DAN MUSLIMAH
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
1. Haritz Naufal Haqqani
2. Albi Anugrah
3. Muhammad Ariel Liyansyah
4. Muhammad Radita Al-Muttaqin
5. Rangga Adryan
6. M. Yusri Septian
Kelas : X-TO 4
“Dan jikalau Allah melapangkan rizki kepada hamba-hamba Nya tentulah mereka
akan melampui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya
dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba Nya.”
Sifat konsumtif seseorang dapat juga membuat dirinya kehilangan jati diri yang
sebenarnya. Kabiasaan tersebut dapat merubah gaya berpakaiannya yang berlebih-lebihan.
Sebagai seorang Muslim, haruslah memperhatikan aturan Islam dalam berpakaian. Adab
berpakaian dalam Islam yang utama adalah menutup aurat.
Menutup aurat di sini tidak hanya menutup aurat, melainkan juga tidak membentuk
lekuk tubuh. “Berhati-hatilah dalam berpakaian, sebab itu menunjukan kepribadianmu dan
dapat menurunkan nilai jati diri,” ucap Ustadz Muhammad Reski.
Islam melarang juga orang yang berpakaian mengundang sukhroh atau pakaian yang
mengundang perhatian dari orang lain karena pakaian tersebut tidak umum dipakai oleh
masyarakat bersangkutan. Contoh mengenai hal ini adalah pakaian yang aneh atau mencolok,
terlalu mahal atau terlalu begitu jelek sehingga mengundang perhatian. Selain itu juga
dilarang seorang Muslim untuk berpakaian yang memikat lawan jenis.
Ustadz Muhammad Reski juga mengajak para jamaah kajian untuk berperilaku di
muka bumi dengan kesederhanaan. Orang yang ketagihan berfoya-foya maka akan susah
beradaptasi dengan keadaan kekurangan. Padahal hidup selalu berputar, kadang di atas
kadang di bawah. “Jauhilah hidup dalam kemewahan, manfaatkan harta untuk bersedekah.
Cukuplah hidup dalam kesederhanaan, sebab sederhana merupakan bagian dari ibadah,” tutup
Ustadz Muhammad Reski. (SF/RS)
Pakaian adalah salah satu nikmat Allah Ta’ala. Allah jadikan manusia memiliki
pakaian-pakaian yang memberikan banyak maslahah untuk manusia. Allah Ta’ala berfirman:
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup
auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan” (QS. Al A’raf: 32)
Dan Islam juga menuntunkan beberapa adab berpakaian muslim untuk kebaikan dan
kemaslahatan manusia dalam berpakaian. Diantaranya kami jelaskan pada pemaparan singkat
berikut ini.
Adab berpakaian muslim yang pertama, hendaknya pakaian yang digunakan halal
bahannya, juga halal cara mendapatkannya serta halal harta yang digunakan untuk
mendapatkan pakaian tersebut. Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
“Wahai manusia, sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik.
Sesungguhnya apa yang Allah perintahkan kepada orang mukmin itu sama sebagaimana yang
diperintahkan kepada para Rasul. Allah Ta’ala berfirman, ‘Wahai para Rasul, makanlah
makanan yang baik dan kerjakanlah amalan shalih’ (QS. Al Mu’min: 51). Alla Ta’ala
berfirman, ‘Wahai orang-orang yang beriman, makanlah makanan yang baik yang telah Kami
berikan kepadamu’ (QS. Al Baqarah: 172). Lalu Nabi menyebutkan cerita seorang lelaki
yang telah menempuh perjalanan panjang, hingga sehingga rambutnya kusut dan berdebu. Ia
menengadahkan tangannya ke langit dan berkata: ‘Wahai Rabb-ku.. Wahai Rabb-ku..’
padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan ia diberi makan
dari yang haram. Bagaimana mungkin doanya dikabulkan?” (HR. Muslim no 1015).
وأن المأكول والمشروب والملبوس ونحوهما ينبغي أن، والنهي عن اإلنفاق من غيره،وفيه الحث على اإلنفاق من الحالل
يكون حالاًل خالصًا ال شبهة فيه
“Dalam hadits ini terdapat motivasi untuk berinfaq dengan harta yang halal. Dan
terdapat larangan untuk berinfaq dengan harta yang tidak halal. Dan bahwasanya makanan,
minuman serta pakaian hendaknya dari yang halal 100% tidak ada syubhat di dalamnya”
(Syarah Al Arba’in An Nawawiyah, hal. 42).
