Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH HADIS HES

HADIS HUKUM TENTANG HARTA (AMWAL)

Dosen pengampu : Prof. Dr. H. Abu Azam Al-Hadi, M. Ag.

Kelompok 3 :

1. M. Bahrul Muttakin (C92217154)

2. Nabilatul Lu’aili (C02217038)

3. Uswatun Hasanah (C92217180)

HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subnahu wa ta’ala yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusun bisa menyelesaikan penyusunan tugas makalah ini. Shalawat
dan salam kami persembahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sang
revolusioner Islam.
Ucapan terima kasih penyusun ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dan
memotivasi dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada Prof.Dr.H. Abu Azam Al Hadi,
M.Ag sebagai dosen pengampu mata kuliah Hadis HES. Selanjutnya kepada rekan kelas HES B
yang sampai saat ini tetap menunjukkan totalitasnya dalam belajar sehingga menjadi motivasi
bagi satu sama lainnya.

Kami menyadari akan segala kekurangan kami. Sehingga makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu dengan lapang hati penyusun mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak demi tercapainya keberhasilan dalam proses pembelajaran ini.

Maret, 2018
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada zaman sekarang banyak manusia yang bergelimpangan harta. Akan tetapi
banyak di antara mereka yang tidak memahami untuk apa harta itu digunakan dan untuk
apa harta itu dimanfaatkan dan bagaimana cara menggunakannya sesuai dengan syari’at
islam yang sebagaimana telah diajarkan oleh Rasulullah saw dan yang telah dituliskan
oleh Allah swt di dalam kitabnya Al-Qur’an.
Kesempurnaan agama islam dapat dilihat dari bagaimana syariat islam
diturunkan dalam bentuk yang umum dan mengglobal permasalahannya. Segala bentuk
peraturan aqidah, hukum, dan syari’ah tentunya sudah dituangkan kedalam kitab Al-
Qur’an sebagai tuntunan umat islam dalam menjalani kehidupan.
Dalam masalah muamalah, Al-Qur’an memberikan Qawa’id Al-‘Ammah (kaidah-
kaidah umum) agar manusia dapat mengembangkan berbagai transaksi yang terjadi
diantara mereka. Diantara pokok pembahasan bidang muamalah yang sangat urgen
adalah dalam bidang harta karena harta menjadi masalah sentral dalam kehidupan
manusia,
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian harta?
2. Bagaimana kedudukan dan anjuran harta?
3. Apa saja fungsi harta bagi manusia?
4. Bagaimanakah pembagian jenis harta?
C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana pengertian harta
2. Mengetahui bagaimana kedudukan harta dan anjurannya
3. Mengetahui apa saja fungsi harta bagi manusia
4. Mengetahui bagaimana pembagian jenis harta
BAB II
PEMBAHASAN

A. Redaksi Hadis, Jalur Sanad Dan Penilaian Ulama, Tinjauan Bahasa


Dan Pengertian Harta
1. Redaksi Hadis Dan Terjemahannya
(1)
‫َح َّد َثَنا َع ْبُد ِهَّللا ْبُن َم ْس َلَم َة َع ْن َم اِلٍك َع ْن َع ْبِد الَّرْح َمِن ْبِن َع ْبِد ِهَّللا ْبِن َع ْبِد الَّرْح َمِن ْبِن َأِبي‬
‫َص ْع َص َع َة َع ْن َأِبيِه َع ْن َأِبي َسِع يٍد اْلُخ ْد ِر ِّي َر ِض َي ُهَّللا َع ْنُه َأَّنُه َقاَل َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى‬
‫ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ُيوِش ُك َأْن َيُك وَن َخْيَر َم اِل اْلُم ْس ِلِم َغَنٌم َيْتَب ُع ِبَه ا َش َع َف اْلِج َب اِل َو َم َو اِق َع‬
‫اْلَقْطِر َيِفُّر ِبِد يِنِه ِم ْن اْلِفَتِن‬
(BUKHARI – 18) : Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Maslamah
dari Malik dari Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abu
Sha’Sha’ah dari bapaknya dari Abu Sa’id Al Khudri bahwa dia berkata,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Hampir saja terjadi (suatu
zaman) harta seorang muslim yang paling baik adalah kambing yang
digembalakannya di puncak gunung dan tempat-tempat terpencil, dia pergi
menghindar dengan membawa agamanya disebabkan takut terkena fitnah”.
)2(
‫َح َّد َثَنا اْلُح َم ْيِد ُّي َقاَل َح َّد َثَنا ُس ْفَياُن َقاَل َح َّد َثِني ِإْس َم اِع يُل ْبُن َأِبي َخ اِلٍد َع َلى َغْيِر َم ا َح َّد َثَناُه‬
‫الُّز ْهِر ُّي َقاَل َسِم ْع ُت َقْيَس ْبَن َأِبي َح اِز ٍم َقاَل َسِم ْع ُت َع ْب َد ِهَّللا ْبَن َم ْس ُعوٍد َق ال َق اَل الَّنِبُّي‬
‫َص َّلى ُهَّللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم اَل َحَس َد ِإاَّل ِفي اْثَنَتْيِن َر ُج ٌل آَت اُه ُهَّللا َم ااًل َفُس ِّلَط َع َلى َهَلَك ِت ِه ِفي‬
‫اْلَح ِّق َو َر ُجٌل آَتاُه ُهَّللا اْلِح ْك َم َة َفُهَو َيْقِض ي ِبَها َو ُيَع ِّلُمَها‬

(BUKHARI – 71) : Telah menceritakan kepada kami Al Humaidi berkata, telah


menceritakan kepada kami Sufyan berkata, telah menceritakan kepadaku
Isma’il bin Abu Khalid –dengan lafazh hadits yang lain dari yang dia ceritakan
kepada kami dari Az Zuhri- berkata; aku mendengar Qais bin Abu Hazim
berkata; aku mendengar Abdullah bin Mas’ud berkata; Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Tidak boleh mendengki kecuali terhadap dua hal;
(terhadap) seorang yang Allah berikan harta lalu dia pergunakan harta tersebut
di jalan kebenaran dan seseorang yang Allah berikan hikmah lalu dia
mengamalkan dan mengajarkannya kepada orang lain”.
(3)

