Anda di halaman 1dari 1

 Jika Makmum Berdiri di Sebelah Kiri Imam, Shalat M…

 

 Home / Belajar Islam / Tafsir Al Qur'an

Tafsir Al Qur'an

Saling Berbangga
dengan Harta
 Muhammad Abduh Tuasikal, MSc  

• December 21, 2011  17  54,742  6 minutes read

Kita paling tidak bisa lepas dari sifat yang satu ini. Jika
memiliki harta berlebih, handphone yang smart, yang
terlihat mentereng dan mahal, pasti ingin sekali
dipamer-pamerkan. Selalu berbangga dengan harta
dan perhiasan dunia, itulah jadi watak sebagian kita.

Semoga Allah memberikan taufik pada kita untuk


merenungkan surat berikut ini.

‫( ﻛَ !ﻼ‬2) ‫ َڡﺎ (ٮ ِ َﺮ‬+ ‫ ُ ُﻢ الْ َﻤ‬+‫ﺣ !ﱴ ُز ْرٮ‬ َ (1) ‫ ُ ُﺮ‬9‫ﲀٮ‬ َ ! ‫ٮ‬+ ‫أَلْ َﻬﺎﻛ ُ ُﻢ اﻟ‬
(4) ‫ون‬ َ ‫ َ ْﻌﻠَ ُﻤ‬+‫ف ٮ‬ َ ‫ﺳ ْﻮ‬ َ ‫ُﻢ! ﻛَ !ﻼ‬9‫( ٮ‬3) ‫ون‬ َ ‫ َ ْﻌﻠَ ُﻤ‬+‫ف ٮ‬ َ ‫ﺳ ْﻮ‬ َ
‫ن‬! ‫ٮَ َر ُو‬+ َ‫( ﻟ‬5)ِ ‫ﻦ‬J‫ ِڡٮ‬+ َ‫ٮ‬J ْ‫ون ﻋِلْ َﻢ ال‬ َ ‫ َ ْﻌﻠَ ُﻤ‬+‫ﻛَ !ﻼ ﻟَ ْﻮ ٮ‬
َ ‫ٮ‬J ‫ٮ ! َﻬﺎ َﻋ‬M ‫ٮَ َر ُو‬+ َ‫ُﻢ! ﻟ‬9‫( ٮ‬6) ‫ﻢ‬Jَ ‫ﺤ ِﺤٮ‬
!‫ُﻢ‬9‫( ٮ‬7)ِ ‫ﻦ‬J‫ ِڡٮ‬+ َ‫ٮ‬J ْ‫ْﻦ ال‬ َ ( ْ‫ال‬
(8) ‫ﻢ‬Jِ ‫ٮ ! ِﻌٮ‬M ‫ﺬ َﻋﻦ ِاﻟ‬ ٍ ِ‫َ ْﻮ َﻣﺌ‬J ‫ﻦ ٮ‬! ُ ‫ﺴأَل‬ْ ُ ‫ٮ‬+ َ‫ﻟ‬

“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, (1) sampai


kamu masuk ke dalam kubur. (2) Janganlah begitu,
kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),
(3) dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui.
(4) Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan
pengetahuan yang yakin, (5) niscaya kamu benar-benar
akan melihat neraka Jahiim, (6) dan sesungguhnya
kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin.
(7) kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu
tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di
dunia itu) (8).” (QS. At Takatsur: 1-8)

Daftar Isi [ tutup ]

1. Saling Berbangga dengan Anak dan Harta

2. Harta dan Kebanggaan akan Sirna

3. Sekali-kali Lihatlah Orang di Bawahmu

4. Mengapa Mesti Berbangga-bangga?

Saling Berbangga
dengan Anak dan Harta
Inilah watak manusia saling berbangga dengan
keturunan dan harta. Lihatlah bagaimana jika kita
memiliki anak yang pintar, pasti akan dibanggakan.
Begitu pula ketika kita memiliki harta mewah, sama
halnya dengan hal tadi.

