Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN MAKALAH
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN RISWAH
2.2 HADIS TENTANG RISWAH
2.3BENTUK BENTUK RISWAH
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suap-menyuap adalah suatu hal yang sering ditemui dalam kehidupan masyarakat saat
ini. Karena banyak orang belum mengerti tentang hukum dan keharaman suap tersebut dalam
Islam. Banyak orang menganggap sepele dan menganggap suap menyuap adalah suatu hal
yang wajar. Mulai dari hal yang paling kecil hingga yang paling besar banyak yang
mengandung unsur suap menyuap. Berbagai kepentingan politik pun tak lepas dari unsur suap
menyuap. Maka sangatlah penting untuk kita kaji landasan hukum tentang keharaman suap
menyuap itu sendiri. Disini kami akan mencoba mengkaji matan hadits tentang masalah suap
menyuap supaya kita lebih waspada tentang bahaya dan keharaman suap menyuap yang sudah
membudaya dalam masyarakat kita saat ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Matan Hadits Tentang Larangan Suap menyuap ?
2. Bagaimana Makna Ijmali dan Tafshili dari hadits tentang al-Risywah (Suap Menyuap) ?
3. Bagaimana bentuk bentuk suap menyuap ?
C. Tujuan
1. Mengetahui Matan Hadits Tentang al-Risywah (Suap Menyuap)
2. Memahami Makna Ijmali dan Tafshili Hadits
3. Mengerti bentuk bentuk suap menyuap
A. Pembahasan
Pengertian Risywah
Pengertian risywah menurut etimologis berasal dari bahasa Arab رشا" "یرشوyang
masdar ( رشوةhuruf ra-nya dibaca kasrah, fathah atau dhammah ) berarti الجعلyaitu
upah, hadiah, komisi atau suap.1 Ibnu Manzhur juga mengemukakan tentang makna
risywah, ia mengemukakan bahwa kata risywah terbentuk dari kalimat “ “الفرخ رشاanak
risywah, di antaranya :
ُُّل%$ُّ ح
ِ َش َوة ُك ّل َمال ُدفِ َع لِيَ ْبتَا َع بِ ِه ِمنْ ِذي َجاهُ ع َْونًا َعلَى َما الالَ ي
ْ ِّ ِِّر$% ال
“setiap uang yang diberikan kepada pejabat sebagai kompensasi atas pertolongan
1
Ahmad Warson Munawwir, h. 501.
2
Muhammad ibnu Makram ibn Manzhur al-Afriki al-Mishri, Lisanul ‘Arab, (Beirut : Dar al-Shadur, 1374 H),
jilid ke- 14, h. 322.
3
Ibrahim Mustafa & Dkk, h. 347.
yang batil.”4
kepada penguasa atau pegawai, supaya penguasa atau pegawai tersebut menjatuhkan
Dalam kitab bulughul maram telah dijelaskan haramnya suap menyuap, dan Allah pun
melaknatnya, seperti dalam hadits berikut :
,ُسة َ ش َي فِي اَ ْل ُح ْك ِم ) َر َواهُ اَ ْل َخ ْم ِ َش َي َوا ْل ُم ْرت ُ ( لَ َعنَ َر:َوعَنْ أَبِي ُه َر ْي َرةَ رضي هللا عنه قَا َل
ِ سو ُل هَّللَا ِ صلى هللا عليه وسلم اَل َّرا
َص َّح َحهُ اِبْنُ ِحبَّان َ َو,ي ُّ سنَهُ اَلت ِّْر ِم ِذ
َّ َو َح
َ ,َاشي َوا ْل ُم ْرت َِش َي ) َر َواهُ أَبُو دَا ُود ُ ( لَ َعنَ َر: قَا َل-ض َي هَّللَا ُ َع ْن ُه َما
ِ سو ُل هَّللَا ِ صلى هللا عليه وسلم اَل َّر َ َوعَنْ َع ْب ِد هَّللَا ِ ْب ِن َع ْم ِر ٍو
ِ ر-
ُص َّح َحه ُّ َواَلت ِّْر ِم ِذ
َ ي َو
Artinya : “ Dari Abdullah Ibnu Amar Ibnu al-'Ash Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melaknat orang yang memberi dan menerima suap. Riwayat Abu
Dawud dan Tirmidzi. Hadits shahih menurut Tirmidzi
Dalam kedua hadits tersebut di atas telah diterangkan dengan jelas bahwasanya Allah mengutuk
orang yang memberi uang sogok dan yang menerimanya.
