Anda di halaman 1dari 11

PENGERTIAN IHRAM

Pengertian Ihram – Ihram secara bahasa artinya terlarang atau tercegah. Secara istilah,
ihram adalah niat haji atau umroh dimana bila seseorang telah masuk dalam ibadah haji atau
umroh maka dia terlarang melakukan hal-hal yang dilarang bagi orang yang sedang berihram.
Jadi ihram bukan sekedar pakaian, ihram merupakan niat masuk dalam Ibadah Haji atau
Umrah yang dilakukan di miqot. Sedangkan berpakaian dengan kain ihram merupakan satu
keharusan bagi seseorang yang telah berihram. Hal-hal yang disunnahkan sebelum berihram
adalah mandi termasuk bagi wanita haid, memotong kuku, memotong/menipiskan kumis,
bagi laki-laki disunnahkan memakai wewangian di badannya saja.

Pakaian Ihram
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa ada seseorang yang
berkata pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
َ‫ص َوالَ ْال َع َمائِ َم َوال‬ َ ‫س ْالقُ ُم‬ ُ َ‫َّللاِ – صلى هللا عليه وسلم – « الَ يَ ْلب‬ ‫سو ُل ه‬ ُ ‫ب قَا َل َر‬ ِ ‫س ْال ُمحْ ِر ُم ِمنَ الثِيَا‬ُ ‫َّللاِ َما يَ ْل َب‬
‫سو َل ه‬ ُ ‫يَا َر‬
َ‫ َوال‬، ‫ط ْع ُه َما أَ ْسفَ َل ِمنَ ْال َك ْع َبي ِْن‬
َ ‫ َو ْل َي ْق‬، ‫س ُخ هفي ِْن‬
ْ ‫ ِإاله أ َ َحد ٌ الَ َي ِجد ُ نَ ْع َلي ِْن َف ْل َي ْل َب‬، ‫اف‬
َ ‫س َوالَ ْال ِخ َف‬َ ِ‫ت َوالَ ْال َب َران‬ ِ َ‫الس َهرا ِويال‬
ٌ ‫الز ْعفَ َرانُ أَ ْو َو ْر‬
‫س‬ ‫ب َش ْيئًا َم ه‬
‫سه ُ ه‬ ِ ‫الث َيا‬ ُ ‫ت َْل َب‬
ِ َ‫سوا ِمن‬
“Wahai Rasulullah, bagaimanakah pakaian yang seharusnya dikenakan oleh orang yang
sedang berihram (haji atau umrah)?”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak boleh mengenakan kemeja, sorban,
celana panjang, kopiah dan sepatu, kecuali bagi yang tidak mendapatkan sandal, maka dia
boleh mengenakan sepatu. Hendaknya dia potong sepatunya tersebut hingga di bawah kedua
mata kakinya. Hendaknya dia tidak memakai pakaian yang diberi za’faran dan wars (sejenis
wewangian).” (HR. Bukhari)
Dalam riwayat Bukhari disebutkan,
‫ب ْال َم ْرأ َة ُ ْال ُمحْ ِر َمةُ َوالَ ت َْل َب ِس ْالقُفهازَ ي ِْن‬
ِ ‫َوالَ ت َ ْنت َ ِق‬
“Hendaknya wanita yang sedang berihram tidak mengenakan cadar dan sarung tangan.” (HR.
Bukhari).
Pakaian ihram bagi laki-laki berupa dua lembar kain ihram yang berfungsi sebagai sarung
dan penutup pundak. Adapun bagi wanita, ia memakai pakaian yang telah disyari’atkan yang
menutupi seluruh tubuhnya. Namun tidak dibenarkan memakai cadar/ niqab (penutup
wajahnya) dan tidak dibolehkan memakai sarung tangan.

Bagi laki-laki dilarang mengenakan pakaian yang membentuk lekuk tubuh dan berjahit,
seperti kemeja, kaos dalam, celana dalam, celana pendek maupun celana panjang. Juga laki-
laki dilarang menutup kepala dengan topi atau peci saat berihram. Untuk alas kaki, laki-laki
dilarang menggunakan sepatu.

Larangan Ihram
Ketika seseorang telah berihram, terdapat larangan ihram yang tidak boleh dilakukan. Jika
larangan tersebut dilanggar maka wajib baginya melaksanakan denda/dam. Larangan tersebut
ialah:

 Memotong kuku dan mencukur atau mencabut rambut badan.


