Anda di halaman 1dari 3

Baca Basmalah Ketika Hendak Wudhu Menurut Mazhab Syafii

Membaca basmalah ketika hendak wudhu dianjurkan menurut Mazhab Syafii. Wudhu (ilustrasi)

Foto: Yasin Habibi/Republika


Membaca basmalah ketika hendak wudhu dianjurkan menurut Mazhab Syafii.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Rasulullah SAW mengajarkan untuk memulai segala sesuatu perkara
dengan mengucapkan lafal basmalah. Sebab dengan membaca basmalah suatu hal yang dikerjakan akan
mendapat keberkahan dan bernilai ibadah. Tak terkecuali ketika hendak berwudhu.  

Dalam kitab Al Adzkar, Syekh Muhyiddin Abu Zakariya Yahya bin Syaraf An Nawawi atau Imam Nawawi
menjelaskan, membaca basmalah yakni bismillahirrahmanirrahim disunahkan pada permulaan berwudhu. 

Di kalangan ulama Syafi'iyah bila seseorang lupa membaca basmalah pada permulaan wudhu, boleh membaca
basmalah di pertengahan wudhu.  

Meski demikian, bila sampai selesai wudhu tertinggal tidak membaca basmalah, hal itu tidak menjadi persoalan.
Seseorang tak perlu membaca basmalah karena sudah tertinggal tempat meletakkan ucapan lafal basmalah.  

Wudhu seseorang yang tertinggal atau tidak mengucapkan basmalah baik sengaja atau tidak sengaja maka
wudhunya tetap sah. Sebab mengucapkan basmalah bukan bagian dari syarat sah serta rukun dalam wudhu.  

Terdapat keterangan tentang mengucapkan basmalah dalam wudhu. Meski demikian, keterangan tentang
membaca basmalah dalam wudhu itu merupakan berasal dari hadis dhaif. Sebagaimana Ahmad bin Hanbal
berkata, “Tidak ada hadis yang tsabit yang kuketahui tentang bismillah di dalam wudhu.”  

Di antara hadis dhaif tentang melafalkan basmalah dalam wudhu seperti pada hadits riwayat Abu Dawud dan
beberapa perawi lainnya berbunyi: "Dari Abu Hurairah dari Nabi SAW, tidak sempurna wudhu bagi orang yang
tidak menyebut nama Allah."  

Hadis tersebut juga diriwayatkan Sa'id bin Zaid, Abu Sa'id, Aisyah, Anas bin Malik, dan Sahl bin Sa'ad. Hadis-
hadis tentang ucapan bismillah dalam wudhu juga diriwayatkan Al Baihaqi dan lainnya. Namun, semuanya
dinyatakan sebagai hadis dhaif. 

Tak ada salahnya untuk membaca basmalah ketika hendak berwudhu. Terlebih, berwudhu merupakan perkara
baik dan sebagai syarat sahnya seseorang untuk melaksanakan shalat. 

Namun, yang terpenting dalam berwudhu adalah melafalkan niat. Posisi niat dalam wudhu ketika jatuhnya air
pertama kali ketika membasuh wajah, di mana lafal niat diucapkan dengan lisan sedang tempat niat berada
dalam hati. Andrian Saputra 

 
Hukum Membaca Bismillah Saat Wudhu
Bagaimana hukum membaca bismillah di awal wudhu? Apakah wajib ataukah sunnah?

Menurut pendapat mayoritas ulama, yaitu ulama Hanafiyah, ulama Syafi’iyah, dan salah satu pendapat dari
Imam Ahmad, membaca bismillah saat wudhu dihukumi sunnah (tidak wajib).

