Anda di halaman 1dari 12

ADAB-ADAB DI JALAN

DALIL-DALIL:

‫ِم ِت‬ ‫ِب‬ ‫ِإ‬ ‫ِل‬ ‫ِرِه‬ ‫ِم‬ ‫ِمِن‬


‫ُقل ِّلْلُم ْؤ َني َيُغُّض وا ْن َأْبَص ا ْم َوْحَيَف ُظوا ُفُروَجُه ْم َذ َك َأْزَك ى ُهَلْم َّن الَّلَه َخ ٌري َمِبا َيْص َنُعوَن َو ُقل ِّلْلُم ْؤ َنا َيْغُضْض َن‬

‫ا‬.‫ا‬.‫ِم ْن َأْبَص اِرِه َّن َوْحَيَف ْظَن ُفُروَجُه ن ا‬

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya,

dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya

Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. Katakanlah kepada wanita yang beriman:

“Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya,… (An-Nuur: 30-31).

‫َعْن َأيِب َس ِعيٍد اُخْلْد ِرِّي َرِض َي الَّلُه َعْنُه َعْن الَّنِّيِب َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َوَس َّلَم َقاَل ِإَّياُك ْم َواُجْلُلوَس َعَلى الُّطُرَقاِت َفَق اُلوا َم ا َلَنا ُبٌّد ِإَمَّنا ِه َي َجَماِلُس َنا َنَتَح َّد ُث ِفيَه ا َقاَل‬

‫ (رواه‬. ‫َفِإَذا َأَبْيُتْم ِإاَّل اْلَمَج اِلَس َفَأْع ُطوا الَّطِريَق َح َّقَه ا َقاُلوا َوَم ا َح ُّق الَّطِريِق َقاَل َغُّض اْلَبَص ِر َوَك ُّف اَأْلَذى َوَرُّد الَّس اَل ِم َوَأْم ٌر ِباْلَم ْع ُروِف َوَنْه ٌي َعْن اْلُم ْنَك ِر‬

)‫البخاري‬

dari Abu Sa’id AL Khudriy radliallahu ‘anhuma dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Janganlah kalian duduk duduk di pinggir jalan”. Mereka bertanya: “Itu kebiasaan kami yang

sudah biasa kami lakukan karena itu menjadi majelis tempat kami bercengkrama”. Beliau

bersabda: “Jika kalian tidak mau meninggalkan majelis seperti itu maka tunaikanlah hak jalan

tersebut”. Mereka bertanya: “Apa hak jalan itu?” Beliau menjawab: “Menundukkan pandangan,

menyingkirkan halangan, menjawab salam dan amar ma’ruf nahiy munkar”. (HR. Al-Bukhari

(no.2285)).
Diantara Adab-Adab Ketika Berada Dijalan

1. Wajibnya Menunaikan Hak-Hak Jalan

a. Menundukkan Pandangan

)‫ (رواه مسلم‬.‫َعْن َج ِريِر ْبِن َعْبِد الَّلِه َقاَل َس َأْلُت َرُس وَل الَّلِه َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َوَس َّلَم َعْن َنَظِر اْلُفَج اَءِة َفَأَم َريِن َأْن َأْص ِرَف َبَص ِري‬

dari Jarir bin Abdullah dia berkata; “Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi

wasallam mengenai penglihatan yang tidak di sengaja. Maka beliau memerintahkanku

supaya memalingkan penglihatanku.” (HR. Muslim (no.4018), Ahmad (no.17679), at-

Tirmidzi (no.2776), Abu Dawud (no.2148), dan ad-Darimi (no.2643)).

