dengan sengaja dan putus saluran
pernafasan dan saluran makanan dileher hewan yang disembelih

1.Ketentuan Orang Yang Menyembelih

2
Muhammad, Ahsan.Sumiyati.(2013).Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelasIX.Jakarta:Erlangga

vi
Penyembelihan yang disyariatkan dalam ajaran islam adalah penyembeliha yangmemenuhi
ketentuan-ketentuan, berikut ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi seorangpenyembelih
yaitu:

1. Penyembelih beragama IslamPenyembelihan yang dilakukan oleh orang yang kafir (Ingkar
kepada Allah Swt.),orang yang musyrik (Menyekutukan Allah Swt.), maupun

2. Menyembelih dengan sengajaSeorang penyembelih harus dalam keadaan sadar dan sengaja
menyembelih.

3. Penyembelih baligh dan berakalTidaklah sah sembelihan orang yang belum baligh dan
orang yang akalnya tidak

4. Penyembelih membaca basmalah

2. Ketentuan Hewan Yang Akan Disembelih

Berikut ketentuan hewan yang akan disembelih:

1. Hewan dalam keadaan masih hidup


2. Hewan tersebut termasuk hewan yang halal3

3.Ketentuan alat penyembelih

Alat yang digunakan untuk menyembelih hendaknya memenuhi ketentuansebagai


berikut:

1. Alat yang digunakan tajam dan dapat melukai


2. Alat penyembelihan tidak terbuar dari tulang, kuku, atau gigi
3. Alat yang digunakan boleh terbuat dari besi, baja, bambu atau apasaja yang bisa
tajam.

4.Ketentuan Menyembelih

Supaya proses penyembelihan menjadi sah, harus memenuhi ketentuan sebagaiberikut:

1. Penyembelihan dilakukan pada urat leher sampai terputus saluran


makanan,pernapasan dan dua urat lehernya

2. Pada waktu menyembelih hewan, orang yang menyembelih harus memastikan bahwa ia
sudah memotong, memutuskan bagian-bagian berikut:

a. Tenggorokan (saluran pernapasan)

3
Al-bayyinatul ilmiyah,abu hafizhah

vii
b. Saluran makan

c. Dua urat leher yang ada disekitar tenggorokan

Bila ketiga bagian tersebut sudah putus, maka penyembelihan menjadi sah.

1. Adab Dalam Penyembelihan Hewan

a. Berbuat Ihsan (Berbuat Baik Terhadap Hewan).

b. Membaringkan Hewan Di Sisi Sebelah Kiri Memegang Pisau Dengan TanganKanan Dan
Menahan Kepala Hewan Ketika Menyembelih.

c. Meletakkan Kaki Di Sisi Leher Hewan.

d. Menghadapkan Hewan Ke Arah Kiblat.

e. Mengucapkan Tasmiyah (Basmalah) Dan Takbir

E. Tata Cara Menyembelih Hewan

Cara penyembelihan hewan ada dua macam, yaitu penyembelihan


secaratradisional dan penyembelihan mekanik. Penyembelihan tradisional adalah
penyembelihan hewan dengan menggunakan alat sederhana, seperti pisau, parang dan
sebagainya. Sedangkan penyembelihan mekanik adalah penyembelihan
denganmenggunakan mesin potong hewan. Berikut Untuk memahami kedua
macam carapenyembelihan tersebut:

a. Tata cara penyembelihan tradisional Cara penyembelihan tradisional sebagai berikut:

1. Menyiapkan lubang penampung darah.

2. Hewan yang akan disembelih dihadapkan kekiblat, lambung kiri di bawah.

3. Kaki hewan dipegang kuat-kuat atau di ikat, kepalanya ditekan kebawah.

4. Leher hewan diletakkan di atas lubang penampung darah yang sudah disiapkan

5. Berniat menyembelih

.6. Membaca basmalah, sholawat nabi dan takbir sebanyak tiga kali.

.Dalam proses penyembelihan, ada hal-hal yang disunahkan, yaitu:

viii
a. Mengasah alat menyembelih setajam mungkin, untuk mengurangi rasa sakit padahewan.

b. Hewan yang disembelih itu hendaklah digulingkan ke sebelah rusuknya yang kiri,supaya
mudah bagi orang yang menyembelihnya.

c. Menghadapkan hewan sembelihan kearah kiblat.

d. Membaca basmallah (menyebut Asma Allah Swt).

e. Menyembelih di pangkal leher.

