Muqadimah:
ت َأ ْع َمالِنَا َم ْن يَ ْه ِد ِه
ِ ِإ ّن ْال َح ْم َد ِهللِ نَحْ َم ُدهُ َونَ ْست َِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُرهُ َونَعُوْ ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشرُوْ ِر َأ ْنفُ ِسنَا َو َسيَّئا
ُي لَ *هُ َأ ْش *هَ ُد َأ ْن الَ ِإل *هَ ِإالّ هللاُ َوَأ ْش *هَ ُد َأ ّن ُم َح ّم* دًا َع ْب* ُده ْ ض * ّل لَ *هُ َو َم ْن ي
َ ُض *لِلْ فَالَ هَ**ا ِد ِ هللاُ فَالَ ُم
َُو َرسُوْ لُه
Sesungguhnya segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya, meminta pertolongan dan ampunan kepada-
Nya. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan jiwa-jiwa kami dan kejelekan amalan-amalan
kami. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak akan ada yang menyesatkannya. Dan
barangsiapa disesatkan oleh Allah, maka tidak akan ada yang memberi petunjuk kepadanya.
Artinya: “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang
akan menanggung rezeki mereka dan juga (rezeki) bagimu.”
1. memakan harta haram adalah perbuatan mendurhakai Allah dan mengikuti langkah syaitan,
Allah berfirman:
“hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah
musuh yang nyata bagimu” (Al baqarah: 168)
2. setelah Allah memerintahkan semua manusia agar mencari harta dengan cara halal, secara
khusus Allah memerintahkan para rasul agar memakan harta dari yang halal saja, Allah
berfirman:
“wahai para rasul, makanlah yang baik-baik dan kerjakanlah amal saleh. sesungguhnya Aku
maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(Al Mu’minun: 51)
hal ini mengisyaratkan bahwa sangat erat hubungan antara mengkonsumsi makanan yang halal
dengan amal salih. maka jangan diharap jasad kita akan bergairah untuk melakukan amal-amal
salih bila jasad tersebut tumbuh berkembang dari makanan yang haram.
3. memakan harta haram adalah ciri khas kelompok mayoritas yahudi yang diabadikan Allah
dalam firman-Nya:
“dan kamu akan melihat kebanyakan dari mereka (orang-orang yahudi) bersegera membuat
dosa, permusuhan dan memakan yang haram. sesungguhnya amat buruk apa yamg mereka
kerjakan itu”(Al Maidah: 62)
4. petaka amat buruk yang menimpa mereka adalah api neraka (harta haram) yang setiap saat
mereka masukkan kedalam perut mereka, karena diriwayatkan dari Nabi:
“wahai Ka’ab bin ‘Ujrah, sesungguhnya tidaklah tumbuh setiap daging yang diberi asupan
makanan yang haram melainkan nerakalah yang berhak membakarnya” (Shahih HR. Ahmad &
Tirmidzi)
dari hadits ini ada 4 faktor dikabulkannya doa (1) ia sedang melakukan perjalanan safar (2)
penampilan nya kusut karna keletihan safarnya (3) ia berdoa sambil menadahkan tangan
kelangit (4) ia berdoa mengulang-ulang Ya Rabb, Ya Rabb.
akan tetapi 4 faktor terkabulnya doa ini tidak berarti sama sekali dikarenakan melakukan 1
faktor ditolaknya doa, yaitu memakan dan memakai harta haram.
karena doa adalah inti dari ibadah shalat, maka bila doa ditolak maka dikhawatirkan shalat
pemakan harta hatam juga ditolak. ibnu abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata:
“Allah tidak menerima shalat seorang yang di dalam perutnya ada makanan haram” (ibnu rajab,
jami’ al ulum wal hikam, 262)
“Allah tidak menerima shalat tanpa bersuci terlebih dahulu dan Allah juga tidak menerima
sedekah dari harta haram”. (Shahih HR. Ibnu Majah)
haji dan umrah dengan harta haram juga khawatir tidak diterima oleh Allah. Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
“apabila seorang berangkat untuk ibadah haji dengan harta haram, saat menginjakkan kakinya
dikendaraan, ia menyeru “Labbaikallahima labbaik” maka ada yang menyeru dari langit “tidak
diterima kedstanganmu, dan engkau tidak mendapatkan kebahagiaan, bekalmu berasal dari
harta haram, biaya hajimu dari harta haram dan hajimu tidak mabrur.” (HR. Thabrani)
6. harta haram adalah penyebab kehinaan, kemunduran serta kenintaan umat islam saat ini.