Makna memandang secara tiba-tiba adalah memandang seorang wanita asing tanpa

sengaja, tidak ada dosa atasnya. Dan apabila seorang laki-laki berlama-lama ketika

memandangnya maka ia berdosa berdasarkan hadis ini. Demikian yang dikatakan oleh

imam An-Nawawi. (Syarh Muslim (jiid VII (XIV/115)).

b. Menahan Gangguan Diantara hak-hak jalan adalah menahan gangguan dan tidak

menyakiti fisik orang-orang atau kehormatan mereka. Disebutkan dalam hadis yang

diriwayatkan:

)‫َعْن َعْبِد الَّلِه ْبِن َعْم ٍرو َرِض َي الَّلُه َعْنُهَم ا َعْن الَّنِّيِب َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َوَس َّلَم َقاَل اْلُمْس ِلُم َمْن َس ِلَم اْلُمْس ِلُم وَن ِم ْن ِلَس اِنِه َوَيِدِه… (رواه البخاري‬

dari Abdullah bin ‘Amru dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bersabda: “Seorang

muslim adalah orang yang Kaum Muslimin selamat dari lisan dan tangannya, (HR.Al-
Bukhari (no.10), Muslim (no.40), Ahmad (no.6714), an-Nasa’i (no.4996), Abu Dawud

(no.2481), dan ad-Darimi (no.2716)).

Dalam hadis Abu-Dzar terdapat keterangan yang sangat jelas tentang hal ini, ia berkata:

‫َعْن َأيِب َذٍّر َرِض َي الَّلُه َعْنُه َقاَل َس َأْلُت الَّنَّيِب َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َوَس َّلَم َأُّي اْلَعَم ِل َأْفَضُل َقاَل ِإَمياٌن ِبالَّلِه َوِج َه اٌد يِف َس ِبيِلِه ُقْلُت َفَأُّي الِّرَقاِب َأْفَضُل َقاَل‬

‫َأْع اَل َه ا َمَثًنا َوَأْنَف ُس َه ا ِعْنَد َأْه ِلَه ا ُقْلُت َفِإْن ْمَل َأْفَعْل َقاَل ُتِعُني َض اِيًعا َأْو َتْص َنُع َأِلْخ َرَق َقاَل َفِإْن ْمَل َأْفَعْل َقاَل َتَدُع الَّناَس ِم ْن الَّش ِّر َفِإَّنَه ا َص َد َقٌة‬

)‫ (رواه البخاري‬. ‫َتَصَّد ُق َهِبا َعَلى َنْف ِس َك‬

dari Abu Dzar radliallahu ‘anhu berkata; Aku bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi

wasallam, amal apakah yang paling utama?”. Beliau menjawab: “Iman kepada Allah dan

jihad di jalan-Nya”. Kemudian aku bertanya lagi: “Pembebasan budak manakah yang

paling utama?”. Beliau menjawab: “Yang paling tinggi harganya dan yang paling

berharga hati tuannya”. Aku katakan: “Bagaimana kalau aku tidak dapat

mengerjakannya?”. Beliau berkata: “Kamu membantu orang yang telantar atau orang

bodoh yang tak mempunyai ketrampilan “. Aku katakan lagi: “Bagaimana kalau aku tidak

dapat mengerjakannya?”. Beliau berkata: “Kamu hindari manusia dari keburukan karena

yang demikian berarti shadaqah yang kamu lakukan untuk dirimu sendiri”. Dalam

riwayat muslim disebutkan:

)‫ (رواه مسلم‬. ‫َتُكُّف َشَّرَك َعْن الَّناِس َفِإَّنَه ا َص َد َقٌة ِم ْنَك َعَلى َنْف ِس َك‬
“Kamu hendaklah menghentikan kejahatanmu terhadap orang lain karena hal itu

merupakan sedekah darimu kepada dirimu.” (HR. Al-Bukhari (no.2334), Muslim

(no.119), Ahmad (no.20824)).

c. Menjawab Salam Diantara hak-hak jalan adalah menjawab salam, dan perkara ini

wajib berdasarkan sabda Nabi ‫ﷺ‬

‫َعْن َأيِب ُه َرْيَرَة َقاَل َقاَل َرُس وُل الَّلِه َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َوَس َّلَم ْمَخٌس ِجَت ُب ِلْلُمْس ِلِم َعَلى َأِخ يِه َرُّد الَّس اَل ِم َوَتْش ِم يُت اْلَعاِط ِس َو ِإَج اَبُة الَّد ْع َوِة َو ِعَياَدُة‬

