Anda di halaman 1dari 5

َ ‫الصالَةِ اْجلَ َم‬

‫اع ِة‬ َّ ُ‫َك ْي ِفيَة‬


TATA CARA SHALAT BERJAMA’AH
(Oleh: Imam Muqoyyadi)

Allah SWT berfirman:

Artinya: Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah bersama orang-orang yang ruku'
(QS. Al-Baqoroh: 43)

Rasulullah SAW bersabda:


)‫صالَةَ اْل َف ِّذ بِ َسْب ٍع َو ِع ْش ِريْ َن َد َر َجةً (رواه البخارى‬
َ ‫ض ُل‬
ِ ‫صالَةُ اْجلم‬
ُ ‫اعة تَ ْف‬
َ ََ َ
Artinya: Shalat berjama’ah itu lebih utama daripada shalat sendirian dengan dua puluh tujuh
derajat (HR. al-Bukhori)

Dengan firman Allah SWT dan sabda Rasulullah SAW tersebut, kita ketahui bahwa
shalat berjama’ah itu dituntunkan oleh Al-Qur’an dan Sunnah.
Dalam shalat berjama’ah ada imam dan makmum. Orang yang menjadi imam adalah
yang lebih banyak hafalan dan lebih fasih bacaan Al-Qur’annya. Jika dalam hal ini sama, orang
yang menjadi imam adalah yang lebih banyak hafalan haditsnya. Jika dalam hal hafalan
haditsnya sama, orang yang menjadi imam adalah orang yang lebih dahulu berhijrah. Jika dalam
hal berhijrah sama yang menjadi imam adalah orang yang lebih tua usianya. Hal ini berdasar
pada Hadits:

ِ ِ ِ ِ ِ‫اب ه‬ ِ َ‫اَّلل َعلَْي ِو وسلهم ي ُؤُّم الْ َقوم أَقْ رُؤُىم لِ ِكت‬ ِ‫ول ه‬
ً‫اَّلل فَإ ْن َكانُوا ِف الْقَراءَة َس َواء‬ ْ َ َْ َ َ َ َ ُ‫صلهى ه‬ َ ‫اَّلل‬ ُ ‫ال َر ُس‬ َ َ‫ق‬
‫السن ِهة َس َواءً فَأَقْ َد ُم ُه ْم ِى ْجَرًة فَِإ ْن َكانُوا ِِف ا ْذلِ ْجَرِة َس َواءً فَأَقْ َد ُم ُه ْم ِس ْل ًما‬
ُّ ‫لسن ِهة فَِإ ْن َكانُوا ِِف‬
ُّ ‫فَأ َْعلَ ُم ُه ْم ِِب‬
)‫َوََل يَ ُؤهم هن الهر ُج ُل الهر ُج َل ِِف ُس ْلطَانِِو َوََل يَ ْقعُ ْد ِِف بَْيتِ ِو َعلَى تَ ْك ِرَمتِ ِو إِهَل ِبِِ ْذنِِو (رواه ادلسلم‬
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Yang berhak menjadi imam atas suatu
kaum adalah yang paling menguasai bacaan kitabullah (Alquran), jika dalam bacaan
kapasitasnya sama, maka yang paling tahu terhadap sunnah, jika dalam as sunnah (hadis)
kapasitasnya sama, maka yang paling dahulu hijrah, jika dalam hijrah sama, maka yang
pertama-tama masuk Islam, dan jangan seseorang mengimami seseorang di daerah
wewenangnya, dan jangan duduk di rumah seseorang di ruang tamunya, kecuali telah
mendapatkan izin darinya. (HR. Muslim)

Shalat berjama’ah dapat terdiri dari imam dan seorang makmum, atau imam dan dua
orang makmum, atau imam dan tiga orang makmum, atau imam dan makmum dengan jumlah
yang sangat banyak.
Jika shalt berjama’ah terdiri dari imam dan seorang makmum maka berdirilah makmum
di sebelah kanan imam, jika kemudian hadir lagi seorang makmum, berdirilah makmum yang
hadir kemudian itu di belakang imam, sedangkan makmum yang hadir lebih dahulu mundur
sehingga lurus dengan makmum yang hadir kemudian dan merapatkan, sehingga posisi imam
berada di depan tengah makmum. Hal ini berdasar pada Hadits yang di riwayatkan dari Jabir bin
Abdillah RA:

‫ت َع ْن يَ َسا ِرهِ فَنَ َه ِاِن فَ َج َعلَِن َع ْن ََيِْينِ ِو ُثُه‬ ِ ‫قَام النِهِب صلهى هللا علَي ِو وسلهم يصلِّى اْدل ْغ ِر‬
ُ ‫ت فَ ُق ْم‬
ُ ‫ب فَجْئ‬
َ َ َ ُ َ َ َ ْ َ ُ َ ُّ َ
ِ ‫جاء‬
َ َ‫ب ِِل ف‬
)‫ص َف ْفنَا َخ ْل َفوُ (رواه أبو داود‬ ٌ ‫صاح‬
َ ََ
Artinya: suatu ketika Nabi SAW shalat maghrib, saya datang lalu berdiri di sebelah kirinya,
maka beliau mencegah aku dan menjadikan aku di sebelah kanannya, kemudian datang
temanku, maka kami berbaris di belakangnya. (HR. Abu Dawud)

Dan juga Hadits yang di riwayatkan dari Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda:

)‫َو ِّسطُْوا اْ ِإل َم َام َو ُسد ُّْوا اْخلَلَ َل (رواه أبو داود‬
Artinya: Jadikan imam di tengah dan penuhilah tempat yang kosong (HR. Abu Dawud)

Jika hadir makmum ketiga, berdirilah disebelah kanan makmum. Bila kemudian datang
makmum keempat, berdirilah disebelah kiri makmum yang kedua. Demikianlah seterusnya
sehingga posisi imam berada di tengah-tengah depan makmum. Demikianlah cara mengatur shaf
jika makmum hadirnya pada waktu yang tidak bersamaan.
Jika makmum sudah berkumpul di tempat shalat berjama’ah, imam berdiri di depan dan
makmum berdiri dengan membuat shaf di belakang imam dengan merapatkan dan meluruskan
shaf serta posisi imam berada di depan tengah makmum.
Jika shalat berjama’ah terdiri dari imam dan seorang makmum perempuan, maka
makmum perempuan berdiri di belakang imam laki-laki.
Jika dalam shalat berjama’ah itu terdiri terdiri atas imam laki-laki dengan makmum yang
terdiri atas laki-laki dan perempuan yang telah dewasa serta anak-anak, makmum laki-laki
dewasa berada di belakang imam, kemudian di ikuti makmum anak-anak laki-laki, kemudian
perempuan dewasa kemudian anak-anak perempuan.
Dan juga Hadits yang di riwayatkan dari Anas RA:
)‫صلهى هللاُ َعلَْي ِو َو َسله َم َوأ ُِّمى أ ُُّم ُسلَْي ٍم َخ ْل َفنَا (رواه البخارى‬ ِ ِ َ ‫ت أ َََن َواْليَتِْي ُم َخ ْل‬
َ ‫هب‬
ّ ‫ف الن‬ ُ ‫صلهْي‬
َ
Artinya: Saya shalat bersama anak yatim di belakang Nabi SAW, sedangkan ibu saya Ummu
Sulaim di belakang kami (HR. Bukhari)

Dan juga Hadits yang di riwayatkan dari Abu Abu Malik Al-‘Asy’ari RA:
ِ ‫ان والَغِْلما َن خ ْل َفهم والنِّساء خ ْلف اْلغِلَم‬
)‫ان (رواه أمحد‬ ِ ‫ال قُدهام اْلغِْلم‬ ِ ‫وََْي َعل‬...
َ َ َ َ َ َ ُْ َ َ َ َ َ ‫الر َج‬ ّ ُ َ
Artinya: … dan Nabi menjadikan orang laki-laki di depan anak-anak, dan anak-anak di
belakang mereka, sedangkan para wanita di belakang anak-anak (HR. Ahmad)

