Anda di halaman 1dari 8

PESANTREN RAMADHAN

Muqadimah:

‫ت َأ ْع َمالِنَا َم ْن يَ ْه ِد ِه‬
ِ ‫ِإ ّن ْال َح ْم َد ِهللِ نَحْ َم ُدهُ َونَ ْست َِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُرهُ َونَعُوْ ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشرُوْ ِر َأ ْنفُ ِسنَا َو َسيَّئا‬
ُ‫ي لَ *هُ َأ ْش *هَ ُد َأ ْن الَ ِإل *هَ ِإالّ هللاُ َوَأ ْش *هَ ُد َأ ّن ُم َح ّم* دًا َع ْب* ُده‬ ْ ‫ض * ّل لَ *هُ َو َم ْن ي‬
َ ‫ُض *لِلْ فَالَ هَ**ا ِد‬ ِ ‫هللاُ فَالَ ُم‬
ُ‫َو َرسُوْ لُه‬
Sesungguhnya segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya, meminta pertolongan dan ampunan kepada-
Nya. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan jiwa-jiwa kami dan kejelekan amalan-amalan
kami. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak akan ada yang menyesatkannya. Dan
barangsiapa disesatkan oleh Allah, maka tidak akan ada yang memberi petunjuk kepadanya.

1. Tujuan diturunkannya syariat


Syariat Islam yang mulia ini telah diturunkan oleh Robb kita sesuai dengan fitrah manusia. Tidak
ada satu pun manusia di muka bumi ini yang tidak dapat menjalankan syariat Islam. Di antara
bukti bahwa indahnya syariat Islam adalah bahwa tidak adanya bahaya dalam syariat Islam dan
Islam mengatur para pemeluknya untuk tidak menimbulkan bahaya pada orang lain. Hal ini
sebagaimana yang disampaikan oleh Rosululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau
bersabda, “Tidak ada bahaya (Dhororo) dalam syariat Islam dan tidak menimbulkan bahaya
(Dhirooro).” (HR. Ibnu Majah, Daruquthni, Malik dan Hakim, Shohih)

2. Manusia diciptakan untuk beribadah


َ ‫ت ْٱل ِج َّن َوٱِإْل‬
‫نس ِإاَّل لِيَ ْعبُ ُدو ِن‬ ُ ‫َو َما َخلَ ْق‬
Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku. [Surat Az-Zariyat Ayat 56]

3. Rezki kita sudah ditetapkan


Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu beliau berkata, Rasulullah
shallallahu ’alaihi wa sallam menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar
dan dibenarkan, “Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya
sebagai setetes mani (nuthfah) selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes
darah (‘alaqah) selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging (mudhgah)
selama empat puluh hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya
ruh dan diperintahkan untuk ditetapkan empat perkara, yaitu rezekinya, ajalnya, amalnya dan
kecelakaan atau kebahagiaannya. Demi Allah yang tidak ada sesembahan yang berhak
disembah selain-Nya. Sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli surga
hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta. Akan tetapi telah ditetapkan baginya
ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah dia ke dalam neraka.
Sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara
dirinya dan neraka tinggal sehasta. Akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia
melakukan perbuatan ahli surga maka masuklah dia ke dalam surga.” (HR. Bukhari, no. 6594
dan Muslim, no. 2643)
a. Rezki yang telah dijamin

ِ ْ‫َو َم**ا ِمن دَآبَّ ٍة فِى ٱَأْلر‬


‫ض ِإاَّل َعلَى ٱهَّلل ِ ِر ْزقُهَ**ا َويَ ْعلَ ُم ُم ْس *تَقَ َّرهَا َو ُم ْس *تَوْ َد َعهَا ۚ ُك * ٌّل فِى‬
ٍ َ‫ِك ٰت‬
‫ب ُّمبِي ٍن‬
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi
rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya.
Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh)." Hud: 6

b. Rezki karena sedekah


ِ ‫َو َما َأ ْنفَ ْقتُ ْم ِم ْن َش ْي ٍء فَه َُو ي ُْخلِفُهُ َوهُ َو خَ ْي ُر الر‬
َ‫َّازقِين‬
“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah
Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba’: 39)