‫َح َّد َثَنا َع ِلُّي ْبُن َع ْبِد ِهَّللا َح َّد َثَنا ُس ْفَياُن َغْي َر َم َّر ٍة َع ْن َع ْم ٍر و َع ْن الُّز ْه ِر ِّي َع ْن َم اِل ِك ْبِن‬
‫َأْو ِس ْبِن اْلَح َد َثاِن َع ْن ُع َم َر َرِض َي ُهَّللا َع ْنُه َقال‬
‫َكاَنْت َأْم َو اُل َبِني الَّنِض يِر ِمَّم ا َأَفاَء ُهَّللا َع َلى َر ُسوِلِه َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ِمَّم ا َلْم ُيوِج ْف‬
‫اْلُم ْس ِلُم وَن َع َلْيِه ِبَخْيٍل َو اَل ِر َك اٍب َفَكاَنْت ِلَر ُسوِل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم َخاَّص ًة ُيْنِف ُق‬
‫َع َلى َأْهِلِه ِم ْنَها َنَفَقَة َس َنِتِه ُثَّم َيْج َع ُل َم ا َبِقَي ِفي الِّس اَل ِح َو اْلُك َر اِع ُعَّد ًة ِفي َس ِبيِل ِهَّللا‬
(BUKHARI – 4506) : Telah menceritakan kepada kami Ali bin Abdullah Telah
menceritakan kepada kami Sufyan lebih dari sekali dari Amru dari Az Zuhri
dari Malik bin Aus bin Al Hadatsan dari Umar radliallahu ‘anhu ia berkata:
“Harta kekayaan Bani Nadlir yang telah dijadikan Fai` oleh Allah atas Rasul-
Nya shallallahu ‘alaihi wasallam adalah termasuk harta yang diperoleh tanpa
campur tangan sedikit pun dari kaum muslimin, baik itu dengan kuda perang
atau yang lainnya. Sesungguhnya harta itu adalah milik Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam secara khusus dan sebagai nafkah bagi keluarganya.
Sedangkan sisanya untuk perlengkapan persenjataan perang dan sejumlah kuda
perang fi Sabilillah.”
(4)

‫َح َّد َثَنا آَد ُم َح َّد َثَنا اْبُن َأِبي ِذ ْئٍب َح َّد َثَنا َس ِع يٌد اْلَم ْقُب ِر ُّي َع ْن َأِبي ُهَر ْي َر َة َع ْن الَّنِبِّي َص َّلى ُهَّللا‬
‫َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل َلَيْأِتَيَّن َع َلى الَّناِس َز َم اٌن اَل ُيَباِلي اْلَم ْر ُء ِبَم ا َأَخ َذ اْلَم اَل َأِم ْن َح اَل ٍل َأْم ِم ْن‬
‫َحَر اٍم‬
(BUKHARI – 1941) : Telah menceritakan kepada kami Adam telah
menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dza’bi telah menceritakan kepada kami
Sa’id Al Maqbariy dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Sungguh pasti akan datang suatu jaman pada
manusia yang ketika itu seseorang tidak peduli lagi tentang apa yang
didapatnya apakah dari barang halal ataukah haram”.
(5)
‫َح َّد َثَنا َع ْبُد ِهَّللا ْبُن َع ْبِد اْلَو َّهاِب َقاَل َح َّد َثَنا َحَّم اٌد َع ْن َأُّيوَب َع ْن ُمَحَّم ٍد َع ْن اْبِن َأِبي َبْك َر َة‬
‫َع ْن َأِبي َبْك َر َة ُذ ِكَر الَّنِبُّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم َق اَل َف ِإَّن ِد َم اَء ُك ْم َو َأْم َو اَلُك ْم َق اَل ُمَح َّم ٌد‬
‫َو َأْح ِس ُبُه َق اَل َو َأْع َر اَض ُك ْم َع َلْيُك ْم َح َر اٌم َك ُحْر َم ِة َي ْو ِم ُك ْم َه َذ ا ِفي َش ْهِر ُك ْم َه َذ ا َأاَل ِلُيَبِّل غ‬
‫الَّش اِهُد ِم ْنُك ْم اْلَغاِئَب َو َك اَن ُمَحَّم ٌد َيُقوُل َص َدَق َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َك اَن َذ ِل َك‬
‫َأاَل َهْل َبَّلْغُت َم َّر َتْيِن‬
(BUKHARI – 102) : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin ‘Abdul
Wahhab berkata, telah menceritakan kepada kami Hammad dari Ayyub dari
Muhammad dari Ibnu Abu Bakrah dari Abu Bakrah Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam menyebutkan: “Sesungguhnya darah kalian, harta kalian, Muhammad
berkata; menurutku beliau mengatakan, “dan kehormatan kalian adalah haram
atas kalian sebagaimana haramnya hari kalian ini di bulan kalian ini.
Hendaklah yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir.” Dan
Muhammad berkata, “Benarlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam seperti
apa yang disabdakannya, ‘Bukankah aku telah menyampaikannya? ‘ beliau
ulangi hingga dua kali.

