Disusun oleh
Kelompok II
-Anunsir anwar 30700119027
-Hasbi 30700119007
Dosen pembimbing
Dr.H. Mukhlis Mukhtar M.Ag.
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………
A. PENGERTIAN ZUHUD DAN
WARA’………………………………………………………….
B. PERBEDAAN ZUHUD DAN
WARA’…………………………………………………………..
C. KARAKTERISTIK ZUHUD DAN
WARA’………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Realitas yang terjadi dalam kehidupan modern, memiliki banyak tantangan masalah
keberagamaan. Salah satunya ialah masalah spiritualitas manusia modern. Perkembangan
tekhnologi canggih dan rasionalitas yang amat tinggi sehingga meninggalkan dimensi-dimensi
spiritual. Nantinya menghasilkan manusia yang hedonis.
Untuk itulah, dalam kehidupan modern seperti ini, hendaknya manusia tetap melakukan
keseimbangan hidup. Adanya dimensi rasionalitas, ada juga dimensi spiritualitas. Konsep
tasawuf sejatinya telah mengajarkan hal demikian. Adanya keseimbangan antara kehidupan di
dunia dan di akhirat. Wara dan zuhud berusaha menuntun manusia untuk kembali kepada
fitrahnya yang lurus (hanif). Menghilangkan kekerasan hati di dalam manusia.
B. Rumusan masalah
C. TUJUAN PENULISAN
1. Pengertian Zuhud
2222
َ قُ ْل َم ٰ َت ُع ٱل ُّد ْن َيا َقلِي ٌل َوٱ ْل َءاخ َِرةُ َخ ْي ٌر لِّ َم ِن ٱ َّت َق ٰى َواَل ُت ْظلَم
ُون َفتِياًل
Artinya: Katakanlah "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik
untuk orang-orang yang bertakwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.”
ُول هللا ُدلَّنِ ْي َ َ َر ُج ٌل فَق- صلى هللا عليه وسلم- ى
َ ال يَا َرس َّ ِال َأتَى النَّب
َ َى ق ِّ ع َْن َسه ِْل ْب ِن َس ْع ٍد السَّا ِع ِد
ازه ْد ْ « صلى هللا عليه وسلم- ى النَّاسُ فَقَا َل َرسُو ُل هللا rَ َِعلَى َع َم ٍل ِإ َذا َأنَا َع ِم ْلتُهُ َأ َحبَّنِ َى هللا َوَأ َحبَّن
»ك ِ َّازهَ ْد فِي َما فِى َأ ْي ِدى الن
َ اس ي ُِحبُّو ْ ك هللا َو َ َّفِ ْي ال ُّد ْنيَا يُ ِحب
Dari Sahl bin Sa’ad As Sa’idi, ia berkata ada seseorang yang mendatangi Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam lantas berkata, “Wahai Rasulullah, tunjukkanlah padaku suatu amalan
yang apabila aku melakukannya, maka Allah akan mencintaiku dan begitu pula manusia.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Zuhudlah pada dunia, Allah akan
mencintaimu. Zuhudlah pada apa yang ada di sisi manusia, manusia pun akan mencintaimu.” (HR.
Ibnu Majah dan selainnya. An Nawawi mengatakan bahwa dikeluarkan dengan sanad yang
hasan)
1.Pengertian wara
1. Hadis
صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َ هللاِ ْت َرس ُْو َل ُ َس ِمع: ض َي هللاُ َع ْنهُ َما قَا َل ِ َع ْن َأبِي َع ْب ِد هللاِ النُّ ْع َمان ب ِْن بَ ِشي ٍْر َر
ٌ َ ِإ َّن ال َحالَ َل بَي ٌِّن َوِإ َّن الَح َرا َم بَي ٌِّن َوبَ ْينَهُ َما ُأ ُم ْو ٌر ُم ْشتَبِه: َوآلِ ِه َو َسلَّ َم يَقُ ْو ُل
ات الَ يَ ْعلَ ُمه َُّن َكثِ ْي ٌر
ت َوقَ َع فِي ِ ض ِه َو َم ْن َوقَ َع فِي ال ُّشبُهَا ِ ْت فَقَ ِد ا ْستَ ْب َرَأ لِ ِد ْينِ ِه َو ِعر
ِ اس فَ َم ِن اتَّقَى ال ُّشبُهَاِ َِّم َن الن
ك َأ ْن يَرْ تَ َع فِ ْي ِه َأالَّ ِوِإ َّن لِ ُكلِّ َملِ ٍك ِح ًمى َأالَ َوِإ َّن ُ الح َمى ي ُْو ِش ِ ال َح َر ِام َكالرَّا ِعي يَرْ َعى َح ْو َل
ت فَ َس َد ْ صلُ َح ال َج َس ُد ُكلُّهُ َوِإ َذا فَ َس َد
َ ت ْ صلُ َح َ ار ُمهُ َأاَل َوِإ َّن فِي ال َج َس ِد ُمضْ َغةً ِإ َذا ِ ِح َمى هللاِ َم َح
ْ َر َواهُ البُ َخا ِري َو ُم – ُال َج َس ُد ُكلُّهُ َأاَل َو ِه َي القَ ْلب
سلِ ٌم
Dari Abu ‘Abdillah An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa ia
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya yang halal itu jelas, sebagaimana yang haram pun jelas. Di antara
keduanya terdapat perkara syubhat–yang masih samar–yang tidak diketahui oleh