 Menutup kepala dan menutup wajah bagi perempuan.
 Mengenakan pakaian berjahit yang menampakkan bentuk lekuk tubuh bagi laki-laki seperti
baju, kaos dan celana.
 Memakai sepatu yang menutupi mata kaki.
 Memakai wangi-wangian, kecuali yang sudah dipakai sebelum ihram.
 Memburu dan menganiaya hewan.
 Melakukan khitbah dan akad nikah.
 Bercumbu dan bersetubuh.
 Mencaci, bertengkar dan mengucapkan kata-kata kotor.
 Memotong pepohonan ditanah haram.

Pengertian Wukuf

Istilah wukuf berasal dari bahasa Arab. Adapun pengertian wukuf secara bahasa ialah
berhenti atau berdiam diri.
Bila ditinjau lebih lanjut, pengertian wukuf secara istilah ialah kegiatan berhenti di Arafah
untuk berdiam diri. Yang dimaksud dengan berdiam diri di sini pun tentu bukan hanya
sekadar diam tidak melakukan apa pun. Sejak tanggal 9 Zulhijah hingga 10 Zulhijah, Jemaah
haji yang menunaikan wukuf beristirahat sembari terus menyempurnakan syahadatnya,
bermunajat, memohon ampunan, dan bertaubat sungguh-sungguh kepada Allah SWT.
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Wukuf
Bilamana seorang jemaah haji tidak melaksanakan rukun wukuf dalam rangkaian ibadahnya
di tanah suci, maka ibadah hajinya dianggap tidak sah. Pasalnya, inilah inti haji yang
sesungguhnya dan merupakan rukun yang paling besar sesuai sabda Rasulullah SAW: “Haji
itu Arafah. Barang siapa mendapatkan malam pada hari Arafah sebelum terbit fajar dari
malam Muzdalifah, maka sungguh hajinya telah sempurna.” (HR. Tirmizi).
Wukuf dilakukan di Padang Arafah. Padang Arafah merupakan sebuah padang pasir luas dan
berbatu yang berada di sekitar 20 km dari Kota Mekkah. Luasnya sendiri berukuran sekitar
3,5 km x 3,5 km. Kini untuk memenuhi fasilitas haji umat muslim dari seluruh dunia,
pemerintah Arab Saudi melengkapi Arafah dengan tiang-tiang air yang dibuat tinggi. Tiang-
tiang air ini akan menyemburkan uap air halus sebagai penyejuk terik matahari.
Waktu untuk melakukan wukuf cukup singkat. Jemaah wajib melakukan wukuf terhitung
sejak tergelincirnya matahari pada tanggal 9 Zulhijah sampai terbitnya fajar di tanggal 10
Zulhijah dengan menghadap kiblat.
Ibadah Saat Wukuf

Baik dalam keadaan sehat maupun sakit, jemaah haji harus hadir melaksanakan wukuf di
Arafah jika ingin menyelesaikan hajinya. Sesuai pengertian wukuf berdiam diri rukun haji
ini sesungguhnya ‘hanyalah’ mewajibkan jemaah untuk hadir dan berada di sekitar Arafah.
Jemaah dapat melakukan kegiatan seperti biasa tidur, duduk, berjalan, berbaring, makan,
pergi ke kamar mandi, dan sebagainya baik dalam keadaan suci maupun tidak. Namun tentu
saja, sungguh sia-sia jika hanya sekadar beristirahat ketika wukuf.
Ada banyak amalan yang bisa dikerjakan saat wukuf. Jemaah semestinya melakukan banyak
introspeksi diri, memperbanyak zikir, bermunajat dari hati, memohon ampunan, bertaubat,
dan tidak membunuh binatang.
Hikmah Wukuf
Pengertian Wukuf – Poskota News
Sesungguhnya, Padang Arafah merupakan gambaran keadaan manusia di Padang Mahsyar
kelak. Setiap manusia akan berkumpul di Padang Mahsyar, menanti hisab atas segala
perbuatan yang dilakukan di dunia. Pada saat ini, semua manusia yang dibangkitkan dari
alam barzah tidak memiliki perbedaan kedudukan di mata Allah SWT—tidak peduli
kekayaan, popularitas, ras, dan hal-hal duniawi lainnya. Satu-satunya hal yang membedakan
kedudukan manusia adalah kualitas keimanan dan ketakwaannya.
Mengingat betapa pentingnya wukuf ini, diharapkan jemaah selalu menjaga kesehatan baik
sebelum keberangkatan maupun pada saat melaksanakan haji. Bahkan dalam keadaan sakit
sekalipun, selagi masih mampu, jangan sampai melewatkan kesempatan wukuf yang hanya
dapat dilakukan sekali dalam setahun.

Pengertian Sa’I

Sa’i ialah berjalan dari buki Safa ke bukit Marwah dan sebaliknya, sebanyak tujuh kali yang
berakhir di bukit Marwah.[iii]Perjalanan dari bukit Safa ke bukit Marwah dihitung satu kali
dan juga dari bukit Marwah ke bukit Safa dihitung satu kali.