َ (‫ ”أ َ ْل َﻬﺎﻛ ُ ُﻢ اﻟ )ٮ‬dari
Ibnu Jarir menyebutkan tafsiran ayat “ُ‫ُﺮ‬$‫ﲀٮ‬
Qotadah. Maksud ayat tersebut adalah seperti
menyatakan, “Kami lebih banyak dari keturunan si fulan,
atau keturunan A lebih unggul dari keturunan B.
Kebanggaan itu semua melalaikan hingga mereka mati
dalam keadaan sesat.” (Tafsir Ath Thobari, 24: 598-
599)

Yang dimaksud berbangga di sini adalah dalam harta


sebagaimana tafsiran sebagian ulama. (Lihat Tafsir Ath
Thobari, 24: 599)

Ibnu Katsir berkata, “Kecintaan terhadap dunia,


kenikmatan dan perhiasannya telah melalaikan kalian
dari mencari akhirat. Hal itu pun berlanjut dan baru
berhenti ketika datang maut dan ketika berada di alam
kubur saat kalian menjadi penghuni alam tersebut.”
(Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14: 442)

Al Hasan Al Bashri berkata mengenai ayat di atas,


“Berbangga-bangga dengan anak dan harta benar-
benar telah melalaikan kalian dari ketaatan.” (Tafsir Al
Qur’an Al ‘Azhim, 14: 442)

Harta dan Kebanggaan


akan Sirna
Berbangga-bangga seperti di atas sehingga membuat
lalai dari ketaatan baru berhenti ketika seseorang
masuk ke alam kubur.

Dari Qotadah, dari Muthorrif, dari ayahnya, ia berkata,


“Aku pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa
َ (‫( ”أ َ ْل َﻬﺎﻛ ُ ُﻢ اﻟ )ٮ‬sungguh
sallam membaca ayat “ُ‫ُﺮ‬$‫ﲀٮ‬
berbangga-bangga telah melalaikan kalian dari
ketaatan), lantas beliau bersabda,

‫َﺎ‬J‫ﻞ ﻟَ َﻚ ٮ‬ ْ ‫ﻫ‬ َ ‫ل – َو‬ َ ‫ َڡﺎ‬+ – ‫ﻦ آ َد َم َﻣﺎﻟ ِﻰ َﻣﺎﻟ ِﻰ‬ ُ ْ ‫ل ا (ٮ‬ ُ ‫ ُڡو‬+ َJ ‫ٮ‬
َ ‫ٮ‬J َ‫ٮ‬M ‫ ْڡ‬M َ ‫ َڡأ‬M ‫ﺖ‬
‫ْﺖ أ َ ْو‬ َ ْ‫ِﻦ َﻣﺎﻟ َِﻚ إِﻻ ! َﻣﺎ أَﻛَل‬ ْ ‫ﻦ آ َد َم ﻣ‬ َ ْ ‫ا (ٮ‬
َ ‫ َڡأ َ ْﻣ‬M ‫ﺖ‬
َ ‫ٮ‬J ‫ﻀ‬
‫ْﺖ‬ َ ‫ْڡ‬+ ‫ﺼ !ﺪ‬ َ ‫ٮ‬J َ‫ َڡأ َ (ٮْﻠ‬M ‫ﺖ‬
َ َ +‫ْﺖ أ َ ْو ٮ‬ َ ‫ﺴ‬ ْ ِ‫ﻟَ (ٮ‬

“Manusia berkata, “Hartaku-hartaku.” Beliau bersabda,


“Wahai manusia, apakah benar engkau memiliki harta?
Bukankah yang engkau makan akan lenyap begitu saja?
Bukankah pakaian yang engkau kenakan juga akan
usang? Bukankah yang engkau sedekahkan akan
berlalu begitu saja?” (HR. Muslim no. 2958)