وعن عمر وبن مرة قال سمعت رسول هللا ص م يقولما من امام اووال يغلق بابه دون ذويالحاجة ولخلة والمسكنة اال اغلق
) هللا ابواب اسماء دون خلته وحاجته ومسكنته (رواه احمد و الترمذي
4
Ahmad bin ‘Ali Ibn Hajar al- ‘Asqalanị, Fath al-Barị syarh Ṣahih al-Bukhari, (Riyaḍ : Dar al-Salam, 2001 M/
1421 H ), jilid ke- 5 , h. 311.
5
Yusuf al-Qarḍawị, al-Halalwa al-Haram fi al-Islam, (Beirut: al-Maktabah al-Islamiyah, 1980), h .320
Artinya : “dan dari ‘ Amr bin Murrah,ai berkata : “aku mendengar Rasulullah saw bersabda,
tidak seorang imam punatau penguasa yang menutup pintunya terhadap orang-orang yang
berkepentingan, orang fakir dan miskin, melaikan allah akan menutup pintu-pintu (rizki) dari
langit terhadap kefakirannya,kebutuhannya dan kemiskinanya.(H.R. Akhmad dan Tirmidzi)
رواه احمد.يعن الدى يمس بينهما.والراش. لعن رسول هللا صل هللا عليه واله وسلم الراشى والمر تشى: وعن ثوبان قال )
“ Rasulullah mengutuk orang yang memberi uang sogok dan yang menerimanya dan mereka
yang menjadi perantara “.(H.R. Ahmad ; Al-Muntaqa II: 935)
Kata khallah itu sendiri seperti tersebut dalam kitab nihayah artinya ialah kebutuhan dan
kemiskinan. Tetapi kata ini di ma’thufkan (dihubungkan) dengan kata sebelumnya yaitu “hajah”
yang artinya lebih khusus. Dalam istilah nahwu disebut “athful ‘am ‘alal khas”. Hadits ini
menunjukan ketidak halalnya seorang kepala (penguasa) menutup pintunya terhadap orang-orang
yang berkepentingan, walaupun itu orang yang kafir dan miskin
Di dalam hadits disebutkan:
سلم الراشي و المرتشي لعن رسول هللا صلى هللا عليه و: عن عبد هللا بن عمر رضي هللا عنهما قال
Dari Abdullah bin Umar ra berkata, “Rosulullah melaknat bagi penyuap dan yang menerima
suap.” (HR. Al-Khamsah dishohihkan oleh at-Tirmidzi)
: يا رسول هللا ؛ وما السحت ؟ قال: فالنار أولى به ” قالوا “كل لحم نبت بالسحت: قال أنه وسلم عليه هللا صلى النبي وعن
: رشوة الحاكم من السحت وعن ابن مسعود أيضا أنه قال: قال عمر بن الخطاب رضي هللا عنه. ”“الرشوة في الحكم
السحت أن يقضي الرجل ألخيه حاجة فيهدي إليه هدية فيقبلها.
“Setiap daging yang tumbuh dari barang yang haram (ashuht), nerakalah yang paling layak
untuknya. Sahabat bertanya: “Wahai Rosulullah, apa barang haram yang di maksud itu?”.
Rosulullah bersabda: “Suap dalam perkara hukum.” (Tafsir Al-Quthubi, tafsir surat Al-Maidah
ayat: 42)
Umar bin Khatthab berkata: menyuap hakim adalah dari perkara shuht. Ibnu Mas’ud
berkata: “Perbuatan Shuht adalah seseorang menyelesaikan hajat saudaranya maka orang
tersebut memberikan hadiah kepadanya lalu dia menerimanya.”