Proses Melaksanakan Sa’I


Pada mulanya, hendaknya sa’I dimulai dengan langkah-langkah biasa, sampai dekat dengan
tanda pertama berwarna hijau, kira-kira sejauh enam hasta. Dari tempat itu, hendaknya
jamaah haji mempercepat langkah atau berlari-lari kecil sehingga sampai di tanda hijau yang
kedua, kemudian dari sana berjalan kembali dengan langkah-langkah biasa.
Apabila telah sampai di bukit Marwah, hendaknya menaiki bukit Marwah seperti yang
dilakukan ketika di bukit Safa. Setelah itu menghadap ke arah Shafa dan berdoa seperti
sebelumnya. Dengan demikian, jamaah haji telah selesai melakukan satu kali lintasan sa’i.
jika telah kembali lagi ke bukit Shafa, maka dihitung dua kali. Begitulah selanjutnya sampai
tujuh kali lintasan.
Dengan selesainya tujuh kali lintasan itu, maka jamaah haji telah menyelesaikan dua hal,
yakni thawaf qudum dan sa’i. [iv]
Jika jamaah haji memulai sa’Inya dari Marwah, sa’I dianggap sah akan tetapi harus
menambah satu perjalanan lagi sehingga berakhir di Marwah.[v] Bagi jamaah haji yang sakit
boleh menggunakan kursi roda.
Adapun persyaratan bersuci dari hadats besar maupun kecil ketika mengerjakan sa’I,
hukumnya mustahab (dianjurkan) dan bukan wajib seperti dalam mengerjakan thawaf.[vi]

Hikmah Sa’i
Ritual sa’I ini merupakan napak tilas dari upaya yang dilakukan Hajar untuk mencarikan air
bagi putranya Ismail yang kehausan.[vii] Hikmah yang dapat diambil dari pelaksanaan sa’I
ini diantaranya, bolak-baliknya jamaah haji antara bukit Shafa dan Marwah di halaman
Ka’bah, menyerupai perbuatan seorang hamba yang berjalan pulang pergi secara berulang-
ulang di halaman rumah sang Raja. Hal itu dilakukannya demi menunjukkan kesetiaannya
dalam berkhidmat, seraya mengharap agar dirinya memperoleh perhatian yang disertai kasih
sayang.[viii]
Pengertian Tawaf, Syarat Tawaf dan Macam-macam Tawaf
Bacaan Madani 9:48:00 PM Bacaan Islami , Fiqih 0 Comments

Pengertian Tawaf.
Tawaf adalah mengelilingi ka’bah sebanyak tujuh kali dimulai dari sudut hajar aswad dan
berakhir di sudut hajar aswad pula dan Ka’bah berada di sebelah kiri orang bertawaf
(berlawanan dari arah jarum jam). Tawaf rukun ini dinamakan tawaf ifadah sebagaimana
firman Allah Swt.

ِ ‫ت ْالعَتِي‬
‫ق‬ ِ ‫ط هوفُوا بِ ْالبَ ْي‬
‫ور ُه ْم َو ْليَ ه‬
َ ُ ‫ث ُ هم ْليَ ْقضُوا تَفَثَ ُه ْم َو ْليُوفُوا نُذ‬

Artinya: "Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran (yang ada di badan) mereka,
menyempurnakan nazar-nazar mereka dan melakukan tawaf sekeliling rumah tua
(Baitullah).” (QS. Al-Hajj : 29)

Syarat Tawaf.
Adapun syarat tawaf adalah sebagaimana berikut ini.

a) Menutup aurat.

b) Suci dari hadas dan najis.

c) Ka’bah hendahlah berada di sebelah kiri orang yang tawaf.

d) Tawaf dimulai dari hajar aswad.

e) Tawaf dilaksanakan sebanyak tujuh kali.

f) Tawaf dilaksanakan di dalam masjid Haram.

Macam-Macam Tawaf
Macam-macam Tawaf adalah sebagai berikut.

a) Tawaf Qudum adalah tawaf yang dilaksanakan ketika baru sampai di Mekah sebagai
shalat Tahiyatul masjid.

b) Tawaf Ifadah adalah tawaf rukun haji.

c) Tawaf Wada’ adalah tawaf yang dilaksanakan ketika akan meninggalkan Mekah.
d) Tawaf Tahallul adalah penghalalan barang yang haram karena ihram.

e) Tawaf Nazar adalah Tawaf yang dilaksanakan karena adanya nazar.

f) Tawaf Sunah adalah tawaf yang apabila dilaksanakan akan mendapatkan pahala jika tidak
dilaksanakan tidak mendapatkan dosa.