Tidak Ada Wudhu Jika Tidak Membaca Bismillah

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫اس َم اللَّ ِه َت َعاىَل َعلَْي ِه‬ ِ ‫الَ صالََة لِمن الَ وضوء لَه والَ و‬
ْ ‫ضوءَ ل َم ْن مَلْ يَ ْذ ُك ِر‬
ُ ُ َُ َ ُ ُ َْ َ
“Tidak ada shalat bagi yang tidak ada wudhu. Tidak ada wudhu bagi yang tidak membaca bismillah di
dalamnya.” (HR. Abu Daud no. 101 dan Ibnu Majah no. 399. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits
ini hasan).

Sebagian ulama mendhaifkan hadits ini, namun dari berbagai jalur, hadits menjadi kuat. Sedangkan penafian
(peniadaan) yang disebutkan dalam hadits adalah kesempurnaan. Jadi maksudnya adalah tidak sempurna
wudhunya.

Imam Nawawi berkata,

ً‫ ال أعلم يف التسمية يف الوضوء حديثا‬: ‫ وثبت عن أمحد بن حنبل رمحه اهلل أنه قال‬، ‫وجاء يف التسمية أحاديث ضعيفة‬
ً‫ثابتا‬
Ada beberapa hadits yang membicarakan tentang tasmiyah (sebelum wudhu), namun hadits-hadits tersebut
dho’if. Imam Ahmad pernah mengatakan, “Aku tidak mengetahui ada hadits shahih yang membicarakan
tasmiyah ketika wudhu.” (Al Adzkar, 33, cetakan Darut Taqwa)

Kalau dilihat dari hadits-hadits yang ada yang semisal dengan hadits di atas, dapat dikatakan bahwa haditsnya
saling menguatkan satu dan lainnya. Ibnu Hajar Al Asqolani berkata,

ً‫والظاهر أن جمموع األحاديث حيدث منها قوة تدل على أن له أصال‬


“Nampak bahwa dilihat dari berbagai macam jalur, hadits yang membicarakan anjuran bismillah saat wudhu
saling menguatkan, yang menunjukkan adanya ajaran akan hal itu.” (Talkhisul Habir, 1: 128).

Dimaknakan Tidak Sempurna Wudhunya, Kenapa?

Karena ada hadits-hadits yang membicarakan tentang wudhu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti hadits
‘Abdullah bin Zaid, ‘Utsman bin ‘Affan dan juga Ibnu ‘Abbas, tidak menyebutkan bismilah di dalamnya.
Sehingga penafian yang ada dimaknakan, tidak sempurna. Jadi tetap ada anjuran membaca bismillah di awal
wudhu, namun tidak menunjukkan wajib.

