Anda di halaman 1dari 5

6 Adab Berpakaian dalam Islam yang Perlu Diketahui Umat Muslim

Liputan6.com, Jakarta Adab berpakaian dalam Islam hendaknya menjadi perhatian khusus. Mengingat, meski
Islam tidak menentukan bentuk atau desain dari sebuah pakaian bagi umatnya, namun ada beberapa adab
berpakaian dalam Islam yang penting untuk diikuti.

Sebenarnya salah satu adab berpakaian dalam Islam, sudah dijelaskan dalam Al-Quran tepatnya surat al-A’raf
ayat 26 yang memiliki arti, “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk
menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang
demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.”

Tentunya, Allah SWT bukan tanpa alasan dalam memerintahkan umatnya agar mengikuti adab berpakaian
dalam Islam. Hal tersebut dimaksudkan demi kebaikan umat Islam itu sendiri. Bayangkan saja dengan pakaian
yang tidak menutup aurat terkadang dapat menarik perhatian lawan jenis dan yang ditakutkan adalah timbulnya
hawa nafsu.

Ada beberapa adab berpakaian dalam Islam yang cukup dasar dan sebenarnya sangat mudah dilakukan. Bahkan
di beberapa negara adab berpakaian dalam Islam ini sudah menjadi budaya sehari-hari. Lalu, seperti apa saja
adab berpakaian dalam Islam tersebut? Di bawah ini Liputan6.com telah merangkum dari berbagai sumber,
Jumat (29/5/2020).

1. Menutup Aurat
Adab berpakaian dalam Islam yang pertama tentu saja sebisa mungkin pakaian tersebut menutup aurat. Hal ini
merupakan salah satu prinsip pertama dan sangat dasar. Aurat sendiri memang berbeda antara laki-laki dan
perempuan. Aurat laki-laki sendiri berada di antara pusar hingga lutut. Sedangkan aurat dari perempuan ada
pada seluruh badan kecuali kedua telapak tangan serta wajah.

Perintah untuk menutup aurat sudah ada sejak zaman nabi Adam dan Hawa ketika mereka berdua mendekati
pohon yang oleh Allah SWT dilarang untuk mendekatinya.

Hal tersebut terdapat dalam surah al-A’raf ayat 22 yang memiliki arti, “Maka syaitan membujuk keduanya
(untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi
keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga.”

2. Tidak Menyerupai Pakaian Orang Kafir


Selanjutnya adalah dengan tidak menggunakan pakaian yang menyerupai orang kafir. Pakaian tersebut dapat
disebut menyerupai orang kafir apabila suatu pakaian memang menjadi ciri khas dari orang kafir. Mengenai hal
tersebut juga telah di jelaskan oleh Abdullah bin Umar radhiallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:

“Orang yang menyerupai suatu kaum, seolah ia bagian dari kaum tersebut” (HR. Abu Daud, 4031, di hasankan
oleh Ibnu Hajar di Fathul Bari, 10/282, di shahihkan oleh Ahmad Syakir di ‘Umdatut Tafsir, 1/152).

3. Tidak Menyerupai Lawan Jenis


Ada sebuah Hadist menjelaskan mengenai hal ini. Diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas radhiyallahu’anhu,
beliau berkata:

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan para wanita yang
menyerupai laki-laki” (HR. Bukhari no. 5885).

Selain itu, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:

“Tidak masuk surga orang yang durhaka terhadap orang tuanya, ad dayyuts, dan wanita yang menyerupai laki-
laki” (HR. Al Baihaqi dalam Al Kubra 10/226, Ibnu Khuzaimah dalam At Tauhid 861/2, dishahihkan Al Albani
dalam Shahih Al Jami’, 3063).
Maka dari itu, selalu pertimbangan jenis dari pakaian yang akan dikenakan, agar tidak menyerupai lawan jenis,
mengingat hal tersebut sangat dibenci oleh Allah dan Nabinya.

4. Tidak Transparan
Jangan sampai umat muslim memakai pakaian yang transparan atau tembus pandang. Dengan menggunakan
jenis pakaian tersebut justru akan memperlihatkan bentuk tubuh. Sebisa mungkin membeli dan menggunakan
pakaian yang memiliki bahan cukup tebal.

Mengenai hal ini, sudah dijelaskan dalam sebuah Hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitabnya
Shohih Muslim no: 2128 dengan isi sebagai berikut:

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah,

”Dua (jenis manusia) dari ahli neraka yang aku belum melihatnya sekarang yaitu kaum yang membawa cemeti-
cemeti seperti ekor sapi, mereka memukul manusia dengannya, dan wanita-wanita yang berpakaian tapi
telanjang, berjalan berlenggak lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang condong. Mereka tidak akan
masuk surga bahkan tidak akan mendapat wanginya, dan sungguh wangi surga itu telah tercium dari jarak
perjalanan sekian dan sekian.”

