اس ُج ُدوا َو ْاعبُ ُدوا َربَّ ُك ْم َوا ْف َعلُوا اخْلَْيَر لَ َعلَّ ُك ْم ُت ْفلِ ُحو َنو وا ع ك
َ ار
ْ َ ُ ْ َُ َ وا نآم ين ِ َّياَأيُّها ال
ذ َ َ
“Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah
kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.” (QS. Al-Hajj: 77)
Ath Thabari dalam Tafsir-nya menyebutkan:
اس ُج ْد َحىَّت تَطْ َمِئ َّن َّمُث ،ا سِ مُثَّ ارفَ ع حىَّت تَطْمِئ َّن جال،اجدا
ِ مُثَّ اس ج ْد حىَّت تَطْمِئ َّن س
ْ ً َ َ َ ْ ْ ً َ ُ ْ
ِس
اج ًدا َ
“...Kemudian sujudlah sampai tuma’ninah. Kemudian bangun sampai duduk dengan tuma’ninah.
Kemudian sujud sampai tuma’ninah.” (HR. Bukhari no. 6251, Muslim no. 397)
Dan ijma’ para ulama bahwa sujud adalah rukun salat, tidak sah salat jika sujud ditinggalkan. Imam An-
Nawawi mengatakan:
ض َع وو ، ر يِوع ِه علَى ر ْكبَتي ِه َكم ا خَيِ ُّر البع
ِ خر بع َد ر ُك
َّ هَّ
نَأ ِِح ِفظْنَ ا عن عم ر يِف ص اَل ت
ه
َ َ ُْ َ َ َْ ُ َ ُ َْ ُ َ َ َُ ْ َ َ
ُر ْكبََتْي ِه َقْب َل يَ َديْه
“Aku mengingat cara shalat Umar (bin Khathab) bahwa beliau turun sujud setelah rukuk dengan
bertumpu pada lututnya sebagaimana unta yang meringkuk. Beliau meletakkan lututnya lebih dahulu
dari tangannya.” (HR. Ath Thahawi dalam Syarah Ma’anil Atsar, 1419, dishahihkan Al Albani
dalam Ashl Sifati Shalatin Nabi, 2/717)
Ini pendapat yang dikuatkan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah, Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin
dan Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahumullah.
Pendapat kedua: kedua tangan dahulu baru kedua lutut. Ini adalah pendapat ulama Malikiyyah dan
juga salah satu pendapat Imam Ahmad.
Dari Nafi’ rahimahullah, ia berkata:
1
ض ُع يَ َديِْه َقْب َل ُر ْكبََتْي ِه
َ َُكا َن ِإبْ ُن عُ َمَر ي
“Ibnu Umar dahulu meletakkan kedua tangannya sebelum kedua lututnya ”ز (HR. Al Bukhari
secara mu’allaq di hadits no. 803, Ibnu Khuzaimah no. 627, dishahihkan Al Albani dalam Irwaul
Ghalil, 2/77)
Ini adalah pendapat yang dikuatkan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani.
Wallahu a’lam, pendapat kedua nampaknya yang lebih kuat, karena terdapat hadis:
2
Tata Cara Sujud
Berdasarkan dalil-dalil yang ada, tata cara sujud dapat diringkas menjadi beberapa poin berikut:
1. Kening dan hidung menempel ke lantai. Sebagaimana hadis Ibnu Abbas radhiallahu’anhu di atas.
2. Kedua tangan menempel ke lantai dan diletakkan sejajar dengan bahu atau sejajar daun telinga.
Sebagaimana dalam hadis dari Abu Humaid As Sa’idi radhiallahu’anhu:
Atau sejajar daun telinga sebagaimana Hadits Wail bin Hujr radhiallahu ánhu berkata :
3. Punggung lurus, kedua lengan diangkat dan tidak menempel ke lantai. Berdasarkan hadis dari Anas
bin Malik radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
ِ
الكلب ذراعْي ِه انبسا َط كم د
ُ أح ط
ْ يبس وال ، ِ الس
جود ُّ يف لوا ِ
اعتد
َ ُ
“Hendaknya lurus ketika sujud. Dan jangan kalian merebahkan lengan kalian sebagaimana yang
dilakukan anjing.” (HR. Bukhari nol 822, Muslim no. 493)
3
4. Lengan atas dibuka sehingga jauh dari badan. Sebagaimana dalam hadis dari Al Barra bin
Azib radhiallahu’anhu, NabiShallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
َ ك وارفَ ْع ِم ْر َف َقْي
ك َّ فض ْع
َ كفْي َ تَ سج ْد
َ إذا
“Jika engkau sujud maka letakkan kedua tanganmu di lantai dan angkat sikumu.” (HR. Muslim no.
