Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Siapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau diam, siapa yang beriman
kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia menghormati tetangganya dan barangsiapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya (Riwayat
Bukhori dan Muslim)
2. Islam menyerukan kepada sesuatu yang dapat menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang
dikalangan individu masyarakat muslim.
3. Termasuk kesempurnaan iman adalah perkataan yang baik dan diam dari selainnya .
5. Islam sangat menjaga agar seorang muslim berbicara apa yang bermanfaat dan mencegah
perkataan yang diharamkan dalam setiap kondisi.
6. Tidak memperbanyak pembicaraan yang diperbolehkan, karena hal tersebut dapat menyeret
kepada perbuatan yang diharamkan atau yang makruh.
8. Wajib berbicara saat dibutuhkan, khususnya jika bertujuan menerangkan yang haq dan
beramar ma’ruf nahi munkar.
9. Memuliakan tamu termasuk diantara kemuliaan akhlak dan pertanda komitmennya terhadap
syariat Islam.
1- Menjaga perkataan
ُ َما َي ْلف
ِظ مِنْ َق ْو ٍل ِإاَّل لَ َد ْي ِه َرقِيبٌ َعتِي ٌد
Tidak ada sebarang perkataan yang dilafazkannya (atau perbuatan yang dilakukannya)
melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang sentiasa sedia (menerima dan menulisnya).
ِ ب ِب ْال َج ْن
ب ِ ب َوالصَّا ِحِ ار ْال ُج ُن
ِ ار ذِي ْالقُرْ َب ٰى َو ْال َج ِ ِين َو ْال َج ِ َواعْ ُبدُوا هَّللا َ َواَل ُت ْش ِر ُكوا ِب ِه َش ْيًئ ا ۖ َو ِب ْال َوالِدَ ي
ِ ْن ِإحْ َسا ًنا َو ِبذِي ْالقُرْ َب ٰى َو ْال َي َتا َم ٰى َو ْال َم َساك
َ ت َأ ْي َما ُن ُك ْم ۗ ِإنَّ هَّللا َ اَل ُيحِبُّ َمنْ َك
ان م ُْخ َتااًل َف ُخورً ا ْ يل َو َما َملَ َك
ِ ْن الس َِّب
ِ َواب
Dan hendaklah kamu beribadat kepada Allah dan janganlah kamu sekutukan Dia dengan
sesuatu apa jua; dan hendaklah kamu berbuat baik kepada kedua ibu bapa, dan kaum kerabat,
dan anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, dan jiran tetangga yang dekat, dan jiran
tetangga yang jauh, dan rakan sejawat, dan orang musafir yang terlantar, dan juga hamba yang
kamu miliki. Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang sombong takbur dan
membangga-banggakan diri;
Sudahkah sampai kepadamu (wahai Muhammad) perihal tetamu Nabi Ibrahim yang
dimuliakan?
Ketika mereka masuk mendapatkannya lalu memberi salam dengan berkata: "Salam sejahtera
kepadamu!" Ia menjawab: Salam sejahtera kepada kamu! "(Sambil berkata dalam hati): mereka
ini orang-orang yang tidak dikenal.
Kemudian ia masuk mendapatkan Ahli rumahnya serta dibawanya keluar seekor anak lembu
gemuk (yang dipanggang).
صلَّى َ ُّت ُج ْن َدبًا َيقُو ُل َقا َل ال َّن ِبي ~ُ ْان َح َّد َثنِي َسلَ َم ُة بْنُ ُك َهي ٍْل و َح َّد َث َنا َأبُو ُن َعي ٍْم َح َّد َث َنا ُس ْف َيانُ َعنْ َسلَ َم َة َقا َل َسمِع َ َح َّد َث َنا ُم َس َّد ٌد َح َّد َث َنا َيحْ َيى َعنْ ُس ْف َي
صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َمنْ َسم ََّع َ ُّهَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َولَ ْم َأسْ َمعْ َأ َح ًدا َيقُو ُل َقا َل ال َّن ِبي
ُ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َغي َْرهُ َفدَ َن ْو
َ ُّت ِم ْن ُه َف َسمِعْ ُت ُه َيقُو ُل َقا َل ال َّن ِبي
)َسم ََّع هَّللا ُ ِب ِه َو َمنْ ي َُراِئي ي َُراِئي هَّللا ُ ِبهِ(البخاري
Barang siapa yang memperdengarkan (amalnya) maka Allah akan memperdengarkannya, dan
barang siapa yang pamer (amalnya) maka Allah akan pamer dengan orang tersebut. (Bukhori)
1- Orang yang beramal dan memperdengarkan amalnya kepada orang lain maka dia termasuk
orang yang memamerkan amalnya kepada orang lain.
2- Jika begitu maka tidak ada keikhlasan dalam beramal bagi orang yang suka
memperdengarkan amalnya.
3- Orang yang suka pamer nanti Allah akan pamer terhadap orang tersebut bahwa Allah maha
kaya dan tidak membutuhkan amal dari orang tersebut.
4- Sebenarnya hadits ini sangat simple dan praktis namun sulit dilakukan.
5- Seorang manusia yang beramal harus memurnikan niatnya karena Allah dan tidak boleh
menceritakan amalnya tersebut.
6- Penceritaan terhadap amal seseorang berarti manusia tersebut tidak ikhlas dengan amalnya.
7- Sebenarnya jika seseorang itu imannya kuat, dan didorong ilmu yang cukup maka ia akan
menjadi orang ikhlas dalam beramal dan untuk memperkuat iman itu harus dilakukan secara
integral dan kaffah.
1- Yakni dengan mengerjakan amal yang semata-mata hanya karena Allah, tiada sekutu bagi-
Nya. Demikianlah syarat utama dari amal yang diterima oleh-Nya, yaitu harus ikhlas karena
Allah dan sesuai dengan tuntunan syariat yang telah dijelaskan oleh Rasulullah Saw.
صالِحً ا َواَل ُي ْش ِركْ ِب ِع َبا َد ِة َر ِّب ِه َأ َح ًدا َ ُوح ٰى ِإلَيَّ َأ َّن َما ِإ ٰلَ ُه ُك ْم ِإ ٰلَ ٌه َوا ِح ٌد ۖ َف َمنْ َك
َ ان َيرْ جُو لِ َقا َء َر ِّب ِه َف ْل َيعْ َم ْل َع َماًل َ قُ ْل ِإ َّن َما َأ َنا َب َش ٌر م ِْثلُ ُك ْم ي
Katakanlah (wahai Muhammad): "Sesungguhnya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu,
diwahyukan kepadaku bahawa Tuhan kamu hanyalah Tuhan Yang Satu; Oleh itu, sesiapa yang
percaya dan berharap akan pertemuan dengan Tuhannya, hendaklah ia mengerjakan amal
yang soleh dan janganlah ia mempersekutukan sesiapapun dalam ibadatnya kepada
Tuhannya".
2- Sifat orang munafik diantaranya, tiada ikhlas bagi mereka, dan amal mereka bukan karena
Allah, melainkan hanya ingin disaksikan oleh manusia untuk melindungi diri mereka dari
manusia; mereka melakukannya hanya dibuat-buat. Karena itu, mereka sering sekali
meninggalkan salat yang sebagian besarnya tidak kelihatan di mata umum, seperti salat Isya di
hari yang gelap, dan salat Subuh di saat pagi masih gelap.
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka.
Dan apabila mereka berdiri untuk salat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya
(dengan salat) di hadapan manusia.[An Nisa:48]
قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم: قال-عن عبد هللا ابن عمر –رضي هللا عنهما،
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma berkata, bersabda rasulullah shallallahu alaihi
wasallam :
“Tiga perkara yang membinasakan, rasa pelit yang ditaati, hawa nafsu yang diikui dan ujubnya
seseorang terhadap dirinya sendiri” (HR at-Thobroni dalam Al-Awshoth no 5452 dan
dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam as-shahihah no 1802)
1- 'Ujub…, bangga dengan amalan yang telah kita lakukan.., bangga dengan ilmu yang telah
kita miliki…, bangga dengan keberhasilan dakwah kita.., bangga dengan kalimat-kalimat indah
yang kita rangkai…, dst…??!!
2- Orang yang ujub merasa bahwa dirinya paling tinggi dihadapan manusia yang lain… bahkan
merasa dirinya lebih tinggi di sisi Allah.., namun pada hakikatnya dialah orang yang paling
rendah dan hina di sisi Allah.
Bukankah ujub juga menyebabkan pelakunya terjerumus dalam neraka jahannam sebagaimana
riyaa’…?
Bukankah ujub juga merupakan salah satu bentuk syirik kecil sebagaimana riya’…??
س َو َه َذا َحا ُل ْالمُسْ َت ْك ِب ِر ِ ب اِإْل ْش َراكِ ِب ْال َخ ْل ِق َو ْالعُجْ بُ مِنْ َبا
ِ ب اِإْل ْش َراكِ ِبال َّن ْف ِ ب َفالرِّ َيا ُء مِنْ َبا ِ َْو َكثِيرً ا َما َي ْق ِرنُ ال َّناسُ َبي َْن الرِّ َيا ِء َو ْالعُج
ْك َنعْ ُب ُد } َخ َر َج َعنْ الرِّ َيا ِء َو َمن َ { َوِإي: َّاك َنعْ ُب ُد } َو ْالمُعْ َجبُ اَل ي َُح ِّق ُق َق ْولَ ُه
َ { إيَّا: َّاك َنسْ َتعِينُ } َف َمنْ َح َّققَ َق ْولَ ُه َ { إي: َف ْالم َُراِئي اَل ي َُح ِّق ُق َق ْولَ ُه
ش ٌّح ُم َطا ٌع َو َه ًوى ُم َّت َب ٌع َوِإعْ َجابُ ْال َمرْ ِء ِب َن ْفسِ ِه ُ : ات ٌ
~ٌ { ثَاَل ث ُم ْهلِ َك: ِث ْال َمعْ رُوف ِ ب َوفِي ْال َحدِي ِ ك َنسْ َتعِينُ } َخ َر َج َعنْ اِإْلعْ َجا َ َح َّققَ َق ْولَ ُه { َوِإيَّا
}
“Dan sering orang-orang menggandengkan antara riyaa’ dan ujub. Riyaa termasuk bentuk
kesyirikan dengan orang lain (yaitu mempertujukan ibadah kepada orang lain-pen) adapun ujub
termasuk bentuk syirik kepada diri sendiri (yaitu merasa dirinyalah atau kehebatannyalah yang
membuat ia bisa berkarya-pen). Ini merupkan kondisi orang yang sombong. Orang yang riyaa’
tidak merealisasikan firman Allah ك َنعْ ُب ُد
َ “ إيَّاHanya kepadaMulah kami beribadah”, dan orang yang
ujub tidaklah merealisasikan firman Allah َُّاك َنسْ َتعِينَ “ َوِإيDan hanya kepadaMulah kami memohon
pertolongan”. Barangsiapa yang merealisasikan firman Allah ك َنعْ ُب ُد َ إيَّاmaka ia akan keluar lepas
dari riyaa’, dan barangsiapa yang merealisasikan firman Allah ُك َنسْ َتعِين َ َوِإيَّاmaka ia akan keluar
terlepas dari ujub” (Majmuu’ Al-Fataawaa 10/277).
Dan seorang hamba benar-benar melakukan kebaikan yang menjadikannya senantiasa merasa
telah berbuat baik kepada Robbnya dan menjadi takabbur dengan kebaikan tersebut,
memandang tinggi dirinya dan ujub terhadap dirinya serta membanggakannya dan berkata :
Aku telah beramal ini, aku telah berbuat itu. Maka hal itu mewariskan sifat ujub dan
kibr(takabur) pada dirinya serta sifat bangga dan sombong yang merupakan sebab
kebinasaannya…” (Al-Wabil As-Shoyyib 9-10)
1- Mayoritas manusia tidak mengetahui tentang hal-hal buruk yang bisa menggugurkan amalan-
amalan kebajikan.
