Anda di halaman 1dari 19

Hal-Hal yang

Makruh dalam
Shalat
MEMAHAMI TATA CARA SHALAT SESUAI SUNNAH NABI
Meninggalkan Salah Satu
Sunnah Shalat
 Tidak mengangkat kedua tangan.
 Tidak meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri
 Tidak membaca do’a iftitah
 Tidak membaca amin
 Tidak membaca surah Al-Qur’an
 Tidak bertakbir
 Tidak mengucapkan ‘samiallahu liman hamidah’ ketika
bangun dari ruku’
 Dll.
Melipat/Menahan Baju
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫ُا ِم ْر ُت َا ْن َا ْس ُج َد َع َل ى َس ْب َع ِة َا ْع ُظ ٍم َو َال َا ُك َّف َث ْو ًب ا َو َال َش ْع اًر‬
“Aku disuruh bersujud atas tujuh tulang, dan agar tidak melipat baju maupun
rambut (selagi shalat)” (hadits ini menurut lafadz dari riwayat Muslim).
 Penjelasan Imam Nawawi dalam syarah muslim

‫ َو َث ْو ُب ُه ُم َش َّم ٌر َأ ْو ُك ُّم ُه َأ ْو َن ْح ُو ُه‬، ‫اَّتَف َق اْل ُع َل َم اُء َع َل ى الَّن ْه َع الَّص اَل‬


‫ِة‬ ‫ِي ِن‬
‫ٌّي‬ ‫ْن‬ ‫َم‬ ‫َأ ْو َر ْأ ُس ُه َم ْع ُق ٌص َأ ْو َم ْر ُد ٌد َش ْع ُر ُه َت ْح َت َم َم َأ ْو َن ْح ُو َذ َك َف ُك ُّل َه َذ‬
، ‫ا ِه‬ ‫ِل‬ ‫ِع ْل ا َل ِتِه‬ ‫و‬ ‫و‬
‫َم‬ ‫ُع‬ ‫َف‬ ‫ْنُه‬ ‫َع‬
‫ِب اِّت اِق ا اِء‬
“Para ulama' telah sepakat tentang larangan shalat sedangkan pakaiannya
terlipat, atau lengan bajunya atau yang semisalnya, atau (rambut)kepalanya
terjalin atau rambutnya terbalik dibawah serbannya atau yang semisal itu,
semuanya ini terlarang dengan kesepakatan ulama’.”
Melihat ke Atas

 Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


‫َل َي ْن َت َي َّن َأ ْق َو اٌم َي ْر َف ُع وَن َأ ْبَص اَر ُه ْم َل ى الَّس َم اِء ى الَّص َال َأ ْو َال َت ْر ُع‬
‫ِج‬ ‫ِة‬ ‫ِف‬ ‫َل ِإ‬ ‫ِه‬
‫ْي ْم‬
‫ِإ ِه‬
"Hendaknya kaum-kaum yang mengarahkan pandangan mereka ke
langit dalam shalat itu bertaubat atau pandangan mereka terebut tidak
akan kembali kepada mereka."
(HR. Al-Bukhari Muslim).
Memakai Sesuatu
yang Mengganggu Konsentrasi
‫َه‬ ‫ُل‬
‫ا ِب ا ِف ي‬
‫َخ ْي َص ٌة َل َه َع َل ٌم َف َك َن َي َت َش َغ‬
‫ا َأ ا‬ ‫َأ َّن الَّن َّي َص َّل ى ُهللا َع َل ْي َو َس َّل َم َك اَن ْت َل ُه‬
‫َل‬ ‫َذ‬ ‫َأِم‬ ‫َأ‬ ‫َط‬ ‫َأ‬ ‫َال َفِه‬ ‫ِب‬
‫ْن‬ ‫ُه‬ ‫َخ‬ ‫الَّص ِة ْع اَه ا َب ا َج ْه‬
‫ِب َج اِن ًّي ا‬ ‫َو ِك َس اًء‬
‫ٍم‬
“Bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dahulu memiliki baju bergaris-
garis yang memiliki gambar tanda sehingga beliau tersibukkan dengannya
dalam shalat (tidak bisa khusyu’), lalu beliau memberikannya kepada Abu
Jahm. Lalu beliau mengambil mantel polos.”
(Shahih Muslim)
‫ْل َع َش َو َالَيْج َع ْل َح َّت َي ْف ُرَغ‬ ‫ُء‬ ‫َد‬ ‫ْب‬ ‫َذ ُو َع َع َش ُء َا َح ُك ْم َو ُا ْيَم َص َالُة َف‬
‫ى‬ ‫ ا اوا ِب ا اِء‬، ‫ِق ِت ال‬ ‫ا ِد‬ ‫ِا ا ِض‬
‫ْنُه‬
‫ِم‬
“Apabila makan malam seorang dari kamu sekalian telah dihidangkan,
sedang shalat telah ditegakkan, maka mulailah dengan makan malam,
jangan tergesa-gesa hingga selesai makan.” (Al-Bukhari dan Muslim)
‫َالَص َالَة َح ْض َر َط َع َو َال ُه َو ُي َد ُع ُه ْا َالْخ َب َث‬
‫اِن‬ ‫اِف‬ ، ‫ِة اٍم‬ ‫ِب‬
“Tidaklah sempurna shalat (seseorang) di hadapan makanan, maupun
orang yang terganggu oleh dua kotoran (buang air besar dan air kecil).”
(HR. Muslim)
Tempat-tempat yang Makruh