)6(
‫َح َّد َثِني ُمَحَّم ٌد َأْخ َبَر َنا َم ْخ َلٌد َأْخ َبَر َنا اْبُن ُج َر ْيٍج َقاَل َسِم ْع ُت َع َطاًء َيُقوُل َسِم ْع ُت اْبَن َعَّباٍس‬
‫َيُقوُل َسِم ْع ُت َر ُسوَل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َيُقوُل َلْو َأَّن اِل ْبِن آَد َم ِم ْث َل َو اٍد َم ااًل َأَلَح َّب‬
‫َأَّن َل ُه ِإَلْي ِه ِم ْثَل ُه َو اَل َيْم ُأَل َع ْيَن اْبِن آَد َم ِإاَّل الُّت َر اُب َو َيُت وُب ُهَّللا َع َلى َم ْن َت اَب َق اَل اْبُن‬
‫َعَّباٍس َفاَل َأْد ِر ي ِم ْن اْلُقْر آِن ُهَو َأْم اَل َقاَل َو َسِم ْع ُت اْبَن الُّز َبْيِر َيُقوُل َذ ِلَك َع َلى اْلِم ْنَبِر‬
(BUKHARI – 5957) : Telah menceritakan kepada kami Muhammad telah
mengabarkan kepada kami Makhlad telah mengabarkan kepada kami Ibnu
Juraij dia berkata; saya mendengar ‘Atha` berkata; saya mendengar Ibnu Abbas
berkata; saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sekiranya anak Adam memiliki harta kekayaan sebanyak satu bukit, niscaya
ia akan mengharapkan satu bukit lagi yang seperti itu, dan tidaklah mata anak
Adam itu dipenuhi melainkan dengan tanah, dan Allah akan menerima taubat
siapa saja yang bertaubat.” Ibnu Abbas mengatakan; ‘Aku tidak tahu, apakah
perkataan beliau (menafsirkan) dari Al Qur’an ataukah tidak.’ Perawi berkata;
‫‪‘Dan aku mendengar Ibnu Zubair mengatakannya ketika dia berada di atas‬‬
‫’‪mimbar.‬‬

‫(‪)7‬‬
‫َح َّد َثِني َح ْر َم َلُة ْبُن َيْح َيى َأْخ َبَر َن ا اْبُن َو ْهٍب َأْخ َب َرِني ُي وُنُس َع ْن اْبِن ِش َهاٍب َق اَل َأْخ َب َرِني‬
‫َس اِلُم ْبُن َع ْبِد ِهَّللا ْبِن ُع َم َر َع ْن َأِبيِه َقاَل َقاَل َر ُس وُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم اَل َحَس َد ِإاَّل‬
‫َع َلى اْثَنَتْيِن َر ُجٌل آَتاُه ُهَّللا َهَذ ا اْلِكَتاَب َفَقاَم ِبِه آَناَء الَّلْيِل َو آَن اَء الَّنَه اِر َو َر ُج ٌل آَت اُه ُهَّللا َم ااًل‬
‫َفَتَص َّد َق ِبِه آَناَء الَّلْيِل َو آَناَء الَّنَهاِر‬
‫‪(MUSLIM – 1351) : Telah menceritakan kepada kami Harmalah bin Yahya‬‬
‫‪telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb telah mengabarkan kepadaku‬‬
‫‪Yunus dari Ibnu Syihab ia berkata, telah mengabarkan kepadaku Salim bin‬‬
‫‪Abdullah bin Umar dari bapaknya ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi‬‬
‫)‪wasallam bersabda: “Tidak boleh dengki kecuali pada dua hal. (Pertama‬‬
‫‪kepada seorang yang telah diberi Allah (hafalan) Al Qur`an, hingga ia‬‬
‫‪membacanya siang dan malam. (Kedua) kepada seorang yang dikaruniakan‬‬
‫‪Allah harta kekayaan, lalu dibelanjakannya harta itu siang dan malam (di jalan‬‬
‫“ ‪Allah),‬‬

