Anda di halaman 1dari 12

KLIPING

RESEP MAKANAN TRADISIONAL


INDONESIA

Nama Kelompok

Shafa Maulyn Aziza


Alya Mariska Kurniawan
Juliana Manda Solehati
Kelas : VI ( Enam )

SDN 4 SOKANANDI
BANJARNEGARA
 Suku Yang Ada Di Provinsi Banten
 Suku Badui

 atau kadang sering disebut Baduy merupakan masyarakat adat dan sub-etnis


dari suku Sunda di wilayah pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Populasi
mereka sekitar 26.000 orang, mereka merupakan salah satu kelompok masyarakat
yang menutup diri mereka dari dunia luar. Selain itu mereka juga memiliki
keyakinan tabu untuk didokumentasikan, khususnya penduduk wilayah Badui Dalam.

Secara etnis Badui termasuk dalam suku Sunda, mereka dianggap sebagai suku
Sunda yang belum terpengaruh modernisasi atau kelompok yang hampir sepenuhnya
terasing dari dunia luar.

Masyarakat Badui menolak istilah "wisata" atau "pariwisata" untuk mendeskripsikan


kampung-kampung mereka. Sejak 2007, untuk mendeskripsikan wilayah mereka serta
untuk menjaga kesakralan wilayah tersebut, masyarakat Badui memperkenalkan istilah
"Saba Budaya Baduy", yang bermakna "Silaturahmi Kebudayaan Badui".

Sebutan "Baduy" merupakan sebutan yang diberikan oleh penduduk luar kepada
kelompok masyarakat tersebut, berawal dari sebutan para peneliti Belanda yang
agaknya mempersamakan mereka dengan kelompok Arab Badawi yang merupakan
masyarakat yang berpindah-pindah (nomaden). Kemungkinan lain adalah karena
adanya Sungai Baduy dan Gunung Baduy yang ada di bagian utara dari wilayah
tersebut. Mereka sendiri lebih suka menyebut diri sebagai urang Kanekes atau "orang
Kanekes" sesuai dengan nama wilayah mereka, atau sebutan yang mengacu kepada
nama kampung mereka seperti Urang Cibeo (Garna, 1993).

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, penulisan yang tepat adalah "Badui" dan
bukan "Baduy

 Bahasa yang Digunakan


 SukuSunda

Bahasa yang mereka gunakan adalah Bahasa Sunda. Untuk berkomunikasi dengan


penduduk luar mereka lancar menggunakan Bahasa Indonesia, walaupun mereka tidak
mendapatkan pengetahuan tersebut dari sekolah. Orang Kanekes Dalam tidak
mengenal budaya tulis, sehingga adat-istiadat, kepercayaan/agama, dan cerita nenek
moyang hanya tersimpan di dalam tuturan lisan saja.

Orang Kanekes tidak mengenal sekolah, karena pendidikan formal berlawanan dengan
adat-istiadat mereka. Mereka menolak usulan pemerintah untuk membangun fasilitas
sekolah di desa-desa mereka. Bahkan hingga hari ini, walaupun sejak
era Soeharto pemerintah telah berusaha memaksa mereka untuk mengubah cara hidup
mereka dan membangun fasilitas sekolah modern di wilayah mereka, orang Kanekes
masih menolak usaha pemerintah tersebut. Namun masyarakat Kanekes memiliki
caranya sendiri untuk belajar serta mengembangkan wawasan mereka hingga sepadan
dengan masyarakat di luar suku Badui.
 Rumah adat Yang ada Di Provinsi Banten
 Sulah Nyanda

Sulah nyanda merupakan nama rumah adat Banten khususnya suku


Baduy. Nyanda dalam bahasa Sunda mempunyai arti sikap bersandar yang tidak lurus.
Ini merujuk pada bentuk atap dari rumah adat Baduy. Selain sulah nyanda, rumah adat
Baduy ini juga punya julukan lain yaitu Imah.

Secara keseluruhan, rumah adat sulah nyanda menggambarkan kesederhanaan seperti


halnya sifat yang identik dengan masyarakat Baduy. Dalam hal pembangunannya pun,
masyarakat suku Baduy masih menjunjung tinggi nilai gotong royong.

Oleh karenanya, ketika ada salah satu masyarakat yang membuat rumah, maka
masyarakat Baduy akan berbondong-bondong saling membantu. Adapun secara
fungsi, sulah nyanda dipakai oleh masyarakat suku Baduy sebagai tempat tinggal.
Tentunya, tempat tinggal tersebut dijadikan sebagai tempat berlindung dan mencari
keamanan.

Ciri Khas Sulah Nyanda


Setiap rumah adat pastinya punya ciri khas yang membuatnya berbeda baik itu dari
segi bangunannya, materialnya, maupun hal lainnya. Sulah nyanda pun sebagai rumah
adat Banten juga punya ciri khasnya tersendiri seperti di penjelasan berikut.
1. Rumah sulah nyanda dibuat dengan model rumah panggung yang membuatnya tidak
langsung bersentuhan dengan tanah. Tujuan pembuatan bentuk ini digunakan untuk
menghindari banjir atau sebagai perlindungan diri dari hewan buas yang bisa datang
sewaktu-waktu.
2. Sebagai penyangga, digunakan batu yang dibuat untuk menopang tiang. Sehingga,
tiang tidak serta merta ditancapkan secara langsung ke tanah.

3. Material yang dipakai untuk pembangunan rumah secara keseluruhan terbuat dari
bahan alami seperti kayu.

4. Sementara itu, untuk bagian atapnya lebih sering menggunakan ijuk dan daun kelapa.

5. Bagian atap terbagi menjadi dua yaitu atap bagian kanan dan kiri. Atap bagian kiri
umumnya lebih panjang bila dibandingkan dengan atap yang kanan.

6. Tidak ada jendela satu pun yang bisa ditemukan di sulah nyanda.

7. Pada bagian lantainya menggunakan potongan bambu yang ditata sedemikian rupa.

Ciri khas yang ada tersebut membuktikan kalau rumah adat Banten ini begitu kental
akan nilai tradisional. Dari segi bahan pun lebih memilih bahan yang berhubungan
dengan alam menunjukkan kalau masyarakat Baduy ingin memanfaatkan sumber daya
alam dengan baik.

Pembagian ruangan dalam tempat tinggal tentunya akan memudahkan pemilik rumah
untuk mengorganisasikan rumah mereka. Sulah nyunda juga mempunyai pembagian
ruangannya sendiri ke dalam 3 bagian penting yaitu sosoro, tepas, dan ipah.

Sosoro merupakan bahasa Sunda untuk teras atau serambi. Ruangan ini biasanya
dijadikan sebagai tempat menerima tamu, tempat bermain anak, dan tempat
bercengkerama dengan keluarga atau masyarakat lain. Letak dari sosoro ini ada di
bagian selatan rumah.

Selanjutnya, terdapat bagian yang disebut dengan tepas yang letaknya ada di bagian
samping rumah dengan bentuk yang memanjang ke belakang rumah. Biasanya
ruangan ini dipakai untuk ruang keluarga. Ruangan tepas ini juga bersambung dengan
ruangan sosora dan membentuk huruf L.

Bagian yang ketiga disebut dengan ipah yang letaknya ada di bagian paling belakang.
Fungsinya adalah sebagai tempat penyimpanan bahan-bahan makanan seperti beras
dan jagung. Lalu, tempat ini juga difungsikan untuk memasak atau bisa dikatakan
sebagai dapur.
 Pakaian Adat Yang Ada di Provinsi Bnaten

 Pakaian Adat Baduy

Pakain adat Baduy merupakan salah satu pakaian yang biasa dikenakan oleh
masyarakat Banten yang pada dasarnya pakaian adat Baduy ini berasal dari sebuah
suku Baduy. Suku Baduy atau yang lebih sering dikenalnya dengan suku asli
masyarakat Banten.

Tidak Cuma ini saja, bahkan suku baduy juga dikenal dengan suku yang sifatnya lebih
menutup diri dari adanya pengaruh-pengaruh luar seperti dengan adanya kemajuan
teknologi dan perkembangan zaman. Selain itu, suku Baduy juga dibedakan menjadi
dua macam yakni suku Baduy dalam (yang dimana suku ini tidak ingin menerima dan
tidak ingin berinteraksi dengan masyarakat luar).

Sedangkan suku Baduy luar (suku ini masih bisa dan ingin menerima serta ingin
berinteraksi dari masyarakat luar, namun dengan batasan-batasan tertentu). Jika dilihat
dari kedua jenis suku Baduy ini memang seperti memiliki perbedaan yang mencolok
baik dari segi pakaian adatnya dan lainya, nah keterangan lebih jelasanya lihat
penjelasanya di bawah ini:

1. Pakaian Adat Baduy Dalam


Pakaian suku adat Baduy dalam merupakan pakaian yang memang lebih cendrung
seperti memakai baju dengan berwarna putih polos atau biasa disebutannya
dengan Jamang Sangsang. Penamaan jamang sangsang ini sengaja disesuai dengan
bagaimana ketika memakai pakaian tersebut. Baju Jamang Sangsang sendiri biasanya
dipakai dengan cara digantungkan di badan.

Pakaian jamang sangsang ini memiliki lubang dibagian lengan dan leher tanpa adanya
kerah. Selain itu pakaian jamang sangsang ini juga tidak memiliki kancing dan saku.
Dalam proses pembuatan baju jamang sangsang ini dijahit dengan menggunakan
tangan dan untuk bahan sendiri terbuat dari pintalan kapas asli yang berasal dari hutan.
Sedangkan untuk menutupi badan bagian bawahnya, biasanya masyarakat suku Baduy
menggunakan sarung yang berwarna hitam dan biru tua yang diikatkan dipinggang.
Lalu ada juga ikat kepala yang terbuat dari kain putih yang biasa digunakan sebagai
pembatas rambut.

Dibalik dari sebuah penggunaan warna putih ini pada pakaian adat Baduy dalam,
memang memiliki makna bahwa mereka tetap suci dan belum terpengaruhi oleh
budaya luar yang katanya lebih cenderung dapat merusak moral.

2. Pakaian Adat Baduy Luar


Pakaian adat Baduy luar merupakan salah satu pakaian adatBanten yang memiliki
warna hitam. Dibalik warna hitam ini memilki sebuah makna dari nama baju kampret
atau (baju kelelawar). Untuk tampilan baju Baduy luar ini memiliki model yang dinamis
dan elegan.

Di masyarakat Baduy luar ini kita bisa menemukan berbagai jahitan mesin, kancing,
kantong, selain itu bahan yang digunakanya dapat berupa dari berbagai bahan, intinya
tidak harus berupa kapas murni. Selain itu kita juga dapat membedakan orang suku
Baduy luar dengan orang seku baduy dalam salah satunya dengan cara melihat dari
ikat kepala yang digunakanya.

Biasanya ikat kepala yang digunakan oleh orang suku Baduy luar memilik warna biru
tua dan bermoti batik. Sedangkan untuk orang suku Baduy dalam umunya lebih
menggunakan ikat kepala dengan warna putih.

Pakaian Adat Banten Modern

Masyarakat Banten memang memiliki pakaian adat tersendiri yang umunya digunakan
untuk acara pernikahan atau pengantinan. Baju pengantin Banten terdiri atas pakaian
adat pria dan pakaian adatBanten wanita yang di lengkapi berbagai aksessoris lainya
seperti halnya dengan penutup kepala, baju koko, kain samping, ikat pinggang, selop.

Sedangkan pakaian adatBanten untuk wanita ada hiasan-hiasan yang berupa seperti
kembang giyang, rangkaian bunga melati, kebaya, selendang, busana bawahan, dan
selop. Sedangkan untuk baju adatBanten modern saat ini terdapat tambahan
aksessoris-aksessoris lainya yang tujuanya untuk mempercantik tampilan dan
modelnya. Namun pada dasarnya bahan dan motifnya tetaplah sama dengan baju
adatBanten yang pada sebelumnya.

Nah, itu dia pembahasan kita meneganai pakaian adatBanten yang lengkap dengan
penjelasanya, dari situ semoga kita semakin dapat menambah kesadaran kita
terhadapat budaya bangsa kita sendiri yang tentunya memiliki makna dan bernilai seni
tinggi terutama untuk pakaian adat di nusantara ini.
 Lagu Daerah Banten
 Tong Sarakah (Banten)

Informasi Lagu Tong Sarakah

Judul : Tong Sarakah


Pencipta : A. Syahri Aliman
Daerah : Banten
Golongan : lagu daerah / lagu wajib daerah

Lirik Lagu Tong Sarakah

Sora adzan di masigit


Ngabejaan geus waktuna sholat
Saha jalma nu masagi
Salamet dunya akherat

Di masigit sholat berjamaah


Ambeh gede pahalana
Mun masagi hirup tuma’ninah
Tangtu hade darajatna

Hirup mah ulah sarakah


Ambeh urang meunang berkah
Tapi lamun sarakah jeung harak
Bakal ruksak kana awak

Arti Lagu Tong Sarakah

Suara adzan di masjid


Memberitahu sudah waktunya sholat
Siapa orang yang berilmu
Selamat dunia akherat

Di masjid sholat berjamaah


Agar besar pahalanya
Yang berilmu hidup akan nyaman
Tentu baik derajatnya

Hidup itu jangan serakah


Supaya kita mendapat berkah
Tapi kalau serakah dan merugikan orang
Kelak akan merusak diri

Arti Lagu Tong Sarakah

Lagu Tong Sarakah adalah lagu yang penuh makna yang berasal dari provinsi Banten, mengingatkan kita
agar tidak bertindak serakah
 Tari Tradisional Khas Provinsi Banten
 Tari Cokek

Pola Lantai Tari Cokek Adalah Sejajar

-Tari Cokek merupakan salah satu tarian tradisional khas Tangerang,


dan di Provinsi Banten tarian ini cukup dikenal, Tari cokek diperkenalkan
pertama kali sekitar era ke-19. Kala itu tarian yang pertamakali diperkenalkan
oleh Tan Sio Kek, seorang saudagar kaya yang berasal dari Tionghoa yang
berdomisili di wilayah Tangerang yang kala itu Tan Sio Kek sedang
mengadakan pesta pernikahan. Tan Sio Kek sengaja mengundang beberapa
tokok penting yang ada di Tangerang. Selain itu Tan Sio Kek juga
mendatangkan tiga orang musisi berasal dari daratan Cina. Kala itu, para
musisi yang tiba juga membawa alat musik khas Negaranya.

Alat musik tradisional khas Tionghoa yang dibawa kala itu yaitu Rebab
dawai dua. Para musisi yang di datangkan dari Cina tersebut kemudian
memainkan musik yang mereka bawa dan pada waktu yang bersamaan band
milik Tan Sio Kek juga memainkan alat musik khas tempat Tangerang,
diantaranya yaitu gong ,kendang dan seruling.
Perpaduan antara alat musik yang berasal dari daratan Cina dengan alat
musik khas Tangerang inilah yang kemudian menjadi aransemen musik gres
yang di sebut dengan nama Gambang Kromong. Tan Sio Kek juga
mengmunculkan tiga orang wanita. Sesuai dengan permintaan Tan Sio Kek
tiga orang perempuan yang di undang tersebut diminta menari dan mengikuti
alunan-alunan musik Gambang Kromong yang dimainkan oleh para musisi.
Pada ketika perempuan tersebut membawakan tarian, para munculin yang
munculi pesta dan menyaksikan tari tersebut, kemudian penonton menyebut
penari itu dengan nama Cokek. Istilah Cokek yang digunakan tersebut yaitu
berasal dari istilah sebutan bagi anak buah Tan Sio Kek. Sejak itu pula
masyarakat Tanggerang Banten ini menyebut tarian tersebut dengan nama
Tari Cokek.

Pertama kali Tari Cokek hanya dimainkan oleh tiga orang, namun sekarang
Tari Cokek Sering di tampilkan dengan jumlah penari ludang keringh dari tiga,
yaitu lima hingga Tujuh orang penari perempuan sedangkan yang pria
bermain sebagai pemain musik yang mengiringi Tari Cokek tersebut. Pakaian
yang digunakan penari ketika menampilkan tarian ini yaitu mengenakan
pakaian perempuan khas Banten ibarat kebaya sedangkan untuk pakaian
serpihan bawahannya yaitu kain panjang. Pada umumnya warna kostum yang
dikenakan oleh para penari ini berwarna cerah dan relatif berkilau ketika
tidak sengaja cahaya ibarat warna merah, hijau, kuning, atau ungu. Para
menari ini juga dikompliti dengan sehelai selendang.

Tari Cokek tempat Tangerang ini biasanya dimainkan sebagai hiburan ketika
warga Cina Benteng mengadakan program pesta perkawinan. Sedangkan
Warga Cina Benteng ini sendiri yaitu merupakan warga keturunan Tionghoa
yang telah usang bermukim di Tangerang. Tari Cokek juga sering digunakan
sebagai tari penyambutan tamu kehormatan yang tiba ke Tangerang. Tari
Cokek yang di iringi dengan musik Gambang Kromong ini dibawakan dengan
gerakan yang lemah serta gemulai, dan itu menjadi ciri khas dari Tari Cokek
tersebut. Penari Cokek biasanya masuk kedalam kerumunan penonton,
kemudian ia menentukan dan mengajak penonton untuk diajak menari
bersama. Namun pada ketika Tari Cokek ditampilkan, tidak tiruana penonton
sanggup menari dengan penari Cokek tersebut.

Kadab Tari Cokek ditampilkan di program pernikahan, penari Cokek akan


mengajak pengantin lelaki atau beberapa tamu undangan yang tiba biar
sanggup menari bersama. Saat tampil kadab menyambut tamu kehormatan,
maka penari Cokek akan mengajak pejabat setempat dan tamu kehormatan
tersebut untuk menari bersama penari Cokek.
Biasanya sehelai selendang yang digunakan penari tersebut digunakan
sebagai Tanda undangan dengan cara mengalungkan selendang tersebut ke
leher tamu yang akan di ajak menari bersama. Apabila sehelai selendang
tersebut telah di kalungkan, maka pantang bagi tamu ataupun siapa saja
untuk menolaknya. Sebab penolakan itu sama artinya mencemarkan nama
baik bagi mereka sendiri. Kemudian para tamu itulah yang akan menari
bersama para penari Cokek lainnya hingga penampilan tari Cokek pada
program tersebut selesai

 Kuliner Khas Banten


 Pecak Bandeng

Pecak bandeng merupakan salah satu makanan khas dari tanah kelahiran wakil presiden
kita, Ma’ruf Amin. Meski diolah dengan bumbu yang sederhana, namun cita rasa pecak
bandeng tetap menggugah selera.

Kenikmatan pecak bandeng akan semakin terasa jika disantap dengan sambal yang
dilengkapi dengan irisan jeruk nipis. Pecak bandeng dapat dengan mudah ditemukan di
warung-warung pinggiran kota Banten.
 Senjata Tradisional Banten
 Golok

Golok adalah senjata tradisional Banten yang berbentuk pisau besi besar, berat, panjang, dan
tajam. Golok memiliki gagang dan juga sarung yang terbuat dari kayu serta dihiasi oleh berbegai
macam ukiran. Golok digunakan oleh para jawara Banten untuk mengusir penjahah. Golok tidak
hanya perkakas dalam kehidupan sehari-hari, melainkan simbol keberanian dan ilmu kanuragan
pada masa kejayaan Kerajaan Banten. Sehingga golok selalu disampirkan di pinggang para jawara
banten pada masa itu. Ada beberapa jenis golok Banten, di antaranya: Golok sulangka   Golok
sulangkar adalah golok yang terbuat dari besi sulangkar, yaitu besi hitam yang sudah tua dan
dipergunakan orang-orang jaman dulu. Dilansir dari Warisan Budaya Takbenda Indonesia, orang
Banten percaya bahwa bei-besi kuno memiliki aura mistis yang kuat di dalamnya. Baca juga:
Senjata Tradisional Khas Jawa Timur Aura magis tersebut dipercaya bisa membawa keberuntungan
dan wibawa pada pengguna golok sulangkar. Golok sulangkar ditempa oleh pandai besi dan
biasanya dilumuri racun hewan sehingga semakin mematikan bagi musuh, terutama dalam melawan
penjajah. Golok ciomas Adapun golok ciomas adalah golok asli Banten yang berkembang pada
jaman kerajaan Banten yang bernafaskan Islam. Risa Nopianti dalam jurnal berjudul Makna Ritual
Mulud dalam Mewujudkan Popularitas Golok Ciomas (2017) menyebutkan pembuatan golok ciomas
memiliki ritual dan persyaratan tertentu pada 12 Mulud (peringatan kelahiran Nabi Muhammad
S.A.W). Pandai besi golok ciomas juga merupakan keluarga pandai besi yang turun-menurun
membuat golok sejak masa Kerajaan Banten, sehingga golok ciomas tidak bisa dimiliki oleh orang
sembarangan.

Anda mungkin juga menyukai