494)
Sebagaimana dalam juga hadis Abdullah bin Buhainah radhiallahu’anhu, ia berkata:
بياض إبْطَيه ِ أن النيب صلَّى اهلل عليه وسلَّم كان إذا صلَّى َّفرج بني
ُ يبدو
َ حىت ،يديه ُ َّ
“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam ketika shalat beliau melebarkan kedua tangannya hingga terlihat
putihnya ketiak beliau.” (HR. Bukhari no. 390, Muslim no. 495)
4
ِّ فذ َك ْرنا صال َة،النيب صلَّى اهللُ عليه وسلَّم
النيب ِّ أصحاب ِ جالسا مع ن َف ٍر ِمن
ً أنَّه كان
ِ
رسول ِ
لصالة كنت أح َفظَكم أنا :اعدي
ُّ الس
َّ ٍ فقال أبو مُح،صلَّى اهلل عليه وسلَّم
يد
ُ َ ُ
وإذا ر َك َع أم َك َن،يديْ ِه ِح ذاءَ َمْن ِكَبْي ِه
َ جع َلَ َ ر كب
َّ إذا هت
ُ رَأي
ْ :م َّ
ل وس عليه اهلل
ُ ى َّ
ل ص ِ
اهلل
ود ك ُّل َف َق ا ٍر ِ كبتي ِ يدي ِه
َ رأس ه اس توى حىَّت يع َ ع ف
َ ر إذا ف ،ه ر ظه
َ َ ر هص
َ مث ، ه ْ َ ر
ُ ن م َْ
بأطراف أصاب ِع ِ واستقبَ َل،قابض هما ِ مفرتش وال ٍ غري ِ يدي
َ ْ َ وض ع
ه َ سجد َ فإذا،مكانَه
ِ ِرجلَي ِه
َالقبلة ْْ
“Ia pernah duduk bersama beberapa orang sahabat Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Maka
mereka pun menyebutkan kepada kami tentang tata salat Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Abu
Humaid As Sa’idi berkata: “Aku paling hafal tata cara salat Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Aku
pernah melihat Nabi jika bertakbir maka beliau jadikan tangannya sejajar dengan pundaknya. Jika
beliau rukuk maka tangan beliau memegang lututnya, kemudian beliau luruskan punggungnya.
Ketika beliau i’tidal maka sampai semua tulang kembali pada tempatnya. Jika beliau sujud, beliau
meletakkan kedua tangannya, tidak terlalu direnggangkan dan juga tidak terlalu dirapatkan. Dan
jari-jari kakinya dihadapkan ke arah kiblat.” (HR. Bukhari no. 828)
8. Kedua tumit dirapatkan. Berdasarkan hadis dari Aisyah radhiallahu’anha:
، ً فوجدته ساجدا، صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم وكان معي على فراشي
َ فقدت رسول اهلل
مستقبالً بأطراف أصابعه القبلة، راصاً عقبيه ّ
“Suatu malam aku kehilangan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, padahal sebelumnya beliau
bersamaku di tempat tidur. Kemudian aku mendapat beliau sedang sujud, dengan menempelkan
dua tumitnya, menghadapkan jari-jari kakinya ke kiblat.” (HR. Muslim no. 486)
Bacaan Sujud
Ada beberapa bacaan yang sahih dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dalam sujud:
Pertama
اَألعلَى
ْ َُسْب َحا َن َرىِّب
“Maha Suci Rabbku Yang Maha Tinggi”.(Abu Dawud 1/230 No. 871)
Dalam doa ini terkandung pensucian Allah dari segala kekurangan dan dari segala hal yang tidak layak
disematkan pada-Nya. Di dalamnya juga terdapat penjelasan sifat ketinggian Allah. Dan sifat Maha
Tinggi Allah meliputi:
5
1. Maha Tinggi Dzat-Nya, karena Dia berada di atas semua makhluk-Nya.
2. Maha Tinggi kedudukan-Nya, sebab segala sifat sempurna hanya milik Dia saja.
3. Maha Tinggi kekuasaan-Nya, sebab Dia Maha berkuasa atas segala sesuatu, (QS. Al-Ankabut: 17)
(Lihat keterangan Syaikh Shalih al Fauzan ketika menerangkan nama al ‘Aliyy pada ayat Kursi dalam kitab Syarh
al ‘Aqidah al Wasithiyah, hal. 26)
Kedua
Ketiga
Berkata Imam An-Nawawi: “Makna (subbuuh) adalah yang terlepas dari segala kekurangan,
penyekutuan atau kesyirikan, dan dari setiap yang tidak layak untuk Allah, dan (qudduus) adalah yang
disucikan dari segala hal yang tidak pantas untuk Sang Pencipta”. Kemudian melanjutkan
perkataannya: “(ar-ruuh) dikatakan artinya malaikat yang besar dan dikatakan juga kemungkinan yang
dimaksud adalah Jibril” (Al-Minhaj Syarhu Shohih Muslim Bin Al-Hajjaj 4/205)
Keempat
Imam Nawawi menjelaskan bahwasanya doa ini diucapkan oleh Rasulullah untuk melaksanakan
kewajiban yang diwajibkan oleh Allah dalam surat An-Nashr:
Dalam doa ini terkandung pensucian Dzat Allah dari segala kekurangan dan dari segala hal yang tidak
layak untuk Allah, Pujian atas segala nikmat yang telah diberikan kepadanya berupa hidayah taufik
sehingga ia bisa beribadah kepadanya yang semua itu bukan karena daya atau upayanya akan tetapi
semata-mata karena nikmat hidayah taufiq yang Allah berikan, juga terkandung di dalamnya
permohonan ampun atas segala dosa yang diperbuat.
