Shalat jamaah diperintahkan baik oleh al-Qur’an maupun oleh al-Hadis. Firman Allah Swt
surat al-Baqarah (2) ayat 43 dan Hadis Nabi Saw menyebutkan:
[43 :)2( [البقرة. َار َك ُعو ْا َم َع ال َّرا ِك ِعين َّ َوأَقِي ُمو ْا ال
ْ صالَةَ َوآتُو ْا ال َّز َكاةَ َو
Artinya: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang
ruku’” [Q.S. al-Baqarah (2) ayat 43]
[]رواه البخاري
Artinya: Dari Nafi’ dari Abdulah bin Umar bahwa Rasulullah saw bersabda: shalat jamaah itu
melebihi shalat sendirian dengan 27 derajat” [HR. al-Bukhari]
Mengenai hukum shalat berjamaah terutama terkait dengan shalat wajib, para ulama berbeda
pendapat mengenainya. Perbedaan ini muncul dikarenakan metode pemahaman yang berbeda-
beda ketika menyimpulkan dari nash/teks atau dalil-dalil yang saudara sebutkan di atas. Pun
sebagian ulama ada yang mendasarkan pada dalil-dalil di atas, sebagian lainnya mendasarkan
pada dalil-dalil yang tidak saudara sebutkan. Ulama dari kalangan Hanafiyah berpendapat
sunnah muakkad untuk laki-laki. Dalam istilah mazhab Hanafi, sunnah muakkad sama halnya
dengan wajib, berdasar hadis keutamaan dari shalat sendirian di atas. Juga sebuah atsar dari
sahabat Abdulah bin Mas’ud ra.: “Ia (shalat jamaah) adalah satu dari sunnah-sunnah petunjuk”
(al-Bada’i: 1: 155; Ibnu Abidin; 1: 371). Ulama dari kalangan mazhab Syafi’i berpendapat
fardhu kifayah (Mughni al-Muhtaj: 1: 229, al-Muhadzab: 1: 100) berdasar hadis riwayat Abu
Dawud:
َ َما ِمنْ ثَاَل ثَ ٍة فِي قَ ْريَ ٍة َوال:سلَّ َم يَقُو ُل َ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َ ِسو َل هللا ُ س ِم ْعتُ َر َ عَنْ أَبِي الد َّْردَا ِء قَا َل
ْب ِّ فَإِنَّ َما يَأْ ُك ُل، فَ َعلَ ْي َك بِا ْل َج َما َع ِة، ُش ْيطَان
ُ الذئ َّ ست َْح َو َذ َعلَ ْي ِه ُم ال
ْ صالَةُ إِالَّ قَ ِد ا
َّ بَ ْد ٍو الَ تُقَا ُم ِفي ِه ُم ال
َاصيَة
ِ َا ْلق
س َجدُو ْا ْ َ َو ْليَأْ ُخ ُذو ْا أ َصالَةَ فَ ْلتَقُ ْم طَآئِفَةٌ ِّم ْن ُهم َّم َعك
َ سلِ َحتَ ُه ْم فَإ ِ َذا َّ َوإِ َذا ُك ْنتَ فِي ِه ْم فَأَقَ ْمتَ لَ ُه ُم ال
سلِ َحتَ ُه ْمْ َصلُّو ْا َم َع َك َو ْليَأْ ُخ ُذو ْا ِح ْذ َر ُه ْم َوأَ ُصلُّو ْا فَ ْليَ ُت طَآئِفَةٌ أُ ْخ َرى لَ ْم ي ِ ْفَ ْليَ ُكونُو ْا ِمنْ َو َرآئِ ُك ْم َو ْلتَأ
[102 :)4( ]سورة النسآء
Artinya: “Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak
mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri
(shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu)
sujud (telah menyempurnakan serakaat), maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu
(untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum
bersembahyang, lalu bersembahyanglah mereka denganmu, dan hendaklah mereka bersiap
siaga dan menyandang senjata. Orang-orang kafir ingin supaya kamu lengah terhadap
senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan sekaligus. Tidak ada dosa
atasmu meletakkan senjata-senjatamu, jika kamu mendapat sesuatu kesusahan karena hujan
atau karena kamu memang sakit; dan siap siagalah kamu. Sesungguhnya Allah telah
menyediakan azab yang menghinakan bagi orang-orang kafir itu” [Q.S. an-Nisa’ (4): 102]
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah memerintahkan untuk melaksanakan shalat berjamaah dalam
keadaan perang, maka di luar perang lebih utama.
