Anda di halaman 1dari 2

HEWAN YANG HARAM KARENA HIDUP DI DUA ALAM

Hewan yang hidup di dua alam, seperti kodok, buaya , penyu, kura-kura, ular.
Mengenai hukum makan hewan yang hidup di dua alam, Mazhab Syafii berpendapat
tentang keharaman hewan yang hidup di dua alam. Misalnya, katak, penyu dan
lainnya. Biasanya orang menyebutkan dengan istilah amphibi, atau dalam istilah
fiqihnya disebut barma''i. Keharaman hewan amphibi ini banyak kita dapat di banyak
kitab fiqih terutama dari kalangan mazhab As-syafi''i. Salah satunya adalah
kitab Nihayatul Muhtaj karya Imam Ar-Ramli. Di sana secara tegas disebutkan
haramnya hewan yang hidup di dua alam. Namun, Imam Nawawi dalam kitab Majmu
Syarh Muhadzdzab membolehkan memakan hewan yang hidup di darat dan di laut,
begitu pula Khatib Al-Baghdadi dan Al-Haytsami, kecuali kodok, buaya, dan ular.
Namun sebenarnya kesimpulan bahwa hewan yang hidup di dua alam itu
haram dimakan, juga masih menjadi ajang perbedaan pendapat.
berikut ini adalah uraian tentang pendapat ulama 4 madzhab mengenai hukum
( halal-haram ) binatang yang hidup di dua alam.
1. Para ulama Hanafi dan Syafii mengatakan bahwa binatang itu semua tidak
halal dimakan dikarenakan termasuk kedalam binatang yang menjijikan dan
memiliki racun seperti ular. Nabi saw melarang membunuh katak. Dan
seandainya dibolehkan memakannya maka beliau saw tidak akan melarang
untuk membunuhnya.
2. Para ulama Maliki membolehkan memakan katak, serangga dan kura-kura
dikarenakan tidak adanya nash yang melarangnya. Dan pelarangan binatang-
binatang yang menjijikkan adalah apa yang didalamnya terdapat pernyataan
dari syariat dan segala yang dianggap menjijikkan oleh diri seseorang selama
belum ada nashnya maka ia tidaklah haram.
3. Para ulama madzhab Hambali mengatakan bahwa setiap hewan yang hidup
di darat yang termasuk kedalam kelompok binatang melata laut maka ia
tidaklah halal tanpa disembelih, seperti burung laut, kura-kura, anjing laut
kecuali yang tidak memiliki darah menurut Ahmad bahwa binatang ini boleh
meski tanpa disembelih karena termasuk hewan laut yang hidup di darat,
tidak memiliki darah mengalir sehingga tidak memerlukan penyembelihan
yang mana hal ini berbeda dengan binatang yang memiliki darah mengalir
yang tidak halal tanpa disembelih.
Kemudian beliau mengatakan bahwa buaya tidaklah halal untuk dimakan. (Al
Fiqhul Islami wa Adillatuhu juz IV hal 2800)
Alasan lainnya yang menjadikan buaya tidak halal menurut para ulama yang
mengharamkannya untuk dimakan adalah bahwa ia termasuk kedalam
kelompok binatang buas, sebagaimana riwayat yang menyebutkan bahwa
Rasulullah saw melarang semua binatang buas yang memiliki taring dan
semua burung yang memiliki cakar. (HR. Bukhori Muslim) juga yang
diriwayatkan oleh Imam Malik dari Abu Hurairoh bahwa Rasulullah saw
bersabda bahwa memakan semua binatang buas yang memiliki taring adalah
haram
Dikatakan binatang buas bertaring dikarenakan biantang itu menerkam
mangsanya dan menyerangnya dengan taring yang dimilikinya, dan perilaku
ini terdapat pada buaya. Bahkan buaya bukan hanya pemakan daging
sesama hewan akan tetapi tidak jarang juga ia memangsa manusia dengan
cara menerkam dan menyerangnya dengan taringnya.
demikianlah perbedaan pendapat di kalangan para ulama mengenai hukum
memakan binatang yang hidup di dua alam.

Anda mungkin juga menyukai