2. Tidak menyerupai lawan jenis
Adab berpakaian muslim yang kedua, tidak diperbolehkan menyerupai lawan jenis
dalam bertingkah-laku, berkata-kata, dan dalam semua perkara demikian juga dalam hal
berpakaian. Laki-laki tidak boleh menyerupai wanita, demikian juga sebaliknya. Dari
Abdullah bin Abbas radhiallahu’anhu, beliau berkata:
ِ َو ْال ُمتَ َشبِّهَا، صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ْال ُمتَ َشبِّ ِهينَ ِم ْن ال ِّر َجا ِل بِالنِّ َسا ِء
ت ِم ْن النِّ َسا ِء بِال ِّر َجا ِل َ ِ لَ َعنَ َرسُو ُل هَّللا
“Tidak masuk surga orang yang durhaka terhadap orang tuanya, ad dayyuts, dan
wanita yang menyerupai laki-laki” (HR. Al Baihaqi dalam Al Kubra 10/226, Ibnu
Khuzaimah dalam At Tauhid 861/2, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami’,
3063).
Maka hendaknya para lelaki gunakan pakaian yang dikenal sebagai pakaian lelaki,
demikian juga wanita hendaknya gunakan pakaian yang dikenal sebagai pakaian wanita.
Adab berpakaian muslim yang ketiga, hendaknya memulai memakai pakaian dari
sebelah kanan. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ’anha, ia berkata:
“Orang yang menyerupai suatu kaum, seolah ia bagian dari kaum tersebut” (HR. Abu
Daud, 4031, di hasankan oleh Ibnu Hajar di Fathul Bari, 10/282, di shahihkan oleh
Ahmad Syakir di ‘Umdatut Tafsir, 1/152).
Disebut menyerupai orang kafir jika suatu pakaian menjadi ciri khas orang kafir.
Adapun pakaian yang sudah menjadi budaya keumuman orang, tidak menjadi ciri khas orang
kafir, maka tidak disebut menyerupai orang kafir walaupun berasal dari orang kafir. Inilah
adab berpakaian muslim yang keempat.
Adab berpakaian muslim yang kelima, hendaknya pakaian yang digunakan bukan
pakaian yang termasuk libas syuhrah. Dari Abdullah bin Umar radhiallahu’anhu, Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Siapa yang memakai pakaian syuhrah di dunia, maka Allah akan memberinya
pakaian hina pada hari kiamat.” (HR. Abu Daud no.4029, An An Nasai dalam Sunan Al-
Kubra no,9560, dan dihasankan Al Albani dalam Shahih Al Jami no.2089).
ً بل قد يحصل ذلك لمن يلبس ثوبا، وليس هذا الحديث مختصا ً بنفس الثياب،والحديث يدل على تحريم لبس ثوب الشهرة
وإذا كان اللبس لقصد االشتهار. قاله ابن رسالن.يخالف ملبوس الناس من الفقراء ليراه الناس فيتعجبوا من لباسه ويعتقدوه
ألن التحريم يدور مع االشتهار. والموافق لملبوس الناس والمخالف، فال فرق بين رفيع الثياب ووضيعها،في الناس
“Hadits ini menunjukkan haramnya memakai pakaian syuhrah. Dan hadits ini tidak
melarang suatu jenis pakaian, namun efek yang terjadi ketika memakai suatu pakaian tertentu
yang berbeda dengan keumuman masyarakat yang miskin, sehingga yang memakai pakai
tersebut dikagumi orang-orang. Ini pendapat Ibnu Ruslan. Dan juga pakaian yang dipakai
dengan niat agar tenar di tengah masyarakat. Maka bukan perkaranya apakah pakaian itu
sangat bagus atau sangat jelek, ataukah sesuai dengan budaya masyarakat ataukah tidak,
karena pengharaman ini selama menimbulkan efek ketenaran” (Dinukil dari Mukhtashar
Jilbab Mar’ah Muslimah, 1/65).