)‫ (رواه مسلم‬. ‫اْلَم ِريِض َواِّتَباُع اَجْلَناِئِز‬

dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kewajiban

seorang muslim terhadap sesama muslim ada lima: (1) Menjawab salam. (2) Mendoakan

yang bersin. (3) Memenuhi undangan. (4) Mengunjungi yang sakit, dan (5) Ikut

mengantar jenazah.” (HR. Al-Bukhari (no.1240), Muslim (no.4022), dan lafazh hadits ini

menurut riwayat beliau, Ahmad (no.27511), at-Tirmidzi (no.2737), an-Nasa’i

(no.1938), Abu Dawud (no.5030), dan Ibnu Majah (no.1435)).

Kebanyakan orang meremehkan kewajiban ini mencukupkan salam hanya kepada orang

yang dikenalkannya saja. Siapa yang dia kenal maka dia menyalaminya atau membalas

salamnya, dan orang yang dia tidak kenal maka dia tidak akan memberikan perhatian

kepadanya, ini adalah kekurangan (aib) dan menyelisihi sunnah. (masalah ini telah

dibahas dalam adan-adab salam, silahkan lihat kembali)

d. Wajibnya Amar Ma’ruf Dan Nahi Mungkar Kedudukan dan kadar bab ini ssangat

besar. Dengan tegaknya perkara ini umat ini akan menjadi umat terbaik:
‫ا‬.‫ا‬.‫ا‬.‫…ُك نُتْم َخ ْيَر ُأَّمٍة ُأْخ ِرَج ْت ِللَّناِس َتْأُمُروَن ِباْلَم ْع ُروِف َو َتْنَهْو َن َعِن اْلُم نَك ِر َوُتْؤ ِم ُنوَن ِبالّلِه ا‬.

…… Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada

yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.,…. (Ali Imran:

110).

Ibnu Katsir berkata: Umar bin Khattab berkata: Barang siapa yang senang menjadi bagian

dari umat ini hendaklah ia menunaikan syarat Allah Alah kepada umat tersebut.

(diriwayatkan oleh Ibnu Jarir). Dan barang siapa yang tidak disifatkan dengannya maka

seperti Ahlul kitab yang Allah mencela mereka dengan firman-Nya:

‫َك اُنوْا َال َيَتَناَه ْو َن َعن ُّم نَك ٍر َفَعُلوه ااااا‬

Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat…

(Al- Maidah: 79). (Tafsir al-Qur’an al- ‘Azhim (I/387), Darul Kutub al- ‘Ilmiyyah)).

Dan dengan sebab meninggalkan amar ma’ruf dan nahi mungkar maka siksaan akan

ditimpakan kepada mereka. Imam Ahmad telah meriwayatkan dalam Musnadnya, ia

berkata: Abu Bakar berdiri dan bertahmid kepada Allah dan memuji-Nya, lalu berkata:

wahai manusia sesungguhnya kalian telah membaca ayat ini:

‫ِإ‬ ‫ِذ‬
‫…َيا َأُّيَه ا اَّل يَن آَم ُنوْا َعَلْيُك ْم َأنُفَس ُك ْم َال َيُضُّرُك م َّمن َضَّل َذا اْهَتَد ْيُتْم‬
….. Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan

memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk [453]. (Al- Maidah:

105). [453]

Maksudnya: kesesatan orang lain itu tidak akan memberi mudharat kepadamu, asal kamu

telah mendapat petunjuk. Tapi ini tidaklah berarti bahwa orang tidak disuruh berbuat

yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Dan sesungguhnya kalian meletakkan ayat

ini tidak pada tempatnya. Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:

)‫ (رواه أمحد‬.‫َو ِإيِّن ِمَس ْعُت َرُس وَل الَّلِه َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َوَس َّلَم َيُقوُل ِإَّن الَّناَس ِإَذا َرَأْو ا اْلُم ْنَك َر َواَل ُيَغِّيُروُه َأْو َشَك الَّلُه َأْن َيُعَّم ُهْم ِبِعَق اِبِه‬

Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Sesungguhnya apabila manusia melihat kemungkaran dan ia tidak merubahnya, hampir-

hampir Allah menimpakan hukuman kepada semuanya. (Muhaqqiq kitab al-Musnad juz I

(Syu’aib al-Arna’uth, ‘Adil Mursyid) mengatakan: Sanad-sanadnya shahih berdasarkan

syarat Syaikhain (I/198). Dan diriwayatkan oleh Ahmad (no.16), Abu Dawud (no.4338)

dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani, serta diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no.2168)

dan Ibnu Majah (no.4005)).

‫ِط‬ ‫ِدِه‬ ‫ِم‬ ‫ِه‬ ‫ِه‬ ‫ِه ِمَس‬ ‫ِع ٍد‬


‫َفَق اَل َأُبو َس ي َأَّم ا َه َذ ا َفَقْد َقَض ى َم ا َعَلْي ْعُت َرُس وَل الَّل َص َّلى الَّلُه َعَلْي َوَس َّلَم َيُقوُل َمْن َرَأى ْنُك ْم ُمْنَك ًرا َفْلُيَغِّيْرُه ِبَي َفِإْن ْمَل َيْس َت ْع‬

)‫ (رواه مسلم‬. ‫َفِبِلَس اِنِه َفِإْن ْمَل َيْس َتِط ْع َفِبَق ْلِبِه َو َذِلَك َأْض َعُف اِإْل َمياِن‬

Kemudian Abu Said berkata, “Sungguh, orang ini telah memutuskan (melakukan)

sebagaimana yang pernah aku dengar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
bersabda: “Barangsiapa di antara kamu melihat kemungkaran hendaklah ia mencegah

kemungkaran itu dengan tangannya. jika tidak mampu, hendaklah mencegahnya dengan

lisan, jika tidak mampu juga, hendaklah ia mencegahnya dengan hatinya. Itulah selemah-

lemah iman.” (HR. Muslim (no.49), Ahmad (no.10689), at-Tirmidzi (no.2172), an-Nasa’i

(no.5008), Abu Dawud (no.1140), dan Ibnu Majah (no.1275)).

Akan tetapi dalam melaksanakan hal ini hendaklah memperhatikan beberapa perkara

berikut ini:

Pertama: Bertahap dalam mengingkari. Janganlah seseorang berpindah kepada satu

tingkatan hingga ia tidak mampu melakukan tingkatan sebelumnya maka, janganlah ia

mengingkari kemingkaran dengan hatinya padahal ia mampu mengingkarinya dengan

lisannya, dan demikian seterusnya.

Kedua: Barangsiapa yang memiliki kekuasaan maka ia harus mengingkarinya dengan

pengingkaran yang paling tinggi. Maka penguasa suatu keluarga, dialah pemimpin yang

ditaati di dalam rumah. Maka dia harus merubah kemungkaran dengan tangannya dan

jelas dia sangat mampu menghilangkan kemungkaran dengan tangannya, tidak ada udzur

akan hal tersebut.

Ketiga: mengetahui kemungkaran bahwa perbuatan tersebut betul-betul perbuatan

mungkar sebelum ia mengingkarinya, apakah perbuatan tersebut termasuk perbuatan

yang diperselisihkan, dan banyak kelompok manusia yang keliru dalam hal yang satu ini,

maka berhati-hatilah.

Keempat: orang yang mengingkari kemungkaran hendaklah memperhatikan kaidah

mafsadah dan maslahat agar ia tidak segera mengingkari kecuali setelah mengetahui
bahwa maslahat itu lebih kuat dibanding mafsadah. Maka disaat seseorang mengetahui

kuatnya mafsadah, maka ia wajib menahan agar jangan sampai ia membuka pintu

kejelekan dan kerusakan.