َ ض َأنْ َتحْ َب َط َأعْ َمالُ ُك ْم َوَأ ْن ُت ْم ال َت ْش ُعر
ُون ٍ ْت ال َّن ِبيِّ َوال َتجْ َهرُوا لَ ُه ِب ْال َق ْو ِل َك َجه ِْر َبعْ ضِ ُك ْم ِل َبع َ َِين آ َم ُنوا ال َترْ َفعُوا َأصْ َوا َت ُك ْم َف ْوق
ِ ص ْو َ َيا َأ ُّي َها الَّذ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi,
dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya
suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu
sedangkan kamu tidak menyadari (QS Al-Hujuroot : 2)
Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang menganggap dirinya bersih. Sebenarnya Allah
membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya dan mereka tidak ]dianiaya sedikit pun.[An nisa:49]
ٍ ُ ِإ َذا َأ َرادَ هَّللا ُ ِب َع ْب ِد ِه ْال َخي َْر عَجَّ َل لَ ُه ْال ُعقُو َب َة فِي ال ُّد ْن َيا َوِإ َذا َأ َرا َد هَّللا:صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم
َ ِ َقا َل َرسُو ُل هَّللا،َعنْ َأ َنس رضي هللا عنه َقا َل
ْ َّ ْ َ
ك َعن ُه ِبذن ِب ِه َحتى ي َُواف َِي ِب ِه َي ْو َم القِ َيا َم ِة ْ َأ َّ
َ ِب َع ْب ِد ِه الشرَّ ْم َس
Apabila Allah menginginkan kebaikan kepada hamba-Nya, Allah akan segerakan sanksi
untuknya di dunia. Dan apabila Allah menginginkan keburukan kepada hamba-Nya, Allah akan
menahan adzab baginya akibat dosanya (di dunia), sampai Allah membalasnya (dengan
sempurna) pada hari Kiamat.” (HR. At-Tirmidzi dan Al Hakim dari Anas bin Malik)
2- Sebaliknya bila Allah berkehendak akan keburukan kepada hambaNya maka tidak dibalas
dosanya didunia tapi besuk dihukum diakhirat.
3- Namun seseorang tidak diperkenankan untuk meminta kepada Allah agar dipercepat
sanksinya di dunia, karena ia belum tentu mampu menghadapinya.
- Bersabarlah ketika kita mendapatkan cobaan, karena cobaan itu untuk menggugurkan dosa
atau mengangkat derajat.
Cobaan pasti akan menerpa kehidupan mukmin, karena itu merupakan janji Allah. Allah
berfirman,
ت
ِ الث َم َرا ِ ُال َواَألنف
َّ س َو ِ ص م َِّن اَأل َم َو
ٍ ُوع َو َن ْق ْ ْ ُ
ِ َولَ َن ْبل َو َّن ُك ْم ِب َشيْ ٍء م َِّن ال َخ ْوفِ َوالج
“Sungguh, Kami akan menguji kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,
jiwa dan buah-buahan. Dan berikan kabar gembira bagi orang-orang yang bersabar” (QS. Al
Baqarah: 155).
ُّ ( ثَاَل َث ٌة َق ْد َحرَّ َم هَّللا ُ َعلَي ِْه ْم ْال َج َّن َة م ُْدمِنُ ْال َخ ْم ِر َو ْال َع:صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َقا َل
ُ اق َوال َّدي
ُّوث الَّذِي َ ِ عن ابن عمر رضي هللا عنهما َأنَّ َرسُو َل هَّللا
وصححه األلباني في "صحيح الجامع، ) من حديث ابن عمر5372( ث) رواه أحمد َ " ُيقِرُّ فِي َأهْ لِ ِه ْال َخ َب.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, sesungguhnya Rasulullah shallallahu alahi wa sallam
bersabda : Tiga yang telah Allah haramkan baginya Syurga : orang yang ketagih arak, si
penderhaka kepada ibu bapa dan Si Dayus yang membiarkan maksiat dilakukan oleh ahli
keluarganya" ( Riwayat Ahmad )dari hadist Ibnu Umar dan dishahihkan Al-albani di"shahihil
jami'. "
1- Dari hadist di atas, kita dapat memahami bahawa maksud lelaki DAYYUS adalah suami atau
bapa yang langsung tiada perasaan risau dan ambil pusing dengan siapa isteri dan anaknya
bersama, bertemu, malah sebagiannya membiarkan saja isterinya dan anak perempuannya
dipegang dan dipeluk oleh sembarang lelaki lain.
2- Pernah juga diriwayatkan dalam hadith lain, soal yang sama dari sahabat tentang siapakah
dayyus, lalu jawab Nabi:-
قالوا يا رسول هللا وما الديوث قال من يقر السوء في أهله
Artinya : Apakah dayus itu wahai Rasulullah ?. Jawab Nabi : Yaitu seseorang ( Pria) yang
membiarkan kejahatan ( zina, buka aurat, bergaul bebas ) dilakukan oleh ahlinya ( isteri dan
keluarganya)
3- Ulama Islam juga bersepakat untuk mengkategorikan dayyus ini dalam bab dosa besar,
sehingga disebutkan dalam satu athar :
Artinya : Allah telah melaknat lelaki dayyus ( laknat bermakna ia adalah dosa besar dan kerana
itu wajiblah dipisahkan suami itu dari isterinya dan diharamkan bergaul dengannya) (Matalib uli
nuha, 5/320 )
Walaupun ia bukanlah satu fatwa yang terpakai secara meluas, tetapi ia cukup untuk
menunjukkan betapa tegasnya sebahagian ulama dalam hal kedayyusan lelaki ini.
4- Bergembiralah sang suami yang mendapatkan isteri solehah dan anak-anak yang baik
kerana suami tidak lagi sukar untuk mengelakkan dirinya dari terjerumus dalam lembah
kedayyusan. Ini karena tanpa sembarang campur tangan dan nasihat dari sang suami, isteri
dan anak-anak sudah pandai menjaga aurat,keluarga dan dirinya.
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.
[Surat At-Tahrim 6]
2- Yakni mereka bercerai berai dan tidak akan bertemu lagi untuk selama-lamanya, apakah
keluarga mereka dimasukkan ke dalam surga, sedangkan mereka sendiri masuk ke dalam
neraka ataukah keluarga mereka sama-sama menjadi penghuni neraka, semuanya sama saja.
Sekalipun sama-sama di neraka, mereka tidak dapat berkumpul dan tiada kebahagiaan bagi
mereka.
Katakanlah: "Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri
mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat". Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian
yang nyata.
َ ِ َقا َل َرسُو ُل هَّللا:َعنْ َأ ِبي ه َُري َْر َة َرضِ َي هَّللا ُ َع ْن ُه َقا َل
) ( َمنْ ي ُِر ْد هَّللا ُ ِب ِه َخيْرً ا يُصِ بْ ِم ْنه:صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم
1- Penetapan adanya sifat “Iradah” (Kuasa) bagi Allah yang sesuai dengan keagungan dan
kemuliaan-Nya."
2- Penjelasan bahwa salah satu cara Allah menghendaki kebaikan kepada salah satu hamba-
Nya adalah dengan memberikan cobaan kepadanya agar dia kembali dan ingat kepada Allah,
dan Allah akan memberikan pahala dan kemuliaan jika hamba tersebut bersabar.
3- Cobaan dan ujian yang dialami seorang merupakan tanda kebaikan yang Allah berikan
kepadanya.
4- Maka hendaknya dia menghadapinya dengan kesabaran dan selalu berperasangka baik
kepada Allah.
5- Banyaknya kebaikan dalam cobaan dan ujian yang Allah berikan kepada hamba, di
antaranya: sebagai pengingat dari kelalaian, penghapus dosa, penambah derajat di sisi Allah,
penambah pahala kesabaran, pengingat akan banyaknya nikmat dan anugerah, pendorong
untuk bertaubat dan berdoa kepada Allah dan pendorong untuk bersyukur atas segala nikmat
dan sebagainya).
6- Isyarat bahwa segala ketetapan Allah itu tidak kosong dari hikmah dan semua perbuatan-
Nya itu selalu membawa kebaikan bagi hamba sekalipun dalam bentuk sesuatu yang tidak
disukai oleh hamba.
1- Al-Auza'iy mengatakan bahwa pahala mereka orang yang sabar tidak ditukar ataupun
ditimbang melainkan diberikan secara borongan tanpa perhitungan.
Ibnu Juraij mengatakan bahwa pahala mereka tidak diperhitungkan melainkan ditambah terus-
menerus
Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa
batas (Az-Zumar: 10)
2- Kesabaran dalam keimanan bagaikan kepala untuk badan. Badan tak akan hidup tanpa
kepala, demikian pula iman tak akan hidup tanpa kesabaran. Untuk menjalankan perintah Allah
dan menjauhi larangan-Nya amat dibutuhkan kesabaran. Karena iblis dan balatentaranya tak
pernah diam dari menyesatkan manusia dari jalan Allah. Allah berfirman,
ص َبرُوا َو َما ُيلَ َّقا َها ِإاَّل ُذو َح ٍّظ َعظِ ٍيم َ َو َما ُيلَ َّقا َها ِإاَّل الَّذ
َ ِين
“Tidaklah diberikan (sifat-sifat yang terpuji ini) kecuali orang-orang yang sabar, dan tidaklah
diberikannya kecuali orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.” (QS. Fushshilat: 35).
3- Cobaan pasti akan menerpa kehidupan mukmin, karena itu merupakan janji Allah. Allah
berfirman,
ت
ِ الث َم َرا ِ ُال َواَألنف
َّ س َو ِ ص م َِّن اَأل َم َو
ٍ ُوع َو َن ْق ْ ْ ُ
ِ َولَ َن ْبل َو َّن ُك ْم ِب َشيْ ٍء م َِّن ال َخ ْوفِ َوالج
“Sungguh, Kami akan menguji kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,
jiwa dan buah-buahan. Dan berikan kabar gembira bagi orang-orang yang bersabar” (QS. Al
Baqarah: 155).
Dari Abu Muhammad Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah dan kesayangannya dia
berkata : Saya menghafal dari Rasulullah SAW (sabdanya): Tinggalkanlah apa yang
meragukanmu kepada apa yang tidak meragukanmu.
1. Meninggalkan syubhat dan mengambil yang halal akan melahirkan sikap wara’.
2. Keluar dari ikhtilaf ulama lebih utama karena hal tersebut lebih terhindar dari perbuatan
syubhat, khususnya jika diantara pendapat mereka tidak ada yang dapat dikuatkan.
4. Sebuah perkara harus jelas berdasarkan keyakinan dan ketenangan. Tidak ada harganya
keraguan dan kebimbangan.
5. Berhati-hati dari sikap meremehkan terhadap urusan agama dan masalah bid’ah.
6. Siapa yang membiasakan perkara syubhat maka dia akan berani melakukan perbuatan yang
haram.
1- Meninggalkan keragu-raguan
وب ُك ْم َو ُيَؤ ِّخ َر ُك ْم ِإ َل ٰى َأ َج ٍل ُم َس ًّمى ۚ َقالُوا ِإنْ َأ ْن ُت ْم ِإاَّل َب َش ٌر م ِْثلُ َنا ِ ْت َواَأْلر
ِ ض ۖ َي ْدعُو ُك ْم لِ َي ْغف َِر لَ ُك ْم مِنْ ُذ ُن ٌّ ت ُرسُلُ ُه ْم َأفِي هَّللا ِ َش
ِ ك َفاطِ ِر ال َّس َم َاوا ْ ََقال
َ ْ ْأ َأ
ين
ٍ ان م ُِب ٍ ان َيعْ ُب ُد آ َباُؤ َنا َف ُتو َنا ِبسُلط َ صدُّو َنا َعمَّا َك ُ ُون نْ َت َ ُت ِريد
Berkata rasul-rasul mereka: "Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan
bumi? Dia menyeru kamu untuk memberi ampunan kepadamu dari dosa-dosamu dan
menangguhkan (siksaan)mu sampai masa yang ditentukan?" Mereka berkata: "Kamu tidak lain
hanyalah manusia seperti kami juga. Kamu menghendaki untuk menghalang-halangi
(membelokkan) kami dari apa yang selalu disembah nenek moyang kami, karena itu
datangkanlah kepada kami, bukti yang nyata".
[Surat Ibrahim :10]
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman)
kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad)
dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.
َعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة رضي هللا عنه َع ِن ال َّن ِبىِّ صلى هللا عليه وسلم َقا َل:
( َواسْ َتعِي ُنوا ِب ْالغ َْد َو ِة َوالرَّ ْو َح ِة َو َشىْ ٍء م َِن الد ُّْل َج ِة، اربُوا َوَأبْشِ رُوا َولَنْ ُي َشا َّد ال ِّد َ َأ، ين يُسْ ٌر
ِ َف َس ِّددُوا َو َق، ين َح ٌد ِإالَّ غَ لَ َب ُه َ رواه البخاري ) ِإنَّ ال ِّد
)2816( ) ومسلم39(
“Sesungguhnya agama itu mudah, dan sekali-kali tidaklah seseorang memperberat agama
melainkan akan dikalahkan, dan (dalam beramal) hendaklah pertengahan (yaitu tidak melebihi
dan tidak mengurangi), bergembiralah kalian, serta mohonlah pertolongan (didalam ketaatan
kepada Allah) dengan amal-amal kalian pada waktu kalian bersemangat dan giat”.