5. Awali dari Kanan


Saat akan memakai pakaian dan melakukan segala urusan, hendaknay untuk mendahulukannya dari sebelah
kanan. Seperti yang di jelaskan oleh riwayat ‘Aisyah radhiyallahu ’anha dimana dia berkata:

“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam membiasakan diri mendahulukan yang kanan dalam memakai sandal,
menyisir, bersuci dan dalam setiap urusannya” (HR. Bukhari no. 168).

6. Doa Sebelum Berpakaian


Islam selalu mengajarkan berbagai hal disertai dengan doa dan tuntunannya. Bahkan untuk urusan mengenakan
pakaian juga telah disiapkan doanya. Sebelum mengenakan pakaian ada baiknya membaca doa beriikut:

Bismillaahi, Alloohumma innii as-aluka min khoirihi wa khoiri maa huwa lahuu wa'a'uu dzubika min syarrihi
wa syarri maa huwa lahuu

Artinya:

“Dengan nama-Mu ya Allah aku minta kepada Engkau kebaikan pakaian ini dan kebaikan apa yang ada
padanya, dan aku berlindung kepada Engkau dari kejahatan pakaian ini dan kejahatan yang ada padanya.”

Jadi, setelah mengetahui adab berpakaian dalam Islam di atas, ada baiknya sebagai umat muslim untuk
menerapkannya di kehidupan sehari-hari.
Ketentuan Penting Berpakaian Sesuai Syariat Islam
Berpakaian sesuai syariat Islam merupakan kewajiban setiap orang yang beriman, baik laki maupun perempuan.
Sudah tentu apa yang diperintahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala pada hamba-Nya itu mempunyai maslahat
kembali kepada hamba tersebut.

Pakaian merupakan salah salah satu nikmat yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada seluruh makhluk
ciptaan-Nya. Salah satunya binatang yang sering kita jumpai, tumbuh dari kulit mereka bulu yang melindungi
tatkala panasnya terik matahari, menghangatkan tatkala dinginnya malam.

Begitu pula manusia telah diberi kemampuan untuk membuat pakaian yang menutup tubuhnya, menjadikan
pakaian tersebut sebagai bentuk perhiasan yang mempercantik penampilan seseorang.

Etika Berpakaian Sesuai Syariat Islam


Berpakaian sesuai syariat Islam telah diajarkan semenjak 14 abad yang lalu yang mana ketentuan tersebut tidak
pernah berubah. Tidak ada ketentuan dalam berpakaian harus warna tertentu, namun yang terpenting ialah
pakaian tersebut tidak menyebabkan seseorang melirik kepadanya dan menimbulkan fitnah, cukuplah pakaian
yang ada biasa sesuai dengan kondisi lingkungan masing-masing, tidak terlihat mencolok perbedaan antara
orang miskin maupun kaya.

Pakaian apakah itu warna hitam atau selain hitam, merah, biru atau hijau, selama pakaian tersebut ialah pakaian
yang sudah lumrah dipakai oleh penduduk setempat dan tidak terhiasai sesuatu yang mencolok yang
menyebabkan fitnah maka tidak mengapa untuk dipakai.

Cara Berpakaian Muslim Sesuai Syariat Islam

1. Pakaian laki-laki tidak boleh terbuat dari kain sutera atau emas, sesuai dalil yang ada kain sutera yang
dilarang tersebut ialah kain sutera yang dihasilkan dari ulat sutera. Bagi yang mempunyai sakit gatal
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berikan pengecualian, namun hanya selebar tidak lebih dari 4
jari.

2. Pakaian tersebut harus menutup aurat, sedang aurat laki-laki ialah antara pusar perut hingga
dengkul/lutut.

3. Pakaian tidak boleh terlalu ketat, hingga menampakkan lekuk bagian tubuh atau aurat tersebut.

4. Pakaian tidak boleh terlalu tipis, hingga menampakkan warna kulit atau aurat.

5. Tidak menyerupai pakaian perempuan.

6. Tidak menyerupai pakaian non muslim

7. Menghindari pakaian yang melebihi mata kaki.

8. Menghindari pakaian mewah, harga melebihi standar.

Cara Berpakaian Muslimah Sesuai Syariat Islam

1. Pakaian menutup seluruh badannya dan auratnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

‫ْن َو َكانَ هَّللا ُ َغفُورًا َر ِحي ًما‬Xَ ‫ك أَ ْدنَى أَ ْن يُ ْع َر ْفنَ فَاَل ي ُْؤ َذي‬
َ ِ‫ك َوبَنَاتِكَ َونِ َسا ِء ْال ُم ْؤ ِمنِينَ يُ ْدنِينَ َعلَ ْي ِه َّن ِم ْن َجاَل بِيبِ ِه َّن َذل‬
َ ‫يَا أَيُّهَا النَّبِ ُّي قُلْ أِل َ ْز َوا ِج‬

Artinya : Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin,
“Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu agar mereka lebih
mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Al-
Ahzab : 59)
2. Pakaian hendaknya longgar tidak ketat atau transparan, yang tidak mengundang fitnah para lelaki tatkala
berjalan di depan mereka.

3. Tidak menyerupai pakaian laki-laki, baik dari ukuran dan bentuk. Pakaian lelaki batasannya diatas mata
kaki sedang perempuan menutupi seluruh tubuhnya hingga dibawah mata kaki.