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah


shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ٌ َ ‫َﻼ‬9‫ِﻦ َﻣﺎﻟ ِ ِﻪ ٮ‬
‫ث‬ ْ ‫ٮ ! َﻤﺎ ﻟَ ُﻪ ﻣ‬M ِ ‫ل الْ َﻌ (ٮ ُْﺪ َﻣﺎﻟ ِﻰ َﻣﺎﻟ ِﻰ إ‬ ُ ‫ ُڡو‬+ َJ ‫ٮ‬
‫ٮَ َﲎ‬+ ‫ْڡ‬+ ‫ َڡﺎ‬M ‫ َڡأ َ (ٮ ْ َﲆ أ َ ْو أ َ ْﻋ َﻄﻰ‬M ‫ﺲ‬
َ ِ‫ ْڡ َﲎ أ َ ْو ﻟَ (ٮ‬M َ ‫ َڡأ‬M ‫ﻞ‬َ َ‫َﻣﺎ أَﻛ‬
‫ﺎس‬ ٌ ‫ َڡ ُﻬ َﻮ َذاﻫ‬M ‫ﺳ َوى َذﻟ َِﻚ‬
ِ ! ‫ٮ‬M ‫َﺎرِﻛ ُ ُﻪ ﻟ ِﻠ‬+‫ِﺐ َوٮ‬ ِ ‫َو َﻣﺎ‬

“Hamba berkata, “Harta-hartaku.” Bukankah hartanya


itu hanyalah tiga: yang ia makan dan akan sirna, yang ia
kenakan dan akan usang, yang ia beri yang sebenarnya
harta yang ia kumpulkan. Harta selain itu akan sirna dan
diberi pada orang-orang yang ia tinggalkan.” (HR.
Muslim no. 2959)

Dari Anas bin Malik, ia berkata bahwa Rasulullah


shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ َڡﻰ َﻣ َﻌ ُﻪ‬+ ْ‫ٮَﺎن ِ َو َي (ٮ‬M ْ9‫ٮَ ْﺮ ( ِﺣ ُﻊ اٮ‬J ‫ َڡ‬M ، ‫ َ ٌﺔ‬9‫َﻼَٮ‬9‫ﺖ ٮ‬ َ u‫ٮ‬J ‫ٮْ (ٮ َُﻊ الْ َﻤ‬+ َJ ‫ٮ‬
‫ٮَ ْﺮ ( ِﺣ ُﻊ‬J ‫ َڡ‬M ، ‫ٮْ (ٮَ ُﻌ ُﻪ أ َ ْﻫل ُ ُﻪ َو َﻣﺎل ُ ُﻪ َو َﻋ َﻤل ُ ُﻪ‬+ َJ ‫ ٮ‬، ‫اﺣ ٌﺪ‬
ِ ‫َو‬
‫ َڡﻰ َﻋ َﻤل ُ ُﻪ‬+ ْ‫ َو َي (ٮ‬، ‫أ َ ْﻫل ُ ُﻪ َو َﻣﺎل ُ ُﻪ‬

“Yang akan mengiringi mayit (hingga ke kubur) ada tiga.


Yang dua akan kembali, sedangkan yang satu akan
menemaninya. Yang mengiringinya tadi adalah
keluarga, harta dan amalnya. Keluarga dan hartanya
akan kembali. Sedangkan yang tetap menemani
hanyalah amalnya.” (HR. Bukhari no. 6514 dan Muslim
no. 2960)

Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda,

ُ ‫ٮَﺎن ِالْ ِﺤ ْﺮ‬+ َ‫ٮ‬M ْ9‫ٮْ ُﻪ اٮ‬M ‫ َڡﻰ ِﻣ‬+ ْ‫ َ (ٮ‬+‫ﻦ آ َد َم َوٮ‬
‫ص‬ ُ ْ ‫َ ْه َﺮ ُم ا (ٮ‬J ‫ٮ‬
‫ﻞ‬ ُ ‫َواﻷَ َﻣ‬