1-Islam itu adalah agama yang mudah, atau dinamakan agama itu mudah sebagai ungkapan
lebih (mudah) dibanding dengan agama-agama sebelumnya.
2- Karena Alloh Jalla Jalaluhu mengangkat dari umat ini beban (syariat) yang dipikulkan kepada
umat-umat sebelumnya. Contoh yang paling jelas tentang hal ini adalah (dalam masalah
taubat), taubatnya umat terdahulu adalah dengan membunuh diri mereka sendiri. Sedangkan
taubatnya umat ini adalah dengan meninggalkan (perbuatan dosa) dan berazam (berkemauan
kuat) untuk tidak mengulangi.
3- Seorang muslim berkewajiban untuk tidak berlebih-lebihan dalam perkara ibadahnya,
sehingga (karena berlebih-lebihan) ia akan melampui batas dalam agama, dengan membuat
perkara bid’ah yang tidak ada asalnya dalam agama.
4- Dan hendaknya mereka tidak membuat-buat perkara yang tidak ada asalnya dalam agama
ini, karena mereka sekali-kali tidak akan mampu (mengamalkannya), (sebagaimana hadits
Rasulullah Shallallohu ‘alaihi wa sallam) ” Maka sekali-kali tidaklah seseorang memperberat
agama melainkan akan dikalahkan”.
5- Besengaja dalam kesederhanaan dalam beramal tidak memberatkan dan tidak meremehkan
yang utama yaitu istiqomah.
Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga)
orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya
Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
َّ ُّ (( َشر: عن النبي صلى هللا عليه وسلم َقا َل،وعن أبى هريرة رضي هللا عنه
َ الط َع ِام َط َعا ُم
ْ َوي ُْد َعى ِإلَ ْي َها َمن، ُي ْم َن ُع َها َمنْ َيأتِي َها،ِالولِي َمة
رواه مسلم.))ُهللا َو َرسُولَه َ صى َ ب الدَّعْ َو َة َف َق ْد َع ِ َو َمنْ لَ ْم ُي ِج، َيْأ َبا َها.
Dalam riwayat kedua kitab shahih Bukhari dan Muslim juga disebutkan demikian iaitu dari
Abu Hurairah r.a., Nabi s.a.w. bersabda:
"Seburuk-buruk makanan ialah makanan walimah yang diundanglah ke situ orang-orang kaya
dan ditinggalkanlah orang-orang fakir-miskin."
وليست كل طعام دعي إليه أحد من الناس، والمقصود بالوليمة في هذا الحديث هي وليمة العرس خاصة
“Yang dimaksud hadits ini adalah khusus untuk walimatul ‘ursy (walimah nikah), bukan semua
acara walimah yang manusia diundang untuk makan (misalnya acara walimah khitan, ini
walimah selain walimah nikah)
3- Didalam hadist memberikan petunjuk untuk menjaga, memperhatikan kaum faqir dan lemah
lembut kepada mereka.
Hendaknya mengundang orang miskin juga sebagai bentuk kebaikan kepada mereka dan
insyaallah lebih berkah acara walimah tersebut. Karena orang miskin umumnya lebih bertakwa
dan lebih ikhlas berdoa. Mereka lebih rendah hati di hadapan Allah dan di hadapan manusia,
jauh dari kesombongan yang membinasakan. Ini termasuk perintah agar makanan kita dimakan
oleh orang-orang yang bertakwa agar berkah.
4- Seburuk-buruk makanan ialah makanan walimah yang diundanglah ke situ orang-orang kaya
dan ditinggalkanlah orang-orang fakir-miskin.
5- Sebagian orang mungkin hanya mengundang orang kaya saja ketika acara walimah nikah.
Lebih parahnya lagi jika niatnya mengundang orang-orang kaya dan pejabat hanya karena
kesombongan, sedangkan orang miskin tidak diundang sama sekali. Inilah sejelek-jelek
makanan walimah.
َ ك ل ِْلمُْؤ ِمن
}ِين ْ {و
َ اخفِضْ َج َن
َ اح َ :َقا َل هللا َت َعالَى
[88 :]الحجر.
2- Janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyandang predikat tersebut dari sisimu yaitu
orang-orang fakir miskin yang Shaleh, melainkan jadikanlah mereka sebagai teman-teman
dudukmu dan teman-teman dekatmu.
Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang
hari, sedangkan mereka menghendaki keridaan-Nya. (Al-An'am: 52)
Apabila salah seorang diantara kalian hendak melakukan sesuatu (yang membingungkan),
maka lakukanlah shalat (sunnah) dua roka’at -selain sholat wajib-, kemudian bacalah :
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon pilihan yang tepat kepada-Mu dengan ilmu-Mu dan aku
memohon kekuatan kepada-Mu (untuk memutuskan urusanku dan mengatasinya) dengan
Kemahakuasaan-Mu. Aku memohon kepada-Mu kebaikan dari karunia-Mu yang agung,
sesungguhnya Engkau Maha Kuasa, sedang aku tidak kuasa, Engkau Maha Mengetahui,
sedang aku tidak mengetahui dan hanya Engkau-lah Yang Maha Mengetahui hal yang ghaib.
Ya Allah, apabila (menurut pengetahuan-Mu) Engkau mengetahui bahwa urusan ini (hendaknya
disebutkan urusannya) lebih baik bagiku dalam urusan agamaku, penghidupanku, dan
akibatnya bagi akheratku atau -Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: …..duniaku dan
akhiratku-, maka takdirkanlah untukku, mudahkanlah jalannya, kemudian berilah berkah
untukku. Akan tetapi apabila (menurut pengetahuan-Mu) Engkau mengetahui urusan ini
berdampak buruk bagiku dalam urusan agamaku, penghidupanku, dan akibatnya bagi
akheratku, atau -Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:….duniaku atau akhiratku-, maka
jauhkan urusan tersebut dariku, dan jauhkan aku darinya, takdirkan kebaikan untukku dimana
saja kebaikan itu berada, kemudian jadikanlah aku ridho dengan takdir tersebut.”
2- Istikharah adalah sebuah ibadah yang disyari’atkan bagi orang yang hendak melakukan
sesuatu atau meninggalkannya, namun ia masih bingung dalam menentukan diantara dua
pilihan sikap tersebut.
3- Sebagaimana dalam hadits di atas, istikharah bisa dilakukan dengan melakukan shalat
sunnah Istikharah dua raka’at, dan berdoa Itikharah setelahnya.
4- Ulama menjelaskan bahwa istikharah dengan sholat dan do'a inilah yang paling baik
(afdhol), akan tetapi jika terdapat halangan (haid, dll), atau dalam masalah yang perlu
disegerakan, kemudian seseorang beristikharah tanpa shalat, maka yang seperti ini tidak
mengapa.
5- Tidak seperti persangkaan sebagian orang bahwa jawaban shalat istikharah dikirim Allah
dalam bentuk mimpi, sesungguhnya hasil istikharah adalah kemantapan hati. Yaitu, hati kita
lebih condong ke pilihan mana yang terasa lebih baik untuk kita. Hati kita mantap memilih apa,
itulah hasil istikharah kita.
6- Salat istikhoroh ini dapat membantu dalam meringankan rasa keragu-raguan yang ada
dalam diri seseorang dan meminta petunjuk kepada Allah SWT dan dipercaya dapat memberi
tahu, baik itu hal yang baik ataupun buruk kepada seseorang yang dengan tulus
melaksanakan shalat Istikharah.
1- Manusia, makhluk yang lemah dan sangat butuh pertolongan Allah dalam setiap urusannya.
Setinggi apapun ilmu yang dimiliki, diperlukan campur tangan Allah dalam menentukan pilihan.
Seorang muslim sangat yakin dan tidak ada keraguan sedikitpun bahwa yang mengatur segala
urusan adalah Allah Ta’ala. Dialah yang menakdirkan dan menentukan segala sesuatu sesuai
yang Dia kehendaki pada hamba-Nya. Allah Ta’ala berfirman:
"Dan Rabbmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada
pilihan bagi mereka. Maha suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan
(dengan Dia). Dan Tuhanmu mengetahui apa yang disembunyikan (dalam) dada mereka dan
apa yang mereka nyatakan. Dan Dialah Allah, tidak ada Rabb (yang berhak disembah)
melainkan Dia, bagi-Nyalah segala puji di dunia dan di akhirat, dan bagi-Nyalah segala
penentuan dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan." (QS. al-Qashash: 68-70).
Cara yang terbaik dalam memohon pertolongan kepada Allah SWT adalah melalui shalat,
sebagaimana hal ini difirmankan Allah SWT di dalam al-Qur’an yang berbunyi:
"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu,
sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS al-Baqarah: 153).
" ُت اآلخ َِر ُة ِن َّي َت ُه َج َم َع هَّللا ُ َل ُه َأ ْم َره َ ت ال ُّد ْن َيا َه َّم ُه َفرَّ قَ هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َأمْ َرهُ َو َج َع َل َف ْق َرهُ َبي َْن َع ْي َن ْي ِه َولَ ْم َيْأ ِت ِه م َِن ال ُّد ْن َيا ِإالَّ َما ُكت
ِ ِب َل ُه َو َمنْ َكا َن ِ َمنْ َكا َن
ٌِى َراغِ َمة َأ ْ
َ " َو َج َع َل غِ َناهُ فِى َقل ِب ِه َو َت ْت ُه ال ُّد ْن َيا َوه.
“Barang siapa yang menjadikan dunia sebagai puncak niatannya, niscaya Allah akan mencerai-
beraikan urusannya dan menjadikan kefakiran menghantui dirinya, sedangkan dunia tidak akan
datang kepadanya melainkan sekedar apa yang telah ditetapkan. Dan barangsiapa yang
menjadikan akhirat itu niatnya, niscaya Allah menghimpunkan segala urusannya serta
menciptakan rasa cukup dalam hatinya sementara dunia datang tunduk kepadanya dalam
keadaan hina." (Hadits Riwayat Ahmad(5:183). Tirmizi(2645)dan Ibnu Majah(4165)
dishohihkan oleh Al Bani didalam silsilah shahihah(950,949,404) )
1- Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya mencela sikap tamak kepada dunia.
2- Apabila seorang hamba menjadikan dunia sebagai tujuan hidupnya dan mengesampingkan
urusan akhiratnya, maka Alloh Azza wa Jalla akan menjadikan urusan dunianya tercerai-berai,
berantakan, serba sulit, serta menjadikan hidupnya selalu diliputi kegelisahan. Alloh Azza wa
Jalla juga menjadikan kefakiran di depan matanya, selalu takut miskin, atau hatinya selalu tidak
merasa cukup dengan rizki yang Alloh Azza wa Jalla karuniakan kepadanya.
3- Dunia yang dapat hanya seukuran ketentuan yang telah ditetapkan baginya, tidak lebih,
meskipun ia bekerja keras dari pagi hingga malam, bahkan hingga pagi lagi dengan
mengorbankan kewajibannya beribadah kepada Alloh, mengorbankan hak-hak isteri, anak-
anak, keluarga, orang tua, dan lainnya.
4- Cinta kepada dunia adalah pokok semua kejelekan, oleh karenanya tidak boleh menjadikan
dunia sebagai tujuan hidup.