Adab berpakaian muslim yang keenam, hendaknya ketika memakai pakaian membaca
doa berikut:
“Segala puji bagi Allah yang telah memberikan pakaian ini kepadaku sebagai rezeki
dari-Nya tanpa daya dan kekuatan dariku. (HR. Abu Daud no. 4023. Dihasankan Al Albani
dalam Shahih Abi Daud)
ك َأ ْدنَى َأن يُ ْع َر ْفنَ فَالَ يُْؤ َذي َ„ْن َو َكانَ هللاُ َغفُورًا
َ ِك َوبَنَاتِكَ َونِ َسآ ِء ْال ُمْؤ ِمنِينَ يُ ْدنِينَ َعلَ ْي ِه َّن ِمن َجالَبِيبِ ِه َّن َذل
َ يَآَأيُّهَا النَّبِ ُّي قُل َأل ْز َوا ِج
َّحي ًما
ِ ر
َوالَ يَضْ ِر ْبنَ بَِأرْ ُجلِ ِه َّن لِيُ ْعلَ َم َماي ُْخفِينَ ِمن ِزينَتِ ِه َّن
“Dan janganlah mereka memukulkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang
mereka sembunyikan.” (QS. An Nur: 31).
Ulama Hambali dan Syafi’i berpendapat dari ayat di atas bahwa aurat wanita adalah
seluruh tubuh. Sedangkan ulama Maliki dan Hanafi berpendapat bahwa aurat wanita adalah
seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Berdasarkan hadits dari ‘Aisyah
radhiyallahu‘anha, beliau berkata,
ُ صلَّى هَّللا
َ ِ ض َع ْنهَا َرسُو ُل هَّللا َ ق فََأ ْع َر ٌ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َو َعلَ ْيهَا ثِيَابٌ ِرقَا
َ ِ ت َعلَى َرسُو ِل هَّللا ْ ََأ َّن َأ ْس َما َء بِ ْنتَ َأبِي بَ ْك ٍر َد َخل
يض لَ ْم تَصْ لُحْ َأ ْن يُ َرى ِم ْنهَا ِإاَّل هَ َذا َوهَ َذا َوَأ َشا َر ِإلَى َوجْ ِه ِه َو َكفَّ ْي ِه َ ت ْال َم ِح ِ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َوقَا َل يَا َأ ْس َما ُء ِإ َّن ْال َمرْ َأةَ ِإ َذا بَلَ َغ
“Aku membai’atmu untuk tidak berbuat syirik kepada Allah, tidak mencuri, tidak
membunuh anakmu, tidak membuat fitnah (tuduhan palsu), tidak meratap, tidak ber-tabarruj
seperti wanita Jahiliyah terdahulu” (HR. Ahmad 6850, dihasankan oleh Al Albani dalam
Jilbab Mar’ah Muslimah hal. 121).
Syaikh Sa’id bin Ali al Qahthani mengatakan: “renungkanlah, dalam hadits ini
tabarruj digandengkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam dengan dosa-dosa yang
besar” (Izh-harul Haq wa Shawab fii Hukmil Hijab, 1/315).
وَِإ َذا فَ َعلُوا فَا ِح َشةً قَالُوا َو َج ْدنَا َعلَ ْيهَا آبَا َءنَا َوهَّللا ُ َأ َم َرنَا بِهَا قُلْ ِإ َّن هَّللا َ ال يَْأ ُم ُر بِ ْالفَحْ َشا ِء
“Dan jika mereka melakukan fahisyah (perbuatan nista), mereka mengatakan: kami
mendapati dahulu kakek-moyang kami melakukannya, dan Allah pun memerintahkannya.
Maka katakanlah: sesungguhnya Allah tidak pernah memerintahkan perbuatan nista” (QS. Al
A’raf: 28).
Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts wal Ifta’ ditanya: “Bolehkah wanita menggunakan busana
yang bercorak-corak?”. Mereka menjawab:
وقد يعرضها، ويفتنهم عن دينهم،ال يجوز للمرأة أن تخرج بثوب مزخرف يلفت األنظار؛ ألن ذلك مما يغري بها الرجال
النتهاك حرمتها
“Tidak diperbolehkan wanita menggunakan busana yang bercorak yang bisa membuat
mata lelaki tertarik. Karena busana demikian diantara yang bisa membuat lelaki tergoda dan
terfitnah. Dan terkadang membuat seorang wanita dilanggar kehormatannya”.