‫(‪)8‬‬
‫َح َّد َثَنا َم ْح ُم وُد ْبُن َغْياَل َن َح َّد َثَنا َأُب و َداُوَد َأْخ َبَر َن ا ُش ْع َبُة َع ْن َعاِص ٍم َق ال َس ِم ْع ُت ِز َّر ْبَن‬
‫ُح َبْيٍش ُيَح ِّد ُث َع ْن ُأَبِّي ْبِن َك ْع ٍب َأَّن َر ُسوَل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َق اَل َل ُه ِإَّن َهَّللا َأَم َرِني‬
‫َأْن َأْقَر َأ َع َلْيَك اْلُقْر آَن َفَقَر َأ َع َلْيِه َلْم َيُك ْن اَّلِذ يَن َكَف ُروا } َو َق َر َأ ِفيَه ا ِإَّن َذ اَت ال[ِّديِن ِع ْن َد ِهَّللا‬
‫اْلَحِنيِفَّيُة اْلُم ْس ِلَم ُة اَل اْلَيُهوِد َّي ُة َو اَل الَّنْص َر اِنَّيُة َو اَل اْلَم ُجوِس َّيُة َم ْن َيْع َم ْل َخ ْي ًرا َفَلْن ُيْك َف َر ُه‬
‫َو َقَر َأ َع َلْيِه َلْو َأَّن اِل ْبِن آَد َم َو اِد ًيا ِم ْن َم اٍل اَل ْبَتَغى ِإَلْيِه َثاِنًي ا َو َل ْو َك اَن َل ُه َثاِنًي ا اَل ْبَتَغى ِإَلْي ِه‬
‫َثاِلًثا َو اَل َيْم ُأَل َج ْو َف اْبِن آَد َم ِإاَّل ُتَر اٌب َو َيُتوُب ُهَّللا َع َلى َم ْن َتاَب َقاَل َأُبو ِع يَس ى َهَذ ا َح ِد يٌث‬
‫َح َس ٌن َص ِح يٌح َو َقْد ُر ِو َي ِم ْن َغْيِر َهَذ ا اْلَو ْج ِه َر َو اُه َع ْبُد ِهَّللا ْبُن َع ْبِد ال[[َّرْح َمِن ْبِن َأْب َز ى َع ْن‬
‫َأِبيِه َع ْن ُأَبِّي ْبِن َك ْع ٍب َر ِض َي ُهَّللا َع ْنُه َأَّن الَّنِبَّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل َلُه ِإَّن َهَّللا َأَم َرِني‬
‫َأْن َأْقَر َأ َع َلْيَك اْلُقْر آَن َو َقْد َر َو اُه َقَتاَد ُة َع ْن َأَنٍس َأَّن الَّنِبَّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َق اَل ُأِلَبِّي ْبِن‬
‫َك ْع ٍب ِإَّن َهَّللا َأَم َرِني َأْن َأْقَر َأ َع َلْيَك اْلُقْر آَن‬
‫‪(TIRMIDZI – 3833) : Telah menceritakan kepada kami Mahmud bin Ghailan‬‬
‫‪telah menceritakan kepada kami Abu Daud telah mengabarkan kepada kami‬‬
‫‪Syu’bah dari ‘Ashim dia berkata; saya mendengar Zir bin Hubaisy bercerita‬‬
‫‪dari Ubay bin Ka’ab bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda‬‬
kepadanya: “Sesungguhnya Allah telah memerintahkanku untuk membacakan
ayat Al Qur`an kepadamu.” Lalu beliau membaca; “ Tidaklah orang-orang
kafir … QS Al Bayyinah; 1, kemudian beliau juga membaca; INNA
DZAATADDIINI ‘INDALLAHI AL HANIIFIYYAH AL MUSLIMAH LAA
AL YAHUUDIYYAH WALAA AN NASHRANIYYAH WALAA AL
MAJUUSIYYAH, MAN YA’MAL KHAIRAN FALAN YUKFARAH
(Sesungguhnya agama (yang benar) di sisi Allah adalah hanifiyah muslimah
(agama yang lurus lagi selamat) tidak agama Yahudi, tidak pula Nashrani dan
tidak pula Majusi, barangsiapa berbuat baik, Maka sekali-kali mereka tidak
dihalangi (menenerima pahala) nya.” Dan beliau juga membaca: LAU ANNA
LI IBNI AADAM WAADIYAN MIN MAALIN LABTAGHAA ILAIHI
TSAANIYAN WALAU KAANA LAHUU TSAANIYAN LAABTAGHAA
ILAIHI TSAALITSAN WALAA YAMLA`U JAUFA IBNU AADAM ILLA
TURAAB WA YATUUBULLAHU ‘ALAA MAN TAABA (Sekiranya Ibnu
Adam memiliki sebukit harta kekayaan, niscaya ia akan mengharapkan untuk
mendapatkan dua bukit, dan sekiranya ia memiliki dua bukit harta kekayaan,
niscaya ia akan mengharapkan untuk mendapatkan tiga bukit, dan tidak ada
yang dapat memenuhi perut anak Adam melainkan tanah dan Allah menerima
taubat bagi siapa saja yang bertaubat).” Abu Isa berkata; “Hadits ini adalah
hadits hasan shahih, dan hadits ini telah diriwayatkan dari selain jalur ini, yaitu
telah diriwayatkan oleh Abdullah bin Abdurrahman bin Abza dari ayahnya dari
Ubay bin Ka’ab radliallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda kepadanya: “Sesungguhnya Allah memerintahkanku untuk membaca
Al Qur’an kepadamu.” Dan juga telah diriwayatkan oleh Qotadah dari Anas
bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada Ubay bin Ka’ab:
“Sesungguhnya Allah memerintahkanku untuk membaca Al Qur’an
kepadamu.”
(9)

‫َح َّد َثَنا ُمَحَّم ُد ْبُن َع ْبِد ِهَّللا ْبِن ُنَم ْيٍر َح َّد َثَنا َأِبي َو ُمَحَّم ُد اْبُن ِبْش ٍر َق ااَل َح َّد َثَنا ِإْس َم ِع يُل ْبُن َأِبي‬
‫َخ اِلٍد َع ْن َقْيِس ْبِن َأِبي َح اِز ٍم َع ْن َع ْبِد ِهَّللا ْبِن َم ْسُعوٍد َقاَل َق اَل َر ُس وُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْي ِه‬
‫َو َس َّلَم اَل َحَس َد ِإاَّل ِفي اْثَنَتْيِن َر ُجٌل آَتاُه ُهَّللا َم ااًل َفَس َّلَطُه َع َلى َهَلَك ِتِه ِفي اْلَح ِّق َو َر ُجٌل آَت اُه ُهَّللا‬
‫ِح ْك َم ًة َفُهَو َيْقِض ي ِبَها َو ُيَع ِّلُمَها‬
(IBNUMAJAH – 4198) : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin
Abdullah bin Numair telah menceritakan kepada kami Ayahku dan Muhammad
bin Bisyr keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Isma’il bin Abu
Khalid dari Qais bin Abu Hazim dari Abdullah bin Mas’ud dia berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak ada kedengkian
kecuali dalam dua perkara; seseorang yang dikaruniai Allah harta kekayaan
kemudian ia habiskan dalam jalan kebenaran, dan seseorang yang dikaruniai
Allah Al Hikmah (ilmu) lalu ia mengamalkannya.”

(10)

‫َح َّد َثَنا ُقَتْيَبُة َح َّد َثَنا َلْيٌث َع ْن اْبِن َع ْج اَل َن َع ْن َس ِع يٍد اْلَم ْقُب ِر ِّي َو اْلَقْع َق اِع ْبِن َحِكيٍم َع ْن َأِبي‬
‫ُهَر ْيَر َة َأَّن َر ُسوَل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل َسَبَق ِد ْر َهٌم ِد ْر َهَم ْيِن َقاُلوا َو َك ْيَف َذ ِل َك َي ا‬
‫َر ُسوَل ِهَّللا َقاَل َك اَن ِلَر ُج ٍل ِد ْر َهَم اِن َفَتَص َّد َق ِبَأَح ِدِهَم ا َف اْنَطَلَق َر ُج ٌل ِإَلى ُع ْر ِض َم اِل ِه‬
‫َفَأَخ َذ ِم ْنُه ِم اَئَة َأْلِف ِد ْر َهٍم َفَتَص َّد َق ِبَها‬
(AHMAD – 8573) : Telah menceritakan kepada kami Qutaibah telah
menceritakan kepada kami Laits dari Ibnu ‘Ajlan dari Sa’id Al Maqburi dan Al
Qa’qa’ bin Hakim dari Abu Hurairah berkata; Bahwasanya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Satu dirham bisa mendahului dua
dirham, “ para sahabat bertanya; “Bagaimana itu bisa terjadi wahai
Rasulullah?” beliau bersabda: “Seseorang memiiki uang dua dirham lalu
mensedekahkan satu dirhamnya, dan seseorang bertolak kepada harta
kekayaannya yang melimpah lalu ia hanya mengambil seratus ribu dirham
untuk mensedekahkannya.”