c. Rezki karena istigfar


“‫ َويُ ْم*** ِد ْد ُك ْم‬. ً‫الس*** َماء َعلَ ْي ُكم ِّم ْد َرارا‬
َّ ‫ يُرْ ِس*** ِل‬. ً‫اس***تَ ْغفِرُوا َربَّ ُك ْم ِإنَّهُ َك***انَ َغفَّارا‬
ْ ‫ت‬ُ ‫فَقُ ْل‬
ً‫ت َويَجْ َعل لَّ ُك ْم َأ ْنهَارا‬ ٍ ‫”بَِأ ْم َو‬
ٍ ‫ال َوبَنِينَ َويَجْ َعل لَّ ُك ْم َجنَّا‬
Artinya: “Aku (Nabi Nuh) berkata (pada mereka), “Beristighfarlah kepada Rabb kalian,
sungguh Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan kepada kalian hujan yang
lebat dari langit. Dan Dia akan memperbanyak harta serta anak-anakmu, juga mengadakan
kebun-kebun dan sungai-sungai untukmu” (QS. Nuh: 10-12)

d. Rezki karena bertaqwa


‫ث اَل يَ ۡحت َِس* ۚبُ‌ َو َمن يَتَ َو َّك ۡل َعلَى‬ ُ ‫) َويَ ۡر ُز ۡق* هُ ِم ۡن َح ۡي‬٢( ‫ق ٱهَّلل َ يَ ۡج َع**ل لَّهُ ۥ َم ۡخ َر ۬ ًج* ا‬
ِ َّ‫َو َمن يَت‬
)٣( ‫ٱهَّلل ِ فَهُ َو َح ۡسبُهُۥۤ‌ۚ ِإ َّن ٱهَّلل َ بَ ٰـلِ ُغ َأمۡ ِر ِۚۦ‌ه قَ ۡد َج َع َل ٱهَّلل ُ لِ ُكلِّ َش ۡى ۬ ٍء قَ ۡد ۬ ًرا‬
Artinya: “Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya diberi-Nya kelapangan dan
diberi-Nya rezeki yang tidak diduga-duga. Siapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya
dijamin-Nya, sesungguhnya Allah sangat tegas dalam perintah-Nya dan Dialah yang
mentakdirkan segala sesuatu.” At – Talaq ayat 2-3

e. Rezki karena usaha


َ ‫َوَأن لَّي‬
‫ْس لِِإْل ن َسا ِن ِإاَّل َما َس َعى‬
Artinya: “Dan bahwa sesungguhnya tidak ada (balasan) bagi seseorang melainkan (balasan)
apa yang diusahakannya.” QS. An-Najm ayat 39

f. Rezki karena menikah


‫َوَأن ِكحُوا اَأْليَا َم ٰى ِمن ُك ْم َوالصَّالِ ِحينَ ِم ْن ِعبَا ِد ُك ْم َوِإ َماِئ ُك ْم ِإن يَ ُكونُوا فُقَ* َرا َء يُ ْغنِ ِه ُم هَّللا ُ ِمن‬
‫فَضْ لِ ِه‬
Artinya: “Dan kawinkanlah orang-orang bujang (lelaki dan perempuan) dari kalangan kamu,
dan orang-orang yang saleh dari hamba-hamba kamu, lelaki dan perempuan. Jika mereka
miskin, Allah akan memberikan kekayaan kepada mereka dari limpah karunia-Nya karena
Allah Maha Luas (rahmat-Nya dan limpah karunia-Nya), lagi Maha Mengetahui.” QS. An-
Nuur ayat 32

g. Rezki karena bersyukur


‫لَِئن َش َكرْ تُ ْم َأَل ِزي َدنَّ ُك ْم َولَِئن َكفَرْ تُ ْم ِإ َّن َع َذابِي لَ َش ِدي ٌد‬
Artinya: “Demi sesungguhnya! Jika kamu bersyukur niscaya Aku akan tambahi nikmatKu
kepada kamu, dan demi sesungguhnya, jika kamu kufur ingkar sesungguhnya azab-Ku
amatlah keras.” QS. Ibrahim ayat 7

h. Rezki karena anak

ٍ ‫َواَل تَ ْقتُلُوا َأوْ اَل َد ُك ْم خَ ْشيَةَ ِإ ْماَل‬


‫ق نَّحْ ُن نَرْ ُزقُهُ ْم َوِإيَّا ُك ْم‬

Artinya: “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang
akan menanggung rezeki mereka dan juga (rezeki) bagimu.”