Busana Muslimah hendaknya tebal dan tidak tipis serta tidak memperlihatkan lekuk-
lekuk tubuh. Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhu pernah berkata:
– فقال رسول هللا،كساني رسول هللا – صلى هللا عليه وسلم – قبطية كثيفة كانت مما أهدى له ِدحْ يَةُ الكلبي فكسوتها امرأتي
مرها أن تجعل تحتها غاللة: فقال، يا رسول هللا! كسوتها امرأتي: مالك ال تلبس القبطية؟ فقلت: – صلى هللا عليه وسلم
فإني أخاف أن تصف حجم عظامها
Dalam hadits ini Rasulullah memperingatkan Usamah agar jangan sampai bentuk
tulang istrinya Usamah terlihat ketika memakai pakaian. Maka menunjukkan tidak boleh
menampakkan bentuk lekuk-lekuk tubuh wanita. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
juga bersabda:
مائالت، ونساء كاسيات عاريات، قوم معهم سياط كأذناب البقر يضربون بها الناس:صنفان من أهل النار لم أرهما
وإن ريحها ليوجد من مسيرة كذا وكذا، وال يجدن ريحها، ال يدخلن الجنة، رؤوسهن كأسنمة البخت المائلة،مميالت
“Ada dua golongan dari umatku yang belum pernah aku lihat: (1) suatu kaum yang
memiliki cambuk seperti ekor sapi yang digunakan untuk memukul orang-orang dan (2) para
wanita yang berpakaian tapi telanjang, mereka berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti
punuk unta yang miring (seperti benjolan). Mereka itu tidak masuk surga dan tidak akan
mencium wanginya, walaupun wanginya surga tercium sejauh jarak perjalanan sekian dan
sekian” (HR. Muslim dalam bab al libas waz zinah no. 2128).
Wanita tidak boleh memakai parfum atau wewangian yang bisa tercium oleh para
lelaki. Dari Abu Musa Al Asy’ari radhiallahu’anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
ٌَّت َعلَى قَوْ ٍم لِيَ ِجدُوا ِم ْن ِري ِحهَا فَ ِه َي َزانِيَة ْ َأيُّ َما ا ْم َرَأ ٍة ا ْستَ ْعطَ َر
ْ ت فَ َمر
“Perempuan mana saja yang mengenakan wewangian lalu melewati sekumpulan laki-
laki, sehingga mereka mencium wangi harumnya maka ia adalah seorang pezina.” (HR. Abu
Daud no.4173, Tirmidzi no. 2786. Dishahihkan Al-Albani dalam Shahihul Jami’
no.323).
Faidah hadits ini, jilbab wanita muslimah itu semestinya lebar. Sebagaimana kata
Syaikh Ibnu Jibriin rahimahullah:
فهو يدل على أن الجلباب رداء واسع قد يستر المرأتين جميعًا
“Hadits ini menunjukkan bahwa jilbab itu berupa rida’ yang lebar, saking lebarnya
terkadang bisa cukup untuk menutupi dua orang wanita sekaligus”.
“Yang dibawah pusar dan di atas kedua lutut adalah aurat” (HR. Al Baihaqi, 3362,
Ad Daruquthni 1/231, dan yang lainnya).
Dan hadits semisal ini banyak sekali, namun semuanya tidak lepas dari kelemahan.
Namun demikian isinya diamalkan oleh para ulama. Bahkan Al Albani mengatakan:
بل عللها تدور بين، ألنه ليس فيهم متهم، ً فإن بعضها يقوي بعضا.… وهي وإن كانت أسانيدها كلها ال تخلو من ضعف
فمثلها مما يطمئن القلب لصحة الحديث المروي بها، االضطراب والجهالة والضعف المحتمل
“Hadits-hadits tentang batasan aurat ini walaupun semuanya tidak lepas dari
kelemahan, namun sebagiannya menguatkan sebagian yang lain. Karena di dalamnya tidak
ada perawi yang muttaham (tertuduh pendusta). Bahkan cacat yang ada hanya seputar
idhthirab, jahalah dan kelemahan yang muhtamal. Maka hadits-hadits yang semisal ini
termasuk hadits yang menenangkan hati untuk dikatakan hadits yang shahih” (Irwaul Ghalil,
1/297).
Maka lelaki tidak boleh menggunakan celana pendek yang memperlihatkan bagian
pahanya. Inilah adab berpakaian laki-laki muslim yang pertama.
“Dihalalkan emas dan sutra bagi wanita dari kalangan umatku, dan diharamkan bagi
kaum laki-lakinya” (HR. An Nasa’i no. 5163, dishahihkan Al Albani dalam Shahih An
Nasa’i).
Maka tidak diperbolehkan lelaki menggunakan emas dalam bentuk apapun, baik
cincin, kancing baju, pakaian berbahan emas, bagde, atau semisalnya. Ini merupakan adab
berpakaian laki-laki muslim yang kedua.