2. Jalur Sanad Dan Penilaian Ulama Hadis


a) Hadis Bukhari- 4506

Umar bin Al Khaththab bin


Nufail

Malik bin Aus bin Al


Hadatsan

Muhammad bin Muslim bin


'Ubaidillah bin 'Abdullah
bin Syihab

Amru bin Dinar Al Atsram

Sufyan bin 'Uyainah bin


Abi 'Imran Maimun

Ali bin 'Abdullah bin


Ja'far bin Najih

a) Hadis Bukhari- 4506

ULAM KOMENT
 Nama A AR
Lengkap : Ali
bin 'Abdullah Ibnu disebutkan
bin Ja'far bin dalam
Hibban
Najih atstsiqat
 Kalangan : tsiqah
An
Tabi'ul Atba' ma'mun
Nasa'i
kalangan tua imam
 Kuniyah : Abu Ibnu tsiqah tsabat
Al Hasan Hajar imam
 Negeri semasa
hidup : Bashrah
 Wafat : 234 H

3. Tinjauan Bahasa Hadis

‫ = أْمَو اُل‬Harta Kekayaan


‫ = َبِني الَّنِض يِر‬Bani Nadhir
‫ = َم ا َبِقَي ِفي الِّس اَل ِح‬Perlengkapan Senjata Perang
‫ = َو اْلُك َر اِع ُعَّد ًة‬Sejumlah Kuda Perang
‫ = ِفي َس ِبيِل ِهَّللا‬Di jalan Allah

4. Ayat-Ayat Al-Qur’an Yang Terkait Dengan Harta


‫آِم ُنوا ِباِهَّلل َو َر ُسوِلِه َو َأْن ِفُقوا ِمَّما َج َع َلُك ْم ُمْس َت ْخ َلِفيَن ِفيِه َفاَّلِذيَن آَم ُنوا ِم ْنُك ْم َو َأْن َفُقوا َلُهْم َأْج ٌر َك ِبيٌر‬

Artinya : berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian
dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang
yang beriman diantara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh
pahala yang besar. (Q.S. al-Hadid : 7)

‫اْلَم اُل َو اْلَبُنوَن ِز يَنُة اْلَحَياِة الُّد ْنَياۖ َو اْلَباِقَياُت الَّصاِلَح اُت َخْيٌر ِع ْنَد َر ِّبَك َثَو اًبا َو َخْيٌر َأَم اًل‬
Artinya: Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-
amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih
baik untuk menjadi harapan. (QS. Al-Kahfi: 46)

‫ُهَو اَّلِذ ي َخ َلَق َلُك ْم َم ا ِفي اَأْلْر ِض َجِم يًعا ُثَّم اْسَتَو ٰى ِإَلى الَّس َم اِء َفَس َّو اُهَّن َس ْبَع َس َم اَو اٍتۚ َو ُهَو ِبُك ِّل‬
‫َش ْي ٍء َع ِليٌم‬
Artinya: Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia
berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-Baqarah: 29)

‫ُز ِّيَن ِللَّناِس ُحُّب الَّش َهَو اِت ِم َن الِّنَس اِء َو اْلَبِنيَن َو اْلَقَناِط يِر اْلُم َقْنَطَرِة ِم َن الَّذ َهِب َو اْلِفَّض ِة َو اْلَخْيِل‬
‫اْلُمَس َّو َم ِة َو اَأْلْنَع اِم َو اْلَح ْر ِثۗ َٰذ ِلَك َم َتاُع اْلَحَياِة الُّد ْنَياۖ َو ُهَّللا ِع ْنَد ُه ُح ْسُن اْلَم آِب‬
Artinya: Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak,
kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (QS. Al-Imron: 14)
‫ِإَّنَم ا َأْم َو اُلُك ْم َو َأْو اَل ُد ُك ْم ِفْتَنٌةۚ َو ُهَّللا ِع ْنَد ُه َأْج ٌر َع ِظ يٌم‬
Artunya: Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di
sisi Allah-lah pahala yang besar

5. Pengertian Harta (Al-Amwal)

Dalam bahasa Arab harta disebut dengan sebutan al-mal yang berasal dari kata
‫َم اَل‬-‫َيِم ْيُل‬- ‫ َم ْيًال‬yang mempunyai arti condong, cenderung dan miring. Sedangkan
menurut istilah syar’i harta diartikan sebagai segala sesuatu yang dimanfaatkan pada
sesuatu yang legal menurut hukum syara’ (hukum islam), seperti jual-beli (al-bay),
pinjam-meminjam (‘ariyah), konsumsi dan hibah atau pemberian.
Menurut bahasa umum, arti mal ialah uang atau harta. Adapun menurut istilah, ialah
“ segala benda yang berharga dan bersifat materi serta beredar diantara manusia “. 1
Ada beberapa pendapat tentang definisi harta, antara lain :
1. Menurut Hasbi ash-Shiddiedy
“ Harta ( mal ) adalah “ nama ” bagi selain manusia yang ditetapkan untuk
kemaslahatan manusia dapat dipelihara pada suatu tempat, dapat dikelola
(tasharruf) dengan jalan ikhtiar.
2. Menurut Ulama Hanafiah2
1
M. abdul mujieb ( etal ), kamus istilah fiqih, ( Jakarta : PT. pustaka firdaus, 1994 ), cet. Ke 1, hlm.191.
2
Mustafa A. Zarqo’ dan Wahbah az-Zuhayli. Ensiklopedi Hukum islam, II : hlm. 526.
“ Segala sesuatu yang diminati manusia dan dapat dihadirkan ketika diperlukan
atau segala sesuatu yang dapat dimiliki, disimpan, dan dimanfaatkan “.
3. Menurut Jumhur Ulama
“Harta itu tidak saja bersifat materi melainkan juga termasuk manfaat dari suatu
benda“.
4. Menurut Ulama Madzhab Maliki
“Harta adalah hak yang melekat pada seseorang yang menghalangi orang lain
untuk menguasainya dan sesuatu yang diakui sebagai hak milik secara ‘uruf
(adat)”.
5. Menurut Ulama Madzhab Syafi’i
“Harta adalah sesuatu yang bermanfaat bagi pemiliknya dan bernilai”.
6. Menurut Ulama Madzhab Hambali
“Harta adalah sesuatu yang mempunyai nilai ekonomi dan dilindungi undang-
undang”.