Pendapat pertama: kedua tangan naik lebih dahulu sebelum kedua lutut, kecuali jika kesulitan maka
baru bertumpu pada kedua tangan. Ini pendapat Hanafiyah dan Hanabilah.
Dari Jabir radhiallahu’anhu, ia berkata:
6
ٍ وال جَي لِس إذا ص لَّى يف َّأو ِل ر ْك،دميه
عة ٍ رم ْقت ابن م
ِ َسعود فرأيتُه ينهض علَى صدو ِر ق
َ ُ ُ َ َ ُ ََ ُ َ
جود
َ الس
ُّ حني يَقضي
َ
“Aku pernah mengikuti Ibnu Mas’ud dan aku melihat beliau bangkit dari duduk dengan bertopang pada
kedua kakinya. Dan beliau tidak duduk (istirahat) di rakaat pertama ketika selesai sujud.” (Mushannaf
Ibnu Abi Syaibah, 1/394)
Pendapat kedua: kedua lutut naik lebih dahulu sebelum kedua tangan. Ini pendapat Syafi’iyyah dan
Malikiyyah.
ب َع َّز َو َج َّل
َّ الر ِ ِالر ُك وع َفعظِّم وا ف
َّ يه ُّ ا َأم
َّ ف
َ ا د
ً
ِ وِإىِّن هُنِيت َأ ْن َأْق رَأ الْ ُق رآ َن راكِع ا َأو س
اج
ُ َ ُ َ ْ ً َ ْ َ ُ َ
اب لَ ُك ْم ج ت س ي ن َأ ن ِ
م ق ف ِ السجود فَاجت ِهدوا ىِف الدُّع
اء
َ َ َْ ُ ٌ ْ َ َ َ ُ َ ْ ُ ُ ُّ َو ََّأما
“Aku dilarang untuk membaca Alquran ketika rukuk dan sujud. Adapun rukuk maka itu waktunya
mengagungkan Allah ‘Azza wa Jalla. Sedangkan sujud maka itu waktunya bersungguh-sungguh untuk
berdoa agar diijabah oleh Allah” (HR. Muslim no. 479)
[Adapun membaca doa saat rukuk tidak mengapa. Bukhari membawakan doa: ك اللّ ُه َّم َربَّنَا َوحِب َ ْم ِد َك اللّ ُه َّم
َ َُسْب َحان
ا ْغ ِف ْريِل [Mahasuci Engkau ya Allah, wahai Rabb kami dan aku memuji-Mu. Ya Allah, ampunilah dosa-
dosaku.] (HR. Bukhari (I/99) [no. 794] dan Muslim (I/350) [no. 484]. Bukhari memasukkan hadis tersebut
dalam ‘Babud Du’a’i fir ruku’ (Bab Doa dalam Rukuk).
Al Hafiz Ibnu Hajar memberikan komentar terhadap bab yang dikhususkan oleh Imam Bukhari, “Ada
yang mengatakan, ‘Hikmah mengkhususkan rukuk dengan menyebut kata doa tanpa menyebut
kata tasbih, padahal hadisnya hanya satu, bahwa Bukhari bermaksud untuk memberi isyarat bantahan
terhadap orang yang menganggap berdoa ketika rukuk adalah makruh, seperti Imam
Malik rahimahullah. Sedangkan mengenai tasbih, tidak ada perbedaan pendapat mengenainya. Dengan
alasan tersebut, Bukhari lebih memfokuskan dengan penyebutan doa untuk tujuan
tersebut.'” (Syarah Hisnil Muslim, oleh Syaikh Majdi bin Abdul Wahab Al Ahmadi). ed]
Ali bin Abi Thalib radhiallahu’anhu juga mengatakan:
ِ أو، هَن ا ُكم – أن أقرَأ راكعا: أقول
ساج ًدا ُ وال – ِ َّسول الل
ه ُ هَن اين َر
ً
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam melarang kamu – aku tidak mengatakan: melarang kalian –
untuk membaca Alquran ketika rukuk atau sujud.” (HR. Ibnu Abdil Barr dalam Al Istidzkar, 1/475,
beliau lalu mengatakan: “Ini adalah lafaz yang mahfuzh dari hadis”)
Sumber:
7
https://muslim.or.id/44588-tata-cara-sujud-dalam-shalat.html#Bacaan_Sujud
https://bekalislam.firanda.com/2914-sujud-dalam-shalat.html