“Barangsiapa yang memakai pakaian dari sutra di dunia, dia tidak akan memakainya
di akhirat. Walaupun ia masuk surga dan penduduk surga yang lain memakainya, namun ia
tidak memakainya” (HR. Ibnu Hibban dalam Shahih-nya, no. 5437, dishahihkan oleh Al
Aini dalam Nukhabul Afkar 13/277).
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memberikan kelonggaran bagi laki-laki untuk
menggunakan sutra dalam pengobatan. Dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu beliau
berkata:
ِ ْس ْال َح ِر
ير لِ ِح َّك ٍة بِ ِه َما ُّ ِصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ل
ِ لزبَي ِْر َو َع ْب ِد الرَّحْ َم ِن فِي لُب َ ص النَّبِ ُّي
َ َر َّخ
“Ath Thabari menjelaskan: dalam hadits ini terdapat dalil bahwa larangan menggunakan sutra
tidak termasuk di dalamnya orang yang memiliki penyakit yang bisa diringankan dengam
memakai sutra” (Fathul Baari, 16/400).
Isbal artinya menggunakan pakaian yang panjangnya melebihi mata kaki, baik itu
celana, sarung, jubah dan semisalnya. Nabi shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda:
ما أسفل من الكعبين„ من اإلزار ففي النار
“Kain yang panjangnya di bawah mata kaki tempatnya adalah neraka” (HR. Bukhari
no.5787).
Jumhur ulama berpendapat bahwa jika isbal bukan karena sombong, maka tidak
haram. Namun semua ulama sepakat, bahwa menjauhi isbal itu lebih baik dan lebih bertaqwa.
Sebagaimana riwayat dari Ubaid bin Khalid Al Maharibi radhiallahu’anhu, ia berkata:
Dan pendapatt yang rajih, isbal itu hukumnya haram meskipun tanpa bermaksud
sombong. Karena Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam mengingkari para sahabat yang
isbal walaupun alasannya bukan untuk sombong. Dari Asy Syarid ia berkata,
قَا َل، ” َ ق هَّللا ِ َّ َوات، ك َ ” ارْ فَ ْع ِإ َز: فَقَا َل، هَرْ َو َل: ْ فََأس َْر َع ِإلَ ْي ِه َأو، ُصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َر ُجاًل يَجُرُّ ِإ َزا َره
َ ار َ ِ ص َر َرسُو ُل هَّللاَ َأ ْب
فَ َما ُرِئ َي َذلِكَ ال َّر ُج ُل بَ ْع ُد ِإاَّل، ” ق هَّللا ِ َع َّز َو َج َّل َح َس ٌن ْ ُ
ِ فَِإ َّن ك َّل َخل، ك َ ” ارْ فَ ْع ِإ َزا َر: فَقَا َل، ي ْ َ
َ تَصْ ط ُّك ُركبَتَا، ُ ِإنِّي حْ نَف:َأ
اف َساقَ ْي ِه
ِ َ ص ْ
ن َأ ى َ لِإ : ْوَأ ، صافَ َساقَ ْي ِه َ ُصيبُ َأ ْن ِ ِإزَ ا ُرهُ ي
“angkat pakaianmu, dan bertaqwalah kepada Allah“. Lelaki itu berkata: “kaki saya
bengkok, lutut saya tidak stabil ketika berjalan”. Nabi bersabda: “angkat pakaianmu,
sesungguhnya semua ciptaan Allah Azza Wa Jalla itu baik”.
Sejak itu tidaklah lelaki tersebut terlihat kecuali pasti kainnya di atas pertengahan
betis, atau di pertengahan betis” (HR. Ahmad mencatat sebuah riwayat dalam Musnad-nya [4
/ 390], dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah, 3/427).
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pakaian untuk menutupi aurat yaitu perkara yang dianggap buruk bila terlihat. Perhiasan
ialah perkara untuk keindahan lahiriah. Akramah berkata bahwa pakaian takwa ialah busana
yang dipakai oleh orang-orang yang takwa pada hari kiamat.Kata zinah yang secara bahasa
berarti perhiasan, tetapi bukanlah perhi asan yang biasa dipakai orang tetapi makna zinah di
sini adalah anggotabadan yang merupakan tempat perhiasan (mahaluzzinah), karena illa
mâzhahara minha yang dimaksud adalah yang biasa nampak pada saat itu (saat ayat ini
turun) yaitu muka dan telapak tangan.
B. Penutup