4. Dampak harta haram


Dampak harta haram terhadap pribadi dan umat.

1. memakan harta haram adalah perbuatan mendurhakai Allah dan mengikuti langkah syaitan,
Allah berfirman:

“hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah
musuh yang nyata bagimu” (Al baqarah: 168)

2. setelah Allah memerintahkan semua manusia agar mencari harta dengan cara halal, secara
khusus Allah memerintahkan para rasul agar memakan harta dari yang halal saja, Allah
berfirman:

“wahai para rasul, makanlah yang baik-baik dan kerjakanlah amal saleh. sesungguhnya Aku
maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(Al Mu’minun: 51)

hal ini mengisyaratkan bahwa sangat erat hubungan antara mengkonsumsi makanan yang halal
dengan amal salih. maka jangan diharap jasad kita akan bergairah untuk melakukan amal-amal
salih bila jasad tersebut tumbuh berkembang dari makanan yang haram.

3. memakan harta haram adalah ciri khas kelompok mayoritas yahudi yang diabadikan Allah
dalam firman-Nya:

“dan kamu akan melihat kebanyakan dari mereka (orang-orang yahudi) bersegera membuat
dosa, permusuhan dan memakan yang haram. sesungguhnya amat buruk apa yamg mereka
kerjakan itu”(Al Maidah: 62)

4. petaka amat buruk yang menimpa mereka adalah api neraka (harta haram) yang setiap saat
mereka masukkan kedalam perut mereka, karena diriwayatkan dari Nabi:

“wahai Ka’ab bin ‘Ujrah, sesungguhnya tidaklah tumbuh setiap daging yang diberi asupan
makanan yang haram melainkan nerakalah yang berhak membakarnya” (Shahih HR. Ahmad &
Tirmidzi)

5. doa tidak dikabulkan.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:


“wahai manusia, sesungguhnya Allah Maha Baik, tidak menerima kecuali yang baik,
sesungguhnya Allah memerintahkan orang-orang yang beriman apa yang Ia perintahkan kepada
Rasul, Allah berfirman dalam surat Al Mukminun 51, kemudian beliau menyebutkan seorang
lelaki yang mengadakan perjalanan jauh, berrambut kusut dan berdebu, menadahkan tangan
ke langit “Ya Rabb, Ya Rabb,” padahal makanannya berasal dari yang haram, minuman dan
pakainannya pun berasal dari yang haram, maka bagaimana doanya dikabulkan” (Shahih HR.
Muslim)

dari hadits ini ada 4 faktor dikabulkannya doa (1) ia sedang melakukan perjalanan safar (2)
penampilan nya kusut karna keletihan safarnya (3) ia berdoa sambil menadahkan tangan
kelangit (4) ia berdoa mengulang-ulang Ya Rabb, Ya Rabb.

akan tetapi 4 faktor terkabulnya doa ini tidak berarti sama sekali dikarenakan melakukan 1
faktor ditolaknya doa, yaitu memakan dan memakai harta haram.

karena doa adalah inti dari ibadah shalat, maka bila doa ditolak maka dikhawatirkan shalat
pemakan harta hatam juga ditolak. ibnu abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata:

“Allah tidak menerima shalat seorang yang di dalam perutnya ada makanan haram” (ibnu rajab,
jami’ al ulum wal hikam, 262)

selain itu sedekah dan zakatnya tidak diterima. Nabi bersabda:

“Allah tidak menerima shalat tanpa bersuci terlebih dahulu dan Allah juga tidak menerima
sedekah dari harta haram”. (Shahih HR. Ibnu Majah)

haji dan umrah dengan harta haram juga khawatir tidak diterima oleh Allah. Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