Dari uraian ayat-ayat dan hadits di atas, jelaslah bahwa Suap dalam islam merupakan perkara
yang diharamkan oleh Islam, baik memberi ataupun menerimanya sama-sama diharamkan di
dalam syariat. Namun ada pengecualian yang menurut mayoritas ulama memperbolehkan
penyuapan yang dilakukan oleh sesorang untuk mendapatkan haknya, karena dia dalam kondisi
yang benar dan mencegah kezholiman terhadap orang lain, dalam hal ini dosanya tetap
ditanggung oleh yang menerima suap. (Hal ini dapat dilihat lebih mendalam dalam kitab
Kasyful Qina’ 6/304) Nihayatul Muhtaj 8/ 243, AlQurthubi 6/183, Al-Muhalla 8/118, Matholib
ulin Nuha, dalam bab-bab yang membahas tentang suap dan memakan harta haram)
Bentuk-Bentuk Risywah
Ibn Abidin, dengan menguti kitab al-Fath, mengemukakan empat macam bentuk
risywah, yaitu :
1. Risywah yang haram atas orang yang mengambil dan yang memberikannya, yaitu
kemudaratan dan mengambil manfaat. Risywah ini haram bagi yang mengambilnya
saja. Sebagai alasan risywah ini dapat dianggap upah bagi orang yang berurusan
dibagi-bagikan. Hal ini halal dari dua sisi seperti hadiah untuk menyenangkan orang.
Akan tetapi dari satu sisi haram, karena substansinya adalah kazaliman. Oleh karena
itu haram bagi yang mengambil saja, yaitu sebagai hadiah untuk menahan kezaliman
dan sebagai upah dalam menyelesaikan perkara apabila disyaratkan. Namun bila
tidak disyaratkan, sedangkan seseorang yakin bahwa pemberian itu adalah hadiah
yang diberikan kepada penguasa, maka menurut ulama Hanafiyah tidak apa-apa (la
ba`sa). Kalau seseorang melaksanakan tugasnya tanpa disyaratkan, dan tidak pula
4. Risywah untuk menolak ancaman atas diri atau harta, boleh bagi yang memberikan
dan haram bagi orang yang mengambil. Hal ini boleh dilakukan karena menolak kemudaratan
dari orang muslim adalah wajib, namun tidak boleh mengambil harta
Menurut para ulama mazhab Hanafi mereka membagi risywah atau suap menjadi
1. Suap supaya diangkat sebagai hakim atau penjabat, dan supaya bisa menjadi PNS.
(kezhaliman) orang tersebut atau untuk mendapatkan manfaat (yaitu menerima yang
menjadi haknya).
6
4. Memberikan sejumlah harta kepada seseorang yang bisa membantu untuk
mendapatkan haknya.
C. Kesimpulan
1. Risywah secara bahasa bermakna “seutas tali/kabel ” dan secara istilah yaitu „Apa-apa yang
diberikan(baik uang maupun hadiah) untuk mendapatkan suatu manfaat atau segala pemberian
yang bertujuan untuk mengukuhkan sesuatu yang batil dan membatilkan suatu yang haq.
2. Risywah dalam pandangan hukum Islam adalah haram berdasarkan dalil al Qur‟an ,as Sunnah
dan Ijma‟ ulama.
3. Macam –macam risywah diantara yang disebut ulama ada 4 yaitu a. Risywah yang haram atas
orang yang mengambil dan yang memberikannya, yaitu risywah untuk mendapatkan keuntungan
dalam peradilan dan pemerintahan. b. Risywah terhadap hakim agar dia memutuskan perkara,
sekalipun keputusannya benar, karena dia mesti melakukan hal itu.(haram bagi yang memberi
dan menerima) c. Risywah untuk meluruskan suatu perkara dengan meminta penguasa menolak
kemudaratan dan mengambil manfaat. d. Risywah untuk menolak ancaman atas diri atau harta,
boleh bagi yang memberikan dan haram bagi orang yang mengambil. Hal ini boleh dilakukan
karena menolak kemudaratan dari orang muslim adalah wajib, namun tidak boleh mengambil
harta untuk melakukan yang wajib.
4Risywah hukum asalnya adalah haram.namun dalam kondisi tertentu di bolehkan dengan syarat
sebagai berikut: a. Dharurat dengan syarat-syarat yang telah disebutkan dalam pembahasan. b.
Untuk mengambil kewajiban dan hak yang hilang saat didzalimi. c. Tidak berlebihan dan
menjadi kebiasaan. d. Untuk Mendapatkan maslahah rojihah/riil bukan dzoniyyah/ perkiraan. e.
Tidak menghalalkan hal tersebut, namun mengingkarinya dan senatiasa beristighfar dan berdoa
kepada Allah karena pada dasarnya cara itu haram