Kelima: Apabila orang yang mengingkari tidak mampu melalui tahapan pertama dan

kedua, maka jangan sampai hatinya lalai, hendaklah ia melewati kemungkaran tanpa

dengan mengingkari di dalam hatinya dan menampakkan pengaruh kemungkaran tersebut

dari raut wajahnya.

e. Menunjukkan Jalan Kepada Orang Yang Menanyakannya Kewajiban ini dijelaskan

dalam hadist:

)‫ (رواه أبوا داود‬. ‫ َو ِإْرَش اُد الَّس ِبيِل‬: ‫َعْن َأيِب ُه َرْيَرَة يف قصة الذين سألوا الَّنِّيِب َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َوَس َّلَم عن حق الطريق قال‬

dari Abu Hurairah tentang kisah orang-orang yang bertanya kepada Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wasallam tentang hak ketika berada di jalan, beliau berkata: Dan

menunjukkan jalan kepada orang yang bertanya tentangnya. (HR. Abu Dawud (no.4181),

Syaikh al-Albani berkata: Hasan Shahih, (no.4031).

‫ َو َد ُّل الَّط ِر يِق‬: ‫ َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬: ‫َع ْن َأِبي ُه َر ْي َر َة ما يبين أن هداية السبيل من الصدقات قال‬

)‫ (رواه البخاري‬. ‫َص َد َقٌة‬

dari Abu Hurairah dijelaskan bahwa menunjukkan jalan termasuk shadaqah, ia berkata:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Dan menunjukkan jalan adalah

shadaqah “. (HR. Al-Bukhari (no.2677).

2. Menghilangkan (Membuang) Sesuatu Yang Mengganggu Di Jalan


‫َع ْن َأِبي ُه َر ْي َر َة َق اَل َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم اِإْليَم اُن ِبْض ٌع َو َس ْبُعوَن َأْو ِبْض ٌع َو ِس ُّت وَن ُشْع َب ًة َف َأْف َض ُلَه ا َق ْو ُل اَل‬

)‫ (رواه مسلم‬. ‫ِإَلَه ِإاَّل ُهَّللا َو َأْد َن اَه ا ِإَم اَطُة اَأْلَذ ى َع ْن الَّط ِر يِق َو اْلَح َي اُء ُشْع َب ٌة ِمْن اِإْليَم اِن‬

dari Abu Hurairah dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Iman

itu ada tujuh puluh tiga sampai tujuh puluh sembilan, atau enam puluh tiga sampai enam

puluh sembilan cabang. Yang paling utama adalah perkataan, LAA ILAAHA

ILLALLAHU (Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah). Dan yang paling

rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan malu itu adalah sebagian dari

iman.” (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah (no.9) tanpa menyebutkan: Imathah, Muslim

(no.35), dan lafazh hadits diatas menurut riwayat beliau, Ahmad (no.8707,2614), an-

Nasa’i (no.5005), Abu Dawud (no.4676),dan Ibnu Majah (no.57)).

Dan perbuatan ini termasuk shodaqoh, dengan sebab perbuatan ini pula seseorang

dimasukkan ke dalam syurga. Disebutkan dalam hadits:

‫َح َّد َثَنا َأُبو ُه َرْيَرَة َعْن َحُمَّم ٍد َرُس وِل الَّلِه َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َوَس َّلَم َفَذَك َر َأَح اِد يَث ِم ْنَه ا َو َقاَل َرُس وُل الَّلِه َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َوَس َّلَم ُك ُّل ُس اَل َم ى ِم ْن الَّناِس‬

‫َعَلْيِه َص َد َقٌة ُك َّل َيْو ٍم َتْطُلُع ِفيِه الَّش ْم ُس َقاَل َتْعِد ُل َبَنْي ااِل ْثَنِنْي َص َد َقٌة َو ُتِعُني الَّرُج َل يِف َداَّبِتِه َفَتْح ِم ُلُه َعَلْيَه ا َأْو َتْرَفُع َلُه َعَلْيَه ا َم َتاَعُه َص َد َقٌة َقاَل‬