 Shalat di tempat sampah, tempat pemotongan hewan, kuburan,


jalanan, kamar mandi, peristirahatan onta, di atas ka’bah.
‫َر‬ ‫َب‬ ‫ْق‬‫َمْلْز َب َل َو َمْلْج َز َر َو َمْل‬ ‫َا َّن َّن َّي َص َل ُهللا َع َل ْي َو َس َّل َم َن َه َع َّص َال‬
، ‫ى ِن ال ِة ِف ى ا ِة ا ِة ا ِة‬ ‫ِه‬ ‫ى‬ ‫ِب‬ ‫ال‬
‫ َو ى َم َع ا ْا َو َف ْو َق َظ ْه اْل َب ْي‬، ‫ َو ى اْل َح َّم ا‬، ‫َو َق ا َع الَّط‬
‫ِر ِت‬ ‫ِط ِن ِال ِب ِل‬ ‫ِم ِف‬ ‫ِر ِة ِرِق ِف‬
“Bahwasanya Nabi SAW telah melarang shalat di tempat sampah,
tempat penjagalan, kuburan, tengah jalan, di jamban, di tempat-tempat
menderumnya unta, dan di atas Ka’bah”.
(HR. At-Tirmidzi, namun menurutnya isnad hadits ini tidak begitu kuat).
Pengertian Qari’atu ‘th-Thariq: tengah jalan, yaitu jalur yang dilewati
orang.
Sementara itu, Ibnu Hibban (338) telah mengesahkan pula sebuah hadits:
‫َّم‬ ‫َح‬ ‫ْا َالْر ُض َم ْس ٌد َّال َمْلْق َب َر َو ْل‬
‫ِد ِا ا ِة ا اِم‬
“Seluruh bumi adalah tempat sujud, selain kuburan dan jamban”. Dan
pernah pula ia mengesahkan sebuah hadits lain (336):
‫ْا‬ ‫َا ْع َط‬ ‫َال ُت َص ُّل‬
‫اِن ِال ِب ِل‬ ‫وا ِف ى‬
“Janganlah kamu shalat di tempat-tempat menderumnya unta. Yakni,
tempat-tempat menderumnya yang ada di sekitar sumber air”.
(Demikian diriwayatkan oleh at-Tirmidzi: 348, dan lainnya).
Memakai Pakaian Terbuka

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,


‫اَل ُيَص ِّل ْي َأ َح ُد ُك ْم ْي الَّث ْو اْل َو اِح ِد َل ْي َس َع َل ى َع اِت َق ْي ِه ِم ْنُه َش ْي ٌء‬
‫ِب‬ ‫ِف‬
"Janganlah salah seorang di antara kalian shalat dengan satu pakaian,
sehingga tidak ada sedikitpun pakaian yang menutupi kedua bahunya".
(HR. Bukhari dalam Shahih-nya, dan Muslim dalam Shahih-nya )
Takhashshur