Definisi Pengertian Tahallul Saat Umrah dan Haji


Definisi Pengertian Tahallul Saat Umrah dan Haji Tahallul secara harfiah artinya
dihalalkan, dalam haji dan umrah maksudnya adalah diperbolehkannya jamaah haji dari
larangan/ pantangan ihram. Tahallul disimbolkan dengan mencukur minimal 3 helai rambut.
Sebelumnya Kamu Sudah Membaca Definisi Pengertian Ihram Saat Umrah dan Haji

Tahallul Menurut bahasa Tahallul berarti ‘menjadi boleh’ atau ‘diperbolehkan’. Dengan
demikian tahallul ialah diperbolehkan atau dibebaskannya seseorang dari larangan atau
pantangan Ihram. Pembebasan tersebut ditandai dengan tahallul yaitu dengan mencukur atau
memotong rambut sedikitnya 3 helai rambut.

Semua Mazab berpendapat bahwa tahallul merupakan wajib haji, hanya Syafi’iyah
menganggapnya sebagai rukun haji, sebagai mana firman allah dalam surat AL Fath ayat 27 :
“Lakad shadaqal laahu rasuulahur ru’ya bilhaqqi latadkhulunnal masjidal haraama in syaa-al
laahu aaminiina muhalliqiina ruu-usakum wa muqash-shiriina laa takhaafuuna fa’alima
maalam ta’lamuu faja’ala min duuni dzaalika fat-han qariibaa.”

Artinya : “Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada RasulNya bahwa mimpi


RasulNya itu akan menjadi kenyataan. Yaitu engkau beserta penduduk Mekah lainnya akan
memasuki kota Mekah Insya Allah dengan aman, bebas dari rasa takut terhadap kaum
musyrik dengan mencukur rata kepalamu, sedang yang lain mengguntingnya saja. Tuhan
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui itu. Dibalik ‘Yang tidak kamu ketahui itu’ Tuhan
memberi kemenangan lebih dahulu kepadamu pada waktu dekat”.

Tahallul adalah keadaan seseorang yang telah dihalalkan (dibolehkan) melakukan perbuatan
yang sebelumnya dilarang selama berihram. Tahallul bukan sekedar mencukur rambut seperti
yang dipahami banyak orang. Ada dua macam tahallul yaitu :

1. Tahallul Awal ialah keadaan seseorang yang telah melakukan dua dari tiga
perbuatan yaitu :

a. Melontar Jumrah Aqobah


b. Thawaf Ifadhah dan Sa'i
c. Tahallul dengan Bercukur

Bercukur adalah salah satu amalan haji atau umrah. Bercukur ini identik dengan amalan
tahallul. Bercukur dilakukan dengan menggunting minimal 3 helai rambut dan disunahkah
mencukur bersih atau gundul. Bila seseorang sudahtahallul awal maka boleh melepas
ihramnya dan telah terbebas dari larangan-larangan ihram kecuali melakukan hubungan
suami-istri.

Tahallul awal bisa dilakukan dengan dua cara yaitu:

1. Melontar Jamrah Aqobah kemudian Tahallul/ mencukur rambut (a dan c).

2. Melaksanakan Thawaf Ifadhah dan sa'i lalu Tahallul/ mencukur rambut (b dan
c).
Tahallul awal ini dilakukan setelah Mabit di Muzdalifah. Untuk jamaah haji Indonesia
kebayakan melaksanakan Tahallul awal dengan cara pertama soalnya cara kedua harus
dilaksanakan di Masjidil Haram. Sedangkan cara pertama dilaksanakan di Mina setelah
selesai mabit di Muzdalifah. Alasannya tranportasi ke Masjidil Haram ketika selesai Mabit di
Muzdalifah sangat sulit dan macet total, apalagi jika dilakukan berombongan, jika
perseorangan mungkin peluangnya lebih mudah dilaksanakan. Tetapi setelah melaksanakan
cara kedua yaitu thawaf ifadhah dan sai kemudian tahallul, harus kembali lagi ke Mina
uuntuk melaksanakan mabit dan melanjutkan melontar jamrah untuk tanggal 11, 12, 13
Dzulhijjah, jadi harus bolak-balik Mina - Makkah, kasihan jika jamaahnya sudah tua??

2.Tahallul Akhir (Tsani) ialah keadaan seseorang yang telah melakukan tiga perbuatan yaitu
: Melontar Jumrah Aqobah, Bercukur, dan Thawaf Ifadhah dan Sa'i. Bila seseorang telah
melakukan Tahallul Akhir ini maka telah terbebas dari semua larangan ihram termasuk
hubungan suami istri.

Anda mungkin juga menyukai