)‫ (رواه مسلم‬.‫َواْلَك ِلَم ُة الَّطِّيَبُة َصَد َقٌة َوُك ُّل ُخ ْطَوٍة ْمَتِش يَه ا ِإىَل الَّصاَل ِة َصَد َقٌة َوِمُتيُط اَأْلَذى َعْن الَّطِريِق َصَد َقٌة‬

telah diceritakan kepada kami oleh Abu Hurairah dari Muhammad shallallahu ‘alaihi

wasallam. ia pun menyebutkan beberapa hadits, di antaranya adalah; Dan Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Setiap anggota tubuh manusia memiliki

keharusan sedekah pada setiap harinya. Yaitu seperti mendamaikan dua orang yang

berselisih, adalah sedekah. Menolong orang yang naik kendaraan, atau menolong

mengangkatkan barangnya ke atas kendaraan, itu pun termasuk sedekah. Ucapan atau
tutur kata yang baik, juga sedekah. Setiap langkah yang Anda ayunkan untuk menunaikan

shalat, juga sedekah. Dan menyingkirkan sesuatu yang membahayakan di jalanan umum,

adalah sedekah.” (HR. Al-Bukhari (no.2989), Muslim (no.1677), dan lafazh hadits ini

menurut riwayat beliau, dan Ahmad (no.27400)). Dalam hadis riwayat Abu Dawud

disebutkan, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:

‫ٍك‬ ‫ِه‬ ‫ِل ِه‬


‫َعْن َأيِب ُه َرْيَرَة َعْن َرُس و الَّل َص َّلى الَّلُه َعَلْي َوَس َّلَم َأَّنُه َقاَل َنَزَع َرُج ٌل ْمَل َيْعَمْل َخ ْيًرا َقُّط ُغْص َن َش ْو َعْن الَّطِريِق ِإَّم ا َك اَن يِف َش َج َرٍة َفَق َطَعُه َوَأْلَق اُه‬

)‫ (رواه أبوا داود‬.‫َو ِإَّم ا َك اَن َمْو ُضوًعا َفَأَم اَطُه َفَش َك َر الَّلُه َلُه َهِبا َفَأْد َخ َلُه اَجْلَّنَة‬

dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda:

“Seorang laki-laki lelaki yang mengambil dahan yang berduri di jalan -meskipun ia

belum pernah beramal shalih sekaligus-, baik dahan tersebut berada di atas pohon lalu ia

memotong dan membuangnya, atau dahan berduri tersebut ada di jalan lalu ia

menyingkirkannya. Sehingga Allah berterima kasih kepadanya dan memasukkannya ke

dalam surga.” (HR. Al-Bukhari (no.654), Muslim (no.1914), dan lafazh hadits ini

menurut riwayat beliau, Ahmad (no.7979), at-Tirmidzi (no.1958), Abu Dawud (no.4565),

Ibnu Majah (no.3682), dan Malik (no.295)).

3. Haramnya Buang Hajat Di Jalan Yang Dilalui Manusia Atau Ditempat Mereka Berteduh

‫َعْن َأيِب ُه ْي َة َأَّن َرُس وُل الَّلِه َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َوَس َّل َقاَل اَّتُقوا الَّلَّعاَنِنْي َقاُلوا َوَم ا الَّلَّعاَناِن َيا َرُس وَل الَّلِه َقاَل اَّلِذ ي َيَتَخ َّلى يِف َطِريِق الَّناِس َأْو يِف‬
‫َم‬ ‫َر َر‬

)‫ (رواه مسلم‬. ‫ِظ ِّلِه ْم‬

dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jauhilah

kalian dari La’anaini.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, siapa La’anini itu?”
Beliau menjawab: “Orang yang buang hajat di jalan manusia atau di tempat berteduhnya

mereka.” (HR. Muslim (no.397), Ahmad (no.8636), dan Abu Dawud (no.25)).