Dari Abu Hurairah, beliau berkata,


‫ َأ َّنُه َن َه ى َأ ْن ُيَص َى الَّر ُج ُل‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َع ْن َأ ى ُه َر ْي َر َة َع الَّن‬
‫ِّل‬ ‫ِن ِب ِّى‬ ‫ِب‬
‫َت‬ ‫ْخ‬ ‫ُم‬
‫ِص ًر ا‬
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang seseorang shalat
mukhtashiron (tangan diletakkan di pinggang).”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Menggunakan Lengan tangan
untuk Tumpuan Ketika Sujud

‫ُّس ُج َو اَل َي ْب ُس ْط َأ َح ُد ُك ْم َر َع ْي ْن َس َط ْل َك ْل‬ ‫ْع َت ُل‬


‫ِذ ا ِه ا ِب ا ا ِب‬ ، ‫ا ِد وا ِف ي ال وِد‬
“Seimbanglah kalian ketika sujud, dan janganlah salah seorang di antara
kalian meluruskan (menempelkan) kedua lengan/hastanya seperti anjing
meluruskannya”
(Shahih Al-Bukhari no. 822).
Merapatkan Kedua Kaki

‫ َف َر َأ ى َر ُج اًل َص اًّف ا َب ْي َن‬، ‫ ُك ْنُت َم َع َأ ي ي اَمْلْس‬: ‫ َق اَل‬، ‫َع ْن ُع َي ْي َن َة ْب َع ْب الَّر ْح َم‬


‫َة‬ ‫َث‬ ‫ِد‬ ‫ِج‬ ‫ِف‬ ‫َأ‬ ‫ِب‬ ‫َل‬ ‫ُأْل‬ ‫ِن‬ ‫ِد‬
‫ْل‬ ‫َأ‬ ‫ِن‬
‫َش‬ ‫َمْل‬ ‫َذ‬ ‫َه‬
‫ َر ْي ي ا ا ْس ِد َم اِن َي َع َر‬،‫ْح اُه َم ا ا َر ى‬ ‫ُت‬ ‫ْد‬ ‫َق‬ ‫ْخ‬ ‫َد‬ ‫ْق‬
: ‫ َف َق اَل‬، ‫َق َد َم ْي ِه‬
‫َّن ِز ِإَص َّل ُهللا ِبَع َل ْي َو َس َّل َم َم َر َأ ْي ُت ِف َأ َح ًد ْن ُه ْم ِجَف َع َل َه َذ َق ُّط‬ ‫َح‬ ‫ْص‬ ‫ْن َأ‬
‫ا‬ ‫ا ِم‬ ‫ ا‬، ‫ِه‬ ‫اِب ال ِب ِّي ى‬ ‫ِم‬
Dari ‘Uyainah bin Abdirrahman ia berkata, “Pernah aku bersama ayahku
di masjid. Ia melihat seorang lelaki yang shalat dengan merapatkan kedua
kakinya. Ayahku lalu berkata, ‘Orang itu menempelkan kedua kakinya,
sungguh aku pernah melihat para sahabat Nabi shallallahu’alaihi
wasallam shalat di masjid ini selama 18 tahun dan aku tidak pernah
melihat seorang pun dari mereka yang melakukan hal ini’”
(HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushannaf 2/109 dengan sanad yang
shahih).
Sujud di Atas Tutup Kepala yang
Menghalangi Dahi dan Tanah

