Anda di halaman 1dari 5

Kelompok :

1. Rendy Octama Reza


2. Vicky Friandika

Mata Kuliah: Hadist I

Dosen Pengampu: Dr. Azhari, M.Pd

BAIK DAN HALAL SYARAT DITERIMANYA DO’A

‫ َوإِنَّ هللاَ أَ َم َر‬،‫طيِّبًا‬


َ َّ‫ب الَ يَ ْقبَ ُل إِال‬
ٌ ِّ‫ إِنَّ هللاَ طَي‬: ‫سلَّ َم‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬َ ِ‫س ْو ُل هللا‬ ُ ‫ قَا َل َر‬: ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ قَا َل‬ ِ ‫عَنْ أَبِ ْي ُه َر ْي َرةَ َر‬
َ‫ ((يَا أَ ُّي َها الَّ ِذين‬: ‫ت َوا ْع َملُوا )) َوقَا َل تَ َعالَى‬ ِ ‫س ُل ُكلُوا ِمنَ الطَّيِّبَا‬ ُّ ‫ ((يَا أَ ُّي َها‬: ‫ فَقَا َل تَ َعالَى‬، َ‫سلِيْن‬
ُ ‫الر‬ َ ‫ا ْل ُمؤْ ِمنِيْنَ ِب َما أَ َم َر بِ ِه ا ْل ُم ْر‬
،‫ يَا َر ِّب‬،‫ يَا َر ِّب‬:‫س َما ِء‬ َّ ‫ يَ ُم ُّد َي َد ْي ِه إِلَى ال‬،‫ش َع َث أَ ْغبَ َر‬
ْ َ‫ أ‬:‫سفَ َر‬ َّ ‫ت َما َر َز ْقنَا ُك ْم )) ثُ َّم َذ َك َر ال َّر ُج َل يُ ِط ْي ُل ال‬ ِ ‫آ َمنُوا ُكلُوا ِمنْ طَيِّبَا‬
‫اب لِ َذلِ َك ؟‬ ُ ‫ست ََج‬ ْ ُ‫ فَأَنَّى ي‬،‫ي ِبا ْل َح َر ِام‬ َ ‫ َو ُغ ِذ‬،‫سهُ َح َرا ٌم‬ ُ َ‫ َو َم ْلب‬،‫ش َربُهُ َح َرا ٌم‬ ْ ‫ َو َم‬،‫َو َم ْط َع ُمهُ َح َرا ٌم‬

“Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa


sallam besabda: “Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik.
Sesungguhnya Allah Ta’ala memerintahkan kepada kaum mukminin seperti yang Dia
perintahkan kepada para rasul. Maka, Allah Ta’ala berfirman, ’Wahai para rasul! Makanlah
dari (makanan) yang baik-baik, dan kerjakanlah kebajikan’ –Qs al-Mu’minûn/23 ayat 51- dan
Allah Ta’ala berfirman,’Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari rizki yang baik
yang Kami berikan kepada kamu’ –Qs al-Baqarah/2 ayat 172- kemudian Rasulullah
menyebutkan orang yang lama bepergian; rambutnya kusut, berdebu, dan menengadahkan
kedua tangannya ke langit, ‘Wahai Rabb-ku, wahai Rabb-ku,’ sedangkan makanannya haram,
minumannya haram, pakaiannya haram, dan diberi kecukupan dengan yang haram,
bagaimana doanya akan dikabulkan?”

Takhrij Hadits Hadits Ini Shahih, Diriwayatkan Oleh:

Muslim, no. 1015. Ahmad, II/328. At-Tirmidzi, no. 2989. Ad-Darimi, II/300. Al-Baihaqi,
III/346. Al-Bukhâri dalam kitab Raf’ul Yadaini fish-Shalâh, no. 158.