“apabila seorang berangkat untuk ibadah haji dengan harta haram, saat menginjakkan kakinya
dikendaraan, ia menyeru “Labbaikallahima labbaik” maka ada yang menyeru dari langit “tidak
diterima kedstanganmu, dan engkau tidak mendapatkan kebahagiaan, bekalmu berasal dari
harta haram, biaya hajimu dari harta haram dan hajimu tidak mabrur.” (HR. Thabrani)

6. harta haram adalah penyebab kehinaan, kemunduran serta kenintaan umat islam saat ini.
Nabi bersabda:

“bila kalian melakukan transaksi riba, tunduk dengan harta kekayaan (hewan ternak),
mengagungkan tanaman dan meninggalkan jihad niscaya Allah timpakan kepada kalian
kehinaan yang tidak alan dijauhkan dari kalian, hingga kalian kembali kepada syariat Allah
(dalam seluruh aspek kehidupan)”. (HR. Abu daud, Shahih)

7. harta haram merajalela pertanda adzab akan turun menghancurkan masyarakat dimana
harta haram tersebut berada.

sumber: Harta Haram Muamalat Kontemporer, hal 29 – 36.

karya: ustadz Dr. Erwandi Tarmidzi, MA (pakar fiqih muamalat kontemporer)


5. Definisi jual-beli

‫َوَأ َح َّل هَّللا ُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم الرِّ بَا‬


“… padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…” (QS. Al Baqarah: 275)

Secara etimologi, al-bay’u ‫( ال**بيع‬jual beli) berarti mengambil dan memberikan sesuatu, dan
merupakan derivat (turunan) dari ‫ ( الباع‬depa) karena orang Arab terbiasa mengulurkan depa
mereka ketika mengadakan akad jual beli untuk saling menepukkan tangan sebagai tanda
bahwa akad telah terlaksana atau ketika mereka saling menukar barang dan uang.

Adapun secara terminologi, jual beli adalah transaksi tukar menukar yang berkonsekuensi
beralihnya hak kepemilikan, dan hal itu dapat terlaksana dengan akad, baik berupa ucapan
maupun perbuatan. (Taudhihul Ahkam, 4/211).

6. Syarat sah jual-beli


a. Hendaknya kedua belah pihak melakukan jual beli dengan ridha dan sukarela, tanpa ada
paksaan
b. seorang mukallaf dan rasyid (memiliki kemampuan dalam mengatur uang), sehingga tidak
sah transaksi yang dilakukan oleh anak kecil yang tidak cakap, orang gila atau orang yang
dipaksa
c. Objek jual beli (baik berupa barang jualan atau harganya/uang) merupakan barang yang
suci dan bermanfaat, bukan barang najis atau barang yang haram, karena barang yang
secara dzatnya haram terlarang untuk diperjualbelikan.
d. Objek jual beli merupakan hak milik penuh, seseorang bisa menjual barang yang bukan
miliknya apabila mendapat izin dari pemilik barang.
e. Objek jual beli dapat diserahterimakan, sehingga tidak sah menjual burung yang terbang di
udara, menjual unta atau sejenisnya yang kabur dari kandang dan semisalnya. Transaksi
yang mengandung objek jual beli seperti ini diharamkan karena mengandung gharar
(spekulasi) dan menjual barang yang tidak dapat diserahkan.
f. Objek jual beli dan jumlah pembayarannya diketahui secara jelas oleh kedua belah pihak
sehingga terhindar dari gharar.
7. Hukum riba
HUKUMAN RIBA DI 5 FASE KEHIDUPAN

1. pertama, hukuman ketika di dunia

Allah memberi ancaman, Allah akan membinasakan riba

“Allah membinasakan riba dan menumbuhkan sedekah.” (QS. al-Baqarah: 276)

kapan hukuman di dunia ini diberikan?