Dari semua dalil yang dikemukakan baik yang mewajibkan maupun yang tidak mewajibkan
shalat jamaah, menurut metode al-jam’u wa at-taufiq, dapat diambil kesimpulan bahwa shalat
berjamaah adalah wajib kifayah, yang berarti kalau suatu kampung ada yang melakukan shalat
berjamaah sudah menggugurkan kewajiban seluruh kampung. Hanya saja shalat berjamaah tetap
merupakan anjuran yang perlu mendapatkan perhatian kita.
*Fatwa ini pernah dimuat di Majalah Suara Muhammadiyah No. 15 Tahun 2012.
PENGATURAN SHAF
DALAM SHALAT BERJAMAAH
Pengaturan shaf dalam shalat berjamaah telah diatur oleh Nabi Muhammad Saw, dalam beberapa
hadits telah dijelaskan sebagai berikut :
1. Apabila Salat berjamaah terdiri dari imam dan seorang makmum, maka makmum berdiri di sebelah
kanan imam
2. Jika salat berjamaah terdiri dari imam dan dua orang makmum, maka makmum yang datang
kemudian berdiri di belakang imam dan makmum yang datang lebih dahulu mundur sehingga lurus dan
merapatkan dengan makmum yang datang kemudian. Hal ini berdasarkan hadis riwayat Abu Dawud
sebagai berikut.
ُ ت َفقُم
ْْت َعن َ صلِّى ْال َم ْغ ِر
ُ ب َف ِج ْئ َ صلَّى هللاُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم ُي
َ ُّ َقا َم ال َّن ِبى:هللا َقا َل
ِ ْن َع ْب ِد ِ َعنْ َج ِاب ٍر اب
)ص َف ْف َنا َخ ْل َف ُه (رواه أبو داود َ صا ِحبٌ لِى َف َ ار ِه َف َن َهانِى َف َج َع َلنِى َعنْ َي ِم ْي ِن ِه ُث َّم َجا َء
ِ َي َس
Artinya: Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah yang berkata bahwa pada suatu ketika Nabi SAW shalar
Maghrib, maka saya datang lalu berdiri di sebelah krinya, maka beliau mencegah aku dan menjadikan
aku di sebelah kananya; kemudian datang temanku, maka kami berbaris di belakangnya.(HR Abu
Dawud)
3. Apabila Salat terdiri dari imam dengan makmum yang sangat banyak (laki-laki, perempuan yang
telah dewasa, serta anak-anak), maka susunan shafnya makmum laki-laki dewasa berdiri di belakang
imam kemudian diikuti makmum anak-anak laki-laki, kemudian perempuan dewasa dan diikuti anak-
anak perempuan. Cara pengaturan shaf seperti ini didasarkan pada hadis riwayat al-Bukhari sebagai
berikut;
(رواه.صلَّى هللاُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم َواُمِّى ا ُ ُّم ُس َلي ٍْم َخ ْل َف َنا َ ْت اَ َنا َو ْال َي ِت ْي ُم َخ ْل
َ ِّف ال َّن ِبى ُ ص َلي
َ :س َقا َلٍ َعنْ اَ َن
)البخارى
Artinya: Diriwayatkan dari Anas berkata: Saya shalat bersama-sama anak yatim di belakang Nabi SAW
sedang ibuku Ummu Sulaim di belakang kami. (HR al-Bukhari)
Untuk menjawab pertanyaan saudara, perlu kami sampaikan beberapa hadis yang berkaitan dengan
pertanyaan tersebut, yaitu;
1- ال أَ َّولُ َها َ ِ َعنْ أَ ِبي ه َُري َْر َة َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا
ُ صلَّى هَّللا ُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم َخ ْي ُر
ِ صفُوفِ الرِّ َج
الصفوفHتسوية:الصالة:صفُوفِ ال ِّن َسا ِء آ ِخ ُر َها َو َشرُّ َها أَوَّ لُ َها (رواه مسلم ُ َو َشرُّ َها آ ِخ ُر َها َو َخ ْي ُر
)664:وإقامتها وفضل األول فاألول منها
Artinya:Diriwayatkan dari Abu Hurarah ia berkata, Rasulullah saw bersabda; Sebaik-baiknya shaf laki-
lkak adalah (shaf yang berada) paling depan, dan seburuk-buruknya adalah (shaf yang berada) paling
akhir, dan Sebaik-baiknya shaf perempuan adalah (shaf yang berada) paling akhir, dan seburuk-buruknya
adalah (shaf yang berada) paling depan. (HR Muslim, kitab as-Shalat, bab Taswiyah ash-Shufuf wa
iqamatuha wa fadhlu al-Awwal fal awal minha, hadis no 664)
2- صال ٍِح َعنْ أَ ِبي ِه َعنْ أَ ِبي ه َُري َْر َة َ ْن أَ ِبيِ يز بْنُ م َُح َّم ٍد َعنْ ُس َهي ِْل ب ِ َح َّد َث َنا قُ َت ْي َب ُة َح َّد َث َنا َع ْب ُد ْال َع ِز
ال أَ َّولُ َها َو َشرُّ َها آ ِخ ُر َها َو َخ ْي ُر
ِ صفُوفِ الرِّ َج ُ صلَّى هَّللا ُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم َخ ْي ُر
َ ِ َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا
:ماجاء فى فضل الصف األول:الصالة:صفُوفِ ال ِّن َسا ِء آ ِخ ُر َها َو َشرُّ َها أَوَّ لُ َها (رواه الترمذى ُ
)208
Artinya:Qutaibah telah menceritakan kepada kami, Abdul Aziz bin Muhammad telah menceritakan
kepada kami dari Suhail bin Abu Shalih dari ayahnya, diriwayatkan dari Abu Hurarah ia berkata,
Rasulullah saw bersabda; Sebaik-baiknya shaf laki-lkak adalah (shaf yang berada) paling depan, dan
seburuk-buruknya adalah (shaf yang berada) paling akhir, dan Sebaik-baiknya shaf perempuan adalah
(shaf yang berada) paling akhir, dan seburuk-buruknya adalah (shaf yang berada) paling depan. (HR al-
Tirmidzi, kitab as-Shalat, bab Ma Ja-a fi fadhli ash-Shaff al-Awwal, hadis no 208)
3- أَ ْخ َب َر َنا إِسْ َح ُق بْنُ إِب َْراهِي َم َقا َل َح َّد َث َنا َج ِري ٌر َعنْ ُس َهي ٍْل َعنْ أَ ِبي ِه َعنْ أَ ِبي ه َُري َْر َة َقا َل َقا َل
ُ ال أَوَّ لُ َها َو َشرُّ َها آ ِخ ُر َها َو َخ ْي ُر
صفُوفِ ال ِّن َسا ِء ِ صفُوفِ الرِّ َجُ صلَّى هَّللا ُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم َخ ْي ُر
َ ِ َرسُو ُل هَّللا
:ذكر خير صفوف النساء وشر صفوف الرجال:اإلمامة:آ ِخ ُر َها َو َشرُّ َها أَوَّ لُ َها (رواه النسائى
)811
Artinya: Ishak bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami, ia berkata Jarir Abdul telah menceritakan
kepada kami dari Suhail dari ayahnya diriwayatkan dari Abu Hurarah ia berkata, Rasulullah saw
bersabda; Sebaik-baiknya shaf laki-lkak adalah (shaf yang berada) paling depan, dan seburuk-buruknya
adalah (shaf yang berada) paling akhir, dan Sebaik-baiknya shaf perempuan adalah (shaf yang berada)