Hal-hal yang makruh dalam penyembelihan, yaitu:

a. Menyembelih dengan alat yang kurang tajam.

b. Menyembelih dari arah belakang leher.

c. Menyembelih sampai putus seluruh batang lehernya.

d. Menguliti dan memotong bagian tubuh hewan sebelum hewan itu benar-benar mati

b. Tata cara penyembelihan secara mekanik

Penyembelihan mekanik dilakukan agar penyembelihan bisa lebih cepat.Penyembelihan


seperti ini biasanya dilakukan ditempat khusus penyembelihanhewan. Hukum daging
hasil sembelihan secara mekanik adalah halal apabila syarat-syarat dan ketentuan terpenuhi.
Adapun tata cara penyembelihan secara mekanik,sebagai berikut:

1. Pastikan mesin pemotong hewan sudah menyala

2. Siapkan hewan yang akan disembelih

3. Penyembelih berniat untuk menyembelih

4. Membaca basmalah, sholawat nabi, dan takbir sebanyak tiga kali

5. Masukkan hewan ke dalam mesin pemotong.

F. Hikmah Penyembelihan Hewan

1. mengajarkan umat untuk memiliki ketaatan kepada allah swt.

ix
2. karena menyembelih hewan tebusan pada dasarnya adalah bersedekah, dengan
sendirinya hal itu menjadi wujud dari rasa syukur atas nikmat Allah, baik berupa
kesempatan melaksanakan ibadah haji maupun nikmat lain yang jumlahnya tak
terhitung.

3. membawa misi kepedulian pada sesama, menggembirakan kaum dhuafa

A. Pengertian Makanan

Makanan dalam bahasa arab yakni, at'imah. Kata At'imah merupakan jamak dari kata
tha’am yang menurut etimologi berarti segala sesuatu atau apa-apa yang bisa dimakan.
Dalam Al-Qur’an Penyebutan kata makanan yang sering dipakai adalah “akala, Adapun kata-
kata lain yang mengadopsi arti makanan dalam hadis sering di jumpai dengan kata”ghidza”.
Adapun dalam pengaklasifikasian makanan, jika ditinjau dari segi hukumnya,yakni; pertama
makanan yang di halalkan (diperbolehkan) dan kedua makanan yang diharamkan,serta
makanan yang tidak disebutkan dalam syara'. Berikut ini akan di paparkan secara terperinci
mengenai pengklasifikasian makanan.

a)Makanan yang dihalalkan


Pada dasarnya segala sesuatu adalah diperbolekan (halal) kecuali ada dalil yang
mengharamkannya. Alqur’an menggunakan  istilah “Halal” untuk makanan yang disahkan
menurut hukum (lawful) dengan dua makna (artian), pertama Makanan yang di peroleh harus
halal, kedua makanan harus sesuai dengan hukum-hukum syari’at Islam.
Adapun dalil yang menjelaskan tentang makanan:
Qs.al-maidah:96

Artinya :”Dihalalkan bagimu binatang buruan lautdan makanan (yang berasal) dari laut
sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan; dan
diharamkan atasmu (menangkap) binatang buruan darat, selama kamu dalam ihram. dan
bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan”.

Berdasarkan Firman Allah dan Hadist Nabi SAW, dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis
makanan yang halal ialah :
Semua makanan yang baik, tidak kotor dan menjijikan
Semua makanan yang tidak diharamkan oleh Allah dan rosul-Nya
Semua makanan yang tidak mengandung mudharat, tidak membahayakan kesehatan jasmani,
dan tidak merusak akal, moral, dan aqidah.
Binatang yang hidup di dalam air, baik air laut atau air tawar

Sedangkan menurut Syekh Yusuf Qardhawi ayat tersebut menyerukan secara


khusus kepada manusia supaya makan dari makanan yang baik yang telah disediakan
oleh Allah. Makanan hakekatnya beraneka  macam, ada yang berupa makanan padat
dan ada juga yang berupa daging hewan.

x
Makanan yang dinyatakan syara’ sebagai makanan yang boleh sebagai berikut :

1.Binatang Laut
Binatang laut adalah semua binatang yang hidupnya di dalam air. Binatang laut
semuanya halal (boleh dimakan),baik diperoleh dalam keadaan bagaimanapun,
apakah waktu didapatnya dalam keadaan masih hidup atau menjadi bangkai. Selagi
tidak mengandung dzat (racun) yang berbahaya.
2.Hewan darat yang halal (bintang ternak)
Binatang ternak sesuai dengan Surah An-Nahl ayat 5, meliputi Unta, Sapi, kerbau,
kambing, domba dll
3.Burung yang tidak berkuku tajam

b)Makanan yang diharamkan

Diketahui harammerupakan lawan dari halal, yakni sesuatu yang dilarang atau
sesuatu yang jika dikerjakan mendapat dosa dan di tinggalkan mendapat pahala. Jadi
makanan yang haram adalah makanan yang dilarang oleh syara’ untuk dimakan.
Dalam Islam makanan yang haram berarti tidak sah dalam hukum (unlawful).4