B. Struktur Harta (Al-Amwal)


a. Fungsi Harta
Fungsi harta sangat banyak, baik kegunaan dalam hal yang baik maupun kegunaan
dalam hal yang jelek. Di antara sekian banyak fungsi harta sebagai berikut3 :
1. Berfungsi untuk menyempurnakan pelaksanaan ibadah yang khas ( madhah ),
sebab untuk ibadah diperlukan alat-alat, seperti kain untuk menutup aurat dan
pelaksanaan shalat, bekal untuk melaksanakan ibadah haji, berzakat, sedekah dan
hibah.
2. Untuk meningkatkan ( ketaqwaan ) kepada Allah, sebab kefakiran cenderung
dekat kepada kekafiran, sehingga pemilikan harta dimaksudkan untuk
meningkatkan ketaqwaan kepada Allah.
3. Untuk meneruskan kehidupan dari suatu periode ke periode berikutnya.
4. Untuk menyelaraskan ( menyeimbangkan ) antara kehidupan dunia dan akhirat.
5. Untuk mengembangkan dan menegakkan ilmuilmu, karena menuntut ilmu tanpa
biaya akan terasa sulit.

3
Hendi Suhendi. Fiqih Muamalah. (Bandung:Gunung Djati Press,1997) hlm. 28
6. Untuk memutar ( men-tasharruf ) peranperan kehidupan, yakni adanya pembantu
dan tuan, adanya orang kaya dan miskin yang saling membutuhkan, sehingga
tersusunlah masyarakat yang harmonis dan berkecukupan.
7. Untuk menumbuhkan silaturahmi.
Secara garis besar, menurut Mustafa Ahmad Zarqa’ yang dikutip oleh Nasrun Haroen
bahwa dalam pemilikan dan penggunaan harta, disamping untuk kemaslahatan
pribadi pemilik harta, juga harus dapat memberikan manfaat dan kemaslahatan untuk
orang lain. Inilah diantaranya fungsi sosial dari harta itu, karena suatu harta
sebenarnya adalah milik Allah yang dititipkan ke tangan-tangan manusia. Di samping
itu, penggunaan harta dalam ajaran islam harus senantiasa dalam pengabdian kepada
Allah dan dimanfaatkan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Pemanfaatan
harta pribadi tidak boleh hanya untuk pribadi pemilik harta, malainkan juga
digunakan untuk fungsi sosial dalam rangka membantu sesama manusia.

b. Pemanfaatan Harta
Tujuan utama dari harta itu diciptakan Allah yaitu untuk menunjang manusia. Oleh
karena itu, harta itu harus digunakan untuk masud tersebut. Tentang penggunaan
harta yang telah diperoleh itu ada beberapa petunjuk dari Allah sebagai berikut :
a. Digunakan untuk kepentingan kebutuhan hidup sendiri.
b. Digunakan untuk memenuhi kewajibannya terhadap Allah.
Kewajiban kepada Allah itu ada dua macam :
1. Kewajiban materi yang berkenaan dengan kewajiban agama yang merupakan
utang terhadap Allah, seperti untuk keperluan membayar zakat atau nazar
atau ewajiban materi lainnya, mesipun secara praktis juga digunakan dan
dimanfaatkan untuk manusia.
2. Kewajiban materi yang harus ditunaikan untuk keluarga, yaitu istri, anak dan
kerabat.
c. Dimanfaatan bagi kepentingan sosial. Hal ini dilakukan karena meskipun semua
orang dituntut untu berusaha mencari rezeki namun yang diberikan Allah tidaklah
sama untuk setiap orang. Ada yang mendapat banya sehingga melebihi keperluan
hidupnya sekeluarga, tetapi ada pula yang mendapat rezei sedikit dan kurang dari
keperluan hidupnya. Yang mendapat rezeki yang sedikit ini memerlukan bantuan
dari saudaranya yang mendapat rezeki yang berlebih dalam bentuk infak.

c. Memperoleh Harta
Adapun bentuk usaha dalam memperoleh harta yang menjadi karunia Allah untuk
dimiliki oleh manusia bagi penunjang kehidupannya, secara garis besarnya ada dua
bentuk :
 Memperoleh harta tersebut secara langsung sebelum dimiliki oleh siapapun.
Bentuk yang jelas dari mendapatkan harta baru sebelum menjadi milik oleh
siapapun adalah menghiidupkan (menggarap) tanah mati yang belum dimiliki
yang disebut ihya al-mawat. Ihya al-mawat dalam bentuk asalanya ialah
membuka tanah yang belum menjadi milik siapapun, atau telah pernah dimiliki
namun telah ditinggalkan sampai terlantar dan tak terurus. siapa yang
memperoleh tanah dalam bentuk demikian dia berhak memilikinya.
 Memperoleh harta yang tela dimilii oleh seseorang melalui transaksi. Bentuk ini
dipisahkan dari dua cara : pertama, peralihan harta berlangsung dengan sendirinya
atau yang disebut ijbary yang siapapun tidak dapat merencanakan atau
menolaknya seperti melalui warisan. Kedua, peralihan harta berlangsung tidak
dengan sendirinya, dalam arti atas kehendak dan keinginan sendiri yang disebut
ikhtiyary, baik melalui kehendak sepihak seperti hibah atau pemberian maupun
melalui kehendak dan perjanjian timbal balik antara dua atau beberapa pihak
seperti jual beli. Kedua cara memperoleh harta ini harus selalu dilakukan dengan
prinsip halal dan baik agar pemilikan kekayaan diridhai Allah Swt.