“Jika manusia berada di usia senja, ada dua hal yang


tersisa baginya: sifat tamak dan banyak angan-angan.”
(HR. Ahmad, 3: 115. Syaikh Syu’aib Al Arnauth
mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai
syarat Bukhari-Muslim)

Al Hafizh Ibnu ‘Asakir dalam Tarikh Dimasyq


menyebutkan biografi Al Ahnaf bin Qois –nama yang
biasa kita kenal adalah Adh Dhohak-, bahwasanya
beliau melihat dirham di genggaman tangan seseorang.
Lantas Al Ahnaf bertanya, “Dirham ini milik siapa?”
“Milik saya”, jawabnya. Al Ahnaf berkata, “Harta
tersebut jadi milikmu jika engkau menginfakkannya
untuk mengharap pahala atau dalam rangka bersyukur.”
Kemudian Al Ahnaf berkata seperti perkataan penyair,

َ ‫أٮ‬
ُ ‫ڡﺎﻟﻤﺎ‬M ‫ٮَﻪ‬+ ‫ڡ‬+ ‫ڡ‬MM ‫ڡﺈذا أٮ‬M … ‫ٮَﻪ‬+ ‫ﺖ ﻟﻠﻤﺎل إذا أﻣﺴﻜ‬M
‫ل‬
… ‫ﻟَ ْﻚ‬

Engkau akan menjadi budak harta jika engkau menahan


harta tersebut,

Namun jika engkau menginfakkannya, harta tersebut


barulah jadi milikmu. (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14:
443)

Kenapa dikatakan harta yang disedekahkan atau


disalurkan sebagai nafkah itulah yang jadi milik kita?
Jawabnya, karena harta seperti inilah yang akan kita
nikmati sebagai pahala di akhirat kelak. Sedangkan
harta yang kita gunakan selain tujuan itu, hanyalah akan
sirna dan tidak bermanfaat di akhirat kelak.

Sekali-kali Lihatlah
Orang di Bawahmu
Suatu saat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
menyampaikan nasehat kepada Abu Dzar. Abu Dzar
berkata,

ٍ ‫ﺴ (ٮْﻊ‬ َ ِ ‫ﺳل ! َﻢ (ٮ‬ َ ‫ٮْ ِﻪ َو‬J َ‫ﺻ !ﲆ اﻟل ! ُﻪ َﻋﻠ‬ َ ‫ﲇ‬Jِ ‫ﺣﻠِٮ‬ َ M ‫ٮ ِ ~ى‬M ‫أ َ َﻣ َﺮ‬
‫ٮ ِ ~ى‬M ‫ٮْ ُﻬ ْﻢ َوأ َ َﻣ َﺮ‬M ‫ﻮ ِﻣ‬u ُ ‫ٮ‬M ‫اﻟﺪ‬Å ‫ﻦ ِ َو‬J‫ﺴﺎﻛِٮ‬ َ ‫ﺐ الْ َﻤ‬
u ‫ﺤ‬ ُ ِ ‫ٮ ِ ~ى (ٮ‬M ‫أ َ َﻣ َﺮ‬
‫ﻦ‬ْ ‫ﻄ َﺮ إِﻟَﻰ َﻣ‬ ُ M ْ ‫ٮ‬M َ ‫ٮ ِ ~ى َو َﻻ أ‬M ‫ﻫ َﻮ ُدو‬ ُ ‫ﻦ‬ ْ ‫ﻄ َﺮ إِﻟَﻰ َﻣ‬ ُ M ْ ‫ٮ‬M َ ‫أ َ ْن أ‬
‫ ِ ~ى‬+‫ َڡ ْﻮڡ‬M ‫ﻫ َﻮ‬
ُ