5- Beramal untuk dunia ada 4 macam bentuk yang dinukil dari ulama salaf, yaitu:
a- Amal shalih yang biasanya dikerjakan orang untuk mengharapkan pahala dari Alloh seperti
shadaqah, shalat, membantu yang lain, menolong orang yang dizalimi dan amal-amal lainnya
yang biasa dikerjakan atau ditinggalkan orang karena Alloh semata, namun dia tidak berharap
pahala akhirat, harapannya hanya agar Alloh menjaga hartanya, memperbanyaknya, atau agar
menjaga istri dan keluarganya. Dia tidak berharap agar dimasukkan ke surga dan dijauhkan dari
neraka. Orang seperti ini akan mendapatkan balasan di dunianya sementara di akhirat tidak
memperoleh apa-apa kecuali siksa. Demikian yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radliyalloh
'Anhuma.
b- Melakukan amal shalih dengan harapan agar dilihat dan dipuji orang, tidak berharap balasan
di akhirat. Ini lebih berbahaya dan lebih besar dosanya daripada yang pertama. Hal ini
diriwayatkan dari Imam Mujahid rahimahulloh.
c- Beramal shalih dengan harapan dapat harta, seperti orang yang menjadi badal haji dengan
harapan dapat bayaran, dia tidak berharap ridha Alloh dan negeri akhirat. Contoh lainnya, orang
yang berhijrah agar dapat dunia, berjihad agar dapat ghanimah, belajar agama agar dapat
ijazah dan penghormatan tanpa harapan mendapat ridha Alloh, atau belajar Al-Qur'an dan rajin
berjamaah karena tugasnya sebagai pengurus masjid. Sementara harapan atas pahala akhirat
tidak ada dalam dirinya.
4- Melaksanakan ketaatan dengan ikhlas untuk Alloh semata, Dzat yang tidak memiliki sekutu,
tapi dia melakukan sesuatu yang menjadikannya kufur dan keluar dari Islam. Seperti orang
yang melakukan salah satu dari pembatal keislaman. Hal itu sebagaimana yang diriwayatkan
dari Anas Radliyallah 'Anhu.
(Dinukil dari kitab, Al-irsyad ila sohihil i'tiqod, Dr Shalih bin Fauzan bin Abdullah bin Al-Fauzan.)
“Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan
kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu
tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan
lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah
mereka kerjakan?”
جل َنا لَ ُه فِي َها َما َن َشا ُء ِل َمنْ ُن ِري ُد ُثم َج َع ْل َنا لَ ُه َج َهن َم َيصْ اَل َها َم ْذمُومًا َم ْدحُورً ا
ْ ان ي ُِري ُد ْال َعا ِجلَ َة َع
َ َمنْ َك
“Barang siapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di
dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan
baginya neraka Jahanam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.”
ِ َو َما ْال َح َياةُ ال ُّد ْن َيا ِإاَّل َم َتا ُع ْال ُغر
ُور
Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” [Ali ‘Imrân/3:185]
الناس َمنْ َيقُو ُل َرب َنا َآ ِت َنا فِي الد ْن َيا َو َما َل ُه فِي اَآْلخ َِر ِة مِنْ َخاَل ٍق
ِ َفم َِن
“Maka di antara manusia ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di
dunia", dan tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat.”
َم ِن اسْ َتعْ َم ْل َناهُ َعلَى َع َم ٍل َف َر َز ْق َناهُ ِر ْز ًقا َف َما َأ َخ َذ َبعْ َد َذل َِك َفه َُو ُغلُو ٌل
Dari ‘Abdullah bin Buraidah, dari bapaknya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Siapa
saja yang dipekerjakan dalam suatu amalan lantas ia mendapatkan gaji dari pekerjaan tersebut
kemudian ia mendapatkan tambahan lain dari pekerjaan itu, maka itu adalah ghulul (hadiah
khianat).” (HR. Abu Daud no. 2943. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
1- Dalam sebuah tatanan masyarakat terdapat fakta adanya pejabat, aparatur sipil negara dan
warga biasa. Terkadang pejabat dan aparatur sipil negara atau ASN mendapatkan fasilitas
mobil dinas untuk keperluan kerja mereka. Namun tidak jarang kita jumpai adanya oknum yang
memakai fasilitas negara seperti mobil dan yang lainnya untuk keperluan pribadinya.
2- Hadis ini dengan tegas melarang siapa pun—baik kepala negara (Khalifah), wali (gubernur),
amil (pejabat setingkat bupati/walikota), qâdhî (para hakim), termasuk para pegawai—untuk
mengambil kelebihan (fasilitas) dalam bentuk apa pun dari yang telah ditetapkan atas mereka.
Apabila hal itu dilanggar dan mereka mengambil (fasilitas) lebih dari fasilitas yang menjadi hak
mereka (sebagai pegawai) maka perbuatannya itu dimasukkan ke dalam perbuatan curang;
termasuk ghulûl (hasil kecurangan yang diharamkan) dan pada Hari Kiamat ia akan
memikulnya sebagai azab.
3- Kewajiban setiap orang yang melihat adanya pegawai yang memanfaatkan peralatan milik
negara atau mobil dinas untuk kepentingan pribadinya adalah menasihati pegawai tersebut dan
menjelaskan kepadanya bahwa perbuatan tersebut adalah perbuatan haram.
4- Jika Allah memberikan hidayah kepadanya maka itulah yang diharapkan. Jika yang terjadi
adalah kemungkinan yang jelek maka hendaknya tindakan pegawai tersebut dilaporkan kepada
pihak-pihak yang bisa memberikan teguran dan peringatan.
5- Melaporkan ulah pegawai tersebut adalah bagian dari tolong-menolong dalam kebaikan dan
takwa.
ِ َف َقا َل َر ُج ٌل َيا َرسُو َل هَّللا. » ك َظالِمًا َأ ْو َم ْظلُومًا َ س – رضى هللا عنه – َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا ِ – صلى هللا عليه وسلم – « ا ْنصُرْ َأ َخا ٍ َعنْ َأ َن
ُّ ص ُرهُ َقا َل « َتحْ ُج ُزهُ َأ ْو َتمْ َن ُع ُه م َِن
ُ َفِإنَّ َذل َِك َنصْ ُره، الظ ْل ِم ُ ْف َأ ْن َ َأ َف َرَأيْتَ ِإ َذا َك، ان َم ْظلُومًا
َ ان َظالِمًا َكي ُ َأ ْن
َ ص ُرهُ ِإ َذا َك
- Jika ada seorang pegawai yang memanfaatkan barang-barang tersebut untuk kepentingan
pribadi maka itu adalah kejahatan terhadap masyarakat. Benda atau peralatan itu, yang
diperuntukkan bagi masyarakat dan merupakan milik negara, terlarang untuk dimanfaatkan
oleh siapa pun, untuk keperluan pribadinya.
Janganlah sebagian kalian memakan harta sebagian yang lain di antara kalian dengan jalan
yang batil. (QS al-Baqarah [2]: 188).
َ ت َو ُه ْم الَ ي ُْظلَم
ُون ِ َو َمنْ َي ْغلُ ْل َيْأ
ٍ ت ِب َما غَ َّل َي ْو َم ْالقِ َيا َم ِة ُث َّم ُت َو َّفى ُك ُّل َن ْف
ْ س َما َك َس َب
Siapa saja yang berbuat curang, pada Hari Kiamat ia akan datang membawa hasil
kecurangannya. Kemudian setiap orang menerima balasan setimpal atas segala yang telah
dilakukannya dan mereka tidak diperlakukan secara zalim. (QS Ali Imran [3]: 161).
قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم،عن عوف بن مالك رضي هللا عنه قال:
"Aku khawatir atas kalian enam perkara: imarah sufaha (orang-orang yang bodoh menjadi
pemimpin), menumpahkan darah, jual beli hukum, memutuskan silaturahim, anak-anak muda
yang menjadikan Alquran sebagai seruling-seruling, dan banyaknya algojo (yang zalim)" (HR.
ath Thabrani dalam Al Mu’jamul Kabiir 18/57 no 105)
1- Yang dimaksud dengan imarah sufaha adalah para pemimpin yang memimpin umat Islam
tidak menggunakan sunnah Rasul dan Syariat Islam.
Dari Jabir bin Abdillah (ia berkata): "Sesungguhnya Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam-
pernah bersabda kepada Ka’ab bin ‘Ujrah: “Ya Ka’ab bin ‘Ujrah! Semoga Allah melindungimu
dari pemerintahan yang bodoh!”. Ka’ab bin ‘Ujrah bertanya: “Kenapa demikian ya Rasulullah,
dan siapakah pemerintahan yang bodoh itu?”.Beliau menjawab: “Para umarah (penguasa) yang
akan datang nanti sesudahku, mereka tidak mengikuti petunjukku dan tidak mengamalkan
Sunnahku. Maka barang siapa yang membenarkan kebohongan mereka dan menolong ke
zhaliman mereka, maka mereka itu bukan dariku dan aku bukan dari mereka, dan mereka tidak
akan dibawa ke telagaku (pada hari kiamat). Akan tetapi barang siapa yang tidak membenarkan
kebohongan mereka dan tidak menolong kezhaliman mereka, maka mereka itu dariku dan aku
dari mereka, dan mereka akan dibawa ke telagaku (pada hari kiamat)." (HR. Ahmad)
2- Pemimpin itu punya potensi dan peran yang sangat strategis, bagaimana bila pemimpin itu
bodoh?.
a- Menumpahkan darah. Saat ini tidak hanya membunuh yang darahnya tertumpah yang
disebutkan disini, tetapi juga bisa meracuni orang atau bahkan dengan cara apapun bisa
membunuh secara pelan-pelan misal lewat embargo dan sebagainya.
b- Jual beli hukum, salah satunya adalah suap menyuap dalam sebuah perkara.
c- Memutus silaturahim.
Memutus silaturrahim itu adalah dengan orang yang memiliki hubungan kekerabatan, baik
karena hubungan darah ataupun karena perkawinan.
e- Banyaknya algojo yang merupakan lambang kedzaliman. Algojo masa kini adalah orang-
orang yang dibayar bertujuan untuk merampas hak orang lain. Pihak ini bisa saja penguasa
ataupun juga orang yang memiliki kuasa.
ً َوال ُتْؤ ُتوا ال ُّس َفها َء َأمْ والَ ُك ُم الَّتِي َج َع َل هَّللا ُ لَ ُك ْم قِياما ً َوارْ ُزقُو ُه ْم فِيها َو ْاكسُو ُه ْم َوقُولُوا َل ُه ْم َق ْوالً َمعْ رُوفا
Dan janganlah kalian serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta
(mereka yang ada dalam kekuasaan) kalian yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan.
Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-
kata yang baik.[An-nisa:5]
2- Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengkhawatirkan adanya imarah sufaha, karena mereka
tidak mau mengambil petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam peraturan,
sehingga hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala dikesampingkan. Akibatnya, rusaklah kehidupan,
padahal hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah kehidupan untuk manusia.
“Dan dalam qishas itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang
berakal, supaya kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah : 179).Lr
أحس ُب ُه
َ بيل هللاِ)) َو ِ ((السَّاعِ ي َعلَى اَألرْ َملَ ِة َوالمِسْ ك: عن النبي صلى هللا عليه وسلم َقا َل,َُعنْ َأ ِبي ه َُري َْر َة َرضِ َي هَّللا ُ َع ْنه
ِ َكالم َُجا ِه ِد في َس،ِين
ُم َّت َف ٌق َعلَي ِه.))َُّاِئم الَّذِي الَ ُي ْفطِ ر
ِ َو َكالص،ُاِئم الَّذِي الَ َي ْف ُتر
ِ ((وكال َق
َ : َقا َل.
Dari Abu Hurairah r.a. juga dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Orang yang berusaha untuk
kepentingan seseorang janda atau orang miskin itu seperti orang yang berjihad fi-sabilillah,"
dan saya - yang merawikan Hadits ini - mengira bahawa beliau s.a.w. juga bersabda: "Dan
seperti pula seorang yang melakukan shalat malam yang tidak pernah letih - yakni setiap
malam melakukannya, juga seperti orang berpuasa yang tidak pernah berbuka - yakni berpuasa
terus setiap harinya." (Muttafaq 'alaih)
2- Makna dari al-sā’ī adalah yang bekerja untuk kepentingan mereka dan berusaha memenuhi
nafkah atau kebutuhan mereka.
3- Keutamaan orang yang membantu dan menyantuni janda dan orang miskin.
4- Islam senantiasa memotivasi pemeluknya untuk memberikan perhatian kepada kaum duafa.
7- Hanya Allah ‘azza wa jalla yang mengetahui kadar pahala dari amal-amal saleh; kadang
suatu amalan kelihatan mudah atau diremehkan oleh sebagian orang akan tetapi pahalanya
sama dengan amalan yang berat dan juga sebaliknya.