Hadits yang Membicarakan Masalah Wudhu Nabi

Hadits pertama: Hadits Utsman bin ‘Affan

ٍ ‫ث مَّر‬ ِ ٍ ‫َأن عثْما َن بن عفَّا َن – رضى اهلل عنه – دعا بِوض‬


َّ‫ات مُث‬ َ َ َ‫ضَأ َفغَ َس َل َكفَّْيه ثَال‬ َّ ‫وء َفَت َو‬ ُ َ ََ َ َ ْ َ ُ َّ ُ‫َأخَبَره‬ ْ ‫مُحَْرا َن َم ْوىَل عُثْ َما َن‬
ِ ٍ ‫ث مَّر‬ ٍ َ َ‫ضمض واستْنَثر مُثَّ َغسل وجهه ثَال‬
َ ‫ات مُثَّ َغ َس َل يَ َدهُ الْيُ ْسَرى ِمثْ َل ذَل‬
‫ك‬ ِ ‫ِإ‬
َ َ َ‫ث َمَّرات مُثَّ َغ َس َل يَ َدهُ الْيُمْىَن ىَل الْم ْرفَ ِق ثَال‬ َُْ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ ْ ‫َم‬
‫صلى‬- ‫ول اللَِّه‬ ِ ٍ ‫ث مَّر‬
َ ‫ت َر ُس‬ُ ْ‫ك مُثَّ قَ َال َرَأي‬ َ ‫ات مُثَّ َغ َس َل الْيُ ْسَرى ِمثْ َل َذل‬ ‫ِإ‬
َ َ َ‫مُثَّ َم َس َح َرْأ َسهُ مُثَّ َغ َس َل ِر ْجلَهُ الْيُمْىَن ىَل الْ َك ْعَبنْي ِ ثَال‬
‫ضوِئى َه َذا مُثَّ قَ َام‬ َّ ‫ « َم ْن َت َو‬-‫صلى اهلل عليه وسلم‬- ‫ول اللَِّه‬
ُ ‫ضَأ حَنْ َو ُو‬ ُ ‫ال َر ُس‬ َ َ‫ضوِئى َه َذا مُثَّ ق‬
ُ ‫ضَأ حَنْ َو ُو‬َّ ‫ َت َو‬-‫اهلل عليه وسلم‬
ٍ ‫ قَ َال ابْن ِشه‬.» ‫ِّث فِي ِهما َن ْفسهُ غُ ِفر لَهُ ما َت َقدَّم ِمن ذَنْبِ ِه‬
ُ‫ضوء‬
ُ ‫اب َو َكا َن عُلَ َماُؤ نَا َي ُقولُو َن َه َذا الْ ُو‬ َ ُ ْ َ َ َ َ َ ُ ‫َفَر َك َع َر ْك َعَتنْي ِ الَ حُيَد‬
َّ ِ‫َأح ٌد ل‬
.‫لصالَِة‬ ِِ َّ ‫َأسب ُغ ما يَتو‬
َ ‫ضُأ به‬ َ َ َ َْ
Humran pembantu Utsman menceritakan bahwa Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu pernah meminta air untuk
wudhu kemudian dia ingin berwudhu. Beliau membasuh kedua telapak tangannya 3 kali, kemudian berkumur-
kumur diiringi memasukkan air ke hidung, kemudian membasuh mukanya 3 kali, kemudian membasuh tangan
kanan sampai ke siku tiga kali, kemudian mencuci tangan yang kiri seperti itu juga, kemudian mengusap kepala,
kemudian membasuh kaki kanan sampai mata kaki tiga kali, kemudian kaki yang kiri seperti itu juga. Kemudian
Utsman berkata, “Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berwudhu seperti wudhuku ini,
kemudian beliau bersabda, “Barangsiapa berwudhu seperti wudhuku ini kemudian dia shalat dua rakaat dengan
khusyuk (tidak memikirkan urusan dunia dan yang tidak punya kaitan dengan shalat), maka Allah akan
mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. Ibnu Syihab berkata, “Ulama kita mengatakan bahwa wudhu
seperti ini adalah contoh wudhu yang paling sempurna yang dilakukan seorang hamba untuk shalat”. (HR.
Bukhari no. 159 dan Muslim no. 226).

Hadits di atas sedang menerangkan wudhu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahkan disebutkan oleh Utsman, ”
Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berwudhu seperti wudhuku ini.” Sedangkan di
dalam tata caranya tidak disebutkan membaca bismillah.