SYARAH HADITS

Pertama. Mensucikan Allah Ta’ala dari Segala Kekurangan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mensucikan diri-Nya dari segala kekurangan dan
aib. Allah Ta’âla telah mensucikan dirinya dari memiliki isteri dan anak, Allah Ta’âla
berfirman:

ُّ‫ق اأْل َرْ ضُ َوتَ ِخر‬


ُّ ‫ات يَتَفَطَّرْ نَ ِم ْنهُ َوتَ ْن َش‬
ُ ‫﴾ تَ َكا ُد ال َّس َما َو‬٨٩﴿ ‫﴾ لَقَ ْد ِج ْئتُ ْم َش ْيئًا إِ ًّدا‬٨٨﴿ ‫َوقَالُوا اتَّ َخ َذ الرَّحْ ٰ َمنُ َولَدًا‬

‫﴾ َو َما يَ ْنبَ ِغي لِلرَّحْ ٰ َم ِن أَ ْن يَتَّ ِخ َذ َولَدًا‬٩١﴿‫﴾أَ ْن َدعَوْ ا لِلرَّحْ ٰ َم ِن َولَدًا‬٩٠﴿ ‫ْال ِجبَا ُل هَ ًّدا‬

1
Dan mereka berkata, “(Allah) Yang Maha Pengasih mempunyai anak”. Sungguh,
kamu telah membawa sesuatu yang sangat mungkar, hampir saja langit pecah, bumi terbelah,
dan gunung-gunung runtuh (karena ucapan itu), karena mereka menganggap (Allah) Yang
Maha Pengasih mempunyai anak. Dan tidak mungkin bagi (Allah) Yang Maha Pengasih
mempunyai anak. [Maryam/19:88-92].

Allah Ta’âla juga mensucikan diri-Nya sendiri dari sifat zhalim. Allah Ta’âla
berfirman:
ْ َ‫إِ َّن هَّللا َ اَل ي‬
‫ظلِ ُم ِم ْثقَا َل َذ َّر ٍة‬

Sungguh, Allah tidak menzhalimi seseorang walaupun sebesar dzarrah… . [an-


Nisâ`/4:40].

URGENSI HADITS

Hadits ini merupakan dasar dari berbagai hukum Islam. Juga merupakan inti dalam
hal yang berkaitan dengan memakan yang halal dan menjauhi yang haram. Dengan hadits ini
akan didapatkan manfaat yang luas dalam masyarakat. Karena jika masyarakat senantiasa
membiasakan mengkonsumsi yang halal, maka akan tercipta kasih sayang, tidak ada dendam,
iri, saling tipu, atau bahkan mencuri. Sehingga masyarakat hidup dalam situasi yang aman
dan sentosa.

KANDUNGAN HADITS

1. Yang baik dan diteriman

Sabda Nabi di atas mencakup perbuatan, harta benda, ucapan, dan keyakinan. Allah
swt. tidak akan menerima amalan kecuali amalan tersebut baik, bersih dari segala noda
seperti riya’ dan ujub.

Allah tidak akan menerima harta benda yang diinfakkan, dishadaqahkan atau
dizakatkan kecuali yang baik dan halal. Karenanya, Rasulullah saw. selalu mendorong agar
seorang muslim bershadaqah dengan harta hasil usahanya yang halal dan baik. Demikian juga
ucapan, tidak akan diterima Allah swt. kecuali ucapan yang baik. Alalh swt. berfirman,
“Kepada-Nyalah naik [diterima] perkataan-perkataan baik, dan amal yang shalih dinaikkan-
Nya.” (Fathir: 10). Allah swt juga membagi ucapan ke dalam dua bagian, baik dan buruk.
“Allah mencontohkan ucapan yang baik, seperti pohon yang baik.” (Ibrahim: 24) “Dan
ucapan yang buruk seperti pohon yang buruk.” (Ibrahim: 26)