“Kekasihku yakni Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam


memerintah tujuh perkara padaku, (di antaranya): (1)
Beliau memerintahkanku agar mencintai orang miskin
dan dekat dengan mereka, (2) beliau memerintahkanku
agar melihat orang yang berada di bawahku (dalam
masalah harta dan dunia), juga supaya aku tidak
memperhatikan orang yang berada di atasku. …” (HR.
Ahmad, 5: 159. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan
bahwa hadits ini shahih)

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah


shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ﻄ ُروا إِﻟَﻰ‬ ُ M ْ‫ٮ‬M َ +‫ٮْﻜ ُ ْﻢ َوﻻ َ ٮ‬M ‫ﻞ ِﻣ‬ َ ‫ َڡ‬M ‫ﻦ أ َ ْﺳ‬


ْ ‫ﻄ ُروا إِﻟَﻰ َﻣ‬ ُ M ْ ‫ٮ‬M ‫ا‬
‫ٮ ِْﻌ َﻤ َﺔ‬M ‫ َ ْﺰ َدرُوا‬+‫ َڡ ُﻬ َﻮ أ َ ( ْﺣ َﺪ ُر أ َ ْن ﻻ َ ٮ‬M ‫ َڡﻜ ُ ْﻢ‬+ ‫ َڡ ْﻮ‬M ‫ﻫ َﻮ‬
ُ ‫ﻦ‬ ْ ‫َﻣ‬
‫اﻟل ! ِﻪ‬

“Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam


masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau
pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah
ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak
meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR. Muslim no.
2963)

Al Ghozali –rahimahullah- mengatakan, “Setan


selamanya akan memalingkan pandangan manusia
pada orang yang berada di atasnya dalam masalah
dunia. Setan akan membisik-bisikkan padanya: ‘Kenapa
engkau menjadi kurang semangat dalam mencari dan
memiliki harta supaya engkau dapat bergaya hidup
mewah[?]’ Namun dalam masalah agama dan akhirat,
setan akan memalingkan wajahnya kepada orang yang
berada di bawahnya (yang jauh dari agama). Setan akan
membisik-bisikkan, ‘Kenapa dirimu merasa rendah dan
hina di hadapan Allah[?]” Si fulan itu masih lebih
berilmu darimu’.” (Lihat Faidul Qodir Syarh Al Jaami’ Ash
Shogir, 1/573)

Mengapa Mesti
Berbangga-bangga?
Mengapa kita mesti berbangga-bangga, sedangkan
harta hanyalah titipan.

Mengapa kita mesti berbangga-bangga, sedangkan


harta yang bermanfaat jika digunakan dalam kebaikan.

Semua yang digunakan selain untuk jalan kebaikan,


tentu akan sirna dan sia-sia.

Seharusnya yang kita banggakan adalah bagaimana


keimanan kita, bagaimana ketakwaan kita di sisi Allah,
bagaimana kita bisa amanat dalam menggunakan harta
titipan ilahi.

Al Qurthubi pernah menerangkan mengenai ayat


berikut ini,

‫ﺣ َﻌﻠَﻜ ُ ْﻢ‬ َ ( ‫ ُڡوا ﻣِﻤ! ﺎ‬+ ‫ ِڡ‬M ْ ‫ٮ‬M َ ‫َﺳﻮﻟ ِ ِﻪ َوأ‬ ُ ‫ٮُوا (ٮِﺎﻟل ! ِﻪ َور‬M ‫ا َٓ ِﻣ‬
‫ ُڡوا‬+ ‫ َڡ‬M ْ ‫ٮ‬M َ ‫ٮْﻜ ُ ْﻢ َوأ‬M ‫ٮُوا ِﻣ‬M ‫ﻦ ا َٓ َﻣ‬J َ ‫ﺬٮ‬ َ ‫ ِڡٮ‬M َ‫ﺤﻠ‬
ِ ! ‫ َڡﺎل‬M ‫ٮ ِﻪ‬J ِ‫ڡ‬M ‫ﻦ‬J ْ M َ‫ٮ‬+ ‫ﺴ‬
ْ ‫ُﻣ‬
ٌ‫ٮﺮ‬J ِ‫ﻟَ ُﻬ ْﻢ أ َ ( ْﺣﺮٌ ﻛَ (ٮ‬