Hadits kedua: Hadits ‘Abdullah bin Zaid

ِ ‫َأل عبد اللَّ ِه بن زي ٍد عن وض‬ ِ


‫وء النَّىِب ِّ – صلى اهلل عليه وسلم – فَ َد َعا‬ ُ ُ ْ َ ْ َ َ ْ َ َْ َ ‫ت َع ْمَرو بْ َن َأىِب َح َس ٍن َس‬ ُ ‫َع ْن َع ْم ٍرو َع ْن َأبِيه َش ِه ْد‬
‫ مُثَّ َْأد َخ َل‬، ‫ َفغَ َس َل يَ َديِْه ثَالَثًا‬، ‫ضوءَ النَّىِب ِّ – صلى اهلل عليه وسلم – فََأ ْك َفَأ َعلَى يَ ِد ِه ِم َن الت َّْو ِر‬ َّ ‫ َفَت َو‬، ‫بَِت ْو ٍر ِم ْن َم ٍاء‬
ُ ‫ضَأ هَلُ ْم ُو‬
ٍ َ‫ث َغرف‬
‫ مُثَّ َْأد َخ َل يَ َدهُ َفغَ َس َل يَ َديِْه‬، ‫ مُثَّ َْأد َخ َل يَ َدهُ َفغَ َس َل َو ْج َههُ ثَالَثًا‬، ‫ات‬ ْ ‫ فَ َم‬، ‫يَ َدهُ ىِف الت َّْو ِر‬
َ َ َ‫اسَتْنَثَر ثَال‬
ْ ‫اسَتْن َش َق َو‬
ْ ‫ض َو‬ َ ‫ض َم‬
ِ ‫ مُثَّ َغسل ِر ْجلَْي ِه ِإىَل الْ َك ْعَبنْي‬، ‫اح َد ًة‬
ِ ‫ فََأ ْقبل هِبِما و َْأدبر مَّر ًة و‬، ‫ مُثَّ َْأدخل ي َده فَمسح رْأسه‬، ِ ‫مَّرَت ِ ِإىَل الْ ِمر َف َق ِ مَّرَت‬
‫ْ نْي َ نْي‬ ‫َ نْي‬
ََ َ َ ََ َ َ َ َ ُ َ َ َ َ َ ُ َ َ َ
Amr bin Yahya Al Mazini menuturkan dari bapaknya bahwa dia mengatakan, “Aku menyaksikan Amr bin Abi
Hasan bertanya kepada Abdullah bin Zaid tentang tata cara wudhu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
‘Abdullah lantas meminta sebaskom air, dan memberikan contoh berwudhu kepada orang-orang sesuai yang
diamalkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau menuangkan air dari baskom tersebut pada
kedua telapak tangannya, lalu membasuhnya tiga kali. Beliau lantas mencelupkan kedua tangannya ke dalam
baskom lalu berkumur-kumur, memasukkan air ke dalam hidung dan mengeluarkannya tiga kali menggunakan
tiga cidukan tangan. Beliau lantas mencelupkan tangannya ke dalam baskom tersebut dan membasuh wajahnya
tiga kali. Beliau lalu mencelupkan tangannya ke dalam baskom dan membasuh tangannya itu sampai ke siku
sebanyak dua kali. Beliau kemudian mencelupkan tangannya dan menggunakannya untuk mengusap kepala
sekali dari belakang ke depan dan kembali dari depan ke belakang. Beliau lalu membasuh kedua kakinya hingga
mata kaki.” (HR. Bukhari no. 185 dan Muslim no. 18).

Dalam hadits ini juga tidak disebutkan bacaan bismillah, padahal Abdullah bin Zaid sedang mencontohkan cara
wudhu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kesimpulan Pendapat

Sebagaimana disebutkan oleh Syaikh ‘Abdullah Al Fauzan, “Pendapat yang menyatakan hukum membaca
bismillah saat wudhu adalah sunnah, itulah yang lebih kuat -insya Allah-.Namun sunnahnya itu begitu
ditekankan, jangan sampai ditinggalkan dengan sengaja.” (Minhatul ‘Allam, 1: 224).

Imam Ahmad pernah diceritakan oleh muridnya, Abu Daud, “Aku pernah berkata pada Imam Ahmad,
bagaimana hukum membaca bismillah saat wudhu.” Jawab Imam Ahmad, “Aku harap hukumnya tidak masalah
jika ditinggalkan. Tidak membuatku terkagum jika meninggalkannya karena keliru atau sengaja. Intinya, sanad
hadits yang membicarakan masalah tersebut menuai kritikan.” (Masail Al Imam Ahmad, riwayat Abu Daud hal.
6, dinukil dari Minhatul ‘Allam, 1: 224).

Semoga bermanfaat. Hanya Allah yang memberi taufik.

Anda mungkin juga menyukai