Siapapun tidak akan selamat dari sisi Allah, kecuali mereka yang berlaku baik. Allah
berfirman: “[yaitu] orang-orang yang diwafatkan oleh malaikat dalam keadaan baik.” (an-
Naml: 32) malaikat mendatangi mereka seraya berkata: “Kesejahteraan bagi kalian. Kalian
telah berlaku baik, maka masuklah ke dalam surga untuk selama-lamanya.” (az-Zumar: 73)

2
Dalam mengomentari kalimat laa yaqbalu illaa thayyiban (“tidak diterima kecuali
yang baik.”) ibnu Rajab berkata: “seorang mukmin adalah orang yang baik secara
keseluruhan, hati, lisan, dan seluruh anggota tubuhnya. Karena dalam hatinya terdapat
keimanan, keimanan tersebut akan terurai melalui bibirnya dengan dzikir, melalui anggota
badannya dalam bentuk amal-amal shalih dan inilah buah dari iman.”

2. Bagaimana agar amal menjadi baik dan diterima.

Unsur terpenting yang menjadikan perbuatan seorang muslim baik dan diterima,
adalah makan yang baik dan halal. Dalam hadits di atas merupakan isyarat yang jelas bahwa
suatu perbuatan tidak akan diterima kecuali dengan mengkonsumsi yang halal. Karena
makanan yang haram dapat merusak amalan dan menjadikannya tidak diterima. Ini didasari
oleh lanjutan hadits yang menyatakan bahwa perintah tersebut sama, antara orang-orang
mukmin dan para rasul. Allah swt. berfirman: “Wahai para Rasul makanlah makanan yang
baik dan beramal shalihlah.”

Allah juga berfirman, “Hai orang-orang yang beriman makanlah makan yang baik dan
apa yang Kami berikan kepada kalian.” Artinya bahwa para Rasul dan umatnya diperintahkan
untuk memakan makanan yang baik [halal] dan beramal shalih. Sedangkan jika yang
dimakan adalah makanan yang haram, maka amal perbuatan tidak akan diterima. (jami’ul
Ulum wal Hikam hal 86).

Ath-Thabrani meriwayatkan bahwa Ibnu ‘Abbas ra. berkata: Saya membaca ayat,
‘Wahai sekalian manusia, makanlah apa-apa yang ada di bumi, yang halal dan dan baik.’ (al-
Baqarah: 168) di sisi Rasulullah saw. Lalu Sa’ad bin Abi Waqash berkata: “Wahai
Rasulallah, mohonkan kepada Allah agar doaku mustajab [dikabulkan].” Nabi berkata:
“Wahai Sa’ad, baikkanlah makananmu [pilihlah yang halal], niscaya doamu mustajab. Demi
Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya orang yang di rongganya terdapat
satu genggam barang haram, tidak akan diterima amalnya selama empat puluh hari. Dan
barangsiapa yang daging tubuhnya tumbuh dari barang yang haram, maka nerakalah yang
paling layak untuknya.” Riwayat lain menyebutkan bahwa Nabi saw. bersabda, “Allah tidak
akan menerima shalat seorang yang di rongga terdapat barang haram.”

3. Tidak diterimanya sebuah amalan

Maksud dari “tidak diterima” yang terdapat pada sebagian hadits nabi saw. adalah
tidak sah. Seperti hadits “Allah tidak menerima shalat seseorang di antara kamu jika
berhadats, sehingga ia berwudlu.”

Pada sebagian hadits, berarti tidak sempurna, yakni tidak mendapatkan pahala. Seperti
hadits “wanita yang dimarahi suami, orang yang menemui dukun, dan orang yang meminum
khamr, tidak diterima shalatnya selama empat puluh hari.”

“Allah tidak menerima kecuali yang baik.” Orang yang shalat dengan mengenakan
baju yang dibeli dengan uang yang tercampur dengan yang haram, niscaya shalatnya tidak
diterima.” Maksudnya kewajibannya telah ia lakukan, namun tidak berpahala.