Jika imam beserta makmumnya semua perempuan, maka yang menjadi imam berada di
tengah shaf pertama dari makmum perempuan. Hal ini berdasarkan Hadits:

ْ ‫َع ْن ُح َجْي َرَة َع ْن أُِّم َسلَ َمةَ أَنه َها أَهمْت ُه هن فَ َق َام‬
)‫ت َو َسطًا (رواه البيهقى‬
Artinya: Dari Hujairah menceritakan tentang Ummu Salamah (isteri Nabi) bahwa ia
mengimami para wanita dengan cara berdiri di tengahnya. (HR. al-Baihaqi)

Jika dalam shalat ada makmum yang terlambat atau masbuq, maka makmum masbuq
mengikuti gerakan imam. Jika makmum hadir ketika imam sedang ruku’ maka mengikuti ruku’,
jika imam sedang sujud maka makmumpun ikut sujud. Demikianlah seterusnya makmum
masbuq mengikuti imam. Hal ini berdasarkan Hadits:

‫صالََة (رواه‬
‫الرْك َعةَ فَ َق ْد أ َْد َرَك ال ه‬ ِ ‫إِ َذا ِجْئ تم إِ َِل ال ه‬
‫اس ُج ُد ْوا َوَلَ تَعُد ُّْوَىا َوَم ْن أ َْد َرَك ه‬
ْ َ‫صالَة َوََْن ُن ُس ُج ْوٌد ف‬ ُْ
)‫أبو داود واحلاكم وابن خزَية‬
Artinya: Apabila kamu datang untuk shalat (jama’ah) pada saat kami sedang sujud, maka
sujudlah, dan kamu jangan menghitung satu rekaat, dan barang siapa menjumpai ruku’nya
imam, berarti dia menjumpai shalat (rekaat yang sempurna) (HR. Abu Dawud, al-Hakim, dan
Ibnu Khuzaimah)

Dan juga hadits yang lain diriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda:


ِ ِ ‫من أَدرَك رْكعةً ِمن ال ه‬
ُ ‫صالَة قَْب َل أَ ْن يُقْي َم اْ ِإل َم ُام‬
)‫ص ْلبَوُ فَ َق ْد أ َْد َرَك َها (رواه الدارقطن‬ َ َ َ َْ ْ َ
Artinya: Barangsiapa menjumpai ruku’ dari shalat sebelum imam berdiri tegak dari ruku’nya,
berarti dia telah mendapati rakaat yang sempurna. (HR. ad-Daruqutni)
Intinya, lakukan apa yang dilakukan imam. Dan jika imam selesai mengucapkan salam
kedua makmum masbuk menyempurnakan shalatnya hingga selesai.

Sebagai contoh pada shalat Maghrib, Isya dan Subuh. Apabila shalat berjama’ah akan
dimulai, hendahnya imam mengatur shaf makmum kemudian menghadap kiblat dan bertakbir.
Hal ini berdasarkan pada Hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik RA, Rasulullah SAW
bersabda:

‫صالَةِ (رواه البخارى و مسلم وأبو داود وابن ماجو‬ ِ ‫الص ُفو‬
‫ف ِم ْن إِقَ َام ِة ال ه‬ ِ
ْ ُّ َ‫ص ُف ْوفَ ُك ْم فَإ هن تَ ْس ِويَة‬
ُ ‫َس ُّوْوا‬
)‫وأمحد والدارمى‬
Artinya: Luruskan shafmu karena sesungguhnya lurusnya shaf adalah sebagian kesempurnaan
tegaknya shalat. (HR. al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad, dan ad-Dailami)

Dan pada Hadits yang lain:


)‫صالَِة (رواه البخارى و مسلم‬ ِ ‫الص ُفو‬
‫ف ِم ْن ََتَ ِام ال ه‬ ِ
ْ ُّ َ‫ص ُف ْوفَ ُك ْم فَإ هن تَ ْس ِويَة‬
ُ ‫َس ُّوْوا‬
Artinya: Luruskan shafmu karena sesungguhnya lurusnya shaf adalah sebagian kesempurnaan
shalat. (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Dalam shalat berjama’ah, gerakan makmum tidak boleh bersama-sama atau mendahului
gerakan imam.
Setelah imam membaca takbir permulaan, imam membaca iftitah secara sir (pelan),
ta’awwudz secara sir dan basmalah secara sir atau jahr (keras), kemudian diteruskan membaca al
fatikhah. Setelah imam seselai membaca fatikahah dengan diakhiri kalimat waladdhaalliin,
makmum mengiringi dengan mengucapkan aamiin. Hal ini berdasarkan hadits yang di
riwayatkan Nu’aim al-mutsmiri RA:

ِ ‫ضو‬ ِ ِ ِِ ِ ِ ِ
‫ب‬ ْ ُ ‫ت َوَراءَ أَِِب ُىَريْ َرَة فَ َقَرأَ ب ْس ِم هللا الهر ْمحَ ِن الهر حْي ِم ُثُه قَ َرأَ ِب ُّم اْل ُق ْرأَن َح هَّت إ َذا بَلَ َغ َغ ِْْي الْ َم ْغ‬ُ ‫صلهْي‬
َ
‫ْي(رواه النسائى وابن خزَية والسراج وابن حبان‬ ِ ‫ال الن‬ ِ َ ‫علَي ِهم وَلَ الضهالِّْي فَ َق‬
َ ْ ‫هاس أَم‬
ُ َ ‫ْي فَ َق‬ َ ْ ‫ال أَم‬ َْ َ ْ َْ
)‫وغْيىم‬
Artinya: saya shalat di belakang Abu Hurairah Ra maka ia membaca
bismillahirrahmanirrahiim, laku membaca induk al-Qur’an (sutar al-Fatihah) sehingga tatkala
sampai pada walad-dhaalliin, beliau membaca aamiin dan orang-orangpun sama-sama
membaca aamiin.

Dalam hal ini makmum tetap membaca al-Fatikhah sekedar didengar oleh dirinya sendiri.
Hal ini berdasarkan hadits yang di riwayatkan dari Anas RA, Rasulullah SAW bersabda:

ِ ْ‫أَتَ ْقرُؤو َن ِِف صالَةِ ُكم خ ْلف اْ ِإلم ِام واْ ِإلمام ي ْقرأُ فَالَ تَ ْفعلُوا واْلي ْقرأْ أَح ُد ُكم بَِفتِح ِة ا‬
ِ َ‫لكت‬
‫اب ِِف‬ َ ْ َ َََ َْ َََُ َ َ َ َ ْ َ َْ
)‫نَ ْف ِس ِو(رواه ابن حبان‬
Artinya: apakah kamu sekalian membaca dalam shalatmu di belakang imammu, padahal imam
sedang membaca? Janganlah kamu mengerjakannya, hendaklah masing-masing kamu membaca
al-Fatihah sekedar di dengar olehnya sendiri. (HR. Ibnu Hibban).

Setelah itu, imam membaca ayat atau surat secara jahr dan makmum mendengarkan. Begitu
juga rakaat yang kedua. Kemudian imam ruku’, makmum pun ruku’ dan seterusnya hingga imam
selesai salam kedua barulah makmum mengucapkan salam. Kemudian imam membaca istighfar
tiga kali, lalu membaca Allahumma antas salam waminkas salam tabaarakta yaa dzaljalaali wal
ikram, lalu menghadap makmum untuk berdzikir, wirid dan berdo’a secara munfarid (sendiri),
makmumpun melakukannya secara munfarid berdzikir, wirid dan berdo’a sesuai dengan
tuntunan Rasulullah SAW.

Sumber: Himpunan Putusan Majlis Tarjih Dan Tajdid PP Muhammadiyah

Anda mungkin juga menyukai