d. Cara Menggunakan Harta4


 Pertama, gunakan harta untuk memenuhi kebutuhan primer. Setiap manusia,
baik pribadi maupun keluarga tentu memiliki kebutuhan primer atau yang
pokok seperti makan, minum, pakaian, dan tempat tinggal. Dengan dana yang
dimilikinya, manusia bisa memenuhi semua kebutuhan primer itu, termasuk
untuk istri dan anak-anaknya. Apabila seseorang telah memenuhi kebutuhan
4
https://artikel.masjidku.id/articles-item.php?id=1561
ekonomi keluarganya, maka dia berarti telah bersedekah kepada keluarganya
itu. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa menafkahkan harta untuk istri,
anak, dan penghuni rumah tangganya, maka dia telah bersedekah” (At-
Thabari).
 Kedua, dalam menggunakan harta adalah sedapat mungkin melakukan
penghematan. Meskipun harta sudah kita cari dengan susah payah yang berarti
kita punya hak memilikinya sepenuhnya, dalam penggunaanya tetap harus kita
lakukan penghematan, meskipun untuk memenuhi kebutuhan pokok. Karena
itu, islam tidak membenarkan penggunaan harta secara boros, yakni
menggunakan harta untuk sesuatu yang tidak benar menurut Allah SWT dan
Rasul-Nya. Karena, pemborosan merupakan kebiasaan setan yang sangat
merugikan manusia.Harta akan cepat habis, sementara kebiasaan berlebihan
menjadi sangat sulit untuk ditinggalkan, meskipun dia tidak memiliki harta
yang cukup.
 Ketiga, yang menjadi prinsip menggunakan harta adalah menginfakan di jalan
Allah SWT. Disamping untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan keluarga,
harta yang kita peroleh juga harus kita gunakan untuk berinfak di jalan Allah
SWT. Berinfak di jalan Allah bisa berupa membantu para da’i dalam
berdakwah, membantu memakmurkan masjid disekitar kita, dan lain
sebagainya. Apabila seseorang telah menginfakan harta di jalan Allah.
 Keempat, prinsip menggunakan harta selanjutnya adalah jangan gunakan harta
untuk membeli atau melakukan sesuatu yang bisa merusak akhlak, baik
akhlak diri sendiri, keluarga, maupun masyarakat. Karena, hal ini termasuk
perbuatan orang yang menyia-nyiakan harta atau tidak menggunakan hartanya
secara baik. Bila hal ini dilakukan, maka hal itu tergolong penggunaan harta di
jalan yang bathil, sesuatu yang sangat tidak dibenarkan di dalam islam.

 Kelima, yang harus kita lakukan dalam kaitan dengan harta adalah menabung.
Hal ini karena, idealnya, uang yang kita miliki tidak habiskan seluruhnya
untuk keperluan yang sebenarnya masih bisa ditekan pembiayaannya. Karena
itu, menabung merupakan sesuatu yang amat dianjurkan. Apalagi, hal ini
merupakan sesuatu yang amat menguntungkan bagi seseorang pada saat sulit,
atau pada saat amat memerlukan dana, baik untuk keperluan kesehatan,
pendidikan, maupun menanggulangi musibah. Dalam satu hadist, Rasulullah
saw. Bersabda, “Allah akan memberkan rahmat kepada seseorang yang
berusaha dari yang baik, membelanjakan uang secara sederhana, dan dapat
menyisihkan kelebihan untuk menjaga saat dia miskin dan membutuhkannya.”
(HR. Muslim dan Ahmad).