3
Untuk membedakan antara dua maksud di atas, harus didukung dengan dalil-dalil
penunjang.

4. Membersihkan harta dari barang haram.

Jika seseorang memiliki harta yang haram, maka ia wajib membersihkannya. Yaitu
dengan cara menshadaqahkannya, dan pahalanya bagi pemilik harta.

‘Atha’ bin Rabah berpendapat, harta tersebut dishadaqahkan dan tidak berpahala.
Imam Syafi’i berpendapat, harta tersebut disimpan hingga diketahui pemiliknya. Fudhail bin
Iyadh berpendapat, harta tersebut dimusnahkan. Karena tidak diperbolehkan bershadaqah
dengan sesuatu yang tidak baik. Ibnu Rajab berkata: “Pendapat yang benar adalah dengan
menshadaqahkannya, karena memusnahkan harta adalah tindakan yang dilarang.
Menyimpannya hingga diketahui pemiliknya, juga rentan rusak atau dicuri orang. Jadi
sebaiknya dishadaqahkan, dan pahalanya untuk pemilik harta tersebut.

5. Sebab dikabulkannya doa.

a. Perjalanan jauh.

Abu Hurairah ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Ada tiga doa yang
pasti dikabulkan: doa orang yang didhalimi, doa musafir dan doa orang tua terhadap
anaknya.” (HR Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Tirmidzi)

Perjalanan jauh menjadi sebab dikabulkannya doa karena beban yang dirasakan sangat berat.
Semakin lama suatu perjalanan, doa akan semakin dikabulkan.

b. Baju yang kusut dan kondisi tubuh yang sangat lelah.

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa orang yang kondisinya seperti ini [karena
lelah atau pun kemiskinan] andai dia berdoa tentulah Allah akan mengabulkan.

Diriwayatkan pula bahwa ketika melakukan shalat istisqa’ Rasulullah saw. menggunakan
pakaian yang lusuh dan bersikap rendah hati.

c. Menengadahkan kedua tangan.

Di samping penyebab dikabulkannya doa, mengangkat tangan juga merupakan adab


dalam bedoa. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah itu Pemalu dan Pemurah. Ia
malu untuk tidak mengabulkan permohonan hamba-Nya yang mengangkat kedua tangannya
dalam berdoa.” (HR Ahmad, Abu Dawud, dan Tirmidzi)

Ketika shalat istisqa’, Rasulullah saw. juga mengangkat kedua tangannya hingga
tampak ketiaknya yang putih. Juga ketika beliau berdoa meminta kemenangan atas orang-
orang musyrik pada saat perang Badar, hingga sorbannya terjatuh.

d. Betul-betul berharap kepada Allah.

4
Ini merupakan penyebab terbesar dikabulkannya doa. Pengharapan yang besar
tersebut diwujudkan dengan mengulangi penyebutan Rububiyah Allah swt.

Al-Bazzar meriwayatkan dari Aisyah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Jika
seorang hamba berkata, “Ya Rab, empat kali, niscaya Allah berfirman: “Kupenuhi
panggilanmu wahai hamba-Ku, mintalah sesuatu niscaya akan Aku beri.”

6. Penghalang doa

Dalam hadits di atas disebutkan bahwa yang menyebabkan doa tidak dikabulkan
adalah selalu menggunakan barang haram, baik makanan, minuman maupun pakaiannya.

7. Doa adalah inti dari ibadah, karena seseorang berdoa kepada Allah swt. manakala tidak ada
lagi yang bisa diharapkan kecuali Dia. ini adalah esensi tauhid dan inti dari keikhlasan.

8. Hadits ini mendorong kita untuk berinfa dengan harta yang halal, dan melarang untuk
berinfaq dengan harta yang tidak halal.

9. Barangsiapa yang menghendaki doanya dikabulkan maka harus senantiasa memperhatikan


yang halal, baik makanan maupun pakaiannya.

10. Allah akan menerima dan memberkahi infak dari harta yang baik.

Anda mungkin juga menyukai