“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan


nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah
menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang
yang beriman di antara kamu dan menafkahkan
(sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang
besar.” (QS. Al Hadiid: 7). Beliau berkata, “Hal ini
menunjukkan bahwa harta kalian bukanlah miliki kalian
pada hakikatnya. Kalian hanyalah bertindak sebagai
wakil atau pengganti dari pemilik harta tersebut yang
sebenarnya. Oleh karena itu, manfaatkanlah
kesempatan yang ada dengan sebaik-baiknya untuk
memanfaatkan harta tersebut di jalan yang benar
sebelum harta tersebut hilang dan berpindah pada
orang-orang setelah kalian. ”

Lantas Al Qurtubhi menutup penjelasan ayat tersebut,


“Adapun orang-orang yang beriman dan beramal sholih
di antara kalian, lalu mereka menginfakkan harta
mereka di jalan Allah, bagi mereka balasan yang besar
yaitu SURGA.” (Tafsir Al Qurthubi, 17/238)

Raihlah surga Allah, raihlah jannah-Nya. Itulah yang


mesti kita cari dan kita kejar.

َ ( ‫ات إِﻟَﻰ اﻟل ! ِﻪ َﻣ ْﺮ ( ِﺣ ُﻌﻜ ُ ْﻢ‬


‫ٮ ًﻌﺎ‬J ِ‫ﺣﻤ‬ ْ ‫ َڡ‬M
َ M ْ‫ ُڡوا ال‬+ ِ‫ٮَ (ٮ‬+ ‫ﺎﺳ‬
ِ ‫ٮْ َر‬J ‫ﺤ‬

“Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.


Sesungguhnya kepada Allah-lah tempat kalian semua
kembali.” (QS. Al Ma’idah: 48)

Al Hasan Al Bashri mengatakan,

M ‫ٮ‬M ‫ڡ‬M ‫ﺎ‬J‫ٮٮ‬M ‫ڡ ~ى اﻟﺪ‬M ‫ﺎڡﺴﻚ‬


‫ﺎڡﺴﻪ‬ M ‫ٮ‬M J ‫اﻟﺮﺣﻞ ٮ‬
( ‫ﺖ‬J ‫إذا رأٮ‬
M ‫ڡ ~ى‬M
‫اﻵﺣﺮة‬

“Apabila engkau melihat seseorang mengunggulimu


dalam masalah dunia, maka unggulilah dia dalam
masalah akhirat.”

Ya Allah, jauhkanlah kami dari sifat sombong dan


membanggakan diri dalam hal harta dan dunia.
Karuniakanlah pada kami sifat qona’ah, selalu merasa
berkecukupan.

َ ‫ َڡ‬M ‫ َڡﻰ َوالْ َﻌ‬+ Å ‫ٮ‬+ ‫ﻰ أ َ ْﺳأَل ُ َﻚ الْ ُﻬ َﺪى َواﻟ‬u‫ٮ‬M ِ ‫اﻟل ! ُﻬﻢ! إ‬
‫ﺎف‬
َ ä‫َوالْﻌ‬
‫ِﲎ‬

“Allahumma inni as-alukal huda wat tuqo wal ‘afaf wal


ghina” (Ya Allah, aku meminta pada-Mu petunjuk,
ketakwaan, diberikan sifat ‘afaf –menjauhkan diri dari
hal haram- dan sifat ghina –hidup berkecukupan-) (HR.
Muslim no. 2721)

Wallahu waliyyut taufiq was sadaad.