Nabi bersabda:
“bila kalian melakukan transaksi riba, tunduk dengan harta kekayaan (hewan ternak),
mengagungkan tanaman dan meninggalkan jihad niscaya Allah timpakan kepada kalian
kehinaan yang tidak alan dijauhkan dari kalian, hingga kalian kembali kepada syariat Allah
(dalam seluruh aspek kehidupan)”. (HR. Abu daud, Shahih)
7. harta haram merajalela pertanda adzab akan turun menghancurkan masyarakat dimana
harta haram tersebut berada.
Secara etimologi, al-bay’u ( ال**بيعjual beli) berarti mengambil dan memberikan sesuatu, dan
merupakan derivat (turunan) dari ( الباعdepa) karena orang Arab terbiasa mengulurkan depa
mereka ketika mengadakan akad jual beli untuk saling menepukkan tangan sebagai tanda
bahwa akad telah terlaksana atau ketika mereka saling menukar barang dan uang.
Adapun secara terminologi, jual beli adalah transaksi tukar menukar yang berkonsekuensi
beralihnya hak kepemilikan, dan hal itu dapat terlaksana dengan akad, baik berupa ucapan
maupun perbuatan. (Taudhihul Ahkam, 4/211).
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam hanya menyebutkan bahwa akhir urusannya akan miskin:
“siapapun yang memperbanyak hartanya dengan cara riba, maka akhir urusannya akan menjadi
miskin.”(HR. Ibnu Majah 2279, shahih)
pemakan riba mendapat ancaman hukuman di alam kubur dalam bentuk berenang di sungai
darah.
“kami mendatangi sungai darah, disana ada orang yang berdiri ditepi sungai sambil membawa
bebatuan dan satu orang lagi berenang ditengah sungai. ketika orang yang berenang dalam
sungai hendak keluar, lelaki yang berada dipinggir segera melempar batu kedalam mulutnya,
sehingga dia terdorong lagi kembali ke tengah sungai, dan demikian seterusnya. ketika nabi
shallallahu alaihi wa sallam bertanya kepada malaikat, mereka menjawab “orang yang kamu
lihat berenang di sungai darah adalah pemakan riba.” (HR. Bukhari 1386, shahih)
mereka akan dibangkitkan dari kuburnya seperti orang sakit ayan, karena kerasukan setan.
“orang-orang yang makan riba tidak dibangkitkan melainkan seperti berdirinya orang
kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila.” (QS. al-Baqarah: 275)
Allah menyebutkan di lanjutan ayat, alasan mengapa pemakan riba dibangkitkan seperti orang
sakit ayan yang kesurupan setan.
“…hal itu disebabkan mereka menyatakan, bahwa jual beli itu seperti riba.”(QS.al-Baqarah: 275)
mereka memiliki prinsip demikian, karena saking kuatnya upaya pembelaan mereka terhadap
riba, sehingga mereka seperti orang gila. (Tafsir as-Sa’di, hlm.116)
barangkali hukuman ini sangat menakutkan, ada orang yang ditantang perang oleh Allah di
padang mahsyar.
” jika kalian tidak meninggalkan riba, maka umumkan untuk berperang dengan Allah dan Rasul-
Nya.”(QS. al-Baqarah: 279)
” besok di hari kiamat para pemakan riba akan dipanggil “ambil senjatamu, untuk perang!.”
(Tafsir Ibnu Katsir, 1/716)
orang yang tidak mau meninggalkan riba, dia ditantang perang oleh Allah dan Rasul-Nya. ketika
dia tidak mau bertaubat, berarti dia pemberontak agama.
hukuman setelah hisab bagi pemakan riba adalah ancaman neraka. mereka terancam neraka
karena pelaku dosa besar.
” padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah
sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka
baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya terserah
kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu penghuni-penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya.” (QS.al-Baqarah: 275)
di ayat yang lain, orang makan riba dikaitkan dengan keberadaan imannya,
” tinggalkan semua sisa-sisa riba jika kalian beriman.” (QS. al-Baqarah: 278)
di ayat yang lain, Allah mengakhirkan ayat riba dengan menyebut status Kafir.
” Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. dan Allah tidak menyukai setiap orang
yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.”(QS. al-Baqarah: 276)
ada juga yang mengatakan, pemakan riba berstatus Kafir, jika dia meyakini bahwa itu halal.
sementara makan riba adalah perbuatan dosa besar.
Allahu a’lam
8. Penjelasan Riba (cetakan berbeda)
9. Penjelasan Gharar
Menurut bahasa Arab, makna al-gharar adalah, al-khathr (pertaruhan) [1]. Sehingga Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyyah menyatakan, al-gharar adalah yang tidak jelas hasilnya (majhul al-’aqibah)
[2]. Sedangkan menurut Syaikh As-Sa’di, al-gharar adalah al-mukhatharah (pertaruhan) dan al-
jahalah (ketidak jelasan). Perihal ini masuk dalam kategori perjudian [3].
Sehingga, dari penjelasan ini, dapat diambil pengertian, yang dimaksud jual beli gharar adalah,
semua jual beli yang mengandung ketidakjelasan; pertaruhan, atau perjudian. [4]
JENIS GHARAR
Dilihat dari peristiwanya, jual-beli gharar bisa ditinjau dari tiga sisi.
Pertama: Jual-beli barang yang belum ada (ma’dum), seperti jual beli habal al habalah (janin
dari hewan ternak).
Kedua: Jual beli barang yang tidak jelas (majhul), baik yang muthlak, seperti pernyataan
seseorang: “Saya menjual barang dengan harga seribu rupiah,” tetapi barangnya tidak diketahui
secara jelas, atau seperti ucapan seseorang: “Aku jual mobilku ini kepadamu dengan harga
sepuluh juta,” namun jenis dan sifat-sifatnya tidak jelas. Atau bisa juga karena ukurannya tidak
jelas, seperti ucapan seseorang: “Aku jual tanah kepadamu seharga lima puluh juta”, namun
ukuran tanahnya tidak diketahui.
Ketiga: Jual-beli barang yang tidak mampu diserah terimakan. Seperti jual beli budak yang
kabur, atau jual beli mobil yang dicuri.[10]. Ketidak jelasan ini juga terjadi pada harga, barang
dan pada akad jual belinya.
[1]. Yang disepakati larangannya dalam jual-beli, seperti jual-beli yang belum ada wujudnya
(ma’dum).
[2]. Disepakati kebolehannya, seperti jual-beli rumah dengan pondasinya, padahal jenis dan
ukuran serta hakikat sebenarnya tidak diketahui. Hal ini dibolehkan karena kebutuhan dan
karena merupakan satu kesatuan, tidak mungkin lepas darinya
Maysir diharamkan bukan karena unsur spekulasi. Akan tetapi, maysir diharamkan karena
melalaikan dari shalat, dzikrullah, timbul kebencian dan permusuhan. Sedangkan fungsi uang
hanyalah sebagai penarik orang untuk ikut serta dalam permainan.
Hukum undian:
Dibolehkan, yaitu untuk menentukan siapa yang lebih berhak di antara orang-orang yang
berhak.
Dilarang, yaitu untuk menghilangkan kepemilikan seseorang atas suatu barang. Undian seperti
ini termasuk bai’ gharar.
Mukhatharah yang disebabkan ketidakjelasan barang atau harga, termasuk qimar dan gharar.
Mukhatharah yang disebabkan keuntungan belum jelas, tetapi barang dan harganya jelas,
masih dibolehkan dan tidak termasuk gharar.
Catatan: Jual beli yang dilakukan secara cepat terhadap beberapa jenis barang seperti saham
yang mengandung unsur spekulasi tinggi karena pembeli kemungkinan mendapat keuntungan
dalam beberapa saat atau sebaliknya, tidaklah dianggap qimar apabila rukun dan syarat jual beli
terpenuhi.