kebanyakan orang. Barangsiapa yang menghindarkan diri dari perkara syubhat, maka ia
telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Barangsiapa yang terjerumus ke
dalam perkara syubhat, maka ia bisa terjatuh pada perkara haram. Sebagaimana ada
penggembala yang menggembalakan ternaknya di sekitar tanah larangan yang hampir
menjerumuskannya. Ketahuilah, setiap raja memiliki tanah larangan dan tanah larangan
Allah di bumi ini adalah perkara-perkara yang diharamkan-Nya. Ingatlah di dalam
jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka seluruh jasad akan ikut baik. Jika ia
rusak, maka seluruh jasad akan ikut rusak. Ingatlah segumpal daging itu adalah hati
(jantung).” (HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari no. 2051 dan Muslim no. 1599]
Sebagian ulama menyatakan bahwa tidak ada perbedaan makna antara wara’ dan
zuhud, sehingga mereka menggunakan dua istilah tersebut dalam satu pembahasan saja.
Namun yang nampaknya lebih tepat, ada perbedaan antara keduanya. Yang lebih tepat
adalah sebagaimana dikatakan para ulama bahwa:
zuhud adalah meninggalkan semangat untuk meraih hal yang tidak bermanfaat
bagi akhirat seperti berlebihan dalam hal-hal yang mubah yang dapat membuat
seseorang lalai dari ketaatan kepada Allah
adapun wara’ yang syar’i adalah meninggalkan hal-hal yang dapat
membahayakan nasib kita di akhirat, termasuk di dalamnya adalah
meninggalkan hal-hal yang haram dan syubhat karena perkara syubhat itu
terkadang merupakan hal membahayakan nasib seseorang di akhirat.
Namun perlu diketahui bahwa zuhud dan wara itu adalah sebuah tingkatan yang tidak
dicapai oleh semua orang, Ibnul Qayyim dalam Al Fawaid mengatakan
“hati yang selalu terkait dengan syahwat tidak sah baginya zuhud dan wara'”
1.1 ZUHUD
1. Tidak merasa suka ketika mempunyai harta dan tidak pula merasa susah ketika tidak
mempunyai harta.
2. Merasa sama antara dipuji atau dicela.
3. Merasa senang hati (keledzatan) di dalam beribadah kepada Allah
1.2 WARA’
1. Menjaga lidah dari mengumpat (ghibah).
2. Menjauhi dari berprasangka buruk (su’u adz-dzon)
3. Menjauhi untuk tidak menghina orang lain (sukhriyah)
4. Memejamkan penglihatan dari perkara yang haram.
5. Berbicara benar (tidak berbohong).
6. Mengetahui bahwa segala nikmat itu dari allah (supaya tidak ujub).
7. Menginfaqkan harta benda di dalam jalan allah
8. Tidak sombong.
9. Melaksanakan sholat lima waktu dengan kontinyu.
10. Konsisten dalam melaksanakan jama’ah dan ibadah sunah.
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Zuhud adalah tidak adanya ketergantungan di dalam hati seorang hamba terhadap
perkara dunia. Karakteristik zuhud yaitu : sama antara mempunyai harta maupun tidak,
sama antara dipuji maupun dicaci, dan merasakan keladzatan dalam beribadah. Zuhud
ada tiga tingkatan, yaitu tingkatan rendah, tingkatan sedang, dan tingkatan tinggi.
Fadhilah zuhud antara lain yaitu: kaya hati, lapang dada, dicintai allah, bijaksana, dan
hatinya selalu bercahaya keimanan.
Wara’ adalah kesanggupan diri untuk meninggalkan perkara maksiat (haram dan
syubhat). Karakteristik wara’ antara lain: tidak ghibah, su’udzon, sukhriyah, ujub, dsb.
Perkara syubhat adalah perkara yang belum jelas hukumnya kerena adanya keraguan
dalam sebab-sebab dan percampuran antara kehalalan maupun keharamannya.
B. SARAN
Semoga penjelasan mengenai zuhud dan wara’ tersebut bisa bermanfaat bagi
segenap pembaca. kami mohon maaf apabila ada kesalahan baik berupa penulisan
maupun pembahasan di atas karena keterbatasan pengetahuan. Mohon kiranya kritik dan
saran yang membangun untuk kemajuan bersama. Sekian dan wallahu a’lam bisshowab.
DAFTAR PUSTAKA