C. Pembagian Harta
Menurut Fukaha, harta dapat ditinjau dari beberapa segi. Harta terdiri dari beberapa
bagian, tiap-tiap bagian memiliki ciri khusus dan hukumnya tersendiri. Pembagian harta
itu sebagai berikut :
1. Harta Mutaqawwin dan Ghair Mutaqawwim
a. Harta Mutaqawwin adalah segala harta yang baik jenisnya, baik pula cara
memperoleh, dan penggunaannya. Misalnya, kerbau halal dimakan oleh umat
islam, tetapi kerbau ini disembelih tidak menurut syara’, misalnya dipukul, maka
daging kerbau itu tidak dapat dimanfaatkan karena cara penyembelihannya tidak
sah menurut syara’.
b. Harta Ghair Mutaqawwim adalah harta yang tidak boleh diambil manfaatnya,
baik jenisnya, cara memperolehnya, maupun penggunaannya. Misalnya, babi
termasuk harta ghair mutaqawwim karena jenisnya diharamkan oleh syara’.
2. Harta Mitsli dan Harta Qimi
a. Harta Mitsli adalah harta yang memiliki persamaan atau kesetaraan dipasar, tidak
ada perbedaan pada bagianbagiannya atau kesatuannya, yaitu perbedaan atau
kekurangan yang biasa terjadi dalam aktivitas ekonomi.
Harta mitsli terbagi atas empat bagian, yaitu harta yang ditakar seperti gandum,
harta yang ditimbang seperti kapas dan besi, harta yang dihitung seperti telur, dan
harta yang dijual dengan meter seperti bahan pakaian dan papan.
b. Harta Qimi adalah harta yang tidak mempunyai persamaan dipasar atau
mempunyai persamaan, tetapi ada perbedaan menurut kebiasaan antara
kesatuannya pada nilai, seperti binatang dan pohon. Misalnya seseorang membeli
senjata api dari Rusia akan kesulitan mencari persamaannya di Indonesia, bahkan
mungkin tidak ada. Maka senjata api Rusia di Indonesia termasuk harta Qimi.
3. Harta Istihlak Dan Harta Isti’mal
a. Harta Istihlak adalah sesuatu yang tidak dapat diambil kegunaan dan manfaatnya
secara biasa, kecuali dengan menghabiskannya.
 Harta Istihlak haqiqi adalah suatu benda yang menjadi harta yang secara
jelas ( nyata ) zatnya habis sekali digunakan, misalnya korek api bila
dibakar maka habislah harta yang berupa kayu itu.
 Harta istihlak Huquqi adalah harta yang telah habis nilainya bila telah
digunakan, tetapi zatnya masih tetap ada, misalnya uang yang digunakan
untuk membayar hutang, dipandang habis menurut hukum walaupun uang
tersebut masih utuh, hanya pindah kepemilikannya.
b. Harta Isti’mal adalah sesuatu yang dapat digunakan berulang kali dan materinya
tetap terpelihara. Contohnya adalah kebun.
4. Harta Manqul Dan Ghair Munqul
a. Harta Manqul ialah segala harta yang dapat dipindahkan ( bergerak ) dari satu
tempat ke tempat yang lain. Seperti emas dan kendaraan.
b. Harta Ghair Munqul iala suatu harta yang tidak dpat dipindahkan dan dibawa
dari satu tempat ke tempat lain, seperti pabrik, sawah dan rumah.
5. Harta ‘Ain dan Harta Dayn
a. Harta ‘Ain adalah harta yang berbentuk bnda yang kelihatan, seperti rumah,
pakaian, beras, dan kendaraan.
b. Harta Dayn adalah sesuatu yang berada dalam tanggung jawab, seperti uang yang
berada dalam tanggung jawab seseorang.
6. Harta Mamluk, Mubah, dan Mahjur
a. Harta Mamluk adalah sesuatu yang masuk ke bawah milik, milik perorangan, atau
badan hukum, seperti pemerintah dan yayasan.
b. Harta Mubah adalah sesuatu yang pada asalnya bukan milik seseorang, seperti
mata air,binatang buruan darat, laut, pohon dihutan, dan buahnya.
c. Harta Mahjur adalah sesuatu yang tidak boleh dimiliki sendiri dan memberikan
kepada orang lain menurut syariat, adakalanya benda itu benda wakaf ataupun
benda yang dikhususkan untuk masyarakat umum seperti jalan raya,masjid, dan
kuburan.
7. Harta yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi
a. Harta yang dapat dibagi ( mal qabil li al-qismah ) adalah harta yang tidak dapat
menimbulkan suatu kerugian atau keruakan apabila harta itu dibagi-bagi,
misalnya beras dan tepung.
b. Harta yang tidak dapat dibagi ( mal ghair qabil li al-qismah ) adalah harta yang
menimbulkan suatu kerugian atau kerusakan apabila harta tersebut dibagi-bagi,
misalnya meja dan mesin.
8. Harta pokok dan hasil ( tsamarah/buah )
a. Harta pokok adalah harta yang mungkin darinya harta yang lain. Misalnya domba
b. Harta hasil adalah harta yang terjadi dari harta yang lain. Misalnya bulu domba
9. Harta Khas dan Harta ‘Am
a. Harta khas adalah harta pribadi, tidak bercampur dengan harta yang lain, tidak
boleh diambil manfaatnya tanpa disetujui pemiliknya.
b. Harta ‘Am adalah harta milik umum ( bersama ) yang boleh dimbil manfaatnya.5

5
Prof. Dr. H. Rachmat Syafe’i, M.A. Fiqih Muamalah. (Bandung:pustaka setia, 2001), hlm.42
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1. Dalam bahasa Arab harta/ amwal disebut al-mal yang berarti condong, cenderung,
dan miring. manusia cenderung ingin memiliki dan menguasai harta.
Dalam syari’at, harta menjadi dua bagian:
 Harta tetap (diam), adalah harta yang tidak mungkin dipindah tangankan
seperti bangunan rumah batu ketika dipindahkan tidaklah mungkin kecuali
dirobohkan hancur berkeping-keping.
 Harta bergerak, adalah harta yang cepat dipindahkan dan dialihkan seperti
uang
2. Dalam Al-Qur’an dan Hadis, cukup banyak ayat atau hadis yang membicarakan harta.
Pada bahasan ini hanya dikemukakan sebagian kecil saja tentang kedudukan harta
menurut Al-Qur’an dan Hadis, serta anjuran untuk berusaha dan memilikinya. Salah
satu dari kedudukan harta menurut Al-Qur’an sesuai dengan (QS. Al-Taghabun: 15),
dan kedudukan harta menurut Hadits shahih sesuai dengan Hadits yang diriwayatkan
oleh Bukhori No. 4506.
3. Fungsi harta bagi manusia sangatlah banyak. Harta dapat menunjang kegiatan
manusia, baik dalam kegiatan yang baik maupun kegiatan yang buruk. Oleh karena
itu, manusia selalu berusaha untuk memiliki dan menguasainya. Tidak jarang dengan
memakai beragam caara yang dilarang syara’ dan hukum negara, atau ketetapan yang
disepakati oleh manusia.
4. Menurut para fuqoha, harta ditinjau dari beberapa segi. Harta terdiri dari beberapa
bagian, dan tiap-tiap bagian mempunyai ciri dan hukum sendiri. Pembagian tersebut
terbagi menjadi 10 bagian diantaranya Harta Muttaqawwim dan Ghair Mutaqqwwim,
Mal Misli dan Mal Qimi, dll.

DAFTAR PUSTAKA

Mujieb Abdul M. ( etal ), Kamus Istilah Fiqih. (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1994) cet. Ke 1.

Mustafa A. Zarqo’ dan Wahbah az-Zuhayli. Ensiklopedi Hukum islam II.

Syafe’i Rachmat, Fiqih Muamalah. (Bandung:Pustaka Setia, 2001)

Suhendi Hendi. Fiqih Muamalah. (Bandung:Gunung Djati Press,1997)

https://artikel.masjidku.id/articles-item.php?id=1561

Anda mungkin juga menyukai