Berikut ini terdapat dalil-dalil mengenai makanan yang diharamkan:

a.Al Baqarah : 173


Artinya:  “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu  bangkai, darah, daging
babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. tetapi
Barangsiapa dalam Keadaan terpaksa (memakannya) sedang Dia tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka tidak ada dosa baginya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".

Dari dalil-dali tersebut kita dapat menyimpulkan, bahwa makanan yang diharamkan
dalam kitabullah secara umum ada empat macam, yakni:

1.Bangkai
2.Darah
3.Daging babi
4.Binatang yang disembelih tanpa menyebut asma Allah.

Sedangkan minuman yang diharamkan adalah semua bentuk khamer


(minuman beralkohol), sebgaimana firman Allah :
َ ‫یَا َأیُّھَا الَّ ِذینَ آ َمنُوا ِإنَّ َما ْال َخ ْم ُر َو ْال َم ْی ِس ُر َواأل ْن‬
ْ ‫صابُ َو‬
‫األز ال ُم ِرجْ سٌ ِم ْن َع َمل‬
‫ال َّش ْیطَا ِن فَاجْ تَنِبُوهُ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum)
khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib

4
Makanan halal dan haram,mts ibnu sina yogyakarta

xi
dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan.
Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan”.(QS. Al-Maidah: 90)5
.
Jadi dapat disimpulkan bahwa syarat - syarat produk pangan halal
menurut syariat Islam adalah :
a. Halal dzatnya;
b. Halal cara memperolehnya;
c. Halal dalam memprosesnya;
d. Halal dalam penyimpanannya;
e. Halal dalam pengangkutannya dan
f. Halal dalam penyajiannya

Kemudian disebutkan yang termasuk makanan dan minuman yang halal


adalah sebagai berikut :

1. Bukan terdiri dari atau mengandung bagian atau benda dari binatang
yang dilarang oleh ajaran Islam untuk memakannya atau yang tidak
disembelih menurut ajaran Islam;
2. Tidak mengandung sesuatu yang digolongkan sebagai najis menurut
ajaran Islam.
3. Dalam proses, menyimpan dan menghidangkan tidak bersentuhan atau
berdekatan dengan makanan yang atidak memenuhi persyaratan sebagai
mana huruf a, b, c, dan d di atas atau benda yang dihukumkan sebagai
najis menurut ajaran Islam.

Dalam hal untuk kepentingan penetapan fatwa halal, MUI hanya


memperhatikan apakah suatu produk mengandung unsur-unsur benda
haram li-zatih atau haram li-ghairih yang karena cara penanganannya
tidak sejalan dengan syari’at Islam atau tidak. Dengan arti kata, MUI
tidak sampai mempersoalkan dan meneliti keharamannya dari sudut
haram lighairih, sebab masalah ini sulit dideteksi dan bukan merupakan
kewenangan MUI, karena itu persoalannya diserahkan kepada pihak- pihak yang
berkepentingan.
Kriteria makanan halal menurut para ahli di
LP POM MUI didasarkan pada bahan baku yang digunakan, bahan
tambahan, bahan penolong, proses produksi dan jenis pengemas produk
makanan.

5
Al-Quran dan Terjemahnya, Op. cit., h. 176

xii
Produk halal yang dimaksud adalah :
a. Tidak mengandung babi dan bahan yang berasal dari babi.
b. Tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan seperti bahan- bahan yang
berasal dari organ manusia, darah, kotoran-kotoran dan
lain sebagainya.
c. Semua bahan yang berasal dari hewan halal yang disembelih
menurut tatacara syari’at Islam.
d. Semua tempat penyimpanan, tempat penjualan, pengolahan dan
transportasinya tidak boleh digunakan untuk babi. Jika pernah
digunakan untuk babi barang yang tidak halal lainnya terlebih dahulu
harus dibersihkan dengan tatacara yang diatur dalam syari’at Islam.
e. Semua makanan dan minuman yang tidak mengandung khamar