4. Pakaian yang dipakai bagus namun tidak mencolok atau bukan pakaian yang terdapat banyak hiasan.

5. Memakai pakaian yang sederhana tidak berlebih-lebihan.

6. Tidak memakai wewangian / parfurm, sehingga menggoda para lelaki.

7. Hendaknya pakaian tersebut tebal, sehingga betul-betul aurat tidak nampak.

8. Pakaian tidak terdapat gambar makhluk hidup atau tanda salib.

Hikmah Berpakaian Sesuai Syariat Islam


Berpakaian sesuai syariat Islam tentunya merupakan kewajiban bagi umat Islam untuk melaksanakannya.
Terjadinya banyak malapetaka, musibah tidak terlepas dari jauhnya umat Islam dari syariat Islam, salah satunya
tidak berpakaian sesuai syariat Islam. Maka terjadilah perzinaan dimana-mana, pelecehan seksual bahkan
pemerkosaan.

Dengan tidak berpakaian sesuai syariat Islam maka tersingkaplah aurat, tergodalah hati para pria, terjadilah
diantaranya perselingkuhan hingga mengakibatkan perceraian.

Dengan adanya ketentuan berpakaian sesuai syariat Islam maka tidak akan terjadi kerusakan di muka Bumi,
karena pria maupun wanita yang ada di masyarakat telah terjaga dari sisi pakaiannya.

Kenapa Harus Berpakaian Sesuai Syariat Islam


1. Aurat tertutupi, sebagaimana yang dijelaskan di surat Al-’Araf :

َ‫ت هّٰللا ِ لَ َعلَّهُ ْم يَ َّذ َّكرُوْ ن‬


ِ ‫ك خَ ْي ۗ ٌر ٰذلِكَ ِم ْن ٰا ٰي‬
َ ِ‫اريْ َسوْ ٰاتِ ُك ْم َو ِر ْي ًش ۗا َولِبَاسُ التَّ ْق ٰوى ٰذل‬ ٰ
ِ ‫يَا بَنِ ْٓي ا َد َم قَ ْد اَ ْن َز ْلنَا َعلَ ْي ُك ْم لِبَاسًا يُّ َو‬

“Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk
perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa, itulah yang lebih baik. Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan
Allah, mudah-mudahan mereka ingat.” (Al-A’raf : 26)

2. Terlindungi dari panas maupun dingin, di surat An-Nahl disebutkan:

َ َ‫َوهّٰللا ُ َج َع َل لَ ُك ْم ِّم َّما َخل‬


َ‫ق ِظ ٰلاًل َّو َج َع َل لَ ُك ْم ِّمنَ ْال ِجبَا ِل اَ ْكنَانًا َّو َج َع َل لَ ُك ْم َس َرابِ ْي َل تَقِ ْي ُك ُم ْال َح َّر َو َس َرابِي َْل تَقِ ْي ُك ْم بَأْ َس ُك ْم ۚ َك ٰذلِكَ يُتِ ُّم نِ ْع َمتَهٗ َعلَ ْي ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْسلِ ُموْ ن‬

Dan Allah menjadikan tempat bernaung bagimu dari apa yang telah Dia ciptakan, Dia menjadikan bagimu
tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan Dia menjadikan pakaian bagimu yang memeliharamu dari panas
dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan. Demikian Allah menyempurnakan nikmat-
Nya kepadamu agar kamu berserah diri (kepada-Nya). (An-Nahl : 81)

3. Terjaga dari pencideraan, misalkan terjaga dari sayatan pisau musuh atau pun dari senjata lawan, sesuai
ayat yang sama dengan poin nomor dua.

4. Penampilan lebih indah, sebagaimana di surat An-Nahl

َ‫اخ َر فِ ْي ِه َولِتَ ْبتَ ُغوْ ا ِم ْن فَضْ لِ ٖه َولَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُوْ ن‬ َ ‫َوهُ َو الَّ ِذيْ َس َّخ َر ْالبَحْ َر لِتَأْ ُكلُوْ ا ِم ْنهُ لَحْ ًما طَ ِريًّا َّوتَ ْست َْخ ِرجُوْ ا ِم ْنهُ ِح ْليَةً ت َْلبَسُوْ نَهَ ۚا َوت ََرى ْالفُ ْل‬
ِ ‫ك َم َو‬

Dan Dialah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daging yang segar (ikan) darinya,
dan (dari lautan itu) kamu mengeluarkan perhiasan yang kamu pakai. Kamu (juga) melihat perahu berlayar
padanya, dan agar kamu mencari sebagian karunia-Nya, dan agar kamu bersyukur. (An-Nahl : 14)
Sebenarnya banyak sekali faidah yang didapat dari berpakaian sesuai syariat Islam, namun karena keterbatasan
cukuplah beberapa poin di atas sebagai motivasi untuk menjalankan syariatnya, dan semua maslahat pasti akan
balik kembali pada hamba-Nya.

Anda mungkin juga menyukai