paling akhir, dan seburuk-buruknya adalah (shaf yang berada) paling depan.. (HR al-Nasa-i, kitab al-
Imamah, khairu shufufi al-Nisa wa syarru shufufi al-Rijal, hadis no 811)
4- صال ٍِح َ ْن أَ ِبيِ َّاح ْال َب َّزا ُز َح َّد َث َنا َخالِ ٌد َوإِسْ َمعِي ُل بْنُ َز َك ِريَّا َء َعنْ ُس َهي ِْل ب
ِ صبَّ َح َّد َث َنا م َُح َّم ُد بْنُ ال
ال أَ َّولُ َها
ِ صفُوفِ الرِّ َج َ ِ َعنْ أَ ِبي ِه َعنْ أَ ِبي ه َُري َْر َة َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا
ُ صلَّى هَّللا ُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم َخ ْي ُر
صف النساء:الصالة:صفُوفِ ال ِّن َسا ِء آ ِخ ُر َها َو َشرُّ َها أَوَّ لُ َها (رواه أبو داود ُ َو َشرُّ َها آ ِخ ُر َها َو َخ ْي ُر
)580:وكراهية التأخر عن الصف األول
Artinya: Muhammad bin as-Shabbah al-Bazzae telah menceritakan kepada kami, Khalid dan Ismail bin
Zakaria telah menceritakan kepada kami dari Suhail bin Abu Shalih dari ayahnya diriwayatkan dari Abu
Hurarah ia berkata, Rasulullah saw bersabda; Sebaik-baiknya shaf laki-lkak adalah (shaf yang berada)
paling depan, dan seburuk-buruknya adalah (shaf yang berada) paling akhir, dan Sebaik-baiknya shaf
perempuan adalah (shaf yang berada) paling akhir, dan seburuk-buruknya adalah (shaf yang berada)
paling depan.. (HR Abu Dawud , kitab as-Shalat, bab shaffu al-Nisa-I wa karahiyah al-Taakhhar an shaffi
al-Awwal, hadis no 580)
Imam an-Nawawi dalam kitab syarah Muslim menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kalimat:
Secara umum (jamaahnya laki-laki atau campur dengan perempuan), shaf laki-laki yang paling baik
adalah yang paling depan dan shaf yang paling buruk adalah shaf yang paling terakhir. Sedangkan yang
dimaksud dengan kalimat sebaik-baiknya shaf perempuan adalah shaf yang paling akhir dan yang paling
buruk adalah yang aling depan dalam hadis ini adalah shaf perempuan yang jamaahnya bersama-sama
dengan laki-laki. Adapun apabila jamaah shalatnya semuanya perempuan, maka seperti laki-laki, yaitu
shaf perempuan yang paling baik adalah shaf perempuan yang paling depan, dan shaf perempuan yang
paling buruk adalah shaf perempan yang paling terakir.
Dengan memperhatikan beberapa penjelasan (syarah) hadis-hadis tersebut dapat disimpulkan
bahwa shaf perempuan dapat difahami dua, yaitu;
Pertama, apabila jamaah perempuan bersama dengan laki-laki, maka shaf perempuan yang paling
baik adalah shaf yang paling akhir (belakang) , dan yang buruk adalah yang paling depan.
Kedua, apabila jamah salat itu semuanya permpuan, maka maka shaf perempuan yang paling baik
adalah shaf yang paling depan , dan yang buruk adalah yang belaka, sama halnya dengan jamaah laki-
laki.