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam hanya menyebutkan bahwa akhir urusannya akan miskin:

“siapapun yang memperbanyak hartanya dengan cara riba, maka akhir urusannya akan menjadi
miskin.”(HR. Ibnu Majah 2279, shahih)

2. kedua, hukuman di alam kubur

pemakan riba mendapat ancaman hukuman di alam kubur dalam bentuk berenang di sungai
darah.
“kami mendatangi sungai darah, disana ada orang yang berdiri ditepi sungai sambil membawa
bebatuan dan satu orang lagi berenang ditengah sungai. ketika orang yang berenang dalam
sungai hendak keluar, lelaki yang berada dipinggir segera melempar batu kedalam mulutnya,
sehingga dia terdorong lagi kembali ke tengah sungai, dan demikian seterusnya. ketika nabi
shallallahu alaihi wa sallam bertanya kepada malaikat, mereka menjawab “orang yang kamu
lihat berenang di sungai darah adalah pemakan riba.” (HR. Bukhari 1386, shahih)

3. ketiga, hukuman ketika dibangkitkan dari alam kubur

mereka akan dibangkitkan dari kuburnya seperti orang sakit ayan, karena kerasukan setan.

“orang-orang yang makan riba tidak dibangkitkan melainkan seperti berdirinya orang
kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila.” (QS. al-Baqarah: 275)

Allah menyebutkan di lanjutan ayat, alasan mengapa pemakan riba dibangkitkan seperti orang
sakit ayan yang kesurupan setan.

“…hal itu disebabkan mereka menyatakan, bahwa jual beli itu seperti riba.”(QS.al-Baqarah: 275)

mereka memiliki prinsip demikian, karena saking kuatnya upaya pembelaan mereka terhadap
riba, sehingga mereka seperti orang gila. (Tafsir as-Sa’di, hlm.116)

4. keempat, hukuman di Mahsyar (padang mahsyar),

barangkali hukuman ini sangat menakutkan, ada orang yang ditantang perang oleh Allah di
padang mahsyar.

” jika kalian tidak meninggalkan riba, maka umumkan untuk berperang dengan Allah dan Rasul-
Nya.”(QS. al-Baqarah: 279)

ibnu abbas menjelaskan ayat ini,

” besok di hari kiamat para pemakan riba akan dipanggil “ambil senjatamu, untuk perang!.”
(Tafsir Ibnu Katsir, 1/716)

orang yang tidak mau meninggalkan riba, dia ditantang perang oleh Allah dan Rasul-Nya. ketika
dia tidak mau bertaubat, berarti dia pemberontak agama.

5. kelima, hukuman di setelah hisab

hukuman setelah hisab bagi pemakan riba adalah ancaman neraka. mereka terancam neraka
karena pelaku dosa besar.

” padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah
sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka
baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya terserah
kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu penghuni-penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya.” (QS.al-Baqarah: 275)

di ayat yang lain, orang makan riba dikaitkan dengan keberadaan imannya,
” tinggalkan semua sisa-sisa riba jika kalian beriman.” (QS. al-Baqarah: 278)

di ayat yang lain, Allah mengakhirkan ayat riba dengan menyebut status Kafir.

” Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. dan Allah tidak menyukai setiap orang
yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.”(QS. al-Baqarah: 276)

ada juga yang mengatakan, pemakan riba berstatus Kafir, jika dia meyakini bahwa itu halal.
sementara makan riba adalah perbuatan dosa besar.

Allahu a’lam
8. Penjelasan Riba (cetakan berbeda)
9. Penjelasan Gharar
Menurut bahasa Arab, makna al-gharar adalah, al-khathr (pertaruhan) [1]. Sehingga Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyyah menyatakan, al-gharar adalah yang tidak jelas hasilnya (majhul al-’aqibah)
[2]. Sedangkan menurut Syaikh As-Sa’di, al-gharar adalah al-mukhatharah (pertaruhan) dan al-
jahalah (ketidak jelasan). Perihal ini masuk dalam kategori perjudian [3].

Sehingga, dari penjelasan ini, dapat diambil pengertian, yang dimaksud jual beli gharar adalah,
semua jual beli yang mengandung ketidakjelasan; pertaruhan, atau perjudian. [4]

JENIS GHARAR

Dilihat dari peristiwanya, jual-beli gharar bisa ditinjau dari tiga sisi.