B.Hikmah Halal Dan Haram

Allah SWT begitu Adil dan kuasa dalam mengatur suatu hukum, baik halal
maupun haram. Jika kita renung terdapat banyak hikmah Allah SWT melarang kepada
Umatnya agar memakan dan meminum yang halal dan melarang yang haram. Allah
tak akan membuat segala sesuatu tanpa adanya sebab dan hikmahnya, misalnya Allah
melarang Arak (khamr), karena didalam khamer tersebut terdapat unsur-unsur yang
membahayakan bagi kesehatan. Demikianlah bahwa terdapat eksistensi terhadap
sesuatu yang dihalalkan dan diharamkan oleh Allah. Adapun mengenai hikmah dai
makanan dan minuman halal Rasulullah dalam hal ini menegaskan dalam hadisnya
mngenai perintah memilih makanan halal, "Pilihlah makanan yang halal, niscaya
do'amu akan dikabulkan", dan " barangsiapa yang mencari rezeki yang halal, niscaya
akan diampuni dosanya". Dengan demikian Jelaslah akan hikmah-hikmah dihalalkan
dan diharamkannya sesuatu.

C. Dasar Hukum Makanan dan Minuman

Prinsip pertama yang ditetapkan Islam adalah bahwa pada asalnya


segala sesuatu yang diciptakan Allah itu halal dan mubah, tidak ada yang
haram, kecuali jika ada nash (dalil) yang shahih (tidak cacat
periwayatannya) dan sharih (jelas maknanya) yang mengharamkannya.

. Para ulama dalam menetapkan prinsip bahwa segala sesuatu asal


hukumnya boleh merujuk pada dalil yang berbunyi :
َ َ‫ھُ َو الَّ ِذي َخل‬
ِ ْ‫ق لَ ُك ْم َما فِي األر‬
‫ض َج ِمیعًا‬

Artinya: “Dialah yang menciptakan untuk kalian segala sesuatu di


bumi”. (Al-Baqarah: 29)

xiii
. Pada dasarnya semua makanan dan minuman yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan, sayur-sayuran, buah-buahan dan hewan adalah halal
kecuali yang beracun dan membahayakan nyawa manusia. Para ulama
sepakat bahwa semua makanan dan minuman yang ditetapkan Al-Quran
keharamannya adalah haram hukum memakannya baik banyak maupun
sedikit.
. Dasar hukum tentang makanan dan minuman halal antara lain :
a. Al-Quran :
َ‫طیِّبًا َواتَّقُوا هللاَّ َ الَّ ِذي َأ ْنتُ ْم بِ ِھ ُمْؤ ِمنُون‬
َ ‫َو ُكلُوا ِم َّما َرزَ قَ ُك ُم هللاَّ ُ َحالال‬

Artinya: “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa
yang Allah telah rizkikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu
beriman kepada-Nya”.(QS. Al- Maidah: 88)

xiv
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyembelihan Menurut Bahasa ialah menyempurnakan kematian. Sedangkan Menurut
Istilah ialah memutus jalan makan, minum,nafas, dan urat nadi pada leher hewan dengan alat
tajam, selain gigi, kuku, tulang, dan sesuai syariat. Menyembelih dalam syariat Islam adalah
langkah melenyapkan ruh binatang dengan cara memotong leher kerongkongan dan
tenggorokanserta dua urat nadi dengan alat yang tajam, kecuali gigi, tulang dan kuku atau
cara lain yang dibenarkan oleh syariat Islam.

Rukun menyembelih hewan ada empat perkara yaitu penyembelihan atau sembelihan,
penyembelih, hewan yang disembelih dan alat penyembelihan. Sehubungan dengan itu,
penyembelihan diangap sah apabila dilakukan dengan sengaja dan putus saluran pernafasan
dan saluran makanan dileher hewan yang disembelih.

Cara penyembelihan hewan ada dua macam, yaitu penyembelihan secara tradisional dan
penyembelihan mekanik. Penyembelihan tradisional adalah penyembelihan hewan dengan
menggunakan alat sederhana, seperti pisau, parang dan sebagainya. Sedangkan
penyembelihan mekanik adalah penyembelihan dengan menggunakan mesin potong hewan.

xv
DAFTAR PUSAKA
Sulaiman, Rasjid.(2010).Fiqh Islam.Bandung:sinar baru algensindo Hal:470-472
Muhammad, Ahsan.Sumiyati.(2013).Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelasIX.Jakarta:Erlangga
Al-bayyinatul ilmiyah,abu hafizhah
Makanan halal dan haram,mts ibnu sina yogyakarta
Al-Quran dan Terjemahnya, Op. cit., h. 176

xvi

Anda mungkin juga menyukai