Baca Juga:

40 Alasan Kenapa Ilmu Agama itu Lebih


Baik daripada Harta
Banyak Bicara, Banyak Bertanya dan
Menghamburkan Harta

Referensi:

1. Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, terbitan


Muassasah Qurthubah.

2. Tafsir Al Qurthubi (Al Jaami’ li Ahkamil Qur’an),


Muhammad bin Ahmad Al Anshori, terbitan Dar
Ihya At Turots, 1405 H.

3. Tafsir Ath Thobari (Jaami’ Al Bayan li Ta’wili Ayyil


Qur’an), Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath
Thobari, terbitan Maktabah Hijr.

@ Waktu barokah saat Allah memberi taufik


menorehkan faedah, Ummul Hamam, Riyadh KSA, 25
Muharram 1433 H

www.rumaysho.com

#tafsir juz amma


Menggunakan Fasilitas Kantor untuk
Keperluan Pribadi


Berdo’a di Antara Dua Khutbah Jum’at

Artikel yang Terkait

Setiap Kali Khutbah Jumat:


Menyebutkan Nikmat, Siapakah Orang yang
Pasti Diperintahkan Shalat yang Celaka?
untuk Beribadah  March 31, 2023
kepada Allah
 April 6, 2023

Mengenal Seluk Beluk Renungan Ayat #24,


Surah Al-Fatihah Makin Dekat
(Faedah dari Imam Persahabatan, Makin
Ibnu Katsir) Banyak Hak yang Mesti
 October 18, 2022 Ditunaikan
 May 19, 2022

17 Comments

Older comments

Topan Rizky Ramadhan


May 13, 2016 at 19:56

barakallah fii

Reply

Muhammad Abduh Tuasikal


December 11, 2014 at 14:00

Pamer harta bisa dikata sombong.

Reply

awwam
August 7, 2012 at 15:53

syukron ustad

Reply

Desi Pertiwi20
January 18, 2012 at 06:04

Agar lebih berserah kepada Allah, karena


semua ini hanyalah titipan Allah ……..

Reply

Older comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are


marked *

Name *

Email *

Website

Post Comment

3.6M 0
 Fans  Followers

321k 929k
 Subscribers  Followers

Find us on Facebook 

Follow Us 

Populer Terbaru Komentar

Bacaan Dzikir Pagi


 March 31, 2015

Bacaan Dzikir Petang


 March 31, 2015

Malam Nisfu Syaban dan


Amalan Nisfu Syaban
 May 29, 2015

Apakah Onani Membatalkan


Puasa?
 July 18, 2012

Dzikir Setelah Shalat


 October 14, 2011

Paling Banyak Dilihat

March 31, 2015

Bacaan Dzikir Pagi

March 31, 2015

Bacaan Dzikir Petang

May 29, 2015

Malam Nisfu Syaban dan Amalan Nisfu


Syaban

July 18, 2012

Apakah Onani Membatalkan Puasa?

Remaja Islam Mau Mengenal Islam

 Mengenal Kota Gaza Palestina

 19 Akibat Dosa yang Mengerikan #3

 19 Akibat Mengerikan dari Dosa #2

 19 Akibat Mengerikan dari Dosa #1

Ruqoyyah

 Sejarah Nabi Muhammad Secara Ringkas, Orang Tua,


Keluarga, dan Kerabat Nabi

 6 Hukuman bagi yang Hubungan Intim di Siang Hari


Ramadhan

 Sejarah Ringkas Nabi Muhammad dari Lahir Hingga


Meninggal Dunia

 Anak Saleh Belajar Qurban

Pesantren Darush Sholihin

 Laporan Donasi Masuk dan Pengeluaran Bulanan Pondok


Pesantren Darush Sholihin Priode Oktober 2023

 Laporan Donasi Masuk dan Pengeluaran Bulanan Pondok
Pesantren Darush Sholihin Priode September 2023
    

Anda mungkin juga menyukai