Pertama: Jual-beli barang yang belum ada (ma’dum), seperti jual beli habal al habalah (janin
dari hewan ternak).

Kedua: Jual beli barang yang tidak jelas (majhul), baik yang muthlak, seperti pernyataan
seseorang: “Saya menjual barang dengan harga seribu rupiah,” tetapi barangnya tidak diketahui
secara jelas, atau seperti ucapan seseorang: “Aku jual mobilku ini kepadamu dengan harga
sepuluh juta,” namun jenis dan sifat-sifatnya tidak jelas. Atau bisa juga karena ukurannya tidak
jelas, seperti ucapan seseorang: “Aku jual tanah kepadamu seharga lima puluh juta”, namun
ukuran tanahnya tidak diketahui.

Ketiga: Jual-beli barang yang tidak mampu diserah terimakan. Seperti jual beli budak yang
kabur, atau jual beli mobil yang dicuri.[10]. Ketidak jelasan ini juga terjadi pada harga, barang
dan pada akad jual belinya.

GHARAR YANG DIPERBOLEHKAN

Jual-beli yang mengandung gharar, menurut hukumnya ada tiga macam.

[1]. Yang disepakati larangannya dalam jual-beli, seperti jual-beli yang belum ada wujudnya
(ma’dum).

[2]. Disepakati kebolehannya, seperti jual-beli rumah dengan pondasinya, padahal jenis dan
ukuran serta hakikat sebenarnya tidak diketahui. Hal ini dibolehkan karena kebutuhan dan
karena merupakan satu kesatuan, tidak mungkin lepas darinya

10. Perbedaan gharar, judi, maisir, undian


MENGENAL GHARAR
Definisi gharar
Jual beli tidak jelas kesudahannya.
Konsekuensi: antara ada dan tidak ada.
Unsur untung – rugi: spekulasi.

Hubungan gharar dan qimar (judi)


Qimar ada dalam pertandingan/ perlombaan. Sedangkan gharar ada dalam akad jual beli.

Hubungan gharar dan maysir (permainan melalaikan)


Gharar itu termasuk salah satu bentuk maysir.

Maysir itu ada dua:

Maysir yang diharamkan karena mengandung unsur qimar.


Maysir yang merupakan permainan yang diharamkan sekalipun tidak disertai pembayaran uang.
Sebagian ulama salaf ketika ditanya tentang maysir, mereka menjawab, “Segala bentuk
permainan yang melalaikan dari shalat dan dzikrullah termasuk maysir.”

Maysir diharamkan bukan karena unsur spekulasi. Akan tetapi, maysir diharamkan karena
melalaikan dari shalat, dzikrullah, timbul kebencian dan permusuhan. Sedangkan fungsi uang
hanyalah sebagai penarik orang untuk ikut serta dalam permainan.

Hubungan gharar dan qur’ah (lotere/ undian)


Qur’ah adalah suatu cara untuk membedakan antara orang-orang yang berhak, tetapi orangnya
tidak jelas. Untuk menentukan siapa yang berhak, dilakukan undian.

Hukum undian:

Dibolehkan, yaitu untuk menentukan siapa yang lebih berhak di antara orang-orang yang
berhak.
Dilarang, yaitu untuk menghilangkan kepemilikan seseorang atas suatu barang. Undian seperti
ini termasuk bai’ gharar.

Hubungan gharar dan mukhatharah (pertaruhan, spekulasi)


Mukhatharah lebih umum daripada gharar.

Mukhatharah ada dua macam:

Mukhatharah yang disebabkan ketidakjelasan barang atau harga, termasuk qimar dan gharar.
Mukhatharah yang disebabkan keuntungan belum jelas, tetapi barang dan harganya jelas,
masih dibolehkan dan tidak termasuk gharar.
Catatan: Jual beli yang dilakukan secara cepat terhadap beberapa jenis barang seperti saham
yang mengandung unsur spekulasi tinggi karena pembeli kemungkinan mendapat keuntungan
dalam beberapa saat atau sebaliknya, tidaklah dianggap qimar apabila rukun dan syarat jual beli
terpenuhi.

Anda mungkin juga menyukai