8- Ibnul Baṭṭāl raḥimahullāh berkata, “Barang siapa yang tidak mampu berjihad dan qiamulail
serta puasa sunah maka hendaknya dia mengamalkan hadis ini dan membantu janda serta
orang miskin agar dia dikumpulkan bersama golongan mujāhidīn fī sabīlillāh walaupun dia tidak
melakukannya atau tidak berinfak dengan dirham, atau ketemu musuh lalu musuh takut
kepadaya. Begitu juga, agar dia dikumpulkan bersama golongan orang yang rajin berpuasa
sunah dan salat malam serta mendapatkan derajat mereka padahal dia makan di siang harinya
dan tidur di malam harinya selama hidupnya. Oleh karenanya, sepatutnya setiap mukmin
antusias terhadap perniagaan yang tidak merugi ini dengan cara memberikan bantuan dan
santunan kepada janda dan orang miskin demi wajah Allah ta’āla agar dia kembali dalam
perdagangannya dengan mencapai derajat mujāhidīn, orang-orang yang rajin berpuasa dan
salat malam tanpa harus letih dan lelah. Itulah keutamaan yang Allah berikan kepada siapa
yang dikehendaki-Nya."
1- Islam juga mengajarkan umatnya untuk saling membantu sesama muslim. Kita sebaai umat
muslim sudah sepatutnya senantiasa bermanfaat untuk orang lain dengan menolong mereka
yang membutuhkan
Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong
bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang
mungkar, melaksanakan salat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Mereka akan diberi rahmat oleh Allah. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana," At
(Taubah :71)
2- Dalil menyantuni kaum dhu'afa'
Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu
ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab,
dan nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang
miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan
hamba sahaya, yang melaksanakan salat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati
janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan pada masa
peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang-orang yang
bertakwa."(Surat Al Baqarah ayat 177)
ض َّم ِ ار َي َتيْن َح َّتى َت ْبلُغَا َجا َء َي ْو َم القِ َيا َم ِة أ َنا َوه َُو َك َها َتي
َ ْن)) و ِ (( َمنْ َعا َل َج:عن أنس رضي هللا عنه عن النبي صلى هللا عليه وسلم َقا َل
رواه مسلم.ُص ِاب َعه َ أ.
"Barangsiapa yang menanggung segala keperluan dua gadis - dan mencukupkan makan
minumnya, pakaiannya, pendidikannya, dan lain-lain - sampai keduanya meningkat usia baligh,
maka ia datang pada hari kiamat, saya - Nabi Muhammad s.a.w. - dan ia adalah seperti kedua
jari ini dan beliau mengumpulkan jari-jarinya." (Riwayat Muslim)
1- Islam telah mendorong agar para orang tuaa Muslim mendidik anak-anak perempuannya
sebaik mungkin, terlebih karena perempuan, yang kelak akan menjadi ibu, adalah madrasatul
ula (sekolah pertama) bagi anak-anaknya.
2- Setiap anak adalah anugerah yang telah dititipkan oleh Allah kepada setiap orang tua. Baik
anak laki-laki ataupun anak perempuan saling memiliki keutamannya masing-masing. Seorang
anak yang dididik agamanya dengan baik akan menjadi penolong bagi orang tuanya ketika di
akhirat kelak. Sebaliknya, sorang anak yang tidak terdidik dengan baik juga akan meminta
pertanggungjawaban kelak.
3- Dalam Islam, memiliki anak laki-laki maupun perempuan derajatnya sama saja, keduanya
sama-sama memiliki kebaikan dan keistimewaan di sisi Allah. Jika orang tua mampu mendidik
anak dengan benar, baik laki-laki maupun perempuan, maka keduanya bisa mengantarkannya
masuk ke surga.
4- Keutamaan memiliki anak perempuan bila orang tua mampu mendidik dengan baik dan
benar dijanjikan rasulullah, besuk disurga bersamanya seperti kedua jari ini dan beliau
mengumpulkan jari-jarinya.
1- Setiap anak adalah anugerah yang telah dititipkan oleh Allah kepada setiap orang tua. Baik
anak laki-laki ataupun anak perempuan saling memiliki keutamannya masing-masing.
Seorang anak yang dididik agamanya dengan baik akan menjadi penolong bagi orang tuanya
ketika di akhirat kelak. Sebaliknya, sorang anak yang tidak terdidik dengan baik juga akan
meminta pertanggungjawaban kelak.
Namun pada jaman jahiliyah, memiliki anak perempuan merupakan sebuah aib bagi
keluarganya. Bahkan ketika seorang istri melahirkan seorang bayi perempuan maka sang ayah
tak segan untuk membunuh bayi tersebut dengan menguburnya hidup-hidup. Bahkan peristiwa
ini juga tertulis dalam Al-Quran yakni pada surat An-Nahl ayat 58;
وِإ َذا ُب ِّش َر َأ َح ُدهُم ِبٱُأْلن َث ٰى َظ َّل َوجْ ُههُۥ مُسْ َو ًّدا َوه َُو َكظِ ي ٌم
Artinya: Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan,
hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah (Q.S. An Nahl: 58)
2- Selain sebagai amanah yang akan dipertanggungjawabkan, anak merupakan karunia dan
hibah dari Allah SWT sebagai penyejuk pandangan mata, kebanggaan orang tua, dan sekaligus
sebagai perhiasan dunia, serta belahan jiwa
Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal lagi
saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.
3- Ketika Allah menceritakan nikmat anak yang Allah berikan kepada hamba-Nya, Allah awali
dengan anak perempuan, baru anak lelaki.
Sebagian ulama memahami, urutan ini bukan tanpa makna. Artinya, bisa jadi mereka yang
dikaruniai Allah anak perempuan sebagai anak pertama, itu merupakan tanda kebaikan
untuknya.
َ الذ ُك
ور ِ ْت َواَأْلر
ُّ ض َي ْخلُ ُق َما َيشا ُء َي َهبُ لِ َمنْ َيشا ُء ِإناثا ً َو َي َهبُ لِ َمنْ َيشا ُء ُ هَّلِل ِ م ُْل
ِ ك السَّماوا
“Hanya kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia
kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan
memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki.” (QS. as-Syura: 49).
4- Sungguh mengerikan apa yang terjadi pada zaman tersebut. Untunglah Islam hadir sebagai
pengangkat derajat kaum hawa. Peraturan sebelumnya yang menjerumuskan perempuan kini
telah berubah karena Islam sangat memuliakan perempuan terutama ibu. Islam tidak
membedakan dalam beramal baik laki-laki atau perempuan.
َ ُصالِحً ا مِنْ َذ َك ٍر َأ ْو ُأ ْن َثى َوه َُو مُْؤ ِمنٌ َفلَ ُنحْ ِي َي َّن ُه َح َيا ًة َط ِّي َب ًة َولَ َنجْ ِز َي َّن ُه ْم َأجْ َر ُه ْم ِبَأحْ َس ِن َما َكا ُنوا َيعْ َمل
ون َ َمنْ َع ِم َل
Barang siapa yang mengerjakan amal saleh —baik laki-laki maupun perempuan— dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik:
dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
daripada apa yang telah mereka kerjakan.(An Nahl:97)
قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم،عن عبد الرحمن بن عوف رضي هّللا عنه قال
ت ِ ت َز ْو َج َها قِي َل َل َها ْاد ُخلِى ْال َج َّن َة مِنْ َأىِّ َأب َْوا
ِ ب ْال َج َّن ِة شِ ْئ ْ ت َفرْ َج َها َوَأ َطا َع
ْ ت َشه َْر َها َو َحف َِظ َ ت ْال َمرْ َأةُ َخ ْم َس َها~ َو
ْ صا َم ِ َّصل
َ ِإ َذا
Dari Abdurrahman bin Auf rodhiAllahu anhu berkata bersabda Rasulullah shalallahu alaihi wa
salam:
“Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan
Ramadhan), serta betul-betul menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan benar-benar taat
pada suaminya, maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini, “Masuklah dalam
surga melalui pintu mana saja yang engkau suka.” (HR. Ahmad 1: 191 dan Ibnu Hibban 9: 471.
Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)
2- Engkau akan raih keutamaan dengan menghiasi dirimu dengan empat sifat dalam wasiat
Rasulullah shallallohu’alaihiwasallam.
b- Shiyam Ramadhon.
d- Taat kepada suami. Ketaatan yang dimaksud tentulah ketaatan dalam perkara yang ma’ruf.
Adapun perkara maksiat, maka tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam hal maksiat.
- Jika kewajiban istri pada suami adalah semulia itu, maka setiap wanita punya keharusan
mengetahui hak-hak suami yang harus ia tunaikan.
- Berikut adalah rincian mengenai hak suami yang menjadi kewajiban istri:
Istri yang taat pada suami, senang dipandang dan tidak membangkang yang membuat suami
benci, itulah sebaik-baik wanita.
Begitu pula tempat seorang wanita di surga ataukah di neraka dilihat dari sikapnya terhadap
suaminya, apakah ia taat ataukah durhaka.
Seorang istri tidak boleh keluar dari rumahnya kecuali dengan izin suaminya. Baik si istri keluar
untuk mengunjungi kedua orangtuanya ataupun untuk kebutuhan yang lain, sampaipun untuk
keperluan shalat di masjid.
“Jika seorang pria mengajak istrinya ke ranjang, lantas si istri enggan memenuhinya, maka
malaikat akan melaknatnya hingga waktu Shubuh” (HR. Bukhari no. 5193 dan Muslim no.
1436).
“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seorang suami memanggil istrinya ke
tempat tidurnya lalu si istri menolak ajakan suaminya melainkan yang di langit (penduduk langit)
murka pada istri tersebut sampai suaminya ridha kepadanya.” (HR. Muslim no. 1436)
d- Tidak mengizinkan orang lain masuk rumah kecuali dengan izin suami
e- Tidak berpuasa sunnah ketika suami ada kecuali dengan izin suami.
الَ َي ِح ُّل ل ِْل َمرْ َأ ِة َأنْ َتصُو َم َو َز ْو ُج َها َشا ِه ٌد ِإالَّ بِِإ ْذ ِن ِه
“Tidaklah halal bagi seorang wanita untuk berpuasa sedangkan suaminya ada (tidak bepergian)
kecuali dengan izin suaminya.” (HR. Bukhari no. 5195 dan Muslim no. 1026)
- Hak suami yang menjadi kewajiban istri asalnya dijelaskan dalam ayat berikut ini,
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan
sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki)
telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang
taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah
memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah
mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika
mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.” (QS.
An Nisa’: 34)..
ْ َقا َل « ِإنَّ ْال َعبْدَ ِإ َذا َأ ْخ َطَأ َخطِ يَئ ًة ُن ِك َت-صلى هللا عليه وسلم- ِ ُول هَّللا
َ ت فِى َق ْل ِب ِه ُن ْك َت ٌة َس ْو َدا ُء َفِإ َذا ه َُو َن َز َع َواسْ َت ْغ َف َر َو َت
اب ِ عن َأ ِبى ه َُري َْر َة َرس
َ وب ِه ْم َما َكا ُنوا َي ْكسِ ب
)ُون ِ ُان َعلَى قُل َ » ُسقِ َل َق ْل ُب ُه َوِإنْ َعادَ ِزيدَ فِي َها َح َّتى َتعْ لُ َو َق ْل َب ُه َوه َُو الرَّ انُ الَّذِى َذ َك َر هَّللا ُ ( َكالَّ َب ْل َر
Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Seorang
hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam.
Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan. Apabila
ia kembali (berbuat maksiat), maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya.
Itulah yang diistilahkan “ar raan” yang Allah sebutkan dalam firman-Nya (yang artinya), ‘Sekali-
kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati
mereka’.”(HR. At Tirmidzi no. 3334, Ibnu Majah no. 4244, Ibnu Hibban (7/27) dan Ahmad
(2/297). At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Syaikh Al Albani mengatakan
bahwa hadits ini hasan.)
1- Setiap hari tidak bosan-bosannya kita melakukan maksiat, kadang meninggalkan yang wajib
dan menerjang yang haram. Aurat terus diumbar, tanpa pernah sadar untuk mengenakan jilbab
dan menutup aurat yang sempurna. Shalat 5 waktu yang sudah diketahui wajibnya seringkali
ditinggalkan tanpa pernah ada rasa bersalah. Padahal meninggalkannya termasuk dosa besar
yang lebih besar dari dosa zina. Padahal pengaruh maksiat pada hati sungguh amat luar biasa.
Bahkan bisa memadamkan cahaya hati. Inilah yang patut direnungkan saat ini.
2- Jika bintik, noda dan noktah hitam itu sudah penuh dan menutupi hatinya, maka noktah hitam
yang datang berikutnya ke dalam hati akibat dari perbuatan dossa dan kemaksiatan, maka hati
itu akan merasa tidak terpengaruh dengan noda yang mengotorinya, sebagaimana tidak
terlihatnya noda hitam yang menempel pada kain hitam. Saat perbuatan dosa sudah tidak
terasa lagi sebagai sebuah dosa, maka yang ada adalah rasa nyaman.
4- Inilah di antara dampak bahaya maksiat bagi hati. Setiap maksiat membuat hati tertutup noda
hitam dan lama kelamaan hati tersebut jadi tertutup. Jika hati itu tertutup, apakah mampu ia
menerima seberkas cahaya kebenaran? Sungguh sangat tidak mungkin. Ibnul Qayyim
rahimahullah mengatakan, “Jika hati sudah semakin gelap, maka amat sulit untuk mengenal
petunjuk kebenaran."
4- Perbanyaklah taubat dan istighfar, itulah yang akan menghilangkan gelapnya hati dan
membuat hati semakin bercahaya sehingga mudah menerima petunjuk atau kebenaran.
5- Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Dan (efek negatif dosa) yang paling berbahaya
(paling mengkhawatirkan) bagi seorang hamba adalah dosa dan kemaksiatan bisa melemahkan
keinginan hati sehingga keinginannya untuk melakukan perbuatan maksiat semakin kuat. Dosa
melemahkan keinginan hati untuk bertaubat sedikit demi sedikit sampai akhirnya semua
keinginan untuk taubat tercabut dari hati (tanpa meninggalkan sisa sedikitpun). (Padahal)
seandainya separuh dari hati seseorang itu sudah mati, maka itu sudah susah untuk bertaubat
kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala, hilang rasa khisyah( takut )dan khusyu (tunduk). Tidak
membekasnya ketaatan, tidak berguna nasehat, tidak takut lagi berbuat maksiyat.
6- Jadi memang demikianlah jika hati diperhatikan, di jaga dan di pedulikan maka kehidupan
dunia dan akhirat kita akan selamat dan akan mendapat kebahagiaan. karena dengan hati yang
sehat, bersih, orang bisa menahan diri dari syubhat, menahan diri dari syahwat. Sebaliknya, jika
hati di abaikan maka penyakit, halangan dan duri berupa syubhat dan syahwat mudah hinggap
dalam perjalanan kita menuju akhirat, dan niscaya kita akan sengsara, nelangsa.
7- Kiat untuk dijauhkan dari perbuatan dosa:- Mengetahui kalau itu perbuatan dosa dan tau
akibatnya. - Selalu membenarkan ancaman Alloh. - khawatir kalau taubatnya tidak diterima
Alloh.
1- Menjadi hati yang selamat, qolbun salim. Yang tidak ada manfaat disisi Alloh Azza wa Jalla
pada kiamat kecuali datang menghadap Alloh Azza wa Jalla dengan hati yang selamat.
(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang
menghadap Allâh dengan hati yang bersih,hati yang selamat.[As-Syu’ara’/26:88-89]
2- Pengaruh maksiat pada hati sungguh amat luar biasa. Bahkan bisa memadamkan cahaya
hati.
“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati
mereka.” (QS. Al Muthoffifin: 14)
(Bukan demikian), yang benar: barangsiapa berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh dosanya,
mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.
4- Mudah-mudahan Allah Ta'ala memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita, dan
memudahkan kita semua mendapatkan sebab-sebab pengampunan dosa-dosa kita
Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kalian, sujudlah kalian, sembahlah Tuhan kalian dan
perbuatlah kebajikan, supaya kalian mendapat kemenangan. [Al Hajj:77].
َّ َفَأسْ م ُع ُب َكا َء الص َِّبيِّ َفَأ َت،ِإ ِّني َألقُو ُم ِإلَى الصَّال ِة َوُأ ِري ُد َأنْ ُأ َطوِّ ل فِيها : َقا َل َرسُو ُل هَّللا ﷺ: َقا َل بن ربْعي
جو َز فِي ِ ثِ حار َأ
ِ وعن بي َقتادَ َة ْال
رواه البخاري ش َّق َعلَى ُأ ِّم ِه ُ صالتِي َك َرا ِه َي َة َأنْ َأ.
"Sesungguhnya saya berdiri untuk shalat dan saya bermaksud hendak memperpanjangkannya,
kemudian saya mendengar tangisnya seorang anak kecil, lalu saya peringankan shalatku itu
kerana saya tidak suka membuat kesukaran kepada ibunya." (Riwayat Bukhari)
1- Ini hadist memberi petunjuk bahwa adanya kemurahan hati dan kepedulian kepada sesama
orang-orang islam.
2- Sesama orang islam yang harus ditumbuh suburkan adanya saling mencintai, menghargai,
menyayangi dan saling tolong menolong.
3- Tatkala hendak berbuat sesuatu tidak boleh memaksakan kehendak lebih lagi didasari
dengan emosi. Maka tatkala rasulullah berdiri untuk shalat dan beliau bermaksud hendak
memperpanjangkannya, kemudian mendengar tangis seorang anak kecil, lalu meringankan
shalatnya itu kerana beliau tidak suka membuat kesukaran kepada ibunya.
ْ َو َت َع َاو ُنوا َعلَى ْال ِبرِّ َوال َّت ْق َوى َوال َت َع َاو ُنوا َعلَى
ِ اإلث ِم َو ْالع ُْد َو
ان
Dan Tolong- menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa dan jangan tolong-
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. (Al-Maidah: 2).
َواف ٍِر ِب َح ٍّظ َأ َخ َذ َُأ َخ َذه َف َم َن ْالع ِْل َم َورَّ ُثوا ِإ َّن َما ً دِرْ َهما َ َوال ًدِي َنارا ي َُورِّ ُثوا لَ ْم اَأْل ْن ِب َيا َء َِّإن ،اَأْل ْن ِب َيا ِء َو َر َث ُة ْال ُعلَ َما َء َِّإن
Dari Abu Darda' radhiyallahu anhu berkata, aku mendengar rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda : "Barang siapa menempuh jalan untuk mendapatkan padanya ilmu(agama)
maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga, sungguh para malaikat
membentangkan sayap-sayapnya bagi penuntut ilmu, senang dengan apa yang diperbuatnya
dan sungguh orang yang 'alim(berilmu) akan dimintakan ampun siapa yang ada dilangit-langit
dan dibumi bahkan semua ikan yang ada diair dan kemuliaan orang yang 'alim dibandingkan
dengan orang yang ahli dalam beribadah seperti bulan dan bintang-bintang di langit,
sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan
dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu. Barang siapa mengambil warisan tersebut ia
telah mengambil bagian yang banyak.” (al-Imam at-Tirmidzi di dalam Sunan beliau no.
2681, Ahmad di dalam Musnad-nya (5/169), ad-Darimi di dalam Sunan-nya (1/98), Abu
Dawud no. 3641, Ibnu Majah di dalam Muqaddimah-nya, serta dinyatakan sahih oleh al-Hakim
dan Ibnu Hibban. Asy-Syaikh al-Albani rahimahullah mengatakan, “Haditsnya shahih.” Lihat
kitab Shahih Sunan Abu Dawud no. 3096, Shahih Sunan at-Tirmidzi no. 2159, Shahih Sunan
Ibnu Majah no. 182, dan Shahih at-Targhib, 1/33/68)
1- Warisan merupakan barang berharga yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal dunia
kepada orang-orang yang masih hidup. Saking berharganya sampai sering terjadi pertumpahan
darah di antara ahli waris memperebutkan warisan tersebut. Namun ada warisan yang demikian
berharga tetapi jarang manusia memperebutkannya.
Warisan tersebut adalah ilmu agama, yang merupakan peninggalan para nabi kepada umatnya.
Hanya sedikit orang yang mau mengambil warisan tersebut, lebih-lebih lagi di masa kini.
Merekalah para ulama, orang-orang yang memiliki sifat “tamak” dalam mendapatkan warisan
nabi. Tidakkah kita ingin meniru mereka?
3- Sungguh para pengikut nabi dan rasul menyeru pula sebagaimana seruan mereka. Mereka
itulah para ulama dan orang-orang yang beramal saleh pada setiap zaman dan tempat, sebab
mereka adalah pewaris ilmu para nabi dan orang-orang yang berpegang dengan sunnah-
sunnah mereka.
4- Keberadaan ulama di tengah kaum muslimin akan mendatangkan rahmat dan berkah dari
Allah subhanahu wa ta’ala. Lebih-lebih Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengistilahkan
mereka dalam sebuah sabdanya:
“Sebagai kunci-kunci untuk membuka segala kebaikan dan sebagai penutup segala bentuk
kejahatan.”
5- Asy-Syaikh Shalih Fauzan mengatakan, “Kita wajib memuliakan ulama muslimin karena
mereka adalah pewaris para nabi, maka meremehkan mereka termasuk meremehkan
kedudukan dan warisan yang mereka ambil dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam serta
meremehkan ilmu yang mereka bawa. Barang siapa terjatuh dalam perbuatan ini tentu mereka
akan lebih meremehkan kaum muslimin.
6- Ulama adalah orang yang wajib kita hormati karena kedudukan mereka di tengah-tengah
umat dan tugas yang mereka emban untuk kemaslahatan Islam dan muslimin. Kalau mereka
tidak memercayai ulama, lalu kepada siapa mereka percaya? Kalau kepercayaan telah
menghilang dari ulama, lalu kepada siapa kaum muslimin mengembalikan semua problem
hidup mereka dan untuk menjelaskan hukum-hukum syariat? Pada saat itulah akan terjadi
kebimbangan dan terjadinya huru-hara.” (al-Ajwibah al-Mufidah, hlm. 140)
ِإ َّن َما َي ْخ َشى هَّللا َ مِنْ عِ َبا ِد ِه ْال ُعلَ َما ُء
ٱص َط َف ۡي َنا م ِۡن عِ َبا ِد َن ۖا َ ُث َّم َأ ۡو َر ۡث َنا ۡٱل ِك ٰ َت
َ ب ٱلَّذ
ۡ ِين
“Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-
hamba kami.” (Fathir: 32).
ِ َو َر ُجالَ ِن َت َحابَّا فِي،ِ َو َر ُج ٌل َق ْل ُب ُه ُم َعلَّ ٌق فِي ْال َم َسا ِجد،ِ َو َشابٌّ َن َشَأ ِب ِع َبادَ ِة هللا،ُ ْاِإل َما ُم ْال َعا ِدل:َُسب َْع ٌة يُظِ لُّ ُه ْم هللاُ فِي ظِ لِّ ِه َي ْو َم الَ ظِ َّل ِإالَّ ظِ لُّه
هللا
ص َد َق ٍة َفَأ ْخ َفا َها َح َّتى الَ َتعْ لَ َم شِ َمالُ ُه َ َو َر ُج ٌل َت،َ ِإ ِّنيْ َأ َخافُ هللا:ال َف َقا َل
َ صدَّقَ ِب ٍ ِات َم ْنص
ٍ ب َو َج َم ُ َو َر ُج ٌل دعته ا ْم َرَأةٌ َذ،ِاجْ َت َم َعا َعلَ ْي ِه َو َت َفرَّ َقا َعلَ ْيه
ُت َع ْي َناهْ اض َ َو َر ُج ٌل َذ َك َر،َُما ُت ْنف ُِق َي ِم ْي ُنه
َ هللا َخالِيًا َف َف
“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah dengan naungan ‘Arsy-Nya pada hari
dimana tidak ada naungan kecuali hanya naungan-Nya semata. Mereka adalah pemimpin yang
adil, pemuda yang tumbuh besar dalam beribadah kepada Rabbnya, seseorang yang hatinya
senantiasa terpaut pada masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah; keduanya
berkumpul berpisah karena Allah, seorang laki-laki yang diajak (berzina) oleh seorang wanita
yang berkedudukan lagi cantik lalu mengatakan, ‘Sungguh aku takut kepada Allah’, seseorang
yang bersedekah lalu merahasiakannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang
disedekahkan oleh tangan kanannya, dan orang yang berdzikir kepada Allah di waktu sunyi,
lalu berlinanglah air matanya” (Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim).
2- Bahwa salah satu golongan orang yang mendapatkan naungan ‘Arsy Allah pada hari akhir
adalah pemuda yang tumbuh besar dalam beribadah kepada Rabbnya. Pada hari itu, manusia
dikumpulkan di padang Mahsyar. Matahari didekatkan sedekat satu mil dari mereka, sehingga
manusia berkeringat, hingga keringat tersebut menenggelamkan mereka sesuai dengan amalan
masing-masing ketika di dunia ini. Maka, betapa beruntungnya orang-orang yang mendapatkan
naungan ‘Arsy Allah saat itu, karena demikian panas terasa.
3- Bahwa maknanya adalah pemuda yang saat masa muda, kebaikannya lebih banyak dan
keburukannya lebih sedikit dibandingkan dengan pemuda lain yang tumbuh tidak dalam
ketaatan kepada Allah. Lalu saat-saat tuanya dan akhir hidupnya, iapun taat kepada Rabbnya.
4- Bahwa maknanya adalah pemuda yang terdidik dalam ketaatan kepada Allah. Sejak kecilnya
ia tumbuh berkembang di atas ketaatan tersebut, sehingga ketika sampai usia muda, ia
disibukkan dengan ketaatan, bahkan ia habiskan waktu mudanya dalam ketaatan kepada
Rabbnya. Hingga iapun diganjar dengan mendapatkan naungan ‘Arsy Allah pada hari Akhir,
karena langgengnya dalam menjaga diri dan mengendalikan hawa nafsu agar tidak berbuat
sesuatu yang menyelisihi perintah Rabbnya.
َ لَ َق ْد َجا َء ُك ْ~م َرسُو ٌل مِنْ َأ ْنفُسِ ُك ْم َع ِزي ٌز َعلَ ْي ِه َما َع ِن ُّت ْم َح ِريصٌ َعلَ ْي ُك ْم ِب ْالمُْؤ ِمن
ِين َرءُوفٌ َرحِي ٌم
“Sungguh telah datang kepada kalian seorang Rasul dari kaum kalian sendiri, berat terasa
olehnya penderitaan kalian, sangat menginginkan (keimanan dan kebaikan) bagi kalian, amat
belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin” (At-Taubah: 128).
Amalan-Amalan Sunnah
َو َيصُو ُم، ظنَّ َأنْ الَ َيصُو َم ِم ْن ُه ُ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم – ُي ْفطِ ُر م َِن ال َّشهْر َح َّتى َن
ِ َ – هللاِ ان َرس ُْو ُل ٍ َو َعنْ َأ َن
َ َك: َقا َل، – س – َرضِ َي هللاُ َع ْن ُه
اري ِ َر َواهُ الب َُخ. َوالَ َناِئما ً ِإالَّ َرأ ْي َت ُه، صلِّيا ً ِإالَّ َرأ ْي َت ُه ِ َّان الَ َت َشا ُء َأنْ َت َراهُ م َِن الل
َ يل ُم ُ َح َّتى َن.
َ َو َك، ً ظنَّ أنْ الَ ُي ْفطِ َر ِم ْن ُه َشيْئا
Anas radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak puasa dalam
sebulan sehingga kami mengira beliau tidak puasa pada bulan tersebut. Dan beliau juga
kadang melakukan puasa sampai kami mengira beliau tidak berbuka sehari pun pada bulan
tersebut. Dan ketika engkau ingin melihatnya shalat pada malam hari, engkau pasti melihatnya.
Dan beliau tidak tidur kecuali engkau pasti melihatnya.” (HR. Bukhari) [HR. Bukhari, no. 1141
dan Muslim, no. 1158 menyebutkan bagian awal hadits].
1- Keadaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam melakukan amalan sunnah dengan puasa
dan shalat malam itu berbeda-beda.
2- Beliau kadang melakukan shalat malam pada awal malam, kadang pada pertengahan,
kadang pada akhir.
3- Begitu juga beliau kadang berpuasa pada awal bulan, kadang pada pertengahan, kadang
pada akhir bulan. Jadi waktu untuk puasa sunnah dan shalat malam bisa menyesuaikan
masing-masing orang.
5- Puasa sunnah mutlak boleh dilakukan pada waktu kapan pun selama bukan waktu yang
dilarang.
6- Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah melakukan puasa setiap hari, dan tidaklah
melakukan shalat malam semalam penuh.
َ ِت ۚ ٰ َذل
َ ك ِذ ْك َر ٰى ل َِّلذاك ِِر
ين ِ ت ي ُْذ ِهب َْن ال َّس ِّيَئ ا
~ِ ار َو ُزلَ ًفا م َِن اللَّي ِْل ۚ ِإنَّ ْال َح َس َنا َّ َوَأق ِِم ال
ِ صاَل َة َط َر َفيِ ال َّن َه
“Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada sebagian
permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa)
perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” [Huud/11:
114].
ال ُّد ْن َيا َم ْلعُو َن ٌة َم ْلعُونٌ َما فِي َها ِإالَّ ذ ِْك َر هَّللا ِ َو َما َواالَهُ َأ ْو َعالِ ٌم َأ ْو ُم َت َعلِّ ٌم
“Dunia dan seluruh isinya dilaknati, kecuali dzikir mengingat Allah, taat pada-Nya (mau
mengikuti tuntunan, pen.), orang yang berilmu (seorang alim) atau orang yang belajar ilmu
agama.” (HR Ibnu Majah, no. 4112; Tirmidzi, no. 2322. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan
bahwa sanad hadits ini hasan)
1- Kalimat di atas seakan-akan maksudnya adalah dunia itu dicela, artinya dunia itu tidak dipuji
kecuali bagi yang rajin berdzikir, yang beribadah pada Allah, seorang alim, atau yang mau
belajar atau mendalami agama.
2- Kesimpulannya jika ingin selamat maka jadilah bagian dari empat orang berikut ini:
“Jadilah seorang alim atau seorang yang mau belajar, atau seorang yang sekedar mau dengar,
atau seorang yang sekedar suka, janganlah jadi yang kelima.”
4- Humaid berkata pada Al-Hasan Al-Bashri, yang kelima itu apa. Jawab Hasan, “Janganlah
jadi ahli bid’ah (yang beramal asal-asalan tanpa panduan ilmu, pen.) (Al-Ibanah Al-Kubra karya
Ibnu Batthah)
1- Ada banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan atau hanya sekedar menyinggung
tentang keutamaan menuntut ilmu,
ِ ون لِ َي ْنفِرُوا َكا َّف ًة َفلَ ْوال َن َف َر مِنْ ُك ِّل فِرْ َق ٍة ِم ْن ُه ْم َطاِئ َف ٌة ِل َي َت َف َّقهُوا فِي ال ِّد
َ ين َولِ ُي ْن ِذرُوا َق ْو َم ُه ْم ِإ َذا َر َجعُوا ِإلَي ِْه ْم لَ َعلَّ ُه ْم َيحْ َذر
ُون َ ان ْالمُْؤ ِم ُن
َ َو َما َك
Tidak sepatutnya bagi orang-orang mu’min itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa
tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila
mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.[At taubah :122].
2- Sesungguhnya barang siapa yang berendah diri terhadap perintah Allah, niscaya Allah akan
meninggikan kedudukannya dan mengharumkan namanya.
ون َخ ِبي ٌر ٍ ِين ُأو ُتوا ْالع ِْل َم د ََر َجا
َ ُت َوهَّللا ُ ِب َما َتعْ َمل َ َيرْ َف ِع هَّللا ُ الَّذ
َ ِين آ َم ُنوا ِم ْن ُك ْم َوالَّذ
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (Al-Mujadilah: 11)
Dari Abu Sa’id (al-Khudry) bahwasanya Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sungguh
kalian akan mengikuti sunnah (cara/metode) orang-orang sebelum kamu, sejengkal-demi
sejengkal, sehasta demi sehasta, hingga andaikata mereka menelusuri lubang masuk ‘Dlobb’
(binatang khusus padang sahara, sejenis biawak-red), niscaya kalian akan menelusurinya
pula”.
[Kami (para shahabat) berkata: “Wahai Rasulullah! (mereka itu) orang-orang Yahudi dan
Nashrani?”. Beliau bersabda: “Siapa lagi (kalau bukan mereka-red)”. {H.R.al-Bukhary)
1- Makna hadits diatas adalah bahwa Rasulullah telah mensyinyalir melalui nubu-at (tanda-
tanda kenabian)-nya, bahwa kelak di akhir zaman, ada diantara umatnya yang mengikuti gaya
hidup orang-orang sebelum mereka, yaitu orang-orang Yahudi dan Nashrani.
2- Beliau menegaskan bahwa di dalam mengikuti dan meniru-niru gaya hidup mereka tersebut,
umatnya melakukannya secara bertahap dari mulai sejengkal, sehasta dan seterusnya.
Namun Rasulullah menjawabnya dengan gaya bahasa bertanya pula sebagai penegasannya:
“Kalau bukan mereka, siapa lagi?”.
4- Hadits tersebut dimulai dengan tiga kata penegas; yaitu al-Qasam al-Muqaddar (Bentuk
sumpah yang abstrak), al-Lâm serta an-Nûn. Semuanya di dalam tata bahasa Arab adalah
merupakan bentuk penegasan dimana seharusnya kalimat aslinya berbunyi ‘Demi Allah,
Sungguh kamu akan mengikuti…’.
5- Bahwa ada diantara cara-cara hidup (sunnah/metode) orang-orang terdahulu yang tidak
menyebabkan pelakunya keluar dari dien ini tapi dosa besar seperti memakan riba, dengki,
prostitusi dan dusta. Sebagian lagi ada yang mengeluarkan pelakunya dari dien ini seperti
menyembah berhala.
Pelakunya bisa rusak aqidahnya seperti, mengucapkan selamat na tal, natalan bersama,
merayakan tahun baru masehi dll.
6- Hadits tersebut dimaksudkan untuk mengingatkan umat ini akan perihal tersebut sehingga
mereka berhati-hati. Jadi, maknanya bukan menetapkan (iqrar) bahwa hal itu disetujui akan
terjadinya sehingga membuat orang yang lemah imannya beralasan dengan hadits ini ketika
akan melakukan perbuatan maksiat bahwa apa yang dilakukannya semata karena telah
ditetapkan oleh Rasulullah sendiri. Sungguh ini merupakan ucapan dusta yang nyata terhadap
beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam.
7- Semua perbuatan maksiat yang terjadi saat ini mesti ada asal-usulnya pada umat-umat
terdahulu akan tetapi orang yang diberi taufiq oleh Allah untuk mendapatkan hidayah, maka dia
akan mendapatkan hidayah tersebut.
8- Ucapan Rasulullah ‘lubang masuk/rumah dlobb’ karena lubang dlobb merupakan lubang
binatang yang paling kecil dan perumpamaan ini hanya dimaksudkan sebagai al-Mubâlaghah
(berlebih-lebihan). Artinya, bahwa umat ini benar-benar akan mengikuti mereka hingga bila
diajak masuk ke lubang yang paling kecil sekalipun.Tentunya, bila diajak untuk memasuki
lubang/rumah singa yang lebih besar, lebih pasti lagi mereka akan mengikutinya.
9- Imam an-Nawawy –rahimahullah- menegaskan: “Ini merupakan mu’jizat yang nyata sekali
dari Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam dan apa yang beliau beritakan telah benar-benar
terjadi”.
1- Bahwa perbuatan maksiat yang terjadi pada umat ini memiliki akar dan asal-usul pada umat-
umat masa lampau. Demikian pula, bahwa tidaklah ada perbuatan yang dilakukan oleh umat-
umat masa lampau melainkan akan ada pewarisnya pada umat ini.
ِ َوِإ َذا قِي َل لَ ُه ْم َت َعالَ ْوا ِإلَى َما َأنز َل هَّللا ُ َوِإلَى الرَّ س
ُول َقالُوا َحسْ ُب َنا َما َو َج ْد َنا َعلَ ْي ِه آ َبا َء َنا
Apabila dikatakan kepada mereka, "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti
Rasul, " mereka menjawab, "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami
mengerjakannya.” (Al-Maidah: 104)
2- Alloh –ta’ala- telah mengabarkan tentang pentingnya ketegaran di atas jalan-Nya yang lurus
Dari Abi Barzah, beliau berkata,“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci tidur
sebelum shalat ‘Isya dan ngobrol-ngobrol setelahnya.” [ HR. Bukhari no. 568 ]
1- Begadang tanpa ada kepentingan yang syar’i dibenci oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Termasuk di sini adalah menunggu detik-detik pergantian tahun yang tidak ada manfaatnya
sama sekali. 2- DiriwayaIbnu Baththol menjelaskan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak
suka begadang setelah shalat ‘Isya karena beliau sangat ingin melaksanakan shalat malam dan
khawatir jika sampai luput dari shalat shubuh berjama’ah.
3- ‘Umar bin Al Khottob sampai-sampai pernah memukul orang yang begadang setelah shalat
Isya, beliau mengatakan, “Apakah kalian sekarang begadang di awal malam, nanti di akhir
malam tertidur lelap?!”[ Syarh Al Bukhari, Ibnu Baththol, 3/278, Asy Syamilah.]
4- Apalagi dengan begadang, ini sampai melalaikan dari sesuatu yang lebih wajib (yaitu shalat
Shubuh)?!
1- Yang kita ikuti bukanlah non-muslim atau ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) karena setiap
rakaat dalam shalat, kita terus memohon kepada Allah jalan yang lurus yang bukan jalannya
orang Yahudi dan Nasrani.
“Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat
kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang
sesat. (QS. Al-Fatihah: 6-7)
2- Alloh –ta’ala- telah mengabarkan tentang pentingnya ketegaran di atas jalan-Nya yang lurus
“Maka berpegang teguhlah kamu kepada agama yang telah diwahyukan kepadamu.
Sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus. Sesungguhnya Al-Quran itu benar-benar
adalah suatu kemuliaan besar bagimu dan bagi kaummu dan kelak kamu akan diminta
pertanggungan jawab.” (QS. Az-Zukhruf: 43-44)
3- Sifat-sifat orang-orang yang beriman kepada Allah yang disebut dengan ‘ibadurrahman
(hamba-hamba Allah Yang Maha Pengasih). Di antara sifat mereka adalah tidak menyaksikan,
tidak menghadiri dan tidak mendatangi zur atau kepalsuan.
“Dan orang-orang yang tidak menyaksikan zur (kepalsuan), dan apabila mereka bertemu
dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka
lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS al-Furqan : 72).
َمنْ َت َش َّب َه ِب َق ْو ٍم َفه َُو ِم ْن ُه ْم: قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم: عن ابن عمر قال
Dari Ibnu Umar berkata, bersabda Rasulullah shalallahu alaihi wa salam:"Barangsiapa yang
menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Abu Dawud. Syaikhul
Islam dalam Iqtidho’ [hal. 1/269] mengatakan bahwa sanad hadits ini jayid/bagus. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih sebagaiman dalam Irwa’ul Gholil no. 1269).
Pelajaran yang terdapat di dalam hadits:
2- Sebagai contoh,"merayakan tahun baru adalah perayaan paganisme, lalu diadopsi menjadi
ritual agama tertentu." Merayakannya berarti telah meniru-niru mereka.
3- Sungguh ironis memang kondisi umat Islam saat ini. Sebagian orang mungkin sudah
mengetahui kenyataan sejarah. Seolah-olah mereka menutup mata dan menyatakan boleh-
boleh saja merayakan tahun baru yang cikal bakal sebenarnya adalah ritual paganisme. Sudah
sepatutnya kaum muslimin berpikir, tidak sepantasnya mereka merayakan hari tersebut setelah
jelas-jelas nyata bahwa merayakan tahun baru adalah ritual orang -orang kafir bahkan bermula
dari ritual paganisme.
4- Dilihat dari sejarah lahirnya, tahun baru pertama kali dirayakan oleh orang kafir pada 1
Januari 45 SM (sebelum masehi). Perayaan ini berarti bukan dari Islam.Merayakan tahun baru
berarti mengikuti perayaan orang kafir, inilah namanya tasyabbuh. Tasyabbuh pada perayaan
orang kafir itu terlarang.Merayakaan tahun baru berarti membuat hari raya baru padahal hari
raya umat Islam hanyalah Idulfitri dan Iduladha.Mengucapkan selamat tahun baru atau happy
new year merupakan ucapan selamat yang tidak dibolehkan karena perayaannya tidak
disyariatkan.Merayakan tahun baru bisa sampai meninggalkan shalat padahal meninggalkan
shalat sekali saja telah melakukan dosa besar yang lebih parah dari berzina dan main
judi.Merayakan tahun baru termasuk begadang tanpa ada keperluan, padahal Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam melarang begadang setelah Isya tanpa ada hajat.Merayakan tahun baru
termasuk tabdzir, buang-buang harta untuk tujuan yang salah.Pada malam tahun baru, kaum
muslimin ikut-ikutan membunyikan terompet dan lonceng yang merupakan syiarnya orang
Yahudi dan Nasrani.
Bid’ah, jika perayaan yang dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah, seperti perayaan
Maulid Nabi.Tasyabbuh dengan orang kafir (menyerupai orang kafir), jika perayaan yang
dilakukan sebagai bentuk mengikuti adat (kebiasaan), bukan untuk mendekatkan diri kepada
Allah.
-Tidak boleh umat Islam merayakan perayaan agama lain semacam tahun baru
“Dan orang-orang yang tidak menyaksikan perbuatan zur, dan apabila mereka bertemu dengan
(orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui
(saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al Furqon [25]: 72).
2- Yang kita ikuti bukanlah non-muslim atau ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) karena setiap
rakaat dalam shalat, kita terus memohon kepada Allah jalan yang lurus yang bukan jalannya
orang Yahudi dan Nasrani.
Kalau mereka (Yahudi dan Nasrani) tidak mendapatkan hidayah, kenapa sampai perayaan
mereka diikuti oleh umat Islam, apalagi yang menjadi mayoritas di negeri ini?
“Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat
kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang
sesat. (QS. Al-Fatihah: 6-7)
ب َف ْاد ُع ُه ْم ِإلَى َش َها َد ِة أنْ ال إلَ َه إال ِ أهل ال ِك َتا ِ ْك َتأتِي َق ْومًا مِن َ ((إ َّن: َب َع َثنِي َرسُول هللا صلى هللا عليه وسلم َف َقا َل:عن معاذ رضي هللا عنه َقا َل
،ك َ َ َ َ
َ ِ َفِإنْ ُه ْم أطاعُوا لِذل،ٍت في ك ِّل َي ْو ٍم َوليلة ُ ٍ صلوا َ َ مْس َ رض َعلَي ِْه ْم َخَ َفأعْ لِ ْم ُه ْم أنَّ هللاَ َق ِد ا ْف َت، َفإنْ ُه ْم َأ َطاعُوا لِذل َِك، َوأ ِّني رسو ُل هللا،هللا
َوا َّت ِق َدعْ َو َة،َّاك َو َك َراِئ َم أ ْم َوال ِِه ْم
َ َفِإي،ك َ ِأطاعُوا لِ َذل َ َفإنْ ُه ْم،اِئه ْمِ اِئه ْم َف ُت َر ُّد َعلَى فُ َق َر ْ ْؤخ ُذ مِن
ِ أغ ِن َي َ صدَ َق ًة ُت َ هللا َق ِد ا ْف َت َر
َ ض َعلَي ِْه ْم َ ََّفأعْ لِمْ ُه ْم أن
ُم َّت َف ٌق َعلَي ِه.)) ٌهللا ح َِجاب ِ ْس َب ْي َنها َو َبي َْن َ وم؛ فِإ َّن ُه َلي ُ ْ
ِ ال َمظل.
209. Dari Mu'az r.a., katanya: "Saya diutus oleh Rasulullah s.a.w. lalu beliau s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya engkau akan mendatangi sesuatu kaum dari ahlul kitab - Yahudi dan Nasrani,
maka ajaklah mereka itu kepada menyaksikan bahawasanya tiada Tuhan melainkan Allah dan
bahawasanya saya adalah pesuruh Allah. Jikalau mereka telah mentaati untuk melakukan itu,
maka beritahukanlah bahawasanya Allah telah mewajibkan atas mereka akan lima kali
sembahyang dalam setiap sehari semalam. Jikalau mereka telah mentaati yang sedemikian itu,
maka beritahukanlah kepada mereka bahawasanya Allah telah mewajibkan atas mereka
sedekah - zakat - yang diambil dari kalangan mereka yang kaya-kaya, kemudian dikembalikan -
diberikan -kepada golongan mereka yang fakir-miskin. Jikalau mereka mentaati yang
sedemikian itu, maka jagalah harta-harta mereka yang dimuliakan - yakni yang menjadi milik
peribadi mereka. Takutlah akan permohonan - doa - orang yang dianiaya - baik ia muslim atau
kafir, kerana sesungguhnya saja tidak ada tabir yang menutupi antara permohonannya itu
dengan Allah - yakni doanya pasti terkabul." (Muttafaq 'alaih)
2- Jika syahadat Laa Ilaaha Illallah telah kokoh maka perkara agama yang lain akan sangat
memungkinkan untuk dibangun. Namun jika syahadat Laa Ilaaha Illallah belum kokoh maka
tidak ada faidahnya perkara agama selainnya.
3- Hadits ini menerangkan tahapan-tahapan yang wajib dilalui oleh da’i yang menyeru kepada
Allah. Tahap pertama seorang da’i wajib untuk memulai dengan dakwah kepada tauhid,
mengesakan Allah semata dalam ibadah, dan menjauhi syirik kecil maupun besar. Hal itu
terwujud dengan persaksian bahwa tiada sesembahan yang haq kecuali Allah dan Muhammad
Rosulullah.
4- Maka janganlah anda mengajak manusia untuk sholat padahal mereka masih berbuat syirik.
Jangan pula anda mengajak mereka untuk puasa, sedekah, zakat, menyambung silaturahim
dan seterusnya padahal mereka masih melakukan berbagai kesyirikan.
7- Bahwa rukun Islam yang paling wajib setelah sholat adalah zakat fardlu, yang merupakan
haknya harta.
8- Bahwasanya imam / pemimpin adalah yang berkuasa untuk menarik zakat dan
membagikannya, baik dilakukannya sendiri atau melalui wakilnya.
9- Dalam hadits ini terdapat dalil cukupnya mengeluarkan zakat kepada satu golongan saja.
11- Haram bagi ‘amil (panitia) zakat mengambil harta yang berharga.
13- Agar seorang da’i memulai dari yang terpenting kemudian yang penting.
1- Sesungguhnya hal pertama sekali yang mereka dakwahkan adalah syahadat Laa Ilaaha
Illallah. Sebab itulah pondasi dan pokok (Islam -pen) yang dibangun di atasnya perkara agama
yang lain. Jika syahadat Laa Ilaaha Illallah telah kokoh maka perkara agama yang lain akan
sangat memungkinkan untuk dibangun. Namun jika syahadat Laa Ilaaha Illallah belum kokoh
maka tidak ada faidahnya perkara agama selainnya.
َّ َولَ َق ْد َب َع ْث َنا فِي ُك ِّل ُأ َّم ٍة َرسُواًل َأ ِن اعْ ُبدُوا هَّللا َ َواجْ َت ِنبُوا
َالطا ُغوت
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rosul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
‘Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah Thoghut”. (QS. An Nahl [16] : 36)
2- Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan kisah Luqman dengan sebutan yang baik, bahwa
Dia telah menganugerahinya hikmah; dan Luqman menasihati anaknya yang merupakan buah
hatinya, maka wajarlah bila ia memberikan kepada orang yang paling dikasihinya sesuatu yang
paling utama dari pengetahuannya. Karena itulah hal pertama yang dia pesankan kepada
anaknya ialah hendaknya ia menyembah Allah semata, jangan mempersekutukannya dengan
sesuatu pun. Kemudian Luqman memperingatkan anaknya, bahwa:
ُ َك ل
ظ ْل ٌم َعظِ ي ٌم َ ِْإنَّ ال ِّشر
3- Berdakwah menuju Allah yaitu kepada syahadat Laa Ilaaha Illallah merupakan kewajiban
bagi setiap orang sesuai kemampuannya
“Bertaqwalah kepada Allah sesuai kemampuan kalian”. (QS. At Taghobun [64] : 16)
4- Maka barangsiapa yang menyelewengkan sedikit dari ibadah-ibadah tersebut atau selainnya
untuk selain Allah, sungguh dia telah menyekutukan Allah. Allah berfirman,
ار
ٍ صَ ِين مِنْ َأ ْن َّ ِإ َّن ُه َمنْ ُي ْش ِركْ ِباهَّلل ِ َف َق ْد َحرَّ َم هَّللا ُ َعلَ ْي ِه ْال َج َّن َة َو َمْأ َواهُ ال َّنا ُر َو َما ل
َ ِلظالِم
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah
mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang
zalim itu seorang penolongpun.” (QS al Maaidah: 72).