Makna sabda Nabi ‫ﷺ‬: “jauhilah dari kalian la’anaini “, yaitu jauhilah dua perkara

yang mendatangkan laknat dan cacian dari mereka, karena siapa saja yang buang hajat di

tempat berjalannya manusia dan tempat mereka berteduh, hampir dia tidak selamat dari

celaaan dan cacian mereka. (sebagian pembahasan tentang masalah ini telah di jabarkan

dalam bab Adab Buang Hajat).

4. Laki-Laki Lebih Berhak Berada Ditengah Jalan Dibanding Wanita

‫َعْن َأيِب ُأَسْيٍد اَأْلْنَص اِرِّي َعْن َأِبيِه َأَّنُه ِمَس َع َرُس وَل الَّلِه َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َوَس َّل َيُقوُل ُه َخ اِرٌج ِم ْن اْل ِج ِد َفاْخ َتَلَط الِّرَج اُل َمَع الِّن اِء يِف الَّطِريِق‬
‫َس‬ ‫َمْس‬ ‫َو َو‬ ‫َم‬

‫َفَق اَل َرُس وُل الَّلِه َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َوَس َّل ِللِّن اِء اْس َتْأِخ ْرَن َفِإَّنُه َلْي َلُك َّن َأْن ْحَتُقْق الَّطِريَق َعَلْيُك َّن َحِباَّفاِت الَّطِريِق َفَك اَنْت اْلَمْرَأُة َتْلَتِص ُق ِباِجْلَد اِر‬
‫َن‬ ‫َس‬ ‫َم َس‬

)‫ (رواه أبوا داود‬.‫َح ىَّت ِإَّن َثْو َبَه ا َلَيَتَعَّلُق ِباِجْلَد اِر ِم ْن ُلُصوِقَه ا ِبِه‬

dari Abu Usaid Al Anshari dari Bapaknya Bahwasanya ia pernah mendengar Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wasallam berbicara saat berada di luar masjid, sehingga banyak laki-

laki dan perempuan bercampur baur di jalan. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi

wasallam pun bersabda kepada kaum wanita: “Hendaklah kalian memperlambat dalam

berjalan (terakhir), sebab kalian tidak berhak untuk memenuhi jalan. Hendaklah kalian

berjalan di pinggiran jalan.” Sehingga ada seorang wanita yang berjalan dengan

menempel tembok, hingga bajunya menggantung tembok karena ia mendempel tembok.”

(HR. Abu-Dawud (no.4588)). {Dalam an-Nihayah, (an-tahqaqna) yaitu mengendarai


haknya, yaitu di tengahnya. Hal ini disebutkan juga dalam ‘Aunul Ma’bud jilid VII

(XIV/128)}.

5. Membantu Seseorang Menaiki Kendaraannya Atau Membantu Mengangkatkan Barang

Ke Atas Kendaraannya

‫َعْن َأيِب ُه َرْيَرَة َرِض َي الَّلُه َعْنُه َعْن الَّنِّيِب َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َوَس َّلَم َقاَل ُك ُّل ُس اَل َم ى َعَلْيِه َص َد َقٌة ُك َّل َيْو ٍم ُيِعُني الَّرُج َل يِف َداَّبِتِه َحُياِم ُلُه َعَلْيَه ا َأْو َيْرَفُع َعَلْيَه ا‬

)‫َم َتاَعُه َص َد َقٌة… (رواه البخاري‬

dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Pada setiap ruas tulang ada kewajiban shadaqah. Setiap hari dimana seseorang terbantu

dengan tunggangannya yang mengangkat atau mengangkut barang-barangnya di atasnya

adalah shadaqah…. Dan dalam lafadz muslim disebutkan:

)‫ (رواه مسلم‬.‫َفَتْح ِم ُلُه َعَلْيَه ا‬

Dan engkau menaikkannya ke atas kendaraannya. (HR. Al-Bukhari (no.2677), Muslim

(no.1677), Ahmad (no.27400)).

Anda mungkin juga menyukai