Hal ini menurut pendapat mazhab Syafi’i, berdasarkan hadits nabi,


‫ َف َم ْن َج ْبَه َت َك‬، ‫َذ ا َس َج ْد َت‬
‫ِّك‬ ‫ِإ‬
"Ketika kamu sujud, tetapkanlah keningmu"
(Shahih Ibnu Hibban, no.1887)
Namun ulama yang lain berpendapat tidak wajib meletakkan anggota sujud
secara langsung di lantai atau alas shalat. Jadi dibolehkan sujud dalam keadaan
anggota sujudnya tertupi pakaian yang dikenakan ketika shalat. Seperti, sujud
dalam keadaan peci menutupi dahi. Ini adalah pendapat mayoritas ulama –
Hanafiyah, Malikiyah, dan Hambali– dan pendapat para ulama masa silam,
seperti Atha’, Thawus, an-Nakha’i, asy-Sya’bi, al-Auza’i, dsb.
Pendapat ini berdasar hadits dari Anas bin Malik radliallahu ‘anhu, beliau
mengatakan:
‫ّل‬ ‫ّل‬ ‫ُك ُن‬
‫ فإذا لم يستطع أحُد نا أن ُي مِّك َن جبهَت ه‬، ‫َّن ا َص ِّل ي َم ع النبِّي ص ى هللا عليه وس م في ِش َّد ة الَح ِّر‬
‫َد‬ ‫َج‬ ‫َس‬ ‫َب َس َط َب َف‬
‫عليه‬ ‫ثو ه‬ ‫ِم ن األرض؛‬
“Kami pernah shalat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di hari
yang sangat panas. Jika ada sahabat yang tidak mampu untuk meletakkan
dahinya di tanah, mereka membentangkan ujung bajunya, kemudian bersujud.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Mengusap Bekas Sujud
dalam Shalat
Mengusap bekas sujud dalam shalat. Mu’aiqib mengatakan bahwa Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata pada seseorang yang mengusap
debu ketika sujud,
‫ْن ُك ْنَت َف ًال َف َو َد ًة‬
‫اِع اِح‬ ‫ِإ‬
“Jika engkau mau mengusapnya, maka cukup sekali saja.” (HR. Bukhari
no. 1207 dan Muslim no. 546)
Menguap

Disunnahkan menutup dengan tangan ketika shalat atau di luar shalat.


‫عن ُس َه ْي ُل ْب ُن َأ ي َص ا َق اَل َس ْع ُت اْب ًن ا َأِل ي َس ي اْل ُخ ْد ُي َح ُث َأ ي َع ْن‬
‫ِّد‬ ‫ِرِّي‬ ‫ِم َل ِب ِع ٍد‬ ‫ِل‬
‫َأ ي َق اَل َق اَل َرِب ُس وُل الَّل َص َّل ى الَّل ُه َع ْي َو َس َّل َم َذ ا َت َث اَو َب َح ُد ُك ْم َف ْل ُي ْم ْك‬
‫ِب‬ ‫َأ‬ ‫ٍح‬
‫ِس‬ ‫ِإ‬ ‫َط‬ ‫َف ِه‬ ‫َل‬ ‫ِه‬ ‫ِب ِه‬
‫ُخ‬
‫َي ِد ِه َع ى ِف يِه َّن الَّش ْي اَن َي ْد ُل‬
‫ِإ‬ ‫ِب‬
Dari Suhail bin Abi Sholih berkata, aku mendengar putera Abi Said al-
Khudri menceritakan pada ayahku, dari ayahnya dia berkata:
“Rasulullah saw bersabda; ‘Jika seorang di antaramu menguap maka
hendaklah menahan dengan tangannya diletakkan di mulutnya, karena
syaitan akan masuk.’”
(Shahih Muslim 14/264)
Isbal

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


‫َم ْن َأ ْس َب َل َز اَر ُه ى َص َال ِتِه ُخ َي َال َء َف َل ْي َس ِم َن الَّل ِه ى ِح َو َال َح اَر‬
‫ٍم‬ ‫ِف ٍّل‬ ‫ِإ ِف‬
“Siapa yang shalat dalam keadaan isbal disertai kesombongan, maka
Allah tidak memberikan jaminan halal dan haram untuknya.” (HR. Abu
Daud no. 637)
Sadl dan Menutup Mulut

‫َن َهى َع الَّس ْد ي الَّص اَل َو َأ ْن ُي َغ َي الَّر ُج ُل َف اُه‬


‫ِّط‬ ‫ِة‬ ‫ِل ِف‬ ‫ِن‬
“Sesungguhnya Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- melarang
sadel dalam shalat dan seseorang menutupi mulutnya.”.
(HR. Abu Dawud)
Sadl memiliki banyak arti:
 Menjulurkan pakaian hingga menyentuh tanah
 Menjulurkan pakaian tanpa menyatukan kedua sisinya ke depan
 Berkemul dengan pakaiannya dan memasukkan kedua tangan dari
dalam lalu ruku' dan sujud dalam keadaan seperti itu.
Wallahu